Anda di halaman 1dari 14

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PROBLEM SOLVING MENGGUNAKAN


MEDIA E-LEARNING DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN
BERPIKIR ABSTRAK DAN KREATIVITAS SISWA
Tri Murtiningrum1, Ashadi 2, Sri Mulyani3
1
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
murtiningrum61@yahoo.co.id
2
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
ashadi_uns@yahoo.com
3
Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 57126, Indonesia
mulyanis@yahoo.com

Abstrak
Inovasi pembelajaran dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. e-learning dan komik dapat dijadikan
sebagai alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar. Pembelajaran problem solving
dengan e-learning dan komik, dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah untuk membentuk konsep.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh pembelajaran kimia dengan problem solving
menggunakan media e-learning dan komik, kemampuan berpikir abstrak, kreativitas siswa dan interaksinya
terhadap prestasi belajar ikatan kimia. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 2
Purwodadi Grobogan tahun pelajaran 2012/2013. Sampel dipilih secara acak (cluster random sampling),
sejumlah 2 kelas, yaitu kelas XI TOKR 3 sebagai kelas e-learning dan XI TOKR 2 sebagai kelas komik.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, kemampuan berpikir
abstrak, dan kreativitas sedangkan prestasi belajar afektif menggunakan angket. Uji hipotesis menggunakan
analisis non parametric Kruskal-Wallis Test. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)
ada pengaruh pembelajaran kimia dengan problem solving menggunakan media e-learning dan komik
terhadap prestasi belajar siswa; (2) ada pengaruh kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar
siswa; (3) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa; (4) ada interaksi antara pembelajaran
kimia dengan problem solving menggunakan media e-learning dan komik dengan kemampuan berpikir
abstrak terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada interaksi antara pembelajaran kimia dengan problem solving
menggunakan media e-learning dan komik dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) ada
interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan kreativitas dan terhadap prestasi belajar siswa; (7) ada
interaksi antara pembelajaran kimia dengan problem solving menggunakan media e-learning dan komik,
kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Kata Kunci: problem solving, e- learning, komik, kemampuan berpikir abstrak, kreativitas.

Pendahuluan
Salah satu ukuran kemajuan suatu Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk
bangsa dapat dilihat dari kualitas mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
pendidikannya. Pendidikan merupakan salah pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
satu bentuk perwujudan kebudayaan satu sistem pendidikan nasional.
manusia yang dinamis dan syarat dengan Berdasarkan Undang-Undang
perkembangan. Seiring dengan kemajuan nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
teknologi, pendidikan pun dituntut pendidikan nasional: tujuan pendidikan
perkembangannya sesuai dengan kemajuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan
teknologi, agar mampu mewujudkan tujuan bangsa dan mengembangkan manusia
pendidikan nasional. Salah satu tujuan Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
nasional yang tercantum dalam Pembukaan beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang

288
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, utama, siswa hanya dijejali materi, dan
memiliki pengetahuan dan keterampilan siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian Proses penyampaian informasi bersifat
yang mantap dan mandiri serta rasa searah, menurut Sanjaya (2010: 97) dalam
tanggung jawab kemasyarakatan dan melaksanakan peranannya sebagai
kebangsaan. penyampai informasi, guru sering
Pendidikan bertujuan untuk menggunakan metode ceramah sebagai
meningkatkan kualitas sumber daya manusia metode utama. Metode ceramah dirasa
sehingga terbentuk manusia yang kurang tepat dilakukan, karena dalam
berkarakter, berbudi luhur, dan berakhlak pembelajaran, kurang interaksi antara siswa
mulia. Salah satu upaya pemerintah untuk dengan guru maupun antara siswa dengan
meningkatkan kualitas pendidikan, adalah siswa, serta kurang berani mengungkapkan
dengan mengimplementasikan kurikulum pendapat. Dalam pembelajaran ini
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Mulyasa keterampilan proses, dan pembentukan
(2010: 81) menyatakan bahwa implementasi konsep tidak dikembangkan, sehingga siswa
KTSP menuntut kemandirian guru untuk pasif dan kurang termotivasi.
memberdayakan tenaga kependidikan, sebab Kimia merupakan mata pelajaran
keberhasilan pendidikan di sekolah sangat adaptif di Sekolah Menengah Kejuruan
ditentukan oleh keterlibatan tenaga (SMK), sehingga cenderung diremehkan
kependidikan dalam seluruh kegiatan di atau dianggap tidak penting oleh siswa.
sekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa guru Pelajaran adaptif bukanlah pelajaran utama,
dan lingkungan belajar mempunyai peranan tetapi hanya merupakan pelajaran yang
sangat penting dalam meningkatkan kualitas menunjang pelajaran-pelajaran produktif.
pendidikan. Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi
Untuk itu guru dan lingkungan belajar kimia siswa kelas XI, untuk materi
belajar yang kondusif sangat diperlukan. ikatan kimia dalam empat tahun terakhir.
Guru dituntut agar lebih inovatif dan Rata-rata siswa yang mencapai nilai ulangan
produktif dalam melakukan pembelajaran di harian di atas kriteria ketuntasan minimal
kelas sehingga diperoleh hasil belajar yang (KKM) dalam empat tahun terakhir hanya
maksimal. Dalam kurikulum KTSP siswa 60% dari jumlah siswa.
harus dapat menguasai semua kompetensi Hasil belajar dipengarui oleh faktor
secara menyeluruh sehingga menjadi pribadi eksternal dan internal. Faktor eksternal
yang utuh dan bertanggung jawab. Dengan meliputi guru, metode, media, sarana
penerapan kurikulum KTSP diharapkan guru prasarana, dan lingkungan yang berkaitan
mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pembelajaran. Faktor internal antara
dengan pendekatan pembelajaran yang lain kecerdasan, bakat, motivasi berprestasi,
berpusat pada peserta didik (student kemampuan berpikir abstrak, gaya belajar,
centered learning) dengan metode dan kemampuan berpikir kritis, kreativitas,
pembelajaran yang inovatif dan konseling dan minat dalam pembelajaran kimia.
secara efektif, sehingga dapat menciptakan Kreativitas merupakan kemampuan
siswa yang aktif dan kreatif. Hal ini siswa untuk memunculkan ide-ide baru dan
dimaksudkan agar guru menerapkan metode berdaya cipta. Hal ini merupakan potensi
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, yang perlu mendapatkan apresisasi oleh
efektif, dan menyenangkan. Metode guru melalui penerapan metode dan
pembelajaran yang melibatkan keterampilan penggunaan media pembelajaran. Siswa
proses antara lain, contextual teaching and yang kreatif memiliki ciri antara lain
learning, inquiry, kooperatif, proyek dan keingintahuan yang berlebih, daya kreasi
banyak lagi yang masih perlu dikembangkan dan imajinasi yang tinggi pula. Sehingga
oleh guru. siswa yang kreatif mampu memahami hal-
Saat ini pembelajaran masih hal yang bersifat kongkret dan abstrak.
berpusat pada guru (teacher centered Menurut Piaget intelektual anak
learning), guru menjadi sumber belajar mengalami perkembangan dari sensor-

289
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

motorik, praoperasional, operasional dan senyawa. Untuk mengetahui ciri dari


kongkret, hingga operasional formal. Siswa suatu unsur dan senyawa dapat diketahui
SMK sesuai tahapan tersebut berada dalam dari sifat-sifat kimia dan fisis. Sifat kimia
kondisi operasional formal, yakni siswa adalah sifat yang dapat ditunjukan dengan
telah memiliki kemampuan untuk melalui perubahan kimia sedangkan sifat
memikirkan hal yang bersifat abstrak. fisis merupakan sifat yang dapat diamati
Dalam mempelajari ikatan kimia, tanpa mengubah susunan zatnya. Contoh
kemampuan berpikir abstrak perlu untuk warna, titik leleh, titik didih, kerapatan dan
diperhatikan. Agar siswa mampu memahami kepolaran. Dalam materi ikatan kimia pada
materi yang bersifat abstrak penggunaan kelas XI di SMK, salah satu karekteristik
media pembelajaran yang tepat akan materinya yaitu sifat fisisnya. Suatu
membantu siswa dalam memahami materi. senyawa akan dapat dilihat sifat fisisnya dari
Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai kepolaran zat tersebut. Karakteristik materi
media pembelajaran. ikatan kimia lainya adalah beberapa
Kemajuan ilmu pengetahuan dan konsepnya besifat abstrak. Pada konsep
teknologi (IPTEK) yang pesat berdampak ikatan yang abstrak memerlukan penalaran
pada kecepatan siswa untuk mengakses yang logis. Karekteristik siswa SMK yang
informasi. Dampak positif yang ditimbulkan menyenangi hal-hal yang inovatif dan
adalah siswa yang cenderung mulai aktif, kreatif. Selain itu siswa SMK sangat
kreatif, inovatif, dan bersinergi dalam antusias pada perkembangan teknologi dan
berpikir serta berani mengungkapkan ide-ide lebih menyukai belajar dengan praktik
cemerlang. Hal ini merupakan potensi yang langsung daripada membaca buku. Sehingga
pelu diperhatikan para pendidik. Salah satu untuk kebanyakan siswa akan sulit untuk
wujud dari perhatian tersebut adalah dengan memahami kosep-konsep yang abstrak.
menyelenggarakan pembelajaran yang tepat Winataputra, dkk (2007: 3.41)
dan penggunaan media yang selaras dengan mengemukakan pendapatnya bahwa anak
kemajuan teknologi. Internet merupakan pada tahap operasi formal telah memiliki
salah satu media yang dekat dengan siswa, kemampuan mengkoordinasikan secara
siswa dapat dengan mudah mengakses simultan ataupun secara berurutan
informasi dengan bebas. e-learning menggunakan kemampuan kognitifnya,
merupakan media yang memanfaatkan yaitu kapasitas menggunakan hipotesis dan
teknologi internet yang mudah untuk prinsip-prinsip abstrak, seorang remaja akan
diterapkan. mampu berpikir hipotetik, yaitu berpikir
Kemajuan teknologi juga untuk memecahkan masalah dengan
berdampak negatif, diantaranya adalah pola menggunakan hipotesis yang relevan. Siswa
pikir yang instan yang berdampak pada SMK masuk dalam tahap operasi formal,
rendahnya minat baca siswa. Hal ini yaitu tahap berpikir abstrak.
merupakan tantangan sendiri untuk guru Untuk memahami pembelajaran
dalam mengolah bahan ajar hingga diminati yang bersifat abstrak perlu adanya media
siswa. Komik yang berisi bahan ajar yang dapat membantu memecahkan masalah
merupakan media yang menarik bagi siswa. yang dihadapi dalam proses belajar. Dengan
Dengan komik bahan ajar yang semula perlu menyesuaikan karakteristik siswa SMK
pemahaman mendalam dan dirasa berat media yang digunakan harus bersifat
menjadi mudah dinikmati karena dibuat inovatif dan visual agar pembelajaran dapat
dalam bentuk cerita dan gambar yang lebih menarik siswa untuk lebih aktif.
sederhana dan menarik. Komik diharapkan Munandar (2009: 9) berpendapat
mampu menyederhanakan materi kimia bahwa kemampuan berpikir divergen
yang konsepnya bersifat abstrak. merupakan indikator dalam kreativitas.
Chang (2005: 3) mendifinisikan Untuk itu dalam memecahkan masalah yang
ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari abstrak siswa dituntut untuk berpikir kreatif.
materi dan perubahannya. Zat-zat yang Hal ini menunjukkan perlu diperhatikannya
terlibat dalam perubahan kimia yaitu unsur kreativitas siswa dalam proses pembelajaran

290
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

untuk materi-materi yang bersifat abstrak apa yang mereka ketahui sebelumnya
seperti ikatan kimia, bentuk molekul, merupakan faktor penting yang
hidrokarbon dan yang sejenis lainnya. mempengaruhi belajar. Dengan mengaitkan
Tercapainya tujuan pembelajaran konsep yang baru dengan yang lama maka
merupakan ukuran kesuksesan sebuah anak akan melakukan proses belajar yang
pembelajaran. Keberhasilan ini meliputi bermakna.
proses dan hasil pembelajaran, hasil Gagne cit. Aunurrahman (2009 : 47)
pembelajaran yang dapat diukur merupakan didalam proses belajar terdapat dua
prestasi belajar siswa. fenomena yaitu meningkatkan keterampilan
Dari uraian di atas untuk intelektual sejalan dengan meningkatkanya
meningkatkan prestasi belajar kimia perlu umur serta latihan yang diperoleh individu
digunakan metode pembelajaran dan media dan belajar akan lebih cepat jika strategi
yang bervariasi sesuai karakteristik materi kognitif dapat dipakai dalam memecahkan
dan karakteristik siswa. Dalam hal ini masalah secara lebih efisien. Belajar itu
peneliti menerapkan pembelajaran kimia dapat terjadi karena adanya kondisi tertentu
berbasis problem solving menggunakan untuk memperoleh pengetahuan,
media e-learning dan media komik ditinjau ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku,
dari kemampuan berpikir abstrak dan dimulai dari yang mudah ke yang sulit, dan
kreativitas untuk materi ikatan kimia. metode pemecahan masalah adalah salah
Dalam penelitian ini didukung oleh satu metode yang tepat untuk digunakan
teori-teori belajar, antara lain teori kognitif dalam pembelajaran.
dan konstruktivisme. Teori kognitif timbul Dalam berpikir anak mengalami
karena berbagai pandangan tentang belajar perkembangan pola pikir dari tahapan yang
bukan hanya kegiatan terjadinya perubahan berbeda-beda. Suyono (2010: 83)
prilaku seseorang. Teori belajar kognitif mengungkapkan bahwa, Piaget memandang
memandang belajar sebagai proses proses berpikir anak sebagai aktivitas
memfungsikan unsur-unsur kognitif. gradual, tahap demi tahap dari fungsi
Aktivitas belajar pada diri manusia intelektual dari kongkret menuju abstrak.
ditekankan pada proses internal berpikir, Dalam menerapkan metode
yakni proses pengolahan informasi. pembelajaran, guru harus memilih metode
Bruner cit. Dahar (2006: 33) pembelajaran sesuai dengan karakteristik
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai siswanya. Jadi tiap-tiap kelas bisa
dengan pencarian pengetahuaan secara aktif dimungkinan menggunakan metode
oleh manusia dan dengan sendirinya pembelajaran yang berbeda dengan kelas
memberikan hasil yang paling baik. Siswa lain. Problem solving merupakan salah satu
yang aktif akan cenderung mencari dan metode pembelajaran yang bisa digunakan
menyelesaikan masalah yang timbul, ini dalam pelajaran kimia. Problem solving
merupakan suatu pengalaman tersendiri bagi dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
siswa untuk menemukan konsep pembelajaran yang menekankan kepada
pengetahuan sehingga pembelajaran akan proses penyelesaian masalah yang dihadapi
lebih mempunyai makna karena siswa akan secara ilmiah. Metode problem solving
lebih paham dan mengerti. (metode pemecahan masalah) bukan hanya
Ausubel cit. Dahar (2006: 95) sekadar metode mengajar, tetapi juga
menerangkan bahwa belajar bermakna merupakan suatu metode berpikir, sebab
merupakan suatu proses dikaitkannya dalam problem solving dapat menggunakan
informasi baru pada konsep-konsep yang metode-metode lainnya yang dimulai
relevan yang terdapat dalam struktur dengan mencari data sampai pada menarik
kognitif seseorang. Ini dimaksudkan cara kesimpulan. Metode problem solving
siswa dapat mengaitkan informasi yang baru merupakan metode yang merangsang
mereka dapatkan dengan fakta-fakta yang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa
ada, konsep-konsep yang telah dipelajari dan melihat kualitas pendapat yang disampaikan
diingat mereka. Apa yang siswa pelajari dan oleh siswa. Seorang guru harus mampu

291
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

membuat siswa untuk mencoba internet atau media jaringan komputer


mengeluarkan pendapat dan berdiskusi. lainya. Dalam perkembangan teknologi
Langkah-langkah pembelajaran komunikasi dewasa ini, dunia pendidikan
dengan metode problem solving menurut harus mampu memanfaatkannya untuk
Dewey cit. Sanjaya (2010 : 217) dijelaskan kemajuan pembelajaran. E-learning
ada enam langkah, yaitu : 1) merumuskan merupakan salah satu bentuk kemajuan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan teknologi yang bisa dijadikan alternatif
masalah yang akan dipecahkan; 2) media pembelajaran.
menganalisis masalah, yaitu siswa meninjau Daryanto (2010 : 127) menjelaskan
masalah secara kritis dari berbagai sudut tentang komik dapat didefinisikan sebagai
pandang; 3) merumuskan hipotesis, yaitu bentuk kartun yang mengungkapkan
langkah siswa merumuskan berbagai karakter dan menerapkan suatu cerita dalam
kemungkinan pemecahan sesuai dengan urutan yang erat hubunganya dengan
pengetahuan yang dimilikinya; 4) gambar dan dirancang memberikan hiburan
mengumpulkan data, yaitu langkah siswa kepada pembaca. Komik juga sering disebut
mencari dan menggambarkan informasi sebagai cerita bergambar yang banyak
yang diperlukan untuk pemecahan masalah; menarik untuk dibaca. Gambar yang
5) pengujian hipotesis yaitu langkah siswa disajikan berupa karakter kartun unik dan
mengambil atau merumuskan kesimpulan menarik sehingga bisa memikat
sesuai dengan penerimaan dan penolakan pembacanya.
hipotesis yang diajukan, 6) merumuskan Sifat pesan singkat, sederhana dan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu mudah dipahami ini sangat tepat bila
langkah siswa menggambarkan rekomendasi digunakan sebagai media belajar untuk anak
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil sekolah, yang rentang usianya antara anak-
pengujian hipotesis dan rumusan anak dan remaja. Sebagian besar dari
kesimpulan. mereka menggemari bacaan komik. Jadi
Rossi dan Breidle cit. Sanjaya sangatlah sesuai jika media pembelajaran di
(2010: 43) mengemukakan bahwa media kelas menggunakan bacaan komik yang
pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan mengemas materi pembelajaran di kelas. Hal
yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan bisa dimanfaatkan guru untuk memberikan
pendidikan seperti radio, televisi, buku, bacaan yang bermuatan pendidikan. Dalam
koran, majalah, dan sebagainya. Media bisa hal ini guru harus lebih berkreasi untuk
dikatakan sebagai sarana yang sering menciptakan suasana belajar yang menarik
digunakan untuk menunjang keberhasilan siswa, dengan memasukan materi yang akan
proses belajar. diajarkan kedalam komik.
Daryanto (2010: 168) berpendapat Jacobsen (2009: 97) berpendapat
bahwa e-learning adalah sistem bahwa abstraksi adalah gagasan yang
pembelajaran yang memanfaatkan media digunakan manusia untuk menggambarkan,
elektronik sebagai alat untuk membantu memahami, dan menyederhanakan dunia.
kegiatan pembelajaran. Media elektronik ini Dalam memahami beberapa hal yang belum
mengarah pada seperangkat alat elektronik jelas atau sulit digambarkan secara nyata
yang dijadikan sarana untuk menyampakain objek tersebut memerlukan pola-pola mental
pesan materi untuk pembelajaran dari guru ataupun konsep pemikiran yang abstrak.
terhadap siswa didiknya. Dan media Terman cit. Winkel (2009: 155)
elektronik tersebut biasanya meliputi menyatakan bahwa inteligensi adalah
penggunaan komputer dan internet dalam kemampuan untuk berpikir abstrak.
pembelajaran. Kemampuan berpikir untuk menggambarkan
Munadi (2010: 159) menjelaskan keteraturan pola-pola dalam dunia yang
bahwa istilah e-learning dapat diartikan mampu berpikir menggunakan penalaran
sebagai jenis belajar mengajar yang dan hipotesis. Sedangkan menurut
memungkinkan tersampaikanya bahan ajar Winataputra, dkk (2007: 3.37) hasil
kesiswa dengan menggunakan media perkembangan intelektual adalah

292
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

kemampuan berpikir operasional formal. ganda. Tes prestasi untuk mengukur


Tahap operasional formal ini bisa dikatakan kemampuan siswa dalam memahami materi
anak mampu berpikir abstrak dan terjadi pembelajaran, sedangkan tes kemampuan
pada usia anak beranjak remaja. berpikir abstrak dimaksudkan sebagai
Kreativitas siswa perlu ditumbuhkan pengukur kemampuan siswa dapat
seperti pendapat Guilford cit. Munandar memahami materi–materi kimia yang
(2009: 31) yang menyatakan bahwa bersifat abstrak.
kreativitas atau berpikir kreatif sebagai Teknik non tes merupakan alat
kemampuan untuk melihat bermacam- pengukur nontes berupa rangkaian
macam kemungkinan penyelesaian terhadap pertanyaan atau pernyataan yang harus
suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran dijawab secara sengaja dalam situasi yang
yang kurang mendapat perhatian. Kreativitas kurang distandarisasikan dan yang
merupakan kemampuan bepikir divergen, dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
yaitu berpikir dengan mengunakan berbagai atau hasil belajar yang dapat diamati secara
alternatif jawaban tidak hanya menggunakan kongkret dari individu atau kelompok.
satu jawaban tertentu saja. Sehingga dengan Untuk mengukur kemampuan prestasi
mengembangkan kreativitas siswa akan belajar ranah afektif digunakan angket.
membantu siswa itu sendiri untuk
memberikan berbagai alternatif terhadap Hasil Penelitian dan Pembahasan
masalah pembelajaran yang dihadapi. Data kemampuan berpikir abstrak
siswa dapat diperoleh dari data tes tertulis
Metode Penelitian kemampuan berpikir abstrak,
Penelitian ini dilaksanaan di SMK yang dibagi dalam dua kategori yaitu tinggi
negeri 2 Purwodadi, dikelas XI tahun dan rendah.
pelajaran 2012/2013. Populasi penelitian ini Deskripsi data jumlah siswa
adalah peserta didik kelas XI Teknik berdasarkan kemampuan berpikir abstrak
Otomotif Kendaraan Ringan SMK N 2 ditunjukkan dalam Tabel 1.
Purwodadi. Sampel yang digunakan diambil
secara acak dari sekelompok kecil yang Tabel 1 Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau
mewakili populasi. dari Kemampuan berpikir abstrak Siswa
Adapun jenis instrumen yang dipilih Jumlah Kategori
Kelas
dalam penelitian ini ada dua yaitu siswa Tinggi Rendah
instrumen pelaksanaan penelitian dan E-
instrumen pengambilan data. Instrumen 38 16 22
learning
pelaksanaan pembelajaran adalah instrumen Komik 39 19 20
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Instrumen ini meliputi: silabus, rencana Jumlah 77 35 42
pelaksanaan pembelajaran (RPP), media
pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS). Kreativitas siswa dikategorikan
Data penelitian yang diambil dari data dalam 2 kelompok yaitu kreativitas tinggi
langsung yang dilaksanakan sebelum dan kreativitas rendah. Rincian data jumlah
perlakuan dan setelah perlakuan,dengan siswa ditinjau dari kreativitas siswa dalam
teknik tes dan nontes. Tabel 2.
Tes adalah suatu alat pengukur yang
berupa serangkaian pertanyaan yang harus Tabel 2 Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau
dijawab secara sengaja dalam situasi yang dari Kreativitas Siswa
Rata-rata Kategori
distandarisasikan,dan yang dimaksudkan Kelas
Jumlah
Skor Kreativitas
untuk mengukur kemampuan dan hasil siswa
Perolehan Tinggi Rendah
belajar individu atau kelompok. Dalam E-learning 38 17 21
penelitian ini digunakan tes prestasi, Komik 39 61 19 20
kemampuan berpikir abastrak dan kreativitas Jumlah 77 36 41
dengan menggunakan soal-soal pilihan

293
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Deskripsi data jumlah siswa ditinjau


dari kelas dengan media e-learning
dan komik, kemampuan berpikir abstrak
tinggi dan rendah serta kreativitas tinggi dan Tabel 6 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
Kognitif Afektif
rendah disajikan dalam Tabel 3. Variabel
Signifi
-kansi Levene’s Keputusan Levene’s Keputusan
Tabel 3. Deskripsi Jumlah Siswa Ditinjau test Uji Test Uji
dari Metode, Kemampuan berpikir abstrak, Media
0,05 0,049 tidak homogen 0,236 Homogen
dan Kreativitas Siswa Kemampuan
Pembelajaran berpikir 0,05 0,338 Homegen 0,568 Homogen
Berbasis Problem abstrak
Kreativitas 0,05 0,269 Homogen 0,382 Homogen
Solving dengan
Menggunakan Media
e-learning Komik
Kreativitas
Dari Tabel 6 terlihat bahwa hasil uji
11 13
Tinggi
Tinggi homogenitas ditinjau dari media dan
Kemam- Kreativitas
puan Rendah
6 6 kreativitas menunjukkan bahwa sampel
berpikir Kreativitas
7 6
berasal dari populasi yang memiliki variansi
abstrak Tinggi
Rendah
Kreativitas
yang tidak homogen untuk ranah kognitif.
15 14
Rendah Hasil uji non parametrik Kruskal
Wallis untuk prestasi belajar kognitif dan
Hasil uji normalitas pada prestasi afektif disajikan dalam Tabel 7 dan Tabel 8.
belajar ranah kognitif disajikan pada Tabel
4. Tabel 7 Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik
Prestasi Belajar Siswa Ranah
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kognitif
Prestasi Belajar Ranah Kognitif Hipotesis Signifikansi
Taraf Keputusan
Kognitif Signifikansi Uji
Kelompok
Komolgorov Taraf Keputusan 1 0,02 0,05 H 0 ditolak
Smirnov Signifikansi Uji
2 0,01 0,05 H 0 ditolak
E-
0,02 0,05 tidak normal
Media
learning 3 0,00 0,05 H 0 ditolak
Komik 0,04 0,05 tidak normal 4 0,00 0,05 H 0 ditolak
Kemampuan Tinggi 0,13 0,05 Normal 5 0,00 0,05 H 0 ditolak
berpikir
abstrak Rendah 0,00 0,05 tidak normal
6 0,00 0,05 H 0 ditolak
7 0,00 0,05 H 0 ditolak
Tinggi 0,66 0,05 Normal
Kreativitas
Rendah 0,01 0,05 tidak normal
Tabel 8 Ringkasan Hasil Uji Non Parametrik
Prestasi Belajar Siswa Ranah
Hasil uji normalitas tiap kelompok Afektif
untuk prestasi belajar ranah afektif dengan Taraf Keputusan
uji Komolgorov-Smirnov disajikan pada Hipotesis Signifikansi
Signifikansi Uji
Tabel 5. 1 0, 22 0,05 H0 diterima
2 0, 42 0,05 H0 diterima
Tabel 5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas 3 0, 76 0,05 H0 diterima
Prestasi Belajar Ranah Afektif 4 0, 56 0,05 H0 diterima
Afektif
5 0, 27 0,05 H0 diterima
Kelompok Komolgorov Taraf Keputusan
Smirnov Signifikansi Uji 6 0, 41 0,05 H0 diterima
E- 7
Media learning
0,200* 0,05 Normal 0, 25 0,05 H0 diterima
Komik 0,200* 0,05 Normal
Kemampuan Tinggi 0,173 0,05 Normal
berpikir
Rendah 0,200* 0,05 Normal
Pengaruh pembelajaran kimia berbasis
abstrak
Tinggi 0,026 0,05
tidak problem solving menggunakan e-learning
Kreativitas normal
Rendah 0,200* 0,05 Normal
dan komik terhadap prestasi belajar
siswa.
Ringkasan hasil uji homogenitas Berdasarkan hasil uji non
untuk prestasi kognitif dan afektif disajikan parametrik Kruskal Wallis dapat diketahui
dalam Tabel 6. bahwa ada pengaruh yang signifikan

294
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

pembelajaran kimia berbasis problem menarik siswa hingga dapat meningkatkan


solving menggunakan e-learning prestasi belajar sains. Hal ini menunjukan
dan komik terhadap prestasi belajar siswa. bahwa komik dapat digunakan sebagai
Dalam penelitian ini pembelajaran problem media untuk menjelaskan ilmu pengetahuan.
solving menggunakan media e-learning dan Komik menarik simpati siswa untuk terus
komik sama-sama melibatkan siswa secara membaca materi sehingga sedikit demi
aktif dalam pembelajaran. Dengan sedikit siswa dapat mencerna pelajaran.
pembelajaran problem solving siswa Burner cit. Winaputra, dkk (2007:
menggukan pola pikir yang terstruktur dan 3.16) mengungkapkan agar pembelajaran
sistematik untuk dapat menyelesaikan dapat mengembangkan ketrampilan
masalah secara bertahap. Penggunaan media intelektual anak maka materi pelajaran perlu
dalam pembelajaran problem solving sangat disajikan dengan memperhatikan tahap
berperan bagi siswa dalam pemecahan perkembangan kognitif anak yang meliputi
masalah. tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Menurut Yacob, dkk (2011) strategi Penggunaan media komik dalam
pembelajaran dengan e-learning akan pembelajaran problem solving ini
menjadi salah satu cara terbaik bagi peserta merupakan penyajian secara ikonik, yaitu
didik untuk memahami teknologi baru dan pembelajaran yang dilakukan dengan
mempelajari berbagai konsep, sehingga menggunakan media dengan serangkaian
mereka akan tertarik untuk memahami dan gambar-gambar untuk menjelaskan suatu
mencari pengetahuan baru. Media e- konsep. Dalam penelitian ini pembelajaran
learning mampu menarik perhatian siswa problem solving dengan e-learning dan
selama pembelajaran berlangsung. Dengan komik ini ternyata komik dapat
e-learning siswa mampu mengkaitkan media meningkatkan presatsi belajar siswa lebih
yang digunakan dengan materi baik dibandingkan dengan menggunakan
pembelajaran. Selain itu e-learning bisa e-learning. Penyajian e-learning dan komik
membuka wawasan siswa untuk lebih merupakan penggunaa media secara visual.
mengembangkan materi dengan e-learning yang disajikan dalam penelitian
menggunakan kemajuan teknologi. Animasi ini adalah media visual yang berupa gambar
yang ditampilkan dalam e-learning bergerak sehingga anak kurang mampu
bisa membuat siswa antusias untuk mengingat dengan jelas, karena anak akan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh lebih tertarik untuk melihat sajian
selama kegiatan belajar berlangsung, e- berikutnya dibanding mencermati gambar
learning dengan sajian materi yang dikemas yang ada. Sedangkan penggunaan komik
dalam media visual, mampu membuat siswa merupakan gambar diam yang memberi nilai
fokus memperhatikan dan asik mengikuti lebih untuk anak fokus dan mengingat
alur-alur secara runtut untuk mempelajari konsep, sehingga ini lebih baik
materi, ini beda dengan pembelajaran biasa dibandingkan penggunaan e-
tanpa menggunakan media pembelajaran. learning, walaupun dalam proses belajar
Begitu pula dengan pembelajaran problem mereka bisa membukanya secara berulang-
solving dengan komik, komik mampu ulang.
menghubungkan konsep yang dipelajari Andersen cit. Diknas menyatakan
bahasa komik yang sederhana. Talatovic bahwa karakteristik siswa meliputi cara
(2009) menyatakan bahwa komik adalah yang tipikal dari berpikir, berbuat dan
sebuah bentuk seni populer terutama perasaan. Ranah afektif mencakup perilaku
dikalangan anak-anak dan dapat dijadikan seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau
sebagai media yang berpotensial untuk nilai. Perilaku seseorang merupakan fungsi
pendidikan sains dan komunikasi. dari watak dan karakteristik lingkungan saat
Berdasarkan dari hasil penelitianya komik perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi
merupakan bacaan yang digemari anak- tindakan atau perbuatan siswa dipengaruhi
anak, ilmu pengetahuan yang disajikan oleh faktor internal (dalam diri siswa)
dalam bentuk komik dan gambar yang ataupun eksternal (lingkungan). Perubahan

295
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

perilaku afektif tidak berlangsung dengan alternatif hepotesis dalam menanggapi


serta merta tetapi melalui proses yang masalah dan mengecek data terhadap setiap
membutuhkan waktu lebih lama dari pada hepotesis untuk membuat keputusan yang
aspek kognitif dan dukungan dari layak. Selain itu siswa tidak dibatasi pada
lingkungan. Dalam penelitian ini benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang
diterimanya hipotesis nol (H0) untuk semua kongkret saja, tetapi mampu menangani
hipotesis ranah afektif dikarenakan proposi yang berlawanan dengan fakta. Ini
penelitian hanya dilakukan pada satu berbeda dengan siswa yang berpikir abstrak
kompetensi dasar yang tidak didukung rendah. Hal ini yang menyebabkan adanya
dengan pengembangan strategi perbedaan terhadap prestasi belajar siswa
pembelajaran yang mengacu pada yang mempunyai kemampuan berpikir
keterampilan proses untuk mata pelajaran abstrak tinggi atau rendah terhadap prestasi
lain selain kimia. Kurang seriusnya siswa belajar siswa.
dalam proses belajar dan tidak adanya
dukungan lingkungan mengakibatkan Pengaruh kreativitas terhadap prestasi
kurang terlihatnya dampak pebelajaran belajar siswa.
problem solving dengan e-learning dan Perhitungan untuk hipotesis ketiga
komik terhadap prestasi belajar siswa ranah menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
afektif. kreativitas terhadap prestasi belajar siswa
ranah kognitif, tetapi tidak ada pengaruh
Pengaruh kemampuan berpikir abstrak kreativitas terhadap prestasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa. ranah afektif. Tingkat kreativitas antara
Dari hasil penelitian diperoleh ada masing-masing siswa tidaklah sama. Karena
pengaruh yang signifikan kemampuan pengembangan kreativitas dapat diperoleh
berpikir abstrak terhadap prestasi belajar dari masing-masing pengetahuan yang
siswa baik ranah kognitif sedangkan ranah dimiliki siswa, bisa pula dipengaruhi oleh
afektif untuk materi ikatan kimia tidak ada lingkungan dan segala permasalahanya
pengaruh yang signifikan. Anak dikatakan sehingga menumbuhkan daya kreativitas.
masuk pada tingkat operasional formal Dengan demikian kreativitas yang dimiliki
adalah pada saat kira-kira memasuki usia 11 masing- masing siswa berbeda-beda pula.
tahun, seperti yang diungkapkan Piaget. Dalam pembelajaran ikatan kimia
Siswa SMK kelas XI adalah termasuk dalam siswa yang aktif dan mempunyai rasa
tahap operasional formal. Dalam tingkatan keingintahuan yang besar tergolong siswa
ini anak sudah menggunakan operasi-operasi yang memiliki kreativitas tinggi. Siswa yang
kongkretnya untuk membentuk operasi- mempunyai kreativitas tinggi selalu ingin
operasi yang lebih kompleks. Hasil akhir mencari pengalaman yang baru, dan tidak
yang dapat dicapai pada tahapan ini bahwa merasa puas dengan jawaban yang ada.
anak mampu berpikir abstrak. Sehingga Mereka akan selalu mencari alternatif untuk
anak sudah dapat berpikir secara efektif dan mendapatkan solusi lain yang dapat
sistematis, secara proporsional, serta memecahkan masalah.
menarik generalisasi secara mendasar seperti Selain itu siswa dengan daya
yang di ungkapkan Suyono (2010: 85). kreativitasnya tinggi akan senang
Dalam pembelajaran ikatan kimia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
materi yang diberikan sifatnya abstrak, termotivasi untuk mencari pengalaman baru
sehingga siswa perlu memusatkan perhatian serta penemuan yang memuasakan bagi
yang lebih dalam agar dapat mengerti dan mereka. Munculnya kreativitas biasanya
paham akan materi ikatan kimia. Saat proses didasari oleh pengalaman dan pengetahuan
pembelajaran siswa yang berpikir abstrak sebelumnya dan dapat berkembang menurut
tinggi cenderung akan mudah memahami pengalaman atau proses belajar dari siswa
dibanding siswa yang berpikir abstrak tersebut. Dengan demikian siswa yang
rendah. Karena siswa yang berpikir abstrak kreativitasnya tinggi akan memahami materi
tinggi akan berusaha merumuskan banyak dengan caranya sendiri sehingga dapat

296
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

mengoptimalkan proses belajarnya dan tayangan yang ada dalam komputer masing-
mengakibatkan prestasi belajarnya masing dan mendiskusikan dengan
meningkat. Sebaliknya siswa yang kelompoknya. Agar dalam pemecahan
kreativiasnya rendah akan cenderung pasif masalahnya memperoleh hasil yang
dan tidak ada inovasi sehingga dalam maksimal, siswa dituntut sabar karena harus
memahami materi tidaklah maksimal, siswa mengulang-ulang tayangan yang ada.
tidak antusias dalam menyaelesaikan Seperti yang diungkapkan Jacobsen (2009:
masalah. Ini berdampak pada prestasi siswa, 252) bahwa teknologi dapat digunakan
karena materi ikatan kimia yang tidak untuk mengemukakan masalah-masalah
mereka pahami, sehingga hasil prestasi yang realistis kepada siswa melalui
belajarnya rendah. Hal yang demikian simulasi-simulasi, yang memungkinkan
tersebut yang mengakibatkan siswa yang siswa berpatisipasi secara langsung dalam
kreativitasnya tinggi mempunyai prestasi aktivitas-aktivitas yang benar-benar
belajar lebih baik dibanding siswa yang membangkitkan semangat. Dengan
kreativitasnya rendah. Maka ada pengaruh pembelajaran e-learning siswa mulai
yang signifikan antara siswa yang menghubungkan tampilan media dengan
kreativitasnya tinggi dan siswa yang konsep materi ikatan kimia, disini
kreativitasnya rendah. kemampuan berpikir abstrak siswa akan
Interaksi antara pembelajaran kimia berperan untuk menyelesaikan masalah.
berbasis problem solving menggunakan e- Dalam penelitian ini siswa yang mempunyai
learning dan komik dengan kemampuan kemampuan berpikir abstrak rendah akan
berpikir abstrak terhadap prestasi lebih baik bila pembelajarannya
belajar siswa. menggunakan e-learning dibanding
Ada interaksi yang signifikan antara komik, sehingga berpengaruh pada kenaikan
metode pembelajaran problem solving prestasi belajarnya.
menggunakan e-learning dan komik, berarti Sedangkan pembelajaran problem
siswa dengan kemampuan berpikir abstrak solving dengan komik siswa juga akan
tinggi dan rendah diberi perlakukan diberikan media yang berupa visualisasi.
pembelajaran problem solving dengan e- Komik menyajikan materi yang dilengkapi
learning maupun komik memberikan dengan gambar yang akan membantu siswa
prestasi belajar yang berbeda secara dalam memahami materi ikatan kimia.
signifikan. Hal ini berarti bahwa siswa Siswa akan menikmati bacaan seakan
dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi mereka tidak sedang dalam kelas yang harus
dan rendah jika dalam pembelajaran diceramahi guru, melainkan seperti
menggunakan metode dan media yang membaca di tempat lain untuk belajar
sesuai akan mempengaruhi prestasi belajar mandiri. Maka siswa dengan sendirinya
siswa. akan aktif berdiskusi menyelesaikan
Dalam pembelajaran problem masalah yang ada guna memahami materi.
solving, siswa dihadapkan pada masalah- Komik merupakan media visual sama
masalah yang harus dapat dipecahkan seperti e-learning, namun komik merupakan
sendiri dalam menguasai materi ikatan gambar diam, sehingga anak lebih mudah
kimia. Penggunaan media yang tepat untuk mencermatinya. Dengan keluasan
memudahkan guru dalam menyampaikan proses belajar di penelitian ini siswa yang
pesan materi pelajaran ke siswa. Dalam hal memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi
ini pembelajaran problem solving dengan lebih dapat meningkatkan prestasi
menggunakan dua media yang berbeda akan belajarnya bila menggunakan media komik
menunjukan tingkat kemampuan berpikir dibanding e-learning. Dengan demikian ada
abstrak yang berbeda pula pada siswa. interaksi antara pembelajaran problem
Penggunaan media e-learning ini solving menggunakan e-learning dan komik
mampu memikat simpati siswa. Siswa dengan kemampuan berpikir abstrak siswa
berperan aktif tanpa merasa dikendalikan terhadap prestasi belajar.
oleh guru. Mereka akan sibuk mengikuti

297
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

berusaha untuk memahami materi sehingga


akan berdampak pada naiknya prestasi
belajar mereka.
Sementara komik dipilih sebagai
media karena komik dapat dimanfaatkan
untuk menunjang tercapainya tujuan
Interaksi antara pembelajaran kimia pembelajaran. komik adalah suatu bentuk
berbasis problem solving menggunakan e- sajian cerita dengan seri gambar yang lucu.
learning dan komik dengan kreativitas Dengan mengemas meteri ikatan kimia
terhadap prestasi belajar siswa. dalam komik yang sedang digemari siswa,
Dari hasil uji statistik dapat dilihat akan dapat memberi inspirasi siswa untuk
ada interaksi yang signifikan antara bersemangat membaca dan membolak balik
pembelajaran kimia berbasis problem komik untuk menyelesaikan masalah.
solving menggunakan e-learning Komik bisa dikatakan sebagai suatu bentuk
dan komik dengan kreativitas terhadap karya seni yang menggunakan gambar-
prestasi belajar siswa ranah kognitif, tetapi gambar tidak bergerak yang disusun
tidak ada interaksi yang signifikan antara sedemikian rupa sehingga membentuk
pembelajaran kimia berbasis problem jalinan cerita dari sebuah ide, sehingga
solving menggunakan e-learning dan komik walaupun digunakan untuk media
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar pembelajaran perlu daya imajinasi yang
siswa ranah afektif. tinggi dalam memahami. Siswa yang
Dalam era perkembangan IPTEK mempunyai daya kreativitas tinggi biasanya
yang begitu pesat dewasa ini, lebih cepat mengerti sebuah karya seni yang
profesionalisme guru tidak cukup hanya dituangkan dalam gambar yang disajikan
dengan membelajakan siswa, tetapi harus dengan pemilihan warna yang menarik, dan
mampu mengelola informasi dan lingkungan ini dapat meningkatkan kreativitas siswa.
untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Dalam penelitian ini siswa yang
Yacob, dkk (2011). Melakukan penelitian kreativitasnya tinggi lebih baik prestasi
tentang kesadaran siswa dalam penggunaan belajarnya jika mengunakan media komik.
e-learning dalam pembelajaran. Hasil Dengan demikian ada interaksi antara
penelitian menunjukan bahwa siswa-siswa pembelajaran kimia berbasis problem
memiliki kesadaran tinggi untuk solving menggunakan e-learning
memanfaatkan e-learning dalam dan komik dengan kreativitas terhadap
pembelajarannya. prestasi belajar siswa ranah kognitif, tetapi
Pembelajaran problem solving tidak ada interaksi yang signifikan antara
menggunakan e-learning juga merupakan pembelajaran kimia berbasis problem
salah satu fasilitas yang menggunakan solving menggunakan e-learning dan komik
kemajuan IPTEK guna pencapain prestasi dengan kreativitas siswa ranah afektif.
siswa yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Dengan bantuan media yang dapat Interaksi antara kemampuan berpikir
mendukung proses belajar, siswa akan aktif abstrak dengan kreativitas dan terhadap
dan mandiri memikirkan segala prestasi belajar siswa.
kemungkinan dalam menyelesaikan masalah Dari hasil uji statistik menyatakan
yang ada. Disini siswa akan mulai berfikir bahwa ada interaksi yang signifikan antara
secara konfergen dengan banyak alternatif kemampuan berpikir abstrak dengan
jawaban. Dengan begitu siswa akan mulai kreativitas terhadap prestasi belajar siswa
berpikir secara kreatif. Siswa yang kreatif ranah kognitif, tetapi tidak ada interaksi
rasa keingintauannya besar sehingga yang signifikan antara kemampuan berpikir
cenderung berani, dan berpikir mandiri abstrak dengan kreativitas terhadap prestasi
untuk mencari penyelesaian masalah. belajar siswa ranah afektif.
Dengan begitu siwa akan antusias dengan Dalam pendapatnya Jacobsen
media e-learning yang diberikan dan (2010) mengatakan bahwa fungsi abstraksi

298
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

yang membuat bernilai dalam kurikulum terhadap prestasi belajar siswa ranah afektif.
adalah kemudahan untuk menggunakannya Penggunaan media pembelajaran akan
dalam membuat prediksi masa depan. Di membantu dalam penyampaian materi dari
sini berarti siswa yang berpikir abstrak guru ke siswa. Jika tidak tepat dalam
tinggi akan mempunyai daya imajinatif, pemilihan media dan kondisi siswa yang
inovatif dan ulet. Hal tersebut merupakan tidak kooperatif dapat memperlambat
ciri-ciri siswa yang berpikir kreatif. Dengan jalanya proses pembelajaran. Penggunaan
demikian siswa yang berpikir abstrak tinggi media e-learning dan komik
dengan mempunyai kreativitas tinggi akan disesuaikan dengan keadaan karakteristik
meningkat hasil belajarnya. Jadi ada siswa sehingga mampu meningkatkan
interaksi antara siswa yang berpikir abstrak prestasi belajar siswa. Sifat dan karekteristik
dengan kreativiatas belajar. anak smk yang masih sulit untuk
Adanya interaksi yang signifikan berkonsentrasi dan tidak serius dalam
antara kemampuan berpikir abstrak dan menerima pelajaran adatif membuat mereka
kreativitas ditinjau dari prestasi belajar kurang semangat dalam pembelajaran.
aspek kognitif berarti siswa yang memiliki Dengan pembelajaran mengggunaka e-
kreativitas tinggi memiliki prestasi belajar learning dan komik mereka lebih antusias
aspek kognitif yang lebih tinggi daripada dan mulai menyenangi pelajaran kimia
siswa yang memiliki kreativitas rendah terutama pada materi ikatan kimia.
apapun kemampuan berpikir abstraknya. Penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan untuk siswa yang memiliki Somer, dkk (1994) mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih pembelajaran problem solving yang meliputi
baik prestasi kognitifnya daripada siswa empat tahapan yaitu clarify (menjelaskan),
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak organize (mengatur), resolve (memutuskan),
rendah baik siswa yang kreativitasnya tinggi dan examine the problem (memeriksa
dan rendah. Tidak adanya interaksi yang masalah). Hasil penelitian ini menunjukkan
signifikan antara kemampuan berpikir bahwa model pembelajaran ini
abstrak dan kreativitas ditinjau dari prestasi meningkatkan kepercayaan siswa dalam
belajar aspek afektif berarti baik siswa yang pemecahan masalah.
memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi Dalam penelitian ini siswa yang
maupun rendah tidak memiliki perbedaan mempunyai kemampuan berpikir abstrak
prestasi belajar yang signifikan terhadap tinggi dan kreativitas tinggi, prestasi
kreativitas tinggi dan rendah. belajarnya akan lebih bagus menggunakan
media komik dibanding e- learning. Ini
dikarenakan siswa tersebut mempunyai
daya imajinasi tinggi sehingga lebih cepat
Interaksi antara pembelajaran kimia untuk memahami materi ikatan yang
berbasis problem solving menggunakan e- disajikan dalam komik yang merupakan
learning dan komik, kemampuan berpikir salah satu bentuk karya seni. Begitu pula
abstrak dan kreativitas terhadap prestasi siswa yang mempunyai kemampuan berbikir
belajar siswa. abstrak rendah dan kreativitas rendah akan
Dari hasil perhitungan statistik lebih baik prestasi belajarnya bila digunakan
menyatakan bahwa ada interaksi yang media komik. Hal tersebut berakibat adanya
signifikan antara pembelajaran kimia interaksi antara pembelajaran problem
berbasis problem solving menggunakan e- solving dengan menggunakam media e-
learning dan komik, kemampuan berpikir learning dan komik ditinjau dari
abstrak, dan kreativitas terhadap prestasi kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas
belajar siswa ranah kognitif, tetapi tidak ada siswa.
interaksi yang signifikan antara
pembelajaran kimia berbasis problem
solving menggunakan e-learning dan komik,
kemampuan berpikir abstrak, dan kreativitas

299
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Kesimpulan dan Rekomendasi abstrak siswa, sebaiknya digunakan


pembelajaran berbasis problem solving
Berdasarkan hasil analisis dan dengan media e-learning untuk siswa yang
pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai memiliki kemampuan berpikir abstrak
berikut: 1) ada pengaruh pembelajaran kimia rendah. Sedangkan untuk siswa yang
berbasis masalah menggunakan metode memiliki kreativias rendah sebaiknya
proyek dan eksperimen terhadap prestasi digunakan pembelajaran problem solving
belajar kognitif siswa, namun tidak ada dengan media komik.
pengaruh terhadap prestasi belajar afektif;
2) tidak ada pengaruh kreativitas terhadap Daftar Rujukan
prestasi belajar kognitif dan afektif siswa; 3)
ada pengaruh keterampilan menggunakan Aunurrahman. (2006). Belajar dan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
kognitif siswa, namun tidak ada pengaruh
pada prestasi belajar afektif; 4) tidak ada Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep
Inti. Penerjemah: Suminar Setiati
interaksi antara pembelajaran kimia berbasis
Achmadi. Jakarta: Erlangga.
masalah menggunakan metode proyek dan
eksperimen dengan kreativitas terhadap Dahar RW. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta:
prestasi belajar kognitif dan afektif siswa; 5) Erlangga.
ada interaksi antara pembelajaran kimia
berbasis masalah menggunakan metode ----------------. (2006). Teori-Teori Belajar.
proyek dan eksperimen dengan keterampilan Jakarta: Erlangga.
menggunakan alat laboratorium terhadap
prestasi belajar kognitif siswa, namun tidak Daryanto. (2010). Media Pembelajaran.
ada interaksi terhadap prestasi belajar Yogyakarta: Gava Media
afektif; 6) ada interaksi antara kreativitas
Depdiknas. (2003). Pengembangan perangkat
dan keterampilan menggunakan alat Penilaian Afektif. Dirjen Pendidikan
laboratorium terhadap prestasi kognitif Dasar dan Menengah. Jakarta
siswa, namun tidak ada interaksi pada (Unpublised)
prestasi afektif; 7) tidak ada interaksi antara
pembelajaran kimia berbasis masalah Jacobsen. David A . EggenP. Kauchak D.
menggunakan metode proyek dan (2009). Methods for Teaching.
eksperimen, kreativitas dengan keterampilan Penerjemah: Achmad Fawaid dan
menggunakan alat laboratorium terhadap Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka
prestasi kognitif dan afektif siswa. Pelajar.
Rekomendasi dari hasil penelitian
Mulyasa E. (2010). Implementasi Kurikulum
yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:
a) pembelajaran yang optimal dapat Bumi Aksara.
dilakukan dengan pemilihan pendekatan,
strategi, metode, dan media yang sesuai Munandar U. (2009). Pengembangan Kreativitas
dengan karakteristik materi dan karakteristik Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
siswa. Pembelajaran berbasis problem
solving dengan menggunakan media e- Munadi Y. (2010). Media Pembelajaran Sebuah
learning dan komik dapat digunakan sebagai Pendekatan Baru. Jakarta: GP Press.
strategi pembelajaran alternatif untuk
Sanjaya W. (2010). Strategi Pembelajaran
meningkatkan kualitas pendidikan; b) dalam
Berorientasi Standar Proses
pembelajaran kimia sebaiknya guru Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
memperhatikan kemampuan berpikir abstrak Group.
dan kreativitas siswa, karena sangat Somers, K. dkk. (1994). CORE: An
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa; Interdiciplinary Course In Quantitative
c) untuk meningkatkan hasil belajar siswa Problem Solving. PRIMUS, 4:1, 55-69.
dilihat dari faktor kemampuan berpikir

300
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 3 2013 (hal 288-301)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Suyono. (2010). Belajar dan Pembelajaran.


Bandung: Rosdakarya Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta: Media Abadi.
Talatovic, M. (2009). Science comics as tool for
science education and communication: a Yacob A. dkk (2011). Student awarness towards
brief, exploratory study. Journal off e-learning in education. Procedia ,93-
Science Communication, 1-15. 10.

Winataputra U.S, dkk. (2007). Teori Belajar dan


Pembelajaran. Jakarta: Universitas
Terbuka.

301

Anda mungkin juga menyukai