Anda di halaman 1dari 88

1

ANALISIS PEMASARAN TELUR AYAM KAMPUNG (Gallus


domesticus) DI KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

RENDEL HERBERT GINTING


120306057

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


2

ANALISIS PEMASARAN TELUR AYAM KAMPUNG (Gallus


domesticus)DI KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR
SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

RENDEL HERBERT GINTING


120306057

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelarsarjana


Peternakan di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


3

Judul : Analisis Pemasaran Telur Ayam Kampung (Gallusdomesticus)


di Kotamadya Pematang Siantar Sumatera Utara
Nama : Rendel Herbert Ginting
NIM : 120306057
Progam studi : Peternakan

Disetujui oleh:
Komisi Pembimbing

Ir. Armyn Hakim Daulay, M.B.A Dr. Nevy Diana Hanafi, SPt., M.Si
Ketua Anggota

Mengetahui:

Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS.


Ketua Program Studi Peternakan

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis sistim dan saluran pemasaran


telur ayam kampung dan menganalisi efisiensi pemasaran dilihat dari margin
pemasaran, share harga dan rasio keuntungan biaya telur ayam kampung di
Kotamadya Pematangsiantar Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilakukan
selama 2 bulan, mulai Juli hingga Agustus 2017. Metoda yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah 1. Penarikan sample peternak maupun lembaga
pemasaran lain dipilih dengan teknik snowboling sampling dan metoda
pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan quisioner.
Analisis data meliputi biaya pemasaran, margin pemasaran, share
petani/peternak dan rasio biaya keuntungan dari masing-masing saluran
pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat saluran
pemasaran. Margin pemasaran pada saluran ke dua menunjukan margin biaya
terkecil dan margin keuntungan terbesar sehingga saluran ini menunjukkan rasio
keuntungan biaya terbesar. Farmer share terbesar diperoleh pada saluran ke empat
tetapi saluran ini hanya menggunakan pedagang pengecer sebagai saluran
perantara ( 1 tingkat) dan jumlah telur yang dipertukarkan relatif sedikit. Jadi
disimpulkan bahwa saluran kedua adalah saluran yang paling efisien karena biaya
terkecil dan keuntungan tersebar merata di semua lembaga pemasar yang
berperan. Kebutuhan telur ayam kampung di kotamadya pematang siantar
(63,33%) dipasok dari luar kota dan (36,66%) dipenuhi oleh peternak dari dalam
kota.

Kata kunci:Telur ayam kampung, Saluran pemasaran, Pemasaran efisiensi

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the marketing system and


channel of chicken eggs and analyze marketing efficiency from marketing margin,
price share and profit ratio of chicken egg cost in Pematangsiantar Municipality of
Simalungun Regency. This research was conducted for 2 months, from July to
August 2017. The method used in data collection is 1. Sampling of breeders and
other marketing institutions selected by snowboling sampling technique and data
collection methods is done by interviewing techniques using quisioner.
Data analysis includes marketing costs, marketing margin, farmer /
breeder share and profit cost ratio of each marketing channel. The results of this
study indicate that there are four marketing channels. The marketing margin on
the second channel shows the smallest cost margin and the largest profit margin
so that it shows the largest cost-benefit ratio. The largest farmer share is obtained
on the fourth channel but this channel uses only the retailer as an intermediate
channel (1 level) and relatively few exchanged eggs. So it is concluded that the
second channel is the most efficient channel because the smallest cost and benefits
are spread evenly in all the marketer institutions that play a role. The need for
chicken eggs in the municipality siantar siantar (63.33%) supplied from outside
the city and (36.66%) filled by breeders from within the city.

Keyword: kampong chicken egg, marketing channel, marketing efisiensi

ii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 22 Agustus 1994 dari Ayah

Martius Ginting dan Ibu Julia Hutauruk. Penulis merupakan anak kedua dari

empat bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Santo Thomas 2 Medan dan pada

tahun yang sama diterima masuk ke Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB) Mandiri.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebegai anggota Ikatan

Mahasiswa Peternakan (IMAPET), Ikatan Mahasiswa Khatolik (IMK), dan Ikatan

Mahasiswa Kristen Peternakan (IMAKRIP)

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perusahaan

Breeding Pokphand Pangkalan Susu Sumatera Utara pada bulan Juli sampai

dengan Agustus 2015

iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan karunia berupa kesehatan dan kesempatan, sehingga skripsiini

dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun judul dari Skripsi ini adalah “Analisis Pemasaran Telur Ayam

Kampung (Gallusdomesticus) Kota Pematang Siantar Sumatera Utara” yang

merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di

Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua

dan keluarga yang telah mendukung penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi

ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Armyn Hakim Daulay, M.B.A

sebagai ketua komisi pembimbing danDr. Nevy Diana Hanafi, SPt., MSi. selaku

anggota komisi pembimbing penulis, yang telah bersedia untuk membimbing dan

memberikan berbagai masukan yang berharga dalam proses penyelesaian skripsi

ini. Kepada civitas akademika di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara di ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekuranagn.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk perbaikankedepannya. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian.................................................................................... 4
Hipotesis...................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA
Telur Ayam Kampung................................................................................. 5
Pemasaran ................................................................................................... 8
Saluran Pemasaran ...................................................................................... 10
Margin Pemasaran....................................................................................... 11
Kerangka Pemikiran .................................................................................... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 14
Bahan dan Alat Penelitian ........................................................................... 14
Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 14
Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 15
Prosedur Penelitian...................................................................................... 16
Analisa Data ................................................................................................ 17

GAMBAR UMUM LOKASI PENELITIAN


Letak dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian ........................................ 20
Keadaan Sosial EkonomiPenduduk ............................................................ 20
Karakteristik Peternak Responden .............................................................. 22
Karakteristik Pedagang ............................................................................... 24

v
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lembaga Pemasaran.................................................................................... 28
Saluran Pemasaran ...................................................................................... 31
Fungsi Pemasaran ....................................................................................... 33
Fungsi Pemasaran Pada Peternak ................................................................ 36
Fungsi Pemasaran Pada Pedagang Pengumpul ........................................... 37
Fungsi Pemasaran Pada Pedagang Besar dan Grosir .................................. 37
Fungsi Pemasaran Pada Pedagang Pengecer............................................... 38
Margin Pemasaran....................................................................................... 39
Farmer’s Share ............................................................................................ 49
Rasio Keuntungan Dan Biaya ..................................................................... 50
Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung ............................................... 53

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan ................................................................................................. 55
Saran ............................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

NoHalaman

1. Jumlah Penduduk Kota Madya Pematang Siantar Per Kecamatan


Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 .............................................. 21

2. Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis


Kelamin Di Kotamadya Pematang Siantar ..................................... 21

3. Persentase Penduduk Kerja Menurut Lapangan Kerja.................... 22

4. Karakterisitik Peternak responden berdasarkan umur dan


Pendidikan ....................................................................................... 22

5. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan ....................................................................................... 23

6. Pengalaman Beternak ...................................................................... 23

7. Usia Pedagang Responden .............................................................. 25

8. Tingkat Pendidikan Pedagang ......................................................... 26

9. Pengalaman Berusaha Pedagang ..................................................... 27

10. Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Oleh Lembaga-


Lembaga Pemasaran Telur Ayam Kampung di Kotamadya
PematangSiantar.............................................................................. 35

11. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang Dikeluarkan Oleh


Setiap Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran I .................. 40

12. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang Dikeluarkan Oleh


Setiap Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran II................. 42

13. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang Dikeluarkan Oleh


Setiap Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran III ............... 44

14. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang Dikeluarkan Oleh


Setiap Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran Iva .............. 45

15. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung yang Dikeluarkan Oleh


Setiap Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran IVb ............. 46

16. Margin Pemasaran ........................................................................... 48

vii
Universitas Sumatera Utara
17. AnalisisFarmer’s Sharepada Saluran Pemasaran Telur Ayam
KampungKotamadya Pematangsiantar ........................................... 49

18. Rasio Keuntungan Biaya ................................................................. 51

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Skema Saluran Pemasaran I ....................................................... 31

2. Skema Saluran Pemasaran II ...................................................... 32

3. Skema Saluran Pemasaran III ..................................................... 32

4. Skema Saluran Pemasaran IV..................................................... 33

ix
Universitas Sumatera Utara
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Seiring dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan

semakin membaiknya tingkat pendapatan yang ditunjang pula dengan

meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, maka tingkat konsumsi penduduk

terhadap produk-produk peternakan mengalami peningkatan.Produk peternakan

yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas salah satunya adalah telur ayam.

Telur banyak dikonsumsi karena mengandung protein yang cukup tinggi sehingga

baik untuk pertumbuhan dan kesehatan. Selain itu telur juga menjadi bahan baku

industri makanan.

Telur merupakan salah satu produk peternakan unggas yang memiliki

kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur juga salah satu sumber

protein hewani disamping daging, ikan dan susu. Sedianoetama (2006)

mengemukakan bahwa telur merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi

dan relatif murah dibandingkan sumber protein yang lain, sehingga mudah

dijangkau oleh masyarakat. Besarnya kandungan kalori, protein dan lemak tiap

100 gram bagian yang dimakan dari telur yakni kandungan kalori 162 kal, lemak

12,8 kal dan protein 11,5 kal.

Usaha peternakan telur ayam kampung dapat berkembang dengan pesat,

karenausaha ini dapat dilakukan pada lahan yang tidak terlalu luas, oleh karena itu

hal utama yang diperhatikan oleh peternak adalah pengelolaan yang baik.

Keberhasilan usaha peternakan selain tergantung dari sisi peternak dalam hal

pengelolaan dan pada besar kecilnya biaya produksi juga tergantung pemasaran

produk yang telah dihasilkan. Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting

Universitas Sumatera Utara


2

dalam menentukan keberhasilan dan kelangsungan hidup peternak karena apabila

telur yang diproduksi tidak dapat dipasarkan tentunya akan mengakibatkan

kerugian bagi peternak dan usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan lancar.

Sumber pertumbuhan ternak ayam kampung termasuk telur dapat dilihat

dari dua sisi yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran.Di sisi permintaan telur

ayam kampung mengalami peningkatan oleh pertambahan jumlah penduduk,

peningkatan pendapatan yang diikuti oleh kesadaran dalam mengkonsumsi

makanan sehat, serta selera masyarakat yang berkembang terhadap makanan yang

bermutu hal ini terlihat dari perkembangan industri kue, roti, jamu, dan makanan

lainnya.

Tingkat konsumsi telut dapat dilihat dari peningkatan persentase

pengeluaran perkapita penduduk berdasarkan jenis makanan terhadap telur dan

susu tahun 2012 sebesar 5,74% menjadi 6,35% tahun 2014 (Maryanti, 2017)

Disisi penawaran sumber pertumbuhan telur ayam kampung tergambar dari

jumlah populasi ayam kampung, produktifitas serta daya saing telur ayam

kampung.Hal ini sangat berkaitan dengan karateristik usaha ternak ayam kampung

petelur.Untuk kebutuhan telur di dalam negeri, belum dapat dipenuhi oleh

peternak domestik.Indonesia masih mengimpor telur senilai 1250 ton dan tidak

ada eksport (Statistik Peternakan, 2010).

Dari kenyataan ini masih perlu upaya pemenuhan kebutuhan telur oleh

peternak di dalam negeri.Hal ini merupakan perhatian dari instansi yang terkait

terhadap pengembangan sistem agribisnis ayam kampung petelur.

Kabupaten Simalungun khususnya wilayah Pematangsiantar memiliki

kondisi alam yang sesuai dengan budidaya telur ayam kampung.Hal ini

Universitas Sumatera Utara


3

merupakan pendorong utama bagi pertumbuhan ayam sekaligus telur ayam

kampung di tingkat peternak dan Pematangsiantar memiliki populasi penduduk

tertinggi di Kabupaten Simalungun.

Usaha budidaya telur ayam kampung yang berkembang di daerah ini

memiliki skala usaha yang berbeda, dan pada akhirnya akan bermuara pada

perbedaan kemampuan beternak telur ayam kampung. Dengan kata lain jika skala

usaha berbeda maka peternak ayam kampung akan memilih saluran pemasaran

yang berbeda pula, sesuai dengan keterbatasan pasokan yang dimiliki.

Sistem pemasaran peternakan merupakan suatu kesatuan antara lembaga-

lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk

memperlancar aliran produksi dari produsen ke konsumen dan sebaliknya

menambah kelancaran aliran uang dengan meningkatkan nilai tambah produk oleh

kegiatan yang dilakukan setiap lembaga pemasaran.

Gonarsyah (1993) dalam Eryani(1998) mengatakan bahwa kunci

keberhasilan pengembangan pasar domestik adalah inovasi dan peningkatan

efisiensi pemasaran produk dalam negeri, dimana lebih difokuskan pada efisiensi

pemasaran yakni menekan biaya pemasaran dan memantapkan organisasi yang

ada.Efisiensi pemasaran dapat dilakukan dan terselenggara melalui integrasi

vertikal dan horizontal yang kuat dan terjadi peningkatan rasio nilai tambah yang

tercipta dengan biaya yang lebih kecil.

Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan sistem

pemasaran maupun penanganan komoditi peternakan yang sejalan dengan

perbaikan kesejahteraan pelaku pemasar yang terlibat didalamnya. Selanjutnya

panjang pendeknya saluran pemasaran akan berpengaruh pada keuntungan pelaku

Universitas Sumatera Utara


4

pemasar ataupun lembaga yang terlibat sehingga perlu dikaji sistem pemasaran

telur ayam kampung dengan mengidentifikasi pembentukan mekanisme lembaga

pemasaran, pola saluran, fungsi-fungsi pemasaran dan struktur pasar.

Perumusan Permasalahan

1. Bagaimana sistem dan saluran pemasaran telur ayam kampung di Kotamadya

PematangSiantar.

2. Apakah sistem pemasaran sudah efisien dilihat dari : margin pemasaran,

farmershare, rasio keuntungan dan biaya.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis sistem dan saluran pemasaran telur ayam kampung di Kotamadya

Pematang Siantar.

2. Menganalisis efisiensi pemasaran dilihat dari:margin pemasaran, share

peternak, dan rasio keuntungan biaya.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

mengembangkan pemasaran telur ayam kampung dan pertimbangan bagi peternak

telur ayam kampung dalam memprediksi persediaan dan permintaan konsumen

akan telur ayam kampung.

Hipotesis

1. Terjadi beberapa pola saluran pemasaran telur ayam kampung di Kotamadya

Pematangsiantar.

2. Semakin pendek saluran pemasaran maka semakin kecil margin pemasaran

dan semakin kecil margin pemasaran semakin besar farmer’s share.

3 Ada satu saluran pemasaran yang paling efisien.

Universitas Sumatera Utara


5

TINJAUAN PUSTAKA

Telur Ayam Kampung

Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan

merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi,

maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungan

sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan

dengan ayam ras. Penyebaran ayam kampung hampir merata di seluruh pelosok

tanah air.Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetiknya yang tidak

seragam. Disamping itu badan ayam kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras

petelur tipe ringan (Rasyaf, 2002).

Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat

gizi yang lengkap bagi pertumbuhan mahluk hidup baru. Protein telur mempunyai

mutu yang tinggi, karena memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap,

sehingga dijadikan patokan untuk menentukan mutu protein dari bahan pangan

yang lain. Tetapi disamping adanya hal-hal yang menguntungkan itu, telur

memiliki sifat yang mudah rusak. Setiap butir telur terdiri dari 11% bagian telur

kulit, 58% bagian putih telur dan 31% bagian kuning telur. Telur ayam kampung

mengandung beberapa zat. Setiap butir telur mengandung : air 74%, protein 13%,

lemak 11% dan zat lainnya 2%. Lemak yang terdapat pada telur terdiri dari lemak

jenuh dan lemak tidak jenuh. Telur juga mengandung vitamin A, vitamin B

kompleks (thiamin, riboflavin dan niacin), vitamin D, zat besi dan fosfor

(Johari, 2004).

Ayam betina rata-rata dapat menghasilkan sebutir telur setiap hari, dan

jumlah telur yang sudah dibuahi dapat mencapai lima belas butir. Ayam betina

Universitas Sumatera Utara


6

akan mengerami telurnya setelah telur terakhir keluar dari badannya. Telur akan

menetas setelah dierami oleh ayam betina selama 21 hari. Semakin baik kualitas

telur, semakin besar prosentase penetasannya.Kualitas telur itu sendiri sangat

ditentukan oleh pakan ayam betina semasa proses bertelur, dan bahkan jauh

sebelum masa bertelur. Dengan kata lain, pakan dan perawatan ayam betina amat

menentukan kualitas telurnya. Semakin baik pakan dan perawatannya, semakin

baik pula mutu telurnya (Hartono dan Isman, 2005).

Umur ayam yang terlalu tua akan menyebabkan kulit telur yang

dihasilkannya menipis. Suhu yang terlalu panas mengurangi nafsu makan induk

ayam petelur sehingga mempengaruhi telur yang dihasilkan. Suhu yang

diperkenankan maksimal mencapai 290C. Air dan kelembapan ideal harus

diterapkan jangan terlalu tinggi atau rendah. Seperti kualitas induk, kualitas pakan

juga mempengaruhi kualitas telur. Kandungan pakan seperti kalsium, fosfor,

mangan dan vitamin D juga akan mempengaruhi kualitas telur (Rasyaf, 2002).

Produksi telur akan bagus jika jumlah atau kuantitas makanan yang dimakan

unggas cukup. Dalam hal ini kualitas makanan adalah kandungan nutrisi yang ada

dalam makanan itu. Kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam dan

mendukung produksi telur yang bagus tergantung pada bahan makanan yang

digunakan untuk membentuk makanan tersebut. Produksi telur yang sesuai

harapan tidak hanya tergantung pada makanan yang cukup dan berkualitas baik,

tetapi perlakuan dan suasana lingkungan juga turut mendukung (Johari, 2004).

Memelihara ayam petelur sebaiknya dilakukan ditempat yang mempunyai

ketinggian 400-1.000 meter dari permukaan laut (mdpl). Kurang dari ketinggian

400 mdpl menyebabkan ayam mudah stres karena pengaruh panas. Sementara itu,

Universitas Sumatera Utara


7

ketinggian tempat di atas 1.000 mdpl akan berpengaruh buruk terhadap ayam

karena jumlah oksigen yang tersedia semakin rendah. Kasus-kasus yang sering

terjadi di dataran rendah adalah ayam mudah mengalami panting (ayam bernapas

dengan mulut karena panas yang berlebihan), bobot telur lebih ringan, kanibal,

dan tingkat kematian tinggi. Kasus-kasus yang muncul di dataran tinggi adalah

ayam mengalami kematian karena perut kembung dan penyakit pencernaan

lainnya yang disebabkan bakteri gram negatif (Nuraso, 2010).

Produk peternakan bersifat cepat rusak sehingga untuk mencapai tujuan dan

sasaran di bidang pemasaran adalah dengan kegiatan praktek pemasaran khusus

yaitu dengan pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan penanganan yang baik.

Pemilihan saluran pemasaran diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang

menyangkut pertimbangan pasar, pertimbangan barang, dan pertimbangan

pedagang perantara. Dengan pertimbangan tersebut saluran yang dipilih

diharapkan menjadi saluran yang paling efektif. Apabila peternak salah dalam

memilih saluran pemasaran maka akan membawa akibat yang kurang

menguntungkan bagi peternakan tersebut. Dengan dipilihnya saluran pemasaran

yang lebih efektif, suatu peternakan dapat melakukan perbaikan strategi

pemasaran yang sebelumnya sudah pernah diterapkan, dan akan dapat

dipergunakan sebagai alternatif strategi pemasaran yang baru, sehingga dapat

mewujudkan tujuan suatu pemasaran yaitu meningkatkan volume penjualan dari

produk peternakan tersebut, dan menjadikan pemasaran produk tersebut bisa tetap

eksis, maju dan menang dalam dunia persaingan (Kotler, 2000).

Peternak bisa memiliki kerjasama dengan mitra yang ingin memasarkan

telur ayam kampung. Kemudian mitra usaha berkewajiban memasarkan hasil dari

Universitas Sumatera Utara


8

telur ayam kampung kepada pembeli atau pedagang/pengepul besar (agen).

Pemasaran telur ayam kampung relatif mudah dikarenakan masih tingginya

permintaan pasar terhadap telur ayam kampung. Kendala dirasakan pada sisi

harga. Harga telur ayam kampung cenderung berfluktuasi yang dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya permintaan pasar. Apalagi pada bulan - bulan tertentu menjelang

hari besar keagamaan seperti lebaran, lebaran haji, natal dan tahun baru atau

upacara adat, maka permintaan telur ayam kampung melonjak. (Nazaruddinet al.,

2011).

Pemasaran

Menurut Saefildin (2002) bahwa pemasaran telur yang dilakukan oleh

produsen biasanya menggunakan berbagai lembaga pemasaran agar produk telur

ayam sampai ke tangan konsumen. Proses ini memerlukan biaya pemasaran yang

akan digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Untuk itu perlu

perhatian pada masalah efisiensi pemasaran agar telur sampai di tangan konsumen

dengan harga yang wajar, lembaga pemasaran yang terlibat masih mampu

menjalankan fungsi pemasaran secara baik dan memperoleh keuntungan yang

wajar.Ada 3 syarat pokok yang harus dipenuhi dalam memperbaiki efisiensi

pemasaran yaitu: 1) terjaminnya banyak alternatif pilihan bagi konsumen pada

pasar output, 2) perbedaan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat

konsumen harus mampu mencerminkan biaya pelaksanaan fungsi-fungsi

pemasaran yang wajar dan 3) adanya kebebasan lembaga pemasaran untuk

keluarmasuk pasar.

Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian

hasil yang optimum. Dengan kata lain suatu saluran pemasaran dikatakan efisien

Universitas Sumatera Utara


9

jika biaya pemasaaran dapat di tekan dan memperoleh keuntungan yang wajar,

persentase harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen

tidak terlalu tinggi serta tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Efisiensi pemasaran

menunjukan indikasi kesejahteraan para pelaku kegiatan pemasaran produk

pertanian meliputi produsen, lembaga pemasaran dan konsumen. Melalui efisiensi

pemasaran terlihat perbedaan pendapatan produsen, biaya dan keuntungan

lembaga pemasar serta kelayakan pendapatan produsen dengan pendapatan

pelaku pemasaran yang terlibat dalam kegiatan tataniaga (Fanani, 2002).

Hal ini sesuai dengan Limbong dan Sitorus (1987) yang menyatakan bahwa

pemasaran pertanian disebut efisien bila tercipta keadaan dimana pihak-pihak

yang terlibat baik pada sistem produksi, lembaga-lembaga pemasaran maupun

ditingkat konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya efektifitas pemasaran

tersebut

Efisiensi pemasaran juga merupakan maksimisasi rasio input dan output,

pengurangan biaya input tanpa mengurangi kepuasan konsumen dapat menambah

efisiensi sedangkan perubahan yang mengurangi biaya tapi mengurangi kepuasan

konsumen akan menurunkan efisiensi pemasaran. Menurut Soekartawi dan

Sigalinging (2007) efisiensi pemasaran terjadi jika :

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi.

2. Persentaseperbedaanharga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat

lebih tinggi

3. Tersedia fasilitas fisik pemasaran.

4. Adanya kompetisi pasar yang sehat.

Universitas Sumatera Utara


10

Saluran Pemasaran

Menurut Kotler (1997) saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi

yang saling tergangtung dan terlibat dalam proses menjadikan suatu produk siap

untuk di konsumsi. Saluran pemasaran dapat diuraikan menurut jumlah dan

ikatannya.Saluran pemasaran menurut jumlah ada yang berbentuk panjang

maupun berbentuk pendek.Hal ini dipengaruhi oleh skala produksi dari komoditi

yang di pasarkan. Bentuk-bentuk saluran pemasaran yang umum digunakan antara

lain:

1. Saluran nol tingkat (saluran pemasaran langsung), merupakan saluran

pemasaran yang terdiri dari seorang produsen yang langsung menjual ke

konsumen akhir.

2. Saluran satu tingkat, merupakan saluran yang berisi satu perantara

penjualan.

3. Saluran dua tingkat, merupakan saluran berisi dua perantara dan umumnya

terdiri dari pedagang besar dan pedagang eceran.

4. Saluran pemasaran tiga tingkat, merupakan saluran pemasaran yang berisi

tiga perantara yaitu pedagang besar, pemborong, dan pedagang eceran.

Menurut Sudiyono dalam Kumala et al. (2015), saluran pemasaran yang

disebut juga saluran distribusi pemasaran dapat digambarkan sebagai suatu rute

atau jalur yang didalamnya terdapat lembaga-lembaga pemasaran.Lembaga

pemasaran muncul karena adanya kebutuhan konsumen untuk memperoleh

komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan

konsumen.Tugas dari lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi

pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.Berikut ini

Universitas Sumatera Utara


11

merupakan lembaga-lembaga pemasaran yang umumnya terdapat dalam saluran

pemasaran industri peternakan.

1. Peternak, merupakan lembaga pemasaran yang menghasilkan produk

2. Pedagang pengumpul, merupakan lembaga pemasaran yang menjual

komoditi yang diperoleh dari beberapa peternak. Peranan pedagang

pengumpul adalah mengumpulkan komoditi yang dibeli oleh peternak

sehingga dapat meningkatkan efisien pemasaran seperti pengankutan.

3. Pedagang besar, merupakan lembaga pemasaran yang lebih meningkatkan

pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran sehingga jumlah komoditi yang ada

pada pedanang pengumpul perlu dikonsentrasikan lagi oleh pedagag besar.

Pedagang besar juga melakukan fungsi distribusi komoditi kepada agen

dan pedagang pengecer.

4. Agen penjual, merupakan lembaga pemasaran yang bertugas dalam proses

distribusi komoditi yang dipasarkan dengan membeli komoditi dari

pedagang besar dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.

5. Pengecer, merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang

bersifat komersil dimana kelanjutan proses produksi sangat tergantung

dengan aktivitas pengecer dalam menjual produk ke konsumen.

Margin Pemasaran

Margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar

konsumen dengan harga yang diterima peternak produsen.Margin pemasaran pada

suatu saluran pemasaran tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari margin

pada masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat.Rendahnya biaya tataniaga

suatu komoditi belum tentu mencerminkan efisiensi yang tinggi.Salah satu

Universitas Sumatera Utara


12

indikator efisiensi kegiatan tataniaga adalah membandingkan persentase atau

bagian harga yang diterima peternak (petani) terhadap harga yang dibayar

konsumen akhir (Prassojo, 2012).

Margin pemasaran atau marketing margin terdiri dari biaya-biaya untuk

melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran.

Setiap lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsinya yang berbeda

sehingga share margin diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang

terlibat berbeda (Sudiyono, 2004). Margin Pemasaran terdiri dari berbagai

macam ongkos-ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen.

Margin pemasaransama dengan ongkos tataniaga (Sihombing, 2011).

Salah satu kegunaan dari perhitungan margin pemasaran adalah

mengetahui tingkat efisiensi pemasaran.Secara umum dapat dikatakan bahwa

semakin tinggi margin pemasaran suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat

efisiensi saluran tataniaga.Karena apabila margin pemasaran semakin tinggi maka

semakin panjang saluran pemasarannya sehingga bagian yang diperoleh petani

(farmer share) semakin rendah dan akibatnya efisiensi saluran tataniaganya

semakin rendah (Gultom, 1996).

Universitas Sumatera Utara


13

Kerangka Pemikiran

Perbedaan harga jual di tingkat peternak dan


ditingkat konsumen

Lembaga Pemasaran
Peternak • Pemasok Konsumen
• Pedagang
pengumpul
• Pedagang besar
• Pedagang
Grosir
• Pedagang
pengecer

Analisis kualitatif Analisis kuantitatif


• Saluran/lembaga • Margin pemasaran
• Fungsi • Share harga (farmer
pemasaran share)
• Rasio keuntungan
biaya

Universitas Sumatera Utara


14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kotamadya Pematangsiantar, Kabupaten

Simalungun mulai bulanJuni sampai Juli 2017. Penentuan lokasi ini dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini memiliki

banyak peternakan ayam kampung dengan berbagai skala. Metoda penelitian

dilakukan dengan studi kasus.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahanyang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah kuisoner yang

ditujukan pada pihak-pihak terkait di Kota Pematang Siantar,Kabupaten

Simalungun, Provinsi Sumatera Utara

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain GPS (Global Positioning

System), kamera digital, alat tulis, microsoft excel dan laptop.

Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data sebanyak tiga kali dalam seminggu selama satu bulan

dan pengolahan data dilakukan selama satu bulan. Sumber data yang dikumpulkan

dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait, seperti

lembaga atau perusahaan pemasaran atau kelompok kunci. Pedagang perantara

ditentukan dengan metoda penelusuran yaitu dengan menulusuri semua pedagang

yang terlibat termasuk lembaga yang membeli dari peternak, dan pedagang yang

bertindak sebagai pedagang besar dan pedagang pengecer. Data primer yang

dikumpulkan meliputi biaya distribusi, jalur distribusi, harga ditingkat produsen

dan konsumen.

Universitas Sumatera Utara


15

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, buku atau jurnal, instansi

terkait serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan

rujukan yang berhubungan dengan pemasaran telur ayam kampung. Data

sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum lokasi penelitian,

perkembangan distribusi, perkembangan harga, perkembangan permintaan dan

penawaran telur ayam kampung di Pematangsiantar.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Metoda penarikan responden

Penarikan sampel peternak maupun lembaga pemasaran seperti pedagang

pengumpul, pedagang besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer dipilih

dengan teknik Snowboling sampling yaitu mengikuti alur saluran telur ayam

kampung dari peternak hingga pedagang pengecer.

b. Metoda wawancara dengan menggunakan kuisioner

Teknik yang menggunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara

pengumpulan data dengan secara langsung mewawancarai pihak-pihak yang

terkait dengan harapan dapat memberikan informasi serta data mengenai

pemasaran dan nilai finansial telur ayam kampung. Teknik pengumpulan data

untuk telur ayam kampung dilakukan dengan metode purposive sampling dengan

responden peternakan yaitu lembaga atau perusahaan pemasaran dan konsumen

akhir (pedagang besar dan pengecer).

Dalam penelitian ini, responden diminta untuk menjawab beberapa hal yang

berkaitan dengan topik penelitian. Pengumpulan data wawancara dilakukan

Universitas Sumatera Utara


16

dengan wawancara langsung dengan responden secara sistematis sesuai dengan

tujuan penelitian.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari dan mengambil data dari

literatur terkait dan sumber-sumber lain yang dianggap dapat memberikan

informasi mengenai penelitian ini seperti buku, penelitan terdahulu, jurnal dan

internet.

d. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat semua arsip dan catatan

penting lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian.

Prosedur Penelitian

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki potensi sumberdaya peternakan

yang cukup besar khususnya telur ayam kampung (Gallus domesticus), selain itu

didukung oleh luas lahan perternakan yang cukup luas untuk pembudidayaan

ayam kampung.

Awal dilakukannya penelitian ini yaitu dengan meenentukan lokasi

berlangsungnya pelaksanaan penelitian. Lokasi penelitian ini berada dilokasi

kawasan peternakan ayam kampung yang didalamnya secara potensil merupakan

penghasil telur ayam kampung. Untuk memperoleh data-data yang diinginkan

dalam memenuhi kebutuhan penelitian ini melakukan penyebaran kuesioner yang

melibatkanlembaga/perusahaan dan pedagang besar/kecil serta peternak di

kawasan sekitar.Didalamnya terdapat serangkaian pertanyaan yang telah disusun

sedemikian rupa dan yang berhubungan atau berkaitan dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara


17

ini.Setelah itu kuisioner tersebut dikumpulkan untuk dianalisis. Angket atau

kuisioner dapat dilihat pada lampiran 1.

Analisis Data

1. Untuk mengetahui pola distribusi pemasaran telur dianalisis dengan mengikuti

jalur pemasaran produk telur ayam ras dari produsen sampai

konsumen.Kemudian dijelaskan dengan analisis deskriptif.

2. Analisis margin pemasaran.

Menurut Soekartawi (1995), untuk mencari margin pemasaran dapat

digunakan rumus :

Mp = Pr − Pf
Keterangan :
MP : Margin pemasaran (Rp/kg)
Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

3. Analisis Share harga yang diterima produsen

Menurut Sudiyono (2002), untuk mencari share harga yang diterima

produsen dapat digunakan rumus :

Pf
Spf = x 100%
Pr
Keterangan :
Spf : Farmer’s Share (%)
Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga di tingkat peternak (Rp/kg)

Universitas Sumatera Utara


18

4. Analisis share biaya pemasaran dan share keuntungan lembaga pemasaran

Menurut Sudiyono (2002), untuk mencari share biaya pemasaran dan share

keuntungan lembaga pemasaran dapat digunakan rumus :

Kpi
Ski = x 100%
(Pr − Pf)

Kbi
Sbi = x 100%
(Pr − Pf)

Keterangan :

Ski : Share keuntungan lembaga pemasaran ke-i (i = 1) (Rp/kg)


Kpi : Keuntungan lembaga pemasaran ke-i (Rp/kg)
Sbi : Share biaya pemasaran ke-i (Rp/kg)
Kpi : Biaya pemasaran ke-i (Rp/kg)
Pr : Harga di tingkat konsumen (Rp/kg)
Pf : Harga di tingkat produsen (Rp/kg)

Tolak ukur yang digunakan untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah

dengan melihat perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga

pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dibandingkan dengan biaya

pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Margin pemasaran

Pemasaran dikatakan efisien apabila margin pemasaran peternak lebih besar

dari margin pemasaran yang diterima oleh lembaga pemasaran secara keseluruhan

dan sebaliknya.

2. Berdasarkan share biaya dan share keuntungan

Pemasaran dikatan efisien jika share keuntungan > dari share biaya dan

sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


19

3. Berdasarkan farmer’s share

Dikatakan efisien jika farmer’s share > 50%.Nilai farmer’s share memiliki

hubungan negatif dengan margin pemasaran artinya semakin tinggi margin

pemasaran maka farmer’s share semakin rendah

4. Rasio Keuntungan biaya

Dikatakan efisien jika rasio keuntungan biaya > 1 dan sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


20

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak Dan Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Kota Pematang siantar terletak pada garis 2º6’35’’ - 3º01’00’’ Lintang

Utara dan 99º1’00’’ - 99º6’35’’ bujur timur, berada ditengah-tengah wilayah

kabupaten Simalungun. Luas dataran kota Pematangsiantar adalah 79,971 km²

terletak 400 sampai 500 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah

menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari

dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah

kota Pematang Siantar.

Secara administrasi wilayah kota Pematang Siantar terbagi menjadi 8

(delapan) kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Siantar Marihat


2. Kecamatan Siantar Maribun
3. Kecamatan Siantar Selatan
4. Kecamatan Siantar Barat
5. Kecamatan Siantar Utara
6. Kecamatan Siantar Timur
7. Kecamatan Siantar Martoba
8. Kecamatan Siantar Sitalasari

Kota madya Pematang Siantar berjarak 128 km dari Medan dan 50 km dari

Parapat.Kota ini terdapat 8 kecamatan dan 53 Kelurahan.

Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk

Jumlah Penduduk di daerah ini adalah 249.505 jiwa yang terdiri dari

121.684 Laki-laki dan 127.821 perempuan. Dari penjelasan jumlah penduduk itu

kepadatan penduduk adalah sebesar 3120 jiwa/km² ( luas wilayah sebesar 79,97

km²). Kota Pematang Siantar masih terdapat lahan pertanian yakni persawahan,

perkebunan, perikanan, dan peternakan.

Universitas Sumatera Utara


21

Tabel 1.Jumlah Penduduk Kota Madya Pematang Siantar Per Kecamatan Menurut
Jenis Kelamin Tahun 2016
Rasio
Kecamatan Laki – Laki Perempuan Jumlah Jenis
Kelamin
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Siantar Marihat 9 456 9 801 19 257 96,48
2. Siantar Maribun 7 653 8 086 15 739 94,64
3. Siantar Selatan 8 352 9 478 18 010 90,02
4. Siantar Barat 18 378 19 061 37 439 96,42
5. Siantar Utara 23 679 25 271 48 950 93,70
6. Siantar Timur 19 335 21 207 40 542 91,17
7. Siantar Martoba 20 444 20 365 40 809 100,39
8. Siantar Sitalasari 14 207 14 552 28 759 97,63
Pematang Siantar 121 684 127 821 249 505 95,20

Sumber :Badan Pusat Stasistik Pematang Siantar 2017

Daerah pertanian yang paling banyak terdapat di kecamatan Siantar Utara

dan Kecamatan Siantar Sitalasari.Di daerah ini masih terdapat daerah persawahan

yang subur.Daerah perikanan terdapat di kecamatan Siantar Sitalasari dan daerah

peternakan terdapat di kecamatan Siantar Selatan.Di daerah ini yang banyak

keluarga yang menggantungkan hidup dengan hasil peternakan seperti ayam,

bebek, kambing, hingga sapi.

Pada umumnya faktor usia sangat mempengaruhi tingkat produktifitas

kerja seseorang yang masuk usia angkatan kerja. Dibawah ini dijelaskan sebaran

penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kotamadya Pematang Siantar tahun

2016.

Tabel 2.Komposisi Sebaran Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Di


Kotamadya Pematang Siantar
Kelompok Laki-Laki Perempuan Total %
Umur
Dibawah 15 7.086 6.646 13.732 28%
15 – 49 12.422 13.587 26.009 53%
Diatas 50 4.171 5.038 9.209 19%
Total 48.950
Sumber : Badan Pusat Statistik Pematang Siantar Data Diolah

Universitas Sumatera Utara


22

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa angkatan kerja usia 15 – 49

menempati persentasi yang tinggi adalah sebesar 53%. Pada usia tersebut

termasuk pada golongan usia angkatan kerja sedangkan persentasi terendah adalah

pada golongan usia di atas 50 tahun yaitu sebesar 19 % dan sebesar 28% ditempati

kelompok umur dibawah 15%.

Tabel 3. Persentase Penduduk Kerja Menurut Lapangan Kerja


Jenis 2013 (%) 2015 (%)
Bekerja 93,39 90,53
Sektor Pertanian 7,84 10,66
Sektor 15,50 11,36
Perdagangan jasa dan
76,67 77,98
lainnya

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian

kotamadya Pematang Siantar sebagian besar bekerja disektor perdagangan jasa

dan lainnya (77,98%) sedangkan penduduk yang bekerja disektor pertanian hanya

sebesar 10,66%.

Karakteristik Peternak Responden

Peternak responden dalam penelitian ini terbagi 2 yaitu peternak di

Kotamadya Pematangsiantar dan yang kedua adalah peternak di luar

Pematangsiantar yaitu di Kecamatan Pantai Labu dan Karangsari. Peternak di

Kotamadya Pematangsiantar berjumlah 6orang, 1 orang dari daerah Karangsari,

dan dari Kecamatan Pantai Labu berjumlah 3 orang.

Tabel 4. Karakterisitik Peternak Responden Berdasarkan Umur Dan Pendidikan


Kelompok Umur Jumlah peternak (orang) %
21-30 - -
31-40 2 20%
41-50 2 20%
51-60 4 40%
Diatas 60 2 20%
Jumlah 10 100%

Universitas Sumatera Utara


23

Berdasarkan tabel di atas 60% peternak ayam kampung adalah pada umur

di atas 51tahun.Persentasi kelompok umur31 - 40 dan 41 - 50 tahun adalah

sebesar 20%.Hal ini menunjukkan bahwa peternak rata-rata sudah berusia tua, dan

artinya sudah ada penurunan animo peternak ataupun masyarakat untuk

mengusahakan telur ayam kampung. Pengalaman peternak responden dalam

memelihara ayam, secara rata-rata adalah 15 tahun, sebagian besar mereka sudah

beternak sejakdari remaja.

Tabel 5. Karakteristik Peternak Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Jumlah
Tingkat Pendidikan
Peternak (orang) %
Tamat SMP 2 20 %
Tamat SMA 6 60 %
Tamat S1 2 20 %
Total 10 100 %

Berdasarkan Tabel 5 tingkat pendidikan peternak paling besar adalah

tamatan SMA yaitu sebesar 6orang (60%).Dan diikuti dengan pendidikan S1

sebesar 2 orang (20%).Ada 2 orang yang tamat SMP (20%).Hal ini

mengindikasikan dengan tingginya pendidikaan peternak, tingkat penerimaan

mereka terhadap informasi mengenai telur ayam kampung adalah cepat.Ada 2

orang yang tamat sarjana tetapi bukan sarjana bidang peternakan.

Tabel 6.Pengalaman Beternak


Jumlah Peternak
Pengalaman Persentasi
(orang)
Dibawah 15 4 40%
Diatas 15 6 60%
Jumlah 10 100 %

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik peternak responden

berdasarkan pengalaman beternak menunjukkan bahwa 60% peternak responden

memiliki pengalaman lebih besar dari 15 tahun.Sedangkan sisanya adalah

peternak dengan pengalaman dibawah 15 tahun.Hal ini mengungkapkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


24

sebagian besar peternak sudah memiliki banyak pengalaman beternak ayam

kampung.

Skala Usaha Ternak

Berrdasarkan tabel lampiran 1, sebagian besar peternak ayam kampung

berusaha pada skala rumah tangga (lebih kecil dari 300). Rata-rata kepemilikan

ternak ayam kampung yang di usahakan adalah sebesar 240 ekor, dengan rata-rata

jumlah telur per hari adalah60 butir sehingga jumlah telur rata-rata per minggu

adalah sebesar 420 butir. Dari Kecamatan Pantai Labu jumlah ternak secara rata-

rata adalah 966 ekor, produksi telur rata-rata per hari adalah 240 butir dan rata-

rata produksi telur per minggu adalah sebesar 1680 butir.

Karakteristik Pedagang

Dalam menyampaikan komoditi telur dari produsen hingga ke tangan

konsumen akan melalui beberapa lembaga pemasaran. Dalam penelitian ini

terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasran telur ayam

kampung di kotamadya Pematangsiantar yaitu pedagang pengumpul, pedagang

besar (bandar), pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Teknik pengambilan

sempel untuk semua responden pedagang dilakukan dengan menggunakan

snowbowling sample yang berarti teknik pengambilan dengan mengikuti alur

pemasaran telur ayam kampung di daerah penelitian berdasarkan informasi yang

diperoleh dari setiap pedagang yang merupakan pelaku pasar sebelumnya.

Responden pedagang yang ditelusuri adalah pedagang pengumpul 1 orang,

pedagang besar 2 orang, pedagang grosir 4 orang, dan pedagang pengecer 11

orang. Masing-masing pedagang dari seluruh lembaga pemasaran yang terlibat

memiliki sifat yang berpengaruh pada aktivitas pemasaran yang

Universitas Sumatera Utara


25

dilakukan.Karakteristik pedagang yang meliputi umur, responden, tingkat

pendidikan dan pengalaman berdagang.

Usia Responden

Responden pedagang yang berjumlah 18 pedagang terdiri dari laki-laki

dan perempuan.Rata-rata umur responden adalah sebesar 48 tahun dengan

pedagang termuda adalah sebesar 24 tahun dan pedagang yang tertua adalah umur

57 tahun.Ini mengindikasikan bahwa pedagang responden yang dipilih masih

berusia produktif dan masih memungkinkan untuk mengembangkan usaha pada

waktu yang lebih lama.Sebagian besar atau 43% pedagang berusia diatas 51 tahun

menunjukkan bahwa pengalaman berusaha juga semakin lama.Semakin lama

pedagang tersebut berusaha maka semakin berpengalaman dalam informasi usaha

sehingga semakin percaya diri dalam menjalankan udaha dan memiliki relasi yang

lebih banyak.

Tabel 7.Usia Pedagang Responden


Jumlah Pedagang
Kelompok umur %
(orang)
Dibawah 35 2 11,2
36 – 50 8 44,4
Diatas 51 8 44,4
Total 18 100

Pedagang responden pada umur produktif yaitu pada umur 36 – 50 umur

adalah sebanyak 8 orang (44,4%) dan pedagang tingkat umur lebih kecil 35 adalah

sebesar 2 orang (11,2%). Sementara itu pada tingkat umur lebih besar dari 51

tahun adalah sebesar 8 orang (44,4). Hal ini mengindikasikan bahwa pedagang

sebagian besar sudah berumur diatas usia produktif dan sudah banyak

berpengalaman.

Universitas Sumatera Utara


26

Tingkat Pendidikan

Pada tabel menunjukkan tingkat pendidikan dalam bentuk jumlah dan

persentasi sebanyak 4 orang (22,2%) responden tamat SMP dan sebanyak 11

orang (61,1%) responden mencapai tingkat tamat SLTA. Dan 1 orang (5,6%)

responden tamat dari D3 perguruan tinggi negri sedangkan 2 orang (11,1%)

pedagang responden tamat dari S1 perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan

sebagian besar dari pedagang responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup

tinggi (di atas SLTA).Tingkat pendidikan menentukan kecekatan dalam

menyerapan informasi di pasar termasuk dalam pemahaman struktur pasar.

Tabel 8.Tingkat Pendidikan Formal Pedagang


Tingkat Pendidikan Jumlah Pedagang % (persentasi)
(orang)
Tamat SMP 4 22,2
Tamat SMA/SLTA 11 61,1
Tamat D3 2 11,1
Tamat S1 1 5,6
Total 18 100

Pengalaman Berusaha

Pada Tabel 9, menunjukan bahwa pedagang responden yang memiliki

pengalaman berusaha lebih kecil dari 10 tahun adalah sebesar 6 orang (33,3%),

pengalaman berusaha 10 – 25 tahun adalah 8 orang (44,4%) dan pengalaman lebih

dari 25 tahun adalah sebesar 4 orang (22,2%). Jadi hal ini menunjukkan bahwa

pedagang relatif sudah berpengalaman di atas 10 tahun.Adanya pedagang

responden yang memiliki pengalaman berusaha lebih dari 25 tahun menunjukkan

bahwa pengalaman berusaha sangat dibutuhkan oleh pelaku pemasaran telur ayam

kampung terurtama untuk pedagang besar dan pedagang grosir.Karena mereka

membutuhkan pengetahuan dan informasi mengenai pemasaran telur ayam

Universitas Sumatera Utara


27

kampung dan juga membutuhkan relasi.Dari pengalaman berusaha ini terlihat

bahwa umumnya setiap pelaku pasar membangun hubungan kerja yang

didasarkan atas kepercayaan dan lamanya hubungan kerja yang terjalin di antara

sesama pedagang. Semakin lama dia berusaha maka akan semakin mudah untuk

mendapatkan kepercayaan dari pihak pelaku pasar yang lain. Komposisi lengkap

pengalaman berusaha pedagang responden dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.Pengalaman Berusaha Pedagang


Jumlah
Pengalaman Berusaha
Orang %
Dibawah 10 6 33,3
10 – 25 8 44,4
Diatas 25 4 22,2
Total 18 100

Adapun kegiatan pembelian dan penjualan telur terdiri dari pembelian dan

penjualan di daerah Kotamadya Pematangsiantar dan dari daerah lain seperti di

Kecamatan Pantai labu dan Karang Sari. Di daerah penelitian penjualan telur

berpusat pada 2 pasar yaitu Pasar Parluasan dan Pasar Horas.Pedagang pengecer

dalam penelitian ini terbagi dua yaitu pedagang pengecer yang berada di Pasar

Parluasan dan Pasar Horas dan pedagang pengecer di warung tempat penduduk

tinggal.Berdasarkan hasil penelitian pasar retail modern (hypermart) tidak

melakukan penjualan telur ayam kampung.Konsumen dari hasil penelitian terdiri

dari dua yaitu konsumen yang membeli telur untuk langsung konsumsi dan

konsumen yang membeli telur untuk dijual kembali setelah diproses ataupun

diolah (tukang jamu, penjual minuman, dan penjual roti).

Universitas Sumatera Utara


28

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembaga Pemasaran

Aspek pemasaran telur ayam kampung yang dikaji dalam penelitian ini

meliputi beberapa hal :

1. Bentuk saluran pemasaran oleh beberapa jenis lembaga yang berperan

dalampemasaran telur ayam kampung.

2. Analisis margin pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran

dengan memaparkan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku pasar dan

keuntungan yang didapatkan.

3. Analisis fungsi dan efisiensi pemasaran pada setiap saluran dan

rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi.

Kotamadya Pematangsiantar merupakan salah satu daerah penghasil telur

ayam kampung sekaligus konsumen telur ayam kampung.Produksi telur ayam

kampung di daerah ini tidak mengalami peningkatan karena sebagian besar telur

(63.3%) didatangkan dari luar daerah yaitu daerah Kecamatan Pantai Labu dari

Kabupaten Deli Serdang.Sedangkan (36.7%)produsen telur ayam kampung di

Kotamadya Pematangsiantar berasal dari Karang Sari dan peternak-peternak

kecildi wilayah Kotamadya Pematangsiantar seperti di daerah Marihat dan di

Lapangan Bola Atas.Usaha produksi yang dilakukan peternak di Kotamadya

Pematangsiantar merupakan usaha kecil dan pemasarannya dilakukan dengan

bentuk pemasaran door to door.Sedangkan pemasaran dalam jumlah besar berasal

dari peternak luar kota.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran telur ayam

kampung di Pematangsiantar yakni:

Universitas Sumatera Utara


29

Peternakadalah produsen dari telur ayam kampung yang memasarkan atau

menjual telur ke pedagang pengumpul atau pedagang besar. Ada kalanya peternak

membeli telur dari peternak lain apabila terjadi kekurangan persediaan sedangkan

permintaan bertambah banyak. Dalam hal ini beternak bertindak sebagai lembaga

pemasar yang pertama.Peternak langsung menjual telur tanpa melakukan

penyortiran.Jumlah responden peternak adalah 10 orang yang berasal dari lokasi

peternakan di Kecamatan Pantai Labu 3 orang dan di Pematangsiantar ada 7

orang.

Pedagang pengumpul adalah lembaga pemasaran yang bertindak membeli

telur ayam kampung dari peternak dan menjual ke pedagang besar.Pedagang

pengumpul biasanya membeli telur dalam jumlah yang kecil dari beberapa

peternak, mengumpulkan dan melakukan penyortiran serta pengepakan.

Pedagang besar adalah pedagang yang langsung membeli telur ayam

kampung dari pedagang pengumpul atau peternak skala besar. Pedagang besar

memiliki kemampuan dalam penentuan tingkat harga dalam istilah harga kantor

yaitu harga yang terjadi berdasarkan mekanisme pembentukan harga di pasar.

Pedagang besar dalam penelitian ini adalah sebanyak 2 orang yang berada di

daerah Kecamatan Pantai Labu, dimana 1 orang pedagang membeli telur dari

peternak besar dan 1 orang pedagang lagi membeli telur dari beberapa pedagang

pengumpul.

Pedagang grosir adalah pedagang yang membeli produk dalam jumlah

besar dan menjualnya ke pedagang pengecer.Dalam penelitian ini pedagang grosir

dibedakan dengan pedagng besar berdasarkan tempat usaha. Pedagang besar

berada di kota lain (Kecamatan Pantai Labu) dan pedagang grosir adalah

Universitas Sumatera Utara


30

pedagang yang berusaha di lokasi penelitian yang melayani penjualan ke

pedagang pengecer ataupun ke konsumen. Dalam penelitian ini ada 4 pedagang

grosir yang dijadikan sampel yaitu 2 orang di Pasar Parluasan, 1 orang di jalan

wahidin dan 1 orang lagi di jalan Sriwijaya.

Pedagang pengecer adalah lembaga pemasaran yang melakukan pembelian

telur dengan jumlah yang relatif kecil dan memasarkan kepada konsumen.Dalam

studi ini pedagang pengecer yang dipilih sebagai sampel adalah pedagang yang

berada di Pasar Horas, Pasar Parluasan dan warung yang ada di daerah

Pematangsiantar.

Konsumen merupakan pihak terakhir di dalam saluran pemasaran telur

ayam kampung yang terdiri dari dua jenis yaitu konsumen yang mengkonsumsi

langsung dan konsumen yang membeli telur untuk di jual kembali setelah diolah

(penjual jamu dan kedai kopi).

Jumlah responden peternak adalah sebesar 6orang di Pematangsiantar,

3orang di Kecamatan Pantai Labu, dan 1 orang di Karang Sari.Lokasi peternakan

dengan skala usaha yang besar adalah terdapat di daerah Pantai Labu.Sedangkan

peternak dengan skala usaha kecil, tidak terlalu jauh dari tempat tinggal

masyarakat di Pematangsiantar.Jadi peternak skala usaha menengah dan besar

berada di Kecamatan Pantai Labu dan merekalah yang mensuplai sebagian besar

kebutuhan telur.Dalam penelitian ini tergambar bahwa masing-masing peternak

sudah mempunyai langganan sendiri.Hasil penelitian menunjukan telur yang

dikirim kepedagang grosir di Pematangsiantar berasal dari pedagang besar di

Kecamatan Pantai Labu. Pedagang besar di Pantai Labu membeli telur dari

peternak-peternak skala besar untuk memenuhi kebutuhan telur di luar

Universitas Sumatera Utara


31

kota(Medan, Aceh, Tebing Tinggi, Pematangsiantar). Pedagang besar yang lain

membeli telur dari pedagang pengumpul dan menjualnya ke pedagang grosir di

Pematangsiantar.Dalam penelitian ini terdapat 4 pedagang grosir yang berada di

lokasi penelitian.Rata-rata jumlah telur yang di pasarkan oleh pedagang grosir

setiap minggunya berkisar 40.700 butir per minggu.

Pedagang pengecer adalah merupakan pedagang yang langsung

berhubungan dengan konsumen telur ayam kampung di Pematang

Siantar.Pedagang pengecer dalam penelitian ini adalah sebesar 10 orang untuk

pasar tradisional dan 2 orang lembaga dari warung klontong.Untuk pedagang

pengecer tradisional berada di Pasar Horas dan pasar Parluasan.Pengecer menjual

ke pedagang warung, konsumen, dan penjual jamu serta restourant / kede kopi /

café.

Saluran Pemasaran

Dalam kegiatan pemasaran terdapat lembaga pemasaran yang merupakan

lembaga perantara yang menghubungkan produsen ke konsumen dalam

menyampaikan hasil produksi:

Saluran Pemasaran I

Peternak Pedagang Pedagang Pedagang Pedagang Konsumen


Pengumpul Besar Grosir Pengecer

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran I

Peternak dalam saluran ini berasal dari Pantai Labu Kabupaten Deli

Serdang yang melakukan aktivitas pada luasan yang relatif besar. Berdasarkan

hasil perhitungan bahwa telur ayam kampuung yang dikirim ke Pematangsiantar

adalah sebesar 60% dari seluruh produksi telur yang di dipasrkan.

Universitas Sumatera Utara


32

Pedagang yang pertama kali berperan adalah pedagang pengumpul yang

mengumpulkan telur ayam kampung dan terlur ayam ras kemudian menjualnya ke

pedagang besar.Pedagang besar mengirim telur ke Kotamdya Pematangsiantar dan

dipasarkan kepedagang grosir.Pedagang grosir menjual telur kepedagang

pengecer dan selanjutnya pedagang pengecer menyalurkan kekonsumen.

Saluran Pemasaran II

Peternak Pedagang Pedagang Pedagang Konsumen


Besar Grosir Pengecer

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran II

Berdasarkan gambar di atas saluran pemasaran kedua termasuk pemasaran

tiga tingkat karena pemasaran telur dari peternak ke konsumen melalui 3 lembaga

pemasaran.Dalam satu hari volumetelur ayam kampung yang didistribusikan per

minggu adalah sebanyak 19200 butir pada pedagang besar, 3.300 butir dari

pedagang grosir dan dipasarkan pedagang pengecer sebanyak 1.300 butir ke

konsumen.

Saluran Pemasaran III

Peternak Pedagang Pedagang Konsumen


Grosir Pengecer

Gambar 3. Skema Saluran Pemasaran III

Berdasarkan gambar ketiga saluran pemasaran disebut dua tingkat karena

penyaluran telur ayam kampung dari peternak ke konsumen melalui 2 lembaga

pemasaran yaitu pedagang grosir dan pedagang pengecer.Peternak berasal dari

daerah Karangsari yang melakukan penjualan langsung ke pedagang grosir.Alasan

yang dipertimbangkan oleh peternak hingga mereka memilih saluran pemasaran

dua tingkat karena jarak dari peternakan ke pasar tidak terlalu jauh.Mereka

Universitas Sumatera Utara


33

mengangkut telur dengan menggunakan kendaraan sepeda motor ataupun becak

mesin untuk menjual ke pedagang grosir. Volume pembelian telur ayam kampung

oleh pedagang grosir pada saluran ini adalah 7.000 butir per minggu.

Saluran Pemasaran IV

Peternak Pedagang Konsumen


Pengecer

Gambar 4. Skema Saluran Pemasaran IV

Berdasarkan gambar diatas adalah jenis pemasaran termasuk pemasaran

satu tingkat karena saluran ini hanya menggunakan satu lembaga perantara yaitu

pedagang pengecer.Peternak telur ayam kampung pada saluran ini memproduksi

telur dalam jumlah yang relatif kecil.Penyalur telur pada saluran keempat ini

berasal dari peternak ke pedagang pengecer yang berada tidak jauh dari lokasi

peternakan.

Fungsi Pemasaran

Dalam proses penyampaian telur mulai dari peternak sampai kepedagang

pengecer terdapat fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga

pemasaran. Pada umumnya ada 3 jenis fungsi pemasaran yang dilakukan dalam

pemasaran hasil peternakan yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi

fasilitas.Fungsi pertukaran terdiri atas fungsi penjualan dan fungsi

pembelian.Dalam proses penjualan dari peternak ke pedagang maka peternak

melakukan fungsi penjualan dan pedagang melakukan fungsi pembelian. Fungsi

penjualan bertujuan untuk mendapatkan pendapatan yang optimal sedangkan

fungsi pembelian bertujuan untuk memperoleh nilai tambah karena akan di jual

kembali oleh lembaga perantara. Fungsi fisik terdiri atas fungsi pengangkutan,

Universitas Sumatera Utara


34

pengemasan, dan penyimpanan.Fungsi penyimpanan bertujuan untuk

menyediakan produksi telur pada waktu dan tempat yang tepat.

Fungsi standarisasi dilakukan untuk menyeragamkan besarnya telur ayam

kampung.Fungsi pengangkutan dilakukan karena perbedaan lokasi antara tempat

hasil peternakan dengan lokasi pembeli, sehingga perlu menyampaikan dalam

bentuk pengangkutan telur dari produsen ke konsumen. Proses pengangkutan

dilakukan dengan beragam alat transportasi. Setiap menjalan fungsi tataniaga

terdapat resiko yang harus di tanggung. Semua fungsi yang dilakukan

memerlukan biaya dimana dalam proses tersebut penjual harus melakukan fungsi

pembiayaan. Pembiayaan tataniaga bisa menggunakan modal sendiri ataupun

modal yang diperoleh dari lembaga keuangan lain.

Fungsi-fungsi pemasaran dalam pemasaran telur ayam kampung di daerah

penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Setiap lembaga pemasaran melakukan berbagai fungsi

pemasaran.Berdasarkan hasil penelitian fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

semua lembaga yang terlibat dalam pemasaran telur ayam kampung adalah fungsi

penjualan, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan informasi pasar.

Hal tersebut dilakukan untuk memperlancar proses pemasaran pada semua

lembaga yang terlibat. Pada saluran pertama peternak tidak melakukan fungsi

pengangkutan karena pedagang pengumpul yang datang membeli telur ketempat

peternakan.Demikian juga pada saluran yang kedua, pedagang besar membeli

telur dalam jumlah yang besar dan mengangkut dengan kendaraan mobil.Akan

tetapi pada saluran ke tiga peternak melakukan fungsi pengangkutan dengan

mengantar telur dari lokasi peternakan ke pasar tempat pedagang grosir. Pada

Universitas Sumatera Utara


35

saluran keempat peternak melakukan fungsi pengangkutan dengan sepeda motor

dalam jarak yang ridak terlalu jauh.

Tabel 10.Fungsi-fungsi Pemasaran yang dilakukan oleh Lembaga-lembaga


pemasaran telur ayam kampung di Kotamadya Pematang Siantar
Fungsi-Fungsi Pemasaran
Saluran dan Pertukaran Fisik Fasilitas
lembaga
pemasaran Jual Beli Angkut Kemas Simpan Sortasi
P.
Biaya
Informasi
Resiko Pasar

Saluran I
Peternak √ - - √ - √ √ √ √
P. Pengumpul √ √ √ - - √ √ √ √
P. Besar √ √ √ √ √ - √ √ √
P. Grosir √ √ √ √ √ √ √ √ √
P. pengecer √ √ √ √ - √ √ √ √
Saluran II
Peternak √ - - √ - √ √ √ √
P. Besar √ √ √ - √ - √ √ √
P. Grosir √ √ √ √ √ √ √ √ √
P. pengecer √ √ - √ - √ √ √ √
Saluran III
Peternak √ - √ √ - √ √ √ √
P. Grosir √ √ - √ √ - √ √ √
P. pengecer √ √ √ √ - √ √ √ √
Saluran IVa
Peternak √ - √ √ - √ √ √ √
P. pengecer √ √ - √ - - √ √ √
Saluran IVb
Peternak √ - √ √ - √ √ √ √
P. pengecer √ √ - - - - √ √ √

Fungsi pengemasan dilakukan oleh peternak, grosir dan pengecer pada

gambar 1.Pada saluran II fungsi pengemasan dilakukan oleh pedagang grosir dan

pengecer.Fungsi penyimpanan pada saluran I dilakukan oleh pedagang besar dan

pedagang grosir, demikian juga pada saluran II.Sedangkan pada saluran III fungsi

penyimpanan dilakukan oleh pedagang grosir.Pada saluran IV tidak ada

penyimpanan tetapi langsung di pasarkan.

Universitas Sumatera Utara


36

Fungsi fasilitas dalam bentuk sortasi dilakukan dengan membedakan telur

ayam kampung dalam bentuk 2 ukuran yaitu diameter diatas 3cm dan dibawah

3cm. Pada umumnya besar telur ayam kampung hampir sama. Bentuk sortasi

yang lain adalah memisahkan telur yang utuh dengan yang pecah, telur yang

pecah dimasukan dalam 1 wadah dan dijual dengan harga yang lebih murah.

Fungsi Pemasaran pada Peternak

Peternak pada setiap saluran melakukan kegiatan yang hampir sama dalam

pemasaran telur ayam kampung. Peternak melakukan fungsi pertukaran meliputi

kegiatan penjualan kepada saluran pemasaran yang lain. Peternak dalam

penelitian ini terdiri dari peternak besar dan peternak kecil.Penjualan dilakukan

oleh peternak kecil kepada pedagang pengumpul sedangkan peternak besar

langsung menjual ke pedagang besar diKecamatan Pantai Labu.Peternak di

Pematangsiantar terdiri dari peternak kecil yang menjual produknya kepedagang

grosir ataupun langsung kepedagang pengecer.Pada saluran V peternak skala

rumah tangga langsung menjual telur kekonsumen. Jenis transaksi yang dilakukan

dalam penjualan terlur ada yang tunai tetapi ada juga dengan sistem nota

penjualan yaitu pembayaran dilakukan pada akhir minggu ataupun pada saat

penjualan produk selanjutnya. Semua produksi telur dari peternak langsung dijual

ke lembaga pemasaran yang lainsehingga tidak ada fungsi penyimpanan.

Fungsi pengangkutan tidak dilakukan oleh peternak pada saluran I dan II

karena pedagang langsung membeli ke tempat peternak, sedangkan pada saluran

III fungsi pengangkutan dilakukan oleh peternak dengan mengantarkan telur dari

lokasi peternakan ke pasar tempat pedagang grosir, demikian juga pada saluran

IVa dan IVb. Mereka menggunakan sepeda motor karena jarak yang lebih dekat.

Universitas Sumatera Utara


37

Fungsi pembiayaan yang dilakukan peternak yaitu biaya produksi dan biaya

transportasiserta biaya pengemasan.Sedangkan fungsi fasilitas dilakukan

denganpenggulangan resiko dan informasi pasar.Fungsi informasi pasar meliputi

pengumpulan informasi dan menaksir informasi khususnya dalam informasi

harga. Informasi penjualan telur ayam kampung antara lain perkembangan harga

telur, jumlah serta kualitas telur. Fungsi penggunaan resiko adalah semua resiko

dalam hal pemasaran telur seperti resiko terhadap perubahan harga dan resiko

pengankutan.

Fungsi Pemasaran Pada Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul berperan dalam pembelian telur dari peternak kecil

(peternak yang menjual telur dibawah 300 per hari).Pedagang pengumpul

membeli telur dari peternak dan menjual kepada pedagang besar.Fungsi

pemasaran oleh pedagang pengumpul dibedakan atas fungsi pembelian kepada

peternak dan fungsi penjualan kepada pedagang besar.Pedagang pengumpul

berhubungan dengan beberapa peternak dan juga berhubungan langsung dengan

pedagang besar.Fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang pengumpul dengan

mendatangi langsung peternak.Pedagang pengumpul menanggung resiko yaitu

resiko pembiayaan dan resiko kerusakan selama perjalanan.Fungsi penjualan

dilakukan dengan mengantarkan produk ke pedagang besar dengan sistim

pembayaran tunai.Fungsi fisik dilakukan pada saluran I berupa pengangkutan

telur ke lokasi pedagang besar.

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Besar dan Grosir

Perbedaan pedagang besar dan pedagang grosir berdasarkan hasil

penelitian ini adalah bahwa pedagang besar membeli telur dari pedagang

Universitas Sumatera Utara


38

pengumpul pada saluran I dan membeli telur dari peternak besar pada saluran II.

Pedagang ini berada diluar kota Pematangsiantar tepatnya di Kecamatan Pantai

Labu. Sedangkan pedagang grosir adalah pedagang yang menjual telur

kepedagang pengecer dan berada di Pematangsiantar.Pedagang grosir membeli

telur baik dari pedagang besar dari Pantai Labu maupun dari peternak di sekitar

kota Pematangsiantar. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar

adalah fungsi pembelian dari peternak besar pada saluran II dan pedagang

pengumpul pada saluran I. Fungsi pengangkutan dilakukan pedagang besar pada

saat penjualan telur ke Kotamadya Pematangsiantar.Pedagang besar melakukan

fungsi pembiayaan yang berasal dari modal sendiri maupun modal yang berasal

dari bank.

Pedagang besar bukan hanya menjual telur ke Pematangsiantar tetapi juga

ke daerah lain seperti Medan, Aceh, Tebing Tinggi, dan sebagainya. Pedagang

grosir melakukan fungsi pembelian dari pedagang besar.Fungsi pengankutan

dilakukan oleh pedagang grosir pada saat menjualan telur ke pedagang pengecer

dalam jumlah yang besar, meskipun demikian banyak juga pedagang pengecer

yang membawa kendaraan membeli telur langsung ke pedagang grosir. Pedagang

grosir juga melakukan fungsi lain seperti fungsi pembiayaan dan fungsi

penanggungan resiko.

Fungsi Pemasaran pada Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer dalam penelitian ini terbagi dua yaitu pedagang

pengecer yang membeli dari grosir maupun dari peternak di sekitar lokasi,dengan

volume pembelian lebih dari 300 butir sedangkan pengecer yang kedua adalah

pedagang warung yang melakukan pembelian telur di bawah 300 per setiap

Universitas Sumatera Utara


39

transaksi. Pedagang pengecer pertamamelakukan fungsi pengangkutan dalam

pembelian telur ke pedagang grosir dan melakukan fungsi pengemasan dalam

penjualan telur ke konsumen.Fungsi pembiayaan pada umumnya dilakukan

dengan modal sendiri.Menurut hasil wawancara hampir tidak ada pedagang

pengecer yang melakukan pinjaman untuk memodali usahanya.

Margin Pemasaran

Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima oleh peternak

ayam kampung dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.Margin pemasaran

terdiri dari margin biaya setiap lembaga pemasaran dan margin keuntungan yang

didapatkan oleh lembaga pemasaran.Melalui perhitungan margin pemasaran pada

masing-masing saluran pemasaran maka akan didapatkan pembagian biaya dan

keuntungan masing-masing pelaku pasar.

Saluran pemasaran I terdiri dari peternak, pedagang pengumpul, dan

pedagang besar dari Kecamatan Pantai Labu sedangkan pedagang grosir dan

pengecer berada di Kotamadya Pematangsiantar.Biaya pemasaran yang di

keluarkan peternak terdiri dari biaya tray karton sebesar Rp 117.333, per bulan

dan tali sebesar Rp. 28.000 per bulan, karena peternak hanya menghasilkan 8.800

butir per bulan.Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul

yaitu biaya transportasi sebesar Rp 560.000 per bulan, yang terdiri dari biaya

bensin, supir dan konsumsi.

Biaya komisi sebesar Rp 48.000, dan biaya tenaga kerja Rp.

240.000.Jumlah biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp.

848.000, dan jumlah telur yang diperoleh adalah sebesar 44.800 butir sehingga

biaya rata-rata perbutir adalah sebesar Rp. 19 per butir.

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel11. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung Yang Dikeluarkan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran I
Biaya Saluran Pemasaran I
Jumlah Telur Biaya
Biaya Rata-Rata
Jenis ( Butir / Pemasaran
(Rp / Butir)
Bulan) (Rp)

Peternak (2200 butir) 8800


Tray Karton @400 117333
Tali @7000 28000
Jumlah 145333 16.5
Pedagang Pengumpul (11200 Butir) 44800
1. Biaya Pengangkutan
Bensin 40000
Supir 480000
Konsumsi 40000
2. Biaya Komisi 48000
3. Tenaga Kerja 240000
Jumlah 848000 18.9
Pedagang Besar (19500 Butir) 78000
1. Biaya Pengangkutan
Bensin 120000
Supir 480000
Konsumsi 80000
2. Tenaga Kerja (2 orang) 480000
Jumlah 1160000 14.9
Pedagang Grosir (7500 butir) 30000
1. Biaya Pengemasan / Tenaga kerja 200000
2. Biaya Retribusi 40000
3. Biaya Sortasi 40000
4. Biaya Bongkar Muat 20000
5. Biaya Sewa Tempat 120000
Jumlah 420000 14
Pedagang Pengecer (500 Butir) 2000
1. Biaya Retribusi 32000
2. Biaya Sewa Tempat 80000
3. Biaya Pengemasan 40000
Jumlah 152000 76
Total Biaya Pemasaran 2305333 140.3

Universitas Sumatera Utara


41

Adapun biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar adalah biaya

pengangkutan dari Pantai Labu ke Pematangsiantar sebesar Rp. 680.000, dan

biaya tenaga kerja adalah Rp. 480.000. Total biaya yang dikeluarkan oleh

pedagang besar adalah Rp. 1.160.000, dengan 19.500 butir telur maka biaya rata-

rata adalah Rp. 15 per butir. Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang grosir adalah

biaya pengemasan yaitu biaya untuk mengemas kembali telur yang sudah di sortir.

Kemudian biaya sortir sebesar Rp. 40.000, yaitu pemisahan telur yang bagus dan

yang pecah kemudian telur yang kurang segar dan yang segar. Biaya bongkar

muat dan retribusi adalah sebesar Rp. 20.000, dan biaya sewa tempat adalah Rp.

120.000,per bulan. Total biaya yang dikeluarkan pedagang grosir adalah sebesar

Rp. 420.000, untuk 30.000 butir. Sehingga biaya perbutir adalah sebesar Rp.

14.Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer terdiri dari biaya retribusi sebesar

Rp. 32.000, biaya sewa tempat adalah Rp. 80.000, biaya pengemasan Rp. 40.000.

Total biaya adalah sebesar Rp. 152.000, dan biaya perbutir adalah sebesar Rp. 76.

Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang besar karena

pedagang besar melakukan pengiriman keluar kota sehingga biaya pengangkutan

lebih besar. Urutan kedua terbesar adalah biaya pemasaran pada pedagang

pengumpul karena harus melakukan pembelian telur pada peternak-peternak kecil.

Biaya pemasaran terkecil terdapat pada pedagang pengecer adalah sebesar

152.000 Rupiah.

Biaya saluran pemasaran II. Biaya pemasaran yang keluarkan oleh

peternak antara lain biaya transportasi adalah sebesar Rp. 240.000, dan pembelian

tray karton adalah sebesar Rp. 264.000. Biaya pemasaran oleh pedagang besar

terdiri dari biaya transportasi sebesar Rp. 720.000, biaya retribusi adalah Rp.

Universitas Sumatera Utara


42

16.000, biaya komisi sebesar Rp. 8.000 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp.

80.000. Biaya terbesar adalah biaya transportasi yaitu biaya pengangkutan telur

dari Pantai Labu ke Pematangsiantar. Total biaya adalah sebesar Rp. 824.000, dan

dengan jumlah telur yang dipasarkan 76.800 butir maka biaya per butir adalah

sebesar Rp. 11.

Tabel 12.Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung Yang Dikeluarkan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran II
Biaya Saluran Pemasaran II
Biaya
Jumlah Telur ( Biaya Rata-Rata
Jenis Butir / Bulan)
Pemasaran
(Rp / Butir)
(Rp)
Peternak (6600 butir) 26400
1. Biaya Pengangkutan 240000
2. Tray Karton 264000
Jumlah 504000 19.09
Pedagang Besar (19200 Butir) 76800
1. Biaya Pengangkutan
Bensin 160000
Supir 480000
Konsumsi 80000
2. Biaya Retribusi 16000
3. Biaya Komisi 8000
4. Tenaga Kerja 80000
Jumlah 824000 10.7
Pedagang Grosir (3300 butir) 13200
1. Biaya Pengemasan/Tenaga Kerja 200000
2. Biaya Retribusi 40000
3. Biaya Sortasi 40000
4. Biaya Bongkar Muat 20000
5. Biaya Sewa Tempat 120000
Jumlah 420000 31.8
Pedagang Pengecer (1300 Butir) 5200
1. Biaya Retribusi 20000
2. Biaya Sewa Tempat 80000
3. Biaya Pengemasan 80000
4. Biaya Plastik dan Tali 48000
Jumlah 228000 43.8
Total Biaya Pemasaran 1976000 105.5

Universitas Sumatera Utara


43

Biaya pemasaran oleh pedagang grosir yaitu biaya pengemasan sebesar

Rp. 200.000, biaya retribusi Rp. 40.000, biaya sortasi Rp. 40.000, dan bongkar

muat Rp. 20.000 serta biaya sewa tempat Rp. 120.000. Dan total biaya adalah

sebesar Rp. 420.000 dengan penjualan telur 13.200 butir maka biaya rata-rata per

butir adalah sebesar Rp. 32.

Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer adalah biaya retribusi sebesar

Rp. 20.000, biaya sewa tempat Rp. 80.000, biaya pengemasan adalah sebesar Rp.

80.000, dan biaya kemasan (plastik, tali, dan abu) adalah sebesar Rp. 48.000.

Total biayanya Rp 228.000 dengan jumlah penjualan adalah sebesar 5.200 butir

maka biaya rata-rata per butir adalah sebesar Rp. 44. Total biaya pemasaran untuk

saluran pemasaran II adalah Rp. 1.976.000 dan biaya per butir adalah Rp. 105.

Pada saluran pemasaran III, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh

peternak antara lain biaya transportasi adalah sebesar Rp. 120.000, yaitu biaya

penggunaan becak ataupun sepeda motor dari Karangsari ke Pematangsiantar.

Kemudian pembelian tray karton dan tali plastik Rp. 58.800, maka total biaya

adalah sebesar Rp. 178.800 dengan jumlah telur yang dipasarkan 4.400 butir maka

jumlah biaya rata-rata adalah sebesar Rp. 41. Biaya yang dikeluarkan pedagang

grosir pada saluran pemasaran 3 ini adalah biaya pengemasan Rp. 40.000, biaya

retribusi Rp. 40.000, biaya sortasi Rp. 20.000, biaya bongkar muat dan tenaga

kerja Rp. 96.000, biaya sewa tempat Rp. 80.000, dan biaya pengangkutan adalah

Rp. 20.000. Maka jumlah seluruh biaya pemasaran adalah sebesar Rp 296.000 dan

jumlah penjualaan sebesar 28.000 butir maka biaya rata-rata per butir adalah

sebesar Rp. 11.

Universitas Sumatera Utara


44

Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer antara lain biaya retribusi

sebesar Rp. 20.000, sewa tempat sebesar Rp. 56.000, biaya kemasan (tali, kantong

plastik, dansekam padi) adalah sebesar Rp. 40.000, dan biaya pengemasan sebesar

Rp. 40.000. Total biaya adalah sebesar Rp. 156.000 dan biaya rata-rata adalah

sebesar Rp. 65 untuk 2400 butir. Total biaya pemasaran saluran pemasaran III

adalah sebesar Rp. 630.800 dengan total biaya pemasaran rata-rata adalah sebesar

Rp. 116.

Tabel 13.Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung Yang Dikeluarkan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran III
Biaya Saluran Pemasaran III
Biaya Biaya Rata-
Jumlah Telur (
Jenis Butir / Bulan)
Pemasaran Rata (Rp /
(Rp) Butir)
Peternak (1100 butir) 4400
1. Biaya Pengangkutan 120000
2. Biaya Tray Kardus dan Tali
Plastik 58800
Jumlah 178800 40.6
Pedagang Grosir (7000 Butir) 28000
1. Biaya Pengemasan 40000
2. Biaya Retribusi 40000
3. Biaya Sortasi 20000
4. Biaya Bongkar Muat/ Tenaga
Kerja 96000
5. Biaya Sewa Tempat 80000
6. Biaya Pengangkutan 20000
Jumlah 296000 10.6
Pedagang Pengecer (600 butir) 2400
1. Biaya Retribusi 20000
2. Biaya Sewa Tempat 56000
3. Biaya Kengemasan (Tali,
Plastik, Skam Padi) 40000
4. Biaya Pengemasan 40000
Jumlah 156000 65
Total Biaya Pemasaran 630800 116.5

Universitas Sumatera Utara


45

Pada saluran pemasaran IV ini terbagi 3 jenis dimana dari peternak

memasarkan ke pedagang pengecer yaitu pedagang pengecer di pasar tradisional,

pedagang pengecer warung dan pedagang pengecer ritel modern. Pada saat

penelitian dilakukan beberapa pengecer di pasar titel modern tidak ditemukan

penjualan telur ayam kampung, akan tetapi menurut pengakuan mereka biasanya

di toko retail modern tersedia telur ayam kampung dalam jumlah yang sedikit.

Pola saluran pemasaran IVa dengan pedagang pengecer di pasar

tradisional.Biaya yang dikeluarkan oleh peternak terdiri dari biaya transportasi

sebesar Rp. 100.000, biaya kemasan keranjang sebesar Rp. 36.000, dan biaya

tenaga kerja adalah sebesar Rp. 40.000.Dengan jumlah telur 2000 butir, total

jumlah biaya pada peternak adalah sebesar Rp. 176.000 dengan total biaya rata-

rata adalah sebesar Rp. 88.

Tabel 14.Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung Yang Dikeluarkan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran IVa
Biaya Saluran Pemasaran IV Tradisional
Biaya Biaya Rata-
Jumlah Telur (
Jenis Butir / Bulan)
Pemasaran Rata (Rp /
(Rp) Butir)
Peternak (500 Butir) 2000
1. Biaya Pengangkutan 100000
2. Kemasan Keranjang @300 36000
3. Biaya Tenaga Kerja 40000
Jumlah 176000 88
Pedagang Pengecer (1100
butir) 4400
1. Biaya Sewa Tempat 80000
2. Biaya Kemasan (Tali,
Kantong Plastik dan Sekam
Abu) 48000
3. Biaya Retribusi 20000
Jumlah 148000 33.63636364
Total Biaya Pemasaran 324000 121.6363636

Universitas Sumatera Utara


46

Kemudian pedagang pengecer pasar tradisional mengeluarkan biaya sewa

tempat sebesar Rp. 80.000, biaya kemasan (tali, kantong plastik dan sekam abu)

sebesar Rp. 48.000, dan biaya retribusi adalah sebesar Rp. 20.000. Total jumlah

biaya pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 148.000,dengan jumlah telur 4.400

butirmaka rata-rata biaya per butir adalah sebesar Rp. 34. Total biaya pemasaran

adalah sebesar Rp. 81.000 dan total biaya rata-rata pemasaran per butir adalah

sebesar Rp. 122.

Tabel 15. Biaya Pemasaran Telur Ayam Kampung Yang Dikeluarkan Oleh Setiap
Lembaga Pemasaran Pada Saluran Pemasaran IVb
BIAYA SALURAN PEMASARAN IV WARUNG

Biaya
Jumlah Telur ( Biaya Rata-Rata
Jenis Pemasaran
Butir / Bulan) (Rp / Butir)
(Rp)

Peternak ( 150 Butir) 600


1. Biaya Pengangkutan 8000
2. Tray Karton @5 6000
Jumlah 14000 23.33333333
Pedagang Pengecer (150 butir) 600
1. Penyusutan Sewa Toko 8000
2. Tenaga kerja 16000
Jumlah 24000 40
total biaya pemasaran 38000 63.33333333

Pola saluran pemasaran IVb dengan pedagang pengecer di warung.Biaya

yang dikeluarkan oleh peternak terdiri dari biaya pengankutan sebesar Rp. 8.000,

biaya tray karton sebesar Rp. 6.000.Dengan jumlah telur 600 butir, total jumlah

biaya pada peternak adalah sebesar Rp. 14.000 dengan total biaya rata-rata adalah

sebesar Rp. 23.

Kemudian pedagang pengecer pasar tradisional mengeluarkan biaya sewa

tempat sebesar Rp. 8.000, dan biaya tenaga kerja adalah sebesar Rp. 16.000. Total

jumlah biaya pedagang pengecer adalah sebesar Rp. 24.000,dengan jumlah telur

Universitas Sumatera Utara


47

600 butir maka rata-rata biaya per butir adalah sebesar Rp. 40. Total biaya

pemasaran adalah sebesar Rp. 38.000 dan total biaya rata-rata pemasaran per butir

adalah sebesar Rp. 63.

Pada saluran pemsaran tingkat 0, tidak ada lembaga perantara yang

berperan. Artinya harga jual peternak sama dengan harga beli konsumen maka

tidak ada margin pemasarannya.

Marjin pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I yaitu sebesar

Rp. 600 karena jalur 1 merupakan rantai terpanjang darisemua jalur distribusi

yang ada, serta konsumen akhirnya bukan hanya penduduk dari Kotamadya

Pematangsiantar saja, sehingga pedagang menjual komoditinya dengan harga

yang cukup tinggi. Pemasaran telur di Lubuk Pakam dianggap potensial karena

pasokan yang sangat besar serta harga jual yang lebih tinggi.Marjin pemasaran

terkecil adalah terdapat pada saluran pemasaran IVb yaitu sebesar Rp. 63.Hal ini

disebabkan daerah tujuan pemasaran hanya dikhususkan untuk pasar tradisional

maupun warung di kawasan Kotamadya Pematangsiantar.Pedagang menjual

dengan marjin yang cukup rendah sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.Pada

saluran ini terjalin hubungan yang sangat dekat dan saling mempercayai sehingga

peternak selalu menjaga kualitas telurnya yang dijualnya.Pada saluran pemasaran

I, II, III, dan IV besar marjin pemasaran ditentukan oleh jarak distribusi dan

panjang pendeknya rantai pemasaran.

Pada keempat jalur pemasaran telur ayam kampung yang ada di

Kotamadya Pematangsiantar biaya terbesar ditanggung oleh jalur pemasaran I

yaitu Rp. 140.Hal ini karena 1.jarak distribusi yang jauh yang menyebabkan biaya

transportasi lebih besar.2. adanya penambahan kemasan yang lebih baik agar

Universitas Sumatera Utara


48

bertahan lama dan tidak hancur saat di perjalan. Jadi walaupun rantai

pemasarannya paling panjang tetapi telur pada saluran ini sampai di daerah tujuan

sesuai dengan yang diharapkan.

Tabel 16. Margin Pemasaran


Saluran Pemasaran
Uraian 1 2 3 4a 4b
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
% % % % %
(Rp/butir) (Rp/butir) (Rp/butir) (Rp/butir) (Rp/butir)
Peternak
Harga Jual 1450 70.732 1500 75 1450 74.36 1800 90 1950 92.86
Biaya Pemasaran 16.5 0.8049 19 0.95 40.6 2.082 88 4.4 23.3 1.11
Pedagang
Pengumpul
Harga Beli 1450 70.732
Biaya Pemasaran 18.9 0.922
Keuntungan 81.1 3.9561
Harga Jual 1550 75.61
Marjin 100 4.878
Pedagang Besar
Harga Beli 1550 75.61 1500 75
Biaya Pemasaran 14.9 0.7268 10.7 0.535
Keuntungan 185.1 9.0293 189.3 9.465
Harga Jual 1750 85.366 1700 85
Marjin 200 9.7561 200 10
Pedagang Grosir
Harga Beli 1750 85.366 1700 85 1450 74.36
Biaya Pemasaran 14 0.6829 31.8 1.59 10.6 0.544
Keuntungan 111 5.4146 118.3 5.915 239.4 12.28
Harga Jual 1875 91.463 1850 92.5 1700 87.18
Marjin 125 6.0976 150 7.5 250 12.82
Pedagang Pengecer
Harga Beli 1875 91.463 1850 92.5 1700 87.18 1800 90 1950 92.86
Biaya Pemasaran 76 3.7073 43.8 2.19 65 3.333 33.6 1.68 40 1.90
Keuntungan 99 4.8239 106.2 5.31 185 9.487 166.4 8.32 110 5.238
Harga Jual 2050 100 2000 100 1950 100 2000 100 2100 100
Marjin 175 8.5366 150 7.5 250 12.82 200 10 150 7.143
Total biaya
Pemasaran 140.3 6.8439 105.3 5.265 116.2 5.959 121.6 6.08 63.3 3.014
Total Keuntungan 476.2 23.229 413.8 20.69 424.4 21.76 166.4 8.32 110 5.238
Total Marjin 600 29.268 500 25 500 25.64 200 10 150 7.143
R/C Rasio 3.394 3.929 2.957 1.368 1.738

Universitas Sumatera Utara


49

Sementara biaya terkecil terdapat pada jalur pemasaran IVb yaitu sebesar

Rp. 63, pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat, serta rantai pemasaran yang

cukup pendek dan jumlah yang diperjualbelikan sangat sedikit. Sementara biaya

yang ditanggung oleh jalur pemasaran III dan IVa yaitu sebesar Rp.116 dan Rp.

121 merupakan nilai total biaya diantara dari jalur 1 dan II dan merupakan rantai

pemasaran yang paling pendek.

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada jalur pemasaran I yaitu

sebesar Rp. 476 karena merupakan rantai pemasaran terpanjang serta konsumen

akhirnya merupakan bukan hanya penduduk lokal saja sehingga pedagang

menjual komoditinya dengan harga yang cukup tinggi. Keuntungan terkecil

terdapat pada jalur pemasaran IVb yaitu sebesar Rp. 110, hal ini karena jumlah

telur yang disalurkan pada jalur ini hanya sedikit, walaupun harga jual yang

diberikan kepada konsumen cukup tinggi, selain itu pada saluran ini telur ayam

kampung dijual bersamaan dengan komoditas lainnya sehingga daya serap

pasarnya relatif lebih kecil.

Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan perbandingan antara harga yang diterima oleh

peternak dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen, dan pada umumnya

dinyatakan dalam persentase.Farmer’s share berhubungan terbalik dengan marjin

pemasaran, artinya semakin tinggi marjin pemasaran maka akan semakin lebih

rendah farmer’s share. Besarnya bagian yang diterima peternak telur ayam

kampung dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 17.Analisi Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Telur Ayam Kampung
Di Kotamadya Pematangsiantar
Saluran Pemasaran Harga di Tingkat Harga di Tingkat Farmer’s
Peternak (Rp/ butir) Konsumen Share (%)

Universitas Sumatera Utara


50

(RP/Butir)

I 1450 2050 70,73


II 1500 2000 75
III 1450 1950 74,35
Iva 1800 2000 90
Ivb 1950 2100 92,8

Farmer’s share tertinggi pada saluran pemasaran ke empat yaitu sebesar

92,8 persen, artinya produsen (peternak) menerima harga 92,8 persen dari harga

yang dibayarkan konsumen. Selain itu saluran pemasaran empat memperoleh total

margin pemasaran terkecil.Saluran pemasaran dua dan tiga adalah saluran yang

memberikan bagian harga untuk peternak seberar 75 persen dan 74.35 persen dari

harga yang dibayarkan konsumen. Sedangkan pada saluran pemasaran satu

memberikan bagian harga untuk peternak dengan selisih harga yang jauh

berbeda. Pada umumnya harga yang diterima peternak pada analisis pemasaran

telur ayam kampung cukup tinggi.

Rasio Keuntungan dan Biaya

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

dalam menyalurkan telur ayam kampung dari peternak ke konsumen akhir yang

dinyatakan dalam rupiah per butir. Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran

merupakan selisih antara marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama

proses pemasaran. Analisis rasio keuntungan per biaya dapat digunakan untuk

mengetahui apakah kegiatan pemasaran yang dilakukan memberikan keuntungan

kepada pelaku pemasar.Jika nilai π/C lebih dari satu (π/C > 1) maka kegiatan

pemasaran tersebut menguntungkan (efisien), sebaliknya jika π/C kurang dari satu

maka (π/C<1) maka kegiatan tersebut tidak memberikan keuntungan (tidak

efisien).

Universitas Sumatera Utara


51

Pada saluran I total biaya yang dikeluarkan per butir telur adalah sebesar

Rp. 123.8,-. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp.

76 per butir.Biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang grosir yaitu

sebesar Rp. 14 per butir.

Tabel 18.Analisis Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pada Lembaga Pemasaran


Telur Ayam Kampung Di Kotamadya Pematangsiantar
Keuntungan
Lembaga Pemasaran Biaya (Rp/Butir) π/C
(Rp/Butir)
Saluran I
Peternak 1433.5
Pedagang Pengumpul 81.1 18.9 4.29
Pedagang Besar 185.1 14.9 12.4
Pedagang Grosir 111 14 7.93
Pedagang Pengecer 99 76 1.3
Total 476.2 123.8 3.85
Saluran II
Peternak 1481
Pedagang Besar 189.3 10.7 17.7
Pedagang Grosir 118.2 31.8 3.72
Pedagang Pengecer 106.2 43.8 2.42
Total 413.7 86.3 4.79
Saluran III
Peternak 1382.1
Pedagang Grosir 239.4 10.6 22.6
Pedagang Pengecer 185 65 2.85
Total 424.4 75.6 5.61
Saluran IVa
Peternak 1712
Pedagang Pengecer 166.4 33.6 4.95
Total 166.4 33.6 4.95
Saluran IVb
Peternak 1933.3
Pedagang Pengecer 121.4 28.6 4.24
Total 121.4 28.6 4.24

Universitas Sumatera Utara


52

Keuntungan terbesar di peroleh pedagang besar sebesar Rp. 185 per

butir.Sedangkan keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengumpul yaitu sebesar

Rp. 81 per butir.

Pada saluran I total biaya yang dikeluarkan per butir telur adalah sebesar

Rp. 123.8,-. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp.

76 per butir.Biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang grosir yaitu

sebesar Rp. 14 per butir.Keuntungan terbesar di peroleh pedagang besar sebesar

Rp. 185 per butir.Sedangkan keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengumpul

yaitu sebesar Rp. 81 per butir.

Pada saluran 2 biaya total yang dikeluarkan adalah sebesarRp. 86,3 per

butir. Biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar

Rp. 43,8 per butir, sedangkan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh

pedagang besar sebesar Rp. 10,7 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh

pedagang besar yaitu sebesar Rp. 189 per butir dan keuntungan terkecil diperoleh

oleh pedagang grosir yaitu sebesar Rp. 118,2 per butir.

Pada saluran III biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 75,6 per

butir. Sedangkan biaya pemasaran terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer

yaitu sebesar Rp. 65 per butir sedangkan biaya terkecil ditanggung oleh pedagang

grosir adalah sebesar Rp. 10,6 per butir. Keuntungan terbesar diperoleh oleh

pedagang grosir adalah sebesar Rp. 239 per butir sedangkan keuntungan pengecer

adalah sebesar Rp. 185 per butir.

Pada saluran IV yaitu saluran terpendek terbagi dua yaitu saluran dari

peternak ke pedagang pengecer di pasar lalu ke konsumen.Sedangkan saluran

kedua dari peternak ke pedagang pengecer di warung lalu ke konsumen. Biaya

Universitas Sumatera Utara


53

total yang dikeluarkan pada saluran IVa adalah sebesar Rp. 33,6 per butir sama

dengan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer. Sedangkan keuntungan

yang diperoleh pedagang pengecer adalah Rp. 166.4 per butir sama dengan yang

di keluarkan oleh pedagang pengecer. Pada saluran IVb biaya yang dikeluarkan

oleh pedagang pengecer adalah Rp. 28.6 per butir sedangkan keuntungan adalah

sebesar Rp. 121.4 per butir.Maka rasio keuntungan biaya adalah sebesar Rp. 4.24

per butir.

Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Kampung

Dalam suatu analisis sistem pemasaran selalu dicari efisiensi pemasaran

yang berarti upaya memaksimumkan penggunaan faktor produksi dan output. Para

pelaku pemasaran suatu komoditi harus mengetahui sistem keragaan pasar yang

akan dihadapi sehingga dapat diketahui apakah sistem pemasaran tersebut sudah

efisien atau tidak. Efisiensi pemasaran dibagi dua yaitu efisiensi oprasional dan

efisiensi harga.

Efisiensi operasional meliputi efisensi dalam pengolahan, pengemasan,

pengangkutan, dan fungsi lain dari pemasaran seperti fungsi pembelian dan

penjuaan. Efisiensi harga merupakan elastisitas transmisi harga yg meliputi

analisa perbedaan harga di tingkat petani dan konsumen. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi operasional yaitu margin pemasaran,

farmer’s share dan rasio keuntungan biaya.

Berdasarkan hasil penelitian margin pemasaran bahwa margin biaya

terkecil adalah pada saluran pemasaran IV,akan tetapi lembaga pemasaran yang

berperan hanya satu, dan jumlah telur yang diperjual belikan sedikit (rata rata 30

Universitas Sumatera Utara


54

butir perhari). Maka dipilih saluran pemasaran II yaitu biaya terkecil kedua yang

lebih efisien.

Berdasarkan farmer’s share maka saluran pemasaran IV menunjukan

farmer’s share terbesar akan tetapi jumlah yang diperjuabelikan kecil dan

lembaga pemasaran berperan hanya satu. Maka dipilih saluran pemasaran II

(farmer’s share kedua terbesar) yang lebih efisien.

Berdasarkan rasio keuntungan terhadap biaya maka saluran pemasaran III

menunjukan rasio terbesar. Akan tetapi lembaga pemasaran yang berperan hanya

dua dan jumlah yang diperjualbelikan hanya sedikit.Sedangkan rasio keuntungan

biaya terbesar diperoleh pada saluran pemasaran III (peternak, pedagang

grosir,dan pedagang pengecer) dengan rasio sebesar 5,61 persen. Pada saluran

pemasaran ke tiga bahwa potensi pasar terbuka bagi setiap peternak di lokasi

penelitian untuk menawarkan produknya ke pedagang grosir secara

langsung.Mereka langsung mengantar telur ke pedagang grosir yang sudah

merupakan langganan dari peternak yang tempat tinggalnya tidak jauh dari

pedagang grosir.

Informasi mengenai harga telur setiap hari diperoleh dari mekanisme harga

yang disebut dengan harga kantor. Pengetahuan mengenai informasi harga

membantu mereka memiliki posisi tawar di pasar dan mereka mempunyai

hubungan yang baik kepada pedagang grosir.Akan tetapi perternak pada saluran

ini terbatas.Dengan skala usaha yang kecil sehingga telur yang dipasokpun

sedikit.Dari seluruh saluran pemasaran telur ayam kampung di tempat penelitian

ini, sudah berperan dalam suatu sistim.Masing-masing pedagang sudah

Universitas Sumatera Utara


55

mempunyai langganan sendiri dan sistem pemasaran sudah berlangsung lama

sehingga terjalin hubungan kerja sama yang baik serta saling percaya.

Berdasarkan hasil analisa margin, farmer’s share dan rasio keuntungan

menunjukkan bahwa semua saluran sudah efisien tetapi yang paling efisien adalah

saluran pemasaran II dengan margin biaya terkecil kedua, farmer’s share terbesar

kedua dan rasio keuntungan terbesar kedua. Pada saluran ini juga jumlah telur

yang dipasarkan paling besar dan keutungan tersebar merata di semua lembaga

pemasar.

Universitas Sumatera Utara


56

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemasaran telur ayam kampung di Kotamadya Pematangsiantar terdiri dari

4 saluran pemasaran.1. Peternak – pedagang pengumpul – pedagang besar –

pedagang grosir – pedagang pengecer – konsumen. 2. Peternak – pedagang besar

– pedagang grosir – pedagang pengecer – konsumen. 3. Peternak – pedagang

grosir – pedagang pengecer – konsumen. 4. Peternak – pedagang pengecer –

konsumen. Fungsi penjualan, fungsi pembiayaan dan informasi pasar adalah

fungsi pemasaran yang dilakukan oleh semua lembaga yang berperan. Kebutuhan

telur ayam kampung di Kotamadya Pematangsiantar sebagian besar (63.3%)

dipasok dari luar kota (Pantai Labu) dan (36.7%)yang dipenuhi oleh peternak di

Pematangsiantar. Sistem saluran pemasaran telur ayam kampung di

Pematangsiantar sudah memiliki jaringan tersendiri.Praktek pembelian dan

penjualan mempunyai sistem sendiri.

Disimpulhan bahwa saluran pemasaran II adalah saluran yang paling

efisien karena farmer sharenya 75% ( ke dua terbesar), rasio keuntungan biaya

4,79% (ke dua terbesar), biaya pemasaran Rp 105,3,- (ke dua terkecil) dan

keuntungan tersebar merata ke semua lembaga pemasaran yang berperan.

Saran

Dari hasil penelitian, disarankan peternak memilih saluran pemasaran yang

sesuai demi mendapatkan keuntungan yang besar.Disarankan juga agar peternak

meningkatkan skala usaha agar bisa bersaing di pasar dan lebih jeli mencari

informasi pasar untuk memahami aspek harga dan jumlah yang diperjualbelikan.

Universitas Sumatera Utara


57

DAFTAR PUSTAKA

Fanani, Z. 2002. Efisiensi Pemasaran Ayam Pedaging Model Kemitraan di


Kabupaten Malang. J. Ilmiah Ilmu Peternakan dan Perikanan. Vol. 1 (18):
81–112.

Gonarsyah I, Iriyani. 1993. Upaya Ke Arah Peningkatan Pemasaran Dan


Perdagangan Buah-Buahan. IPB Bogor

Gultom. H.L.T, 1996. Tata Niaga Pertanian. USU Press, Medan.

Hartono, T. dan B. Isman. 2005. Karakteristik Sifat-Sifat Produktivitas Ayam


Kampung Betina Fase Produksi pada Populasi Dasar Seleksi. Pros. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner21 – 22 Agustus 2007.
Puslitibang Peternakan, Bogor. Vol. 1 : 576 – 582.

Johari. 2004. Ayam Kampung Petelur : Edisi Revisi. Penebar swadaya, Jakarta.
Kotler, P. 1997. Dasar-Dasar Pemasaran : Edisi ke-3. Penerbit Intermedia, Jakarta.
Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran : Jilid 1, Edisi Milenium. Prenhallindo,
Jakarta.

Limbong dan Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga. IPB Bogor

Mahatama dan Farid. 2013. Daya Saing dan Saluran Pemasaran Rumput Laut :
Kasus Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Buletin Ilmiah Litbang
Pertanian.

Mangkunegara, P.A. 2002. Perilaku Konsumen. Refika Aditama, Bandung.


Nazaruddin, R., Suryahadi dan M. Sarma. 2011. Analisis Strategi Pemasaran
Peternakan Ayam CV Intan Jaya Abadi Sukabumi. Jurnal Manajemen IKM.
Vol. 6 (2) : 125-132.

Nuraso, S. 2010. Pembesaran Ayam Kampung Pedaging Hari Per Hari. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Pindyck, R.S dan Rubinfeld. 2001. Mikro Ekonomi. PT Indeks, Jakarta.

Prassojo. 2012. Tataniaga Pertanian, Saluran Tataniaga, Marjin Tataniaga, dan


Pemasaran.http://shaylife.blogspot.com/2012/04/tataniaga-pertanian-
saluran-tataniaga.html diakses tanggal 18 Maret 2017 pukul 11:18 WIB.

Sihombing, Luhut 2011. Tata Niaga Hasil Pertanian. USU Press : Medan
Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


58

Saefildin, K. 2002. Analisis Usaha Tani. UI-Press, Jakarta.


Sedianoetama, D. 2006. Ilmu Gizi : Jilid 1, Cetakan ke-6. Dian Rakyat, Jakarta.
Silvia, N. 2005. Analisis Pemasaran Telur pada Usaha Peternakan H.Djarasun
Mangkuto Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam. [Skripsi].
Universitas Andalas, Padang.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.


Sudiyono, A. 2002 Pemasaran Pertanian. UMU. Muhamadiyah malang.

Universitas Sumatera Utara


59

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


60

REKAPITULASI PETERNAK DI PEMATANG SIANTAR DAN KARANG SARI


Jumlah
Jumlah Telur /
No Nama Responden Umur Tempat Jumlah Ternak Telur / Harga Jual
Hari
Minggu
1 Hel Hutagaul 54 P. Siantar 200 50 350 2000
2 Sahat Hutauruk 59 P. Siantar 100 25 175 2000
3 Nurdin Purba 40 P. Siantar 300 80 560 2000
4 Santi 59 P. Siantar 300 70 490 2000
5 L Tambunan 63 P. Siantar 130 30 210 2000
6 Sirait 48 P. Siantar 150 40 280 2000
7 Tambunan 41 Karang Sari 500 157 1100 1450
Total 1680 452 3165
Rata-Rata 240 59 409 1935

REKAPITULASI PETERNAK DI PANTAI LABU


8 Ahan 68 Pantai Labu 1200 315 2200 1500
9 Sansi 33 Pantai Labu 1400 350 2450 1500
10 Nur K 45 Pantai Labu 300 70 490 1450
Total 2900 735 5140
Rata-Rata 966 240 1713 1533

Universitas Sumatera Utara


61

REKAPITULASI PEDAGANG BESAR

Jumlah Jumlah
Nama Jumlah Di Beli Harga Harga Harga Harga
No Umur Biaya Telur Telur
Responden Pembeli Dari Beli Jual Beli Jual
Terjual Ayam Ras

Konsumsi :
Denny Pedagang
1 43 11200 1550 1700 20000, Tenaga 11200 70000 950 1500
(SMA) Pengumpul
Kerja : 60000

Bensin : 40000,
Jhony Supir 120000,
2 23 19500 Peternak 1500 1700 konsumsi 19500 71000 900 1250
(SMA)
20000

REKAPITULASI PEDAGANG PENGUMPUL

Jumlah
Nama Jumlah Di Beli Harga Harga Jumlah Harga Harga
No Umur Biaya Telur
Responden Pembeli Dari Beli Jual Ayam Ras Beli Jual
Terjual

Pengankutan :
140000, Tenaga
1 Musron 54 11200 peternak 1450 1550 Kerja : 60000, 11200 56000 1000 1100
biaya komisi :
12000

Universitas Sumatera Utara


62

REKAPITULASI PEDAGANG GROSIR


Jumlah
beli
Jumlah beli Jumlah
Harga Jumlah Jual Harga Telur Harga Harga
Telur Ayam Jual
No Responden Nama Dari Beli Biaya (butir / Jual ayam Beli Jual
Kampung (Butir /
(Rp) minggu) (Rp) ras (Rp) (Rp)
butir /minggu Minggu)
butir /
minggu
Sewa Toko :
42000, Tenaga
Kerja : 150000,
Sukris (Pajak Pantai Labu,
1 7500 1500 Kebersihan : 7500 1990 36000 1100 36000 1250
Parluasan) Karang Sari,
12000, Tali :
2000, Plastik :
2000
Sewa Toko :
96000, Tenaga
Kerja : 180000,
Pantai labu
Ishak (Jl. Transport :
2 7000 dan karang 1500 7000 1760 30000 1200 30000 1260
Sriwijaya) 36000,
sari
Kebersihan :
6000, Tali : 2000,
Plastik : 2000
Sewa Toko :
96000, Tenaga
Kerja : 75000,
Panjaitan Transport :
3 6000 Agen 1450 6000 1600 25000 970 24000 1300
(Dwikora) 36000,
Kebersihan :
6000, Tali : 2000,
Plastik : 2000
Sewa Toko :
38000, Tenaga
Kerja : 120000,
Apin (Jl. Transport :
Pantai Labu,
4 Doctor 7500 1700 36000, 7400 1750 33000 1200 33000 1260
Karang Sari
Wahidin) Kebersihan :
12000, Tali :
12000, Plastik :
12000

Universitas Sumatera Utara


63

REKAPITULASI DATA PEDAGANG PENGECER


Jumlah beli
Jumlah Jumlah beli
Telur Ayam Harga Harga Jumlah Jual
No Jual Telur ayam Harga Beli Harga Jual
Nama Kampung Dari Beli Biaya Jual (Butir /
Responden (butir / ras butir / (Rp) (Rp)
butir (Rp) (Rp) Minggu)
minggu) minggu
/minggu
sortir : 5000 , 2
orang : 96000
Orang
1 K tarigan 150 1800 125 2000 600 1100 500 1350
Kampung

Sewa toko : 11538,


Tenaga Kerja :
48000, Tranport :
2 Manullang 6000 Grosir 1750 24000, Kebersihan : 1600 1950 9000 1100 9000 1300
7000, Tali : 16800,
Plastik : 24000, Abu :
12000
Sewa toko : 11538,
Tenaga Kerja :
48000, Tranport :
Ibu
3 600 Grosir 1800 24000, Kebersihan : 600 1900 8000 1100 7000 1200
Manullang
7000, Tali : 16800,
Plastik : 24000, Abu :
12000
Sewa toko : 12000,
Tampubolon
Kebersihan : 6000,
4 ( P. 900 Grosir 1750 900 2000 3000 1100 2700 1400
Tali : 8400, Plastik :
Parluasan)
12000, Abu : 2000
Sewa toko : 11538,
Tranport : 10000,
Ridoi (P. Karang Kebersihan : 3000,
5 1800 1700 1700 1950 3000 1080 3000 1200
Horas) Sari upah : 60000

Sewa toko : 96000,


Tenaga Kerja :
84000, Tranport :
Mina (P.
6 3000 Grosir 1875 10000, Kebersihan : 1500 2050 3000 1125 2700 1250
Parluasan)
48000, Tali : 6000,
Plastik : 12000, Abu :
2000
Sewa toko : 92000,
Tenaga Kerja :
250000, Tranport :
Heri (P. Pantai
7 3000 1850 36000, Kebersihan : 3000 2000 3000 1050 2800 1100
Parluasan) Labu
10000, Tali : 16800,
Plastik : 24000, Abu :
12000
Sewa toko : 60000,
Tenaga Kerja :
75000, Tranport :
Fatimah (P. Pantai
8 1500 1850 20000, Perlengkapan 1500 2000 4000 1100 4000 1150
Parluasaan) Labu
: 1500, Tali : 30000,
Plastik : 24000, Abu :
12000
Sewa toko : 15000,
Napolina Tranport : 7000, Tali
9 Sianipar (p. 2000 Agen 1850 : 24000, Plastik : 2000 2000 2500 1150 2500 1300
Horas) 20000, Abu : 12000

Universitas Sumatera Utara


64

REKAPITULASI KONSUMEN
Jumlah beli
Nama, Umur,
No Telur Ayam Harga Beli
Pendapatan, Di Beli Dari Tujuan Beli Telur
Responden Kampung (Rp)
Jumlah Anak
butir /minggu

Lebih
Mamak Juan,
Warung dan Menyehatkan Dan
1 47 tahun, 3jt, 15 1800
Pajak Horas Meningkatkan
dan 2 anak
Gizi Keluarga
Lina, 47 tahun, Kandungan
2 400rb/hari, 3 21 Pajak Horas 2000 Nutrisi Lebih
anak Baik
Linlin, 35
Diolah Dan Dijual
Tahun,
3 180 Pajak Horas 1700 Kembali Bersama
500rb/hari, 3
Kopi
Anak
Riana, 40
Tahun, Untuk Bahan
4 90 Pajak Horas 1700
230rb/hari, 2 Jamu
Anak
Warni, 30
Untuk Bahan
5 Tahun, 60rb / 100 Pajak Horas 1700
Jamu
hari, 3 Anak
Sarni, 35
Tahun, Untuk Bahan
6 120 Pajak Horas 1700
150rb/hari, 3 Jamu
Anak
Sunas, 35
Tahun, Pajak Untuk Bahan
7 100/ bulan 1850
2,5jt/bulan, 2 Parluasan Jamu
Anak
Ayem, 28
Tahun, Peternak Dijual Di Warung
8 30/hari 1950
220rb/hari, 1 Sekitar (2100)
Anak/

Universitas Sumatera Utara


65

KUISIONER PETERNAK TELUR AYAM KAMPUNG

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


66

I. Biodata
No. Sampel :
Lokasi :

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur :

Jlh.Tanggungan :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan lain :

Pendapatan : /Bulan

Frekuensi pembelian : /Bulan

Jumlah Permintaan : /Bulan

Barang Substitusi :

Universitas Sumatera Utara


67

II. Pertanyaan

1. Sejak kapan memulai usaha :

2. Berapa jumlah ternak :

3. Apakah punya perusahaan mitra:

4. Kalau ada mitra apa jenis kemitraan:

a. agen b. dagang c. inti plasma d. bentuk lain

5. Apakah pernah menerima bantuan kredit:

6. Jika pernah berapa dan dari siapa:

6.1. Berapa bunganya:

7. Berapa banyak jumlah ayam yang dimiliki:

8. Berapa luas kandang:

9. Apa status lahan yang di usahakan (sewa/milik sendiri/garapan):

10. Usaha tani telur ayam yang di lakukan

Kegiatan Dilakukan Dilakukan Dilakukan Upah TK


Pada umur pada 1 musim dengan tenaga (Rp/Hari)
kerja

11. Berapa produksi telur:….. butir/(hari/minggu)

12. Apakah saudara selalu mengikuti informasi mengenai cara meninggkatkan

produksi telur ayam:

12.1. jika pernah dari mana mendapatkannya:

Universitas Sumatera Utara


68

13. Aspek pemasaran

13.1. kemana hasil produksi dijual:

a. pedagang pengumpul c. melalui kelompok peternak

b. pengusaha makanan d. lainnya

13.2. biaya pemasaran yang ditanggung

a. pengankutan c. pungutan

b. tranportasi d. lainnya

13.3. apakah saudara mengalami kesulitan dalam memasarkan telur:

( ) ya, mengapa…………………………………………………….

( ) tidak, mengapa…………………………………………………

13.4. kegiatan penjualan

a. berapa harga jual:

b. kemana di jual:

c. berapa jumlah penjualan:

d. berapa harganya:

e. bagaimana sistem pembayaran (utang/cash)

13.5. siapa yang menetukan harga jual:

13.6. apakah dilakukan penyortiran berdasarkan besar kecil:

13.7. apakah pekerjaan sampingan lain yang anda lakukan:

13.7.1. berapa pendapatan dari hasil sampingan:

13.8. apa hambatan mengembangkan produksi:

13.9. apa dukungan pengembangan produksi:

Universitas Sumatera Utara


69

Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diisikan diatas adalah benar

Siantar, Juli 2017


Disetujui Oleh :

( )

Universitas Sumatera Utara


70

KUISIONER PEDAGANG TELUR AYAM KAMPUNG

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


71

LEMBAR KUISIONER UNTUK PEDAGANG TELUR


AYAM KAMPUNG

No. Responden :
Lokasi :

Nama Toko :
Pemilik :
Pendidikan Terakhir :
Kapan usaha dimulai :

Biaya Pemasaran
Keterangan Jumlah Biaya (Rp.)
Sewa Toko
Tenaga Kerja
Transportasi
Kebersihan
Perlengkapan:
Tali
Plastik
Abu
Total

Jumlah Telur yang di beli :……. (per hari/minggu)

Harga Beli Telur :

Dari siapa di beli :

Sistim pembayaran : cash / utang

Jumlah Telur yang di jual :………(per hari/minggu)

Harga Jual Telur :

Menjual ke siapa :

Sistim penjualan : cash / utang

Universitas Sumatera Utara


72

Apakah anda melakukan penyortiran :


a. Bagus / busuk
b. Besar / kecil

Siapa yang menyortir :

Berapa upah :

Apakah anda juga berdagang telur ayam ras :

Berapa harga beli :

Berapa jumlah pembelian :………… (per hari / minggu)

Dari siapa di beli :

Sistim pembayaran : cash / utang

Jumlah Telur yang di jual :………(per hari/minggu)

Harga Jual Telur :

Menjual ke siapa :

Sistim penjualan : cash / utang

Bagaimana anda memperoleh informasi tentang harga jual:

Bagaimana saudara menentukan harga jual:

Apakah saudara melakukan penyimpanan:

Jika ya
Berapa jumlah yang di simpan:
Berapa lama penyimpanan:
Berapa biaya penyimpanan:

Apakah saudara menanggung resiko kebusukan:

Universitas Sumatera Utara


73

Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diisikan diatas adalah benar.
Siantar, Juli 2017
Disetujui Oleh:

( )

Universitas Sumatera Utara


74

KUISIONER KONSUMEN TELUR AYAM KAMPUNG

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


75

III. Biodata
No. Sampel :
Lokasi :

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur :

Jlh.Tanggungan :

Pendidikan Terakhir :

Pekerjaan :

Pendapatan : /Bulan

Frekuensi pembelian : /Bulan

Jumlah Permintaan : /Bulan

Barang Substitusi :

Universitas Sumatera Utara


76

IV. Pertanyaan

Berikut pertanyaannya:

1. Berapa kali membeli telur ayam kampung:…… /minggu

2. Berapa telur ayam kampung dibeli:…… /minggu

3. Berapa telur ayam ras dibeli:……../minggu

4. Apakah pembelian telur ayam kampung dipengaruhi oleh harga artinya

kalau harga naik pembelian telur ayam kampung apakah di kurangi:…..

5. Apakah pembelian telur ayam kampung dipengaruhi oleh pendapatan:……

6. Mengapa membeli telur ayam kampung

a. Lebih menyehatkan

b. Untuk obat

c. Untuk kandungan nutrisi lebih baik dari telur ayam kampung

d. Untuk bahan kue

e. Untuk bahan jamu

7. Berapa harga telur ayan kampung dibeli:…….

8. Dari mana anda membeli telur ayam kampung:……..

9. Apakah harga telur ayam kampung terlalu mahal:……..

Dengan ini saya menyatakan bahwa data yang diisikan diatas adalah

benar

Siantar, Juli 2017


Disetujui Oleh :

( )

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai