Makalah Individu Celvin
Makalah Individu Celvin
Disusun oleh :
Ahmad Celvin Moniagah (NIM: 1893244005)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-NYA sehingga
kami dapat menyusun makalah ini dengan baik hingga selesai. Tidak lupa juga kami
mengucapkan trimakasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.
Dengan harapan semoga dengan adanya makalah ini pembaca banyak mendapatkan
ilmu dan menambah wawasan pengetahuan yang lebih banyak dan dapat bermanfaat bagi
kita semua. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan masalah................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Controlling dalam manajeman pendidikan.....................................2
B. Ayat Al-Quran dan Hadist yang berhubungan dengan controlling...................5
C. Implementasi controlling dalam manajeman pendidikan.................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 10
BAB I
3
PENDAHULUAN
Sebuah lembaga pendidikan formal, sosok pemimpin merupakan aspek yang sangat
mempengaruhi gerak dan hasil kerja personalnya. Untuk menyiasati agar pimpinan lembaga
pendidikan Islam dapat melakukan perannya secara maksimal, maka peningkatan dalam
manajemen merupakan salah satu pilihan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila
tidak dilaksanakan, maka tujuan pendidikan (termasuk di dalamnya pembelajaran) tidak
mungkin dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Berbicara masalah manajemen tentunya tidak bisa lepas dengan empat komponen
yang ada yaitu (POAC) planning, organizing, actuating dan controlling. Dalam konteks
manajemen, kegiatan pengawasan dilakukan oleh seorang manajer dalam rangka
mengendalikan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan
(directing) dan pengawasan (controlling) yang telah diformat dalam suatu program.
Disamping pengawasan dalam makalah ini, akan dibahas mengenai pertanggungjawababn
sebagai upaya mencapai kepercayaan publik terhadap kepemimpinan yang dijalankan
menurut Al-Qur’an dan Hadist
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana ayat al-Qur’an dan hadist yang yang berkaitan dengan controlling ?
C. Tujuan Masalah
2. Untuk mengetahui ayat Al-Quran dan hadist yang berkaitan dengan controlling
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pengertian Controlling atau Pengawasan dalam Manajemen Pendidikan
1
Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Renika Cipta, Jakarta, 1993
2
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
5
B. Tafsir Ayat Surat Al-Qur’an Mengenai Controlling dalam Manajemen Pendidikan
1. Qs at-Tahriim ayat 6
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما أَ َم َرهُ ْم
ََويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Pada QS at-Tahrim ayat ini terdapat kata ُك ْمyyوْ ا أَ ْنفُ َسyyُ قyang berarti buatlah suatu
penghalang datangnya siksaan api neraka dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat,
memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah
Allah. Selanjutnya َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم, maksutnya adalah keluargamu yang terdiri dari istri, anak,
pembantu, dan budak diperintahkan kepada mereka agar menjaganya dengan cara
memberikan bimbingan, nasehat, dan pendidikan kepada mereka. Hal ini sejalan dengan
hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibn al-Munzir, al-Hakim, dan oleh riwayat lain dari
Ali ra, ketika menjelaskan ayat tersebut, maksutnya adalah berikanlah pendidikan dan
pengetahuan mengenai terhadap dirimu dan keluargamu. Kemudian َوقُوْ ُدadalah sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk menyalakan api. Sedangkan ٌ ا َرةy ْال ِح َجadalah batu berhala yang
disembah oleh masyarakat jahiliyyah. ٌ ةy َملَئِ َكmaksutnya malaikat yang bertugas menjaga
neraka. Selangkan ُ ِغاَل ظmaksutnya adalah hati yang keras, yaitu hati yang tidak memiliki
belas kasihan apabila ada orang yang meminta dikasihani. Dan دَا ٌدyy ِشartinya memiliki
kekuatan yang tidak dapat dikalahkan3.
Ayat di atas memberikan gambaran bahwa dakwah dan pendidikan harus diawali dari
lembaga yang paling kecil, yaitu diri sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat
tersebut awalnya berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti
dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan, al-Qur’an menyebutkan bahan
bakar neraka, bukan model dan jenis siksaannya. Sementara bahan bakar siksaan di dalam
ayat di atas digambarkan berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegagalan
dalam menanamkan nilai-nilai pada diri manusia berawal pada kegagalan dalam mendidik
masa kecilnya, dalam lembaga yang terkecil yaitu keluarga. Kegagalan pendidikan dalam
3
http://fiamila46.blogspot.com/2021/2/2/makalah-ulumul-hadist-kedudukan-dan.html
6
usia dini, akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh dirinya sendiri yang tidak
terarahkan pada usia dininya.
Kaitannya Controlling dalam surat At Tahrim ayat 6 ini yaitu adanya control atau
pengawasan mulai dari sendiri dan keluarga maupun anak untuk senantiasa taat dan
melaksanakan perintah Allah supaya kelak nantinya mereka terhindar dari api neraka. Dan
dalam tafsiran ayat ini bisa diambil kesimpulan bahwa kepala rumah tangga sebagai
peminpin dalam keluarga wajib mengingatkan atau melakukan pengawasan kepada istri, anak
maupun saudara untuk senantiasa taat pada perintah Allah. Ini berarti kedua orang tua
bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing dalam
pemberdaayaan potensi bakat minat, sikap, wawasan pendidikan, seni dan sosial budaya
meliputi oleh nilai-nilai agama, etika dan estetika serta dinaungi oleh hubungan yang
harmonis. Sebagaimana tugas utama seorang pemimpin dalam ruang lingkup yang lebih luas
harus mampu menjaga keselamatan dan kesuksesan institusi atau organisasi tersebut, baik
organisasi keluarga maupun organisasi universal. Bagaimana manajer bisa mengontrol orang
lain sementara dirinya sendiri masih belum terkontrol. Dengan demikian seorang manajer
harus menjadi orang terbaik dan harus mengontrol seluruh anggotanya dengan baik.
2. Qs ar-Ra’d ayat 8
Artinya : “Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan
kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. dan segala sesuatu pada sisi-
Nya ada ukurannya.”
Ayat di atas menjelaskan bahwasannya Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi
pada rahim seorang perempuan dan juga menentukan ketentuan-ketentuan-Nya yang sesuai.
4
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Toha Putra, Semarang, 1993, Juz II
7
Dalam hal ini Allah melakukan upaya pengamatan pada seluruh yang terjadi pada harim
perempuan dan menentukan semuanya sesuai yang telah direncanakan oleh Allah. Jadi
seyogyanya seseorang dalam melakukan pengewasan harus mengetahui seluruh pelaksanaan
kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah
dan membenarkan yang benar. Karena pengawasan sebagai proses pemantauan yang terus
menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat
materil maupun spirituil dan suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
ُبَهy ِه ِم ْن أَ ْينَ ا ْكت ََسyِل َوع َْن َمالy َ yا فَ َعyy ِه فِي َمyاهُ َوع َْن ِع ْل ِمyyَا أَ ْفنyyر ِه فِي َمy
ِ y عن ُع ْم: الَ تَ ُزو ُل قَ َد َما َع ْب ٍد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َحتَّى يُسْأ َ َل ع َْن أربع
ُوفِي َما أَ ْنفَقَهُ َوع َْن ِج ْس ِم ِه فِي َما أَ ْبالَه.
َ
Artinya “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat nanti
sampai ditanya tentang empat perkara: (1) tentang umurnya untuk apa dia habiskan, (2)
tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan, (3) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan
untuk apa harta tersebut dibelanjakan, dan (4) tentang tubuhnya, untuk apa dia gunakan."
(HR. At-Tirmidzi disohihkan Al-Albany dalam Ash-Shohihah, 946)5
Hadist diatas menjelaskan tentang tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba
pada hari kiamat nanti sampai ia ditanya tentang 4 perkara: Pertama, ditanya tentang
umurnya, kesempatan dia hidup di dunia ini, untuk apa ia gunakan. Apakah dengan usia atau
kesempatan itu dia gunakan untuk berfoya-foya, ataukah dia tidak merasa bahwasanya dia
akan dikembalikan oleh Allah di hari kiamat nanti. Jangan sampai kita menyesal seperti
penyesalannya orang kafir ketika lalai akan datangnya kematian, kemudian nyawanya dicabut
dalam keadaan belum bertaubat kepada Allah, maka apa yang terjadi kemudian. Kedua,
tentang ilmunya, sejauh mana dia amalkan ilmunya. Kita menuntut ilmu ini tidak dibiarkan
begitu saja oleh Allah, akan tetapi kita dituntut untuk mengamalkannya. Karena hakekat
5
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi,TERAS, Yogyakarta, 2008
8
tujuan ilmu adalah pengamalannya. Allah akan meminta pertanggungjawaban tentang
pengamalan ilmu yang kita pahami. Maka hendaknya kita bersungguh-sungguh untuk
mencari ilmu, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, tentang hartanya, dari mana ia dapatkan harta tersebut dan untuk apa harta
tersebut dibelanjakan. Apakah harta tersebut dia peroleh dari jalan yang halal, ataukah harta
tersebut diperoleh dari hal-hal yang haram. Keempat, tentang tubuhnya, untuk apa dia
gunakan di dunia ini. Apakah tubuh tersebut dia gunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Dia
lahir dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, kemudian Allah karuniakan kepadanya
penglihatan dan pendengaran. Dengan itu apakah dia bisa mengemban amanah dari Allah
tersebut, yaitu menjaga pendengarannya, penglihatan, dan hatinya dari hal-hal yang dilarang
oleh Allah. Allah mengingatkan bahwa dihari kiamat semua tubuh kita menjadi saksi atas
perbutan kita didunia.
Penjelasan mengenai hadist diatas bahwasannya semua yang ada pada diri manusia
mulai dari umur, ilmu, tubuh, dan harta akan dimintai pertanggungjawaban. Tentang
bagaimana semua bidang tersebut digunakan oleh manusia, apakah untuk kebaikan atau
keburukan. Menanamkan jiwa pengawasan terhadap diri sendiri sangatlah penting. Karena
beperan penting dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini dikarenakan kita
senantiasa hidup dalam kelompok atau masyarakat dan tidak bisa hidup sendirian. Selain itu
pengawasan diri sendiri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Hal ini dikarenakan
bahwa seseorang yang mampu mengatur dirinya sendiri dari perbuatan yang merugikan diri
sendiri atau orang lain akan lebih mudah fokus terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
mampu memilih tindakan yang lebih bermanfaat, dan menunjukkan kematangan emosi6.
2. Dari Abu Ya’la Syidad bin Aus r.a, Rasulullah SAW bersabda :
،ت َ y َو َع ِم، ُهyول هللا ص م ال َكيِّسُ َم ْن دَانَ نَ ْف َسyyال رسyyال قyyه قyyي هللا عنyyداد ابن اوس رضyyعن ابي يعلى ش
ِ وyy َد ال َمy ا بعyyل لِ َمy
)وال َعا ِج ُز َم ْن أ ْتبَ َع نَ ْف َسهُ هَواهَا َوتَمنَّى َعلَى هللاِ (رواه الترميذي
Artinya : “Orang yang cerdas itu adalah orang yang mengendalikan hawa nafsunya,
dan mengerjakan untuk kehidupan setelah kematian. Dan yang lemah itu adalah orang yang
mengikuti hawa nafsunya dan berandai-andai kepada Allah.” (HR. Turmudzi).
6
http://phanter-cabak.blogspot.co.id/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
9
Al-Kaisu, orang yang cerdas yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw adalah orang
yang mampu dengan bijak mengendalikan hawa nafsunya untuk tunduk dan taat terhadap
perintah Allah Swt serta menjahui segala larangan-larangan-Nya. Ungkapan senada dapat
kita temukan juga dalam hadits Rasulullah Saw lain, yang menyebutkan bahwa orang yang
paling berani itu adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya. Dan juga jihad
yang lebih besar daripada peperangan mengangkat senjata, adalah jihad melawan hawa
nafsu7.
Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengontrol atau mengawasi jiwanya
sendiri sebelum mengawasi orang lain, apalagi menilainya. Pengawasan inilah yang
digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Karena sekali
lagi, orang yang sukses akan selalu memperhatikan mengevaluasi dari kinerja pribadi yang
telah dilakukannya. Orang yang pandai yang mampu mengontrol nafsu sendiri senantiasa
akan mengevaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya
yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam
rangka peningkatan kepribadiannya sendiri.
Dari segi pendidikan, pengawasan mengandung makna suatu usaha agar suatu
pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Dan dengan
adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah
terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
10
masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara profesional. Tugas tersebut jika ditinjau
dari kajian konseptual merupakan kajian supervisi. Dengan demikian, dalam praktik
kepengawasan para pengawas menjalankan fungsi sebagai supervisor. Dalam dunia
pendidikan, supervisi diidentikkan dengan pengawasan, memang hal ini dapat dimaklumi
karena bila dikaji dari sisi etimologis istilah “supervisi” atau dalam bahasa inggris
“supervision” sering didefinisikan sebagai pengawasan. Supervisi ialah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.
8
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Bina Aksara, Jakarta:, 1998
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawasan atau ar-riqobah merupakan suatu yang harus ada dan harus dilaksanakan.
Kegiatan ini untuk meneliti dan memerikasa apakah pelaksanaan tugas-tugas perencanaan
betul-betul dikerjakan atau tidak. Hal ini juga untuk mengetahui apakah ada penyimpangan,
penyalahgunaan dan kekurangan dalam pelaksanaannya, jika ada maka perlu untuk direvisi.
Dengan demikian semua hal tersebut dapat menjadi bukti dan perhatian serta sebagai bahan
bagi pimpinan untuk memberikan petunjuk yang tepat pada tahap berikutnya.
Qs at-Tahriim ayat 6 menjelaskan tentang adanya control atau pengawasan mulai dari
sendiri dan keluarga maupun anak untuk senantiasa taat dan melaksanakan perintah
Allah supaya kelak nantinya mereka terhindar dari api neraka. Dan dalam tafsiran
ayat ini bisa diambil kesimpulan bahwa kepala rumah tangga sebagai peminpin dalam
keluarga wajib mengingatkan atau melakukan pengawasan kepada istri, anak maupun
saudara untuk senantiasa taat pada perintah Allah.
Hadist la tazula qadama abdin menerangkan tentang semua yang ada pada diri
manusia mulai dari umur, ilmu, tubuh, dan harta akan dimintai pertanggungjawaban.
Tentang bagaimana semua bidang tersebut digunakan oleh manusia, apakah untuk
kebaikan atau keburukan. Menanamkan jiwa pengawasan terhadap diri sendiri
sangatlah penting. Hadist al-Kayyisu menerangkan tentang orang yang cerdas adalah
orang yang mampu mengontrol atau mengawasi jiwanya sendiri sebelum mengawasi
orang lain, apalagi menilainya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, Toha Putra, Semarang, 1993, Juz II
Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Renika Cipta, Jakarta, 1993
http://phanter-cabak.blogspot.co.id/2012/10/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
http://fiamila46.blogspot.com/2021/2/2/makalah-ulumul-hadist-kedudukan-dan.html
13