Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah : Kesling dan K3


Dosen : dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc., Ph. D

“ HUBUNGAN PEKERJAAN PERUSAHAAN PEMBUAT MEBEL DENGAN KESEHATAN”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK V
KELAS D

NURAMALIA K012211081
IRMAWATY HAERUDDIN K012202058
TRIA DWI ASTUTI K012211072
RINGGO LARENGSI K012202077

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lingkungan kerja memegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Sebagian besar
masalah yang dihadapi oleh karyawan adalah berhubungan dengan lingkungan kerja. Tingkat
produktivitas dapat ditingkatkan melalui pengembangan lingkungan yang kondusif lingkungan
kerja dalam organisasi. Lingkungan secara harfiah berarti lingkungan dan segala sesuatu yang
mempengaruhi manusia selama hidup adalah secara kolektif disebut lingkungan. Lingkungan
kerja adalah lingkungan di mana orang-orang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Ini
berarti sistem, proses, struktur dan alat dan semua hal yang berinteraksi dengan karyawan dan
mempengaruhi secara positif atau negatif pada kinerja karyawan. Bisa juga
didefinisikan sebagai lokasi di mana tugas diselesaikan. Saat mempelajari tempat kerja,
lingkungan kerja melibatkan lokasi geografis fisik serta lingkungan sekitar tempat kerja seperti:
lokasi konstruksi atau gedung perkantoran. Ini biasanya melibatkan faktor-faktor lain yang
berkaitan dengan tempat kerja seperti: kualitas udara, tingkat kebisingan, dan fasilitas serta
manfaat tambahan dari pekerjaan seperti penitipan anak gratis atau kopi tanpa batas, atau parkir
yang memadai.( M.Tafique Tahir.2015)
Pekerjaan adalah aspek kehidupan yang secara fundamental harus dipertimbangkan
kembali dalam konteks peningkatan harapan hidup sehat di seluruh dunia. Pekerjaan adalah
lingkungan penting yang membentuk proses penuaan. Oleh karena itu, karakteristik pekerjaan
dan pengaruhnya terhadap kesehatan fisik, mental, dan kognitif dikemudian hari patut mendapat
perhatian besar. Berkenaan dengan kesehatan fisik dan mental, ditemukan secara keseluruhan
bahwa aktivitas fisik, aktivitas intelektual, dan faktor gaya hidup lainnya, yang semuanya sering
terkait erat dengan pekerjaan dapat memoderasi perubahan fisik dan psikologis terkait usia.
kecenderungan pengurangan jam kerja seiring bertambahnya usia dan bahwa pekerjaan yang
dibayar (kurang dari 35 jam) berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan fisik dan mental pada
usia yang lebih tinggi (Kajitani, 2011 dalam Staudinger, 2016).
Kerangka teoretis yang diterima secara umum tentang pekerjaan dan kesejahteraan
didasarkan pada bukti latar belakang yang luas :
1. Pekerjaan umumnya merupakan cara yang paling penting untuk memperoleh
ekonomi yang memadai sumber daya, yang penting untuk kesejahteraan materi dan
partisipasi penuh dalam masyarakat saat ini;
2. Pekerjaan memenuhi kebutuhan psikososial yang penting dalam masyarakat di
mana pekerjaan adalah norma;
3. Pekerjaan adalah pusat identitas individu, peran sosial dan status sosial;
4. Pekerjaan dan status sosial-ekonomi adalah pendorong utama dari gradien sosial
dalam fisik dan kesehatan mental dan kematian (Gordon Waddel.2006)
Pekerjaan yang baik meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di seluruh kehidupan
masyarakat, tidak hanya dari sudut pandang ekonomi tetapi juga dalam hal kualitas hidup. 'Kerja
yang baik' berarti tidak hanya memiliki lingkungan kerja yang aman, tetapi juga memiliki rasa
aman, otonomi, manajemen lini yang baik, dan komunikasi dalam suatu organisasi (Health
matters: health and work. 2019). Kemampuan kerja adalah konsep kompleks yang mewakili
kemampuan sosial, mental, dan fisik karyawan di tempat kerja dan menggambarkan interaksi
antara sumber daya mental dan fisik individu. Kemampuan kerja merupakan indeks kepuasan
kerja yang juga dianggap sebagai faktor kunci yang terkait dengan kualitas dan keamanan kerja.
Kualitas kehidupan kerja mewakili persepsi karyawan tentang kesehatan fisik dan psikologis
mereka dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka dan kemampuan pekerja untuk memenuhi
kebutuhan pribadi mereka yang penting berdasarkan pengalaman mereka di organisasi.
Peningkatan kualitas kehidupan kerja dan kepuasan kerja mengarah pada kepuasan keseluruhan
dengan kehidupan (Abbasi, 2017).
Keselamatan kerja menurut Kuswana (2014) dalam Adhika (2020)., yaitu “keadaan aman
dan selamat dari penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada saat
menggunakan alat, bahan, mesin dalam pengolahan, teknik pengepakan, penyimpanan, serta
memelihara dan mengamankan tempat kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan, kesehatan kerja
menurut Mathias dan Jakson (2007) dalam Adhika (2020) adalah suatu kondisi yang mengacu
pada kondisi fisik, mental dan kestabilan emosi secara umum. Jadi Keselamatan dan kesehatan
kerja adalah upaya untuk menjamin dan memelihara kesehatan jasmani dan rohani serta
keutuhan tenaga kerja, khususnya manusia, menuju masyarakat yang adil dan makmur
(Mangkunegara, 2009 dalam Adhika, 2020).
Upaya peningkatan kesehatan penduduk harus mempertimbangkan berbagai cara
pekerjaan dan kondisi kerja dapat meningkatkan atau membahayakan kesehatan fisik dan
mental. Menggaungkan perspektif ini, Jean Abraham dan Katie White menjelaskan bagaimana
program kesehatan perusahaan tidak lagi dipasarkan semata-mata berdasarkan kemampuan
mereka untuk mengurangi biaya perawatan kesehatan. Sebaliknya, "dalam pandangan yang
diperluas ini, manfaat potensial dari investasi dalam kesehatan termasuk penghematan biaya
perawatan medis, keuntungan dalam produktivitas dan keterlibatan pekerja, dan peningkatan
kinerja organisasi (Weil, 2017). Perlu adanya akses ke asuransi dan perawatan kesehatan yang
terjangkau, yang dapat membantu pekerja menjaga atau mengelola kesehatan mereka serta
meningkatkan kemampuan individu untuk mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan.
Kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk perawatan kesehatan dapat mengakibatkan kesulitan yang
lebih besar dalam menjaga kesehatan pekerja (Antonisse, 2018)
Salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia adalah industri pengolahan kayu,
hal ini berkaitan dengan konsumsi hasil hutan yang mencapai 33 juta m3 per tahun. Namun, hal
tersebut menimbulkan dampak negatif yaitu timbulnya pencemaran udara oleh debu yang
dihasilkan dari proses pengolahan atau hasil industri tersebut (Suryani, 2005). Debu adalah
partikel padat yang berasal dari pemecahan suatu bahan, baik yang berasal dari kegiatan manusia
maupun proses alam (Mukono, 2003). Debu kayu tersusun dari senyawa lignin, holo-selulosa
(selulosa dan hemi- selulosa), dan senyawa karbohidrat dalam jumlah yang rendah.Oleh sebab
itu, debu kayu digolongkan ke dalam debu organik (Suma’mur, 2009).
Proses fisik pengolahan bahan baku untuk dijadikan mebel dari penggergajian, perakitan,
pembentukan, serta pengamplasan cenderung menghasilkan polusi seperti partikel debu kayu.
Industri mebel berpotensi menimbulkan polusi udara di tempat kerja yang berupa debu kayu.
Ukuran partikel debu kayu sekitar 10-13% yang digergaji dan dihaluskan akan berbentuk debu
kayu yang berterbangan diudara. Dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari pekerja industri
mebel akan terpajan dengan resiko penyakit akibat kerja. Udara yang dihirup selain mengandung
unsur oksigen, juga mengandung berbagai partikel lain seperti debu. Debu yang masuk ke dalam
saluran pernapasan akan merangsang paru dan menimbulkan mekanisme pertahanan. Dalam
dosis besar, semua debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi batuk dan
bersin.Selain batuk dan bersin reaksi tersebut dapat berupa produksi lendir berlebihan.
Debu kayu memiliki sifat kurang reaktif tetapi dapat menyebabkan reaksi alergik dan
gangguan kesehatan pada pekerja yang terpajan.Besarnya gangguan kesehatan dipengaruhi oleh
faktor ukuran partikel debu, lama pajanan, dan faktor individual (Mirza, 2010). Keberadaan debu
di udara akan mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara adalah
terdapatnya bahan, zat, atau komponen lain di dalam udara yang menyebabkan perubahan
susunan udara .Dampak pencemaran udara ini dapat terjadi pada berbagai aspek kehidupan
(Wardhana, 2004). Debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan untuk jangka waktu
yang lama, dapat menyebabkan kerusakan patologis pada manusia .Penumpukan dan pergerakan
debu pada saluran nafas dapat menyebabkan peradangan jalan nafas.Peradangan ini dapat
mengakibatkan penyumbatan jalan nafas, sehingga dapat menurunkan kapasitas paru (American
Thoracic Society, 1995).
Pekerja yang terpajan debu memiliki risiko untuk mengalami keluhan kesehatan dan
penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi (kanker).Keluhan pernapasan merupakan
masalah kesehatan yang paling banyak dijumpai dalam industri kayu.Selain keluhan pernapasan,
dampak pajanan debu terhadap kesehatan yang sering dilaporkan adalah dermatitis, gangguan
fungsi paru, dan beberapa jenis kanker pada saluran pernapasan.Mikroorganisme yang terdapat
pada kayu juga dapat menyebabkan terjadinya keluhan dan gangguan kesehatan. Dampak
paparan debu yang terus menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruktif (Irjayanti, dkk.,
2012).
Debu kayu adalah partikel-partikel zat padat (kayu) yang dihasilkan oleh
kekuatankekuatan alami atau mekanik seperti pada pengolahan, penghancuran, pelembutan,
pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik
misalnya kayu, biji logam dan arang batu (Sinaga, 2019).Debu kayu memiliki sifat kurang reaktif
tetapi dapat menyebabkan reaksi alergik dan gangguan kesehatan pada pekerja yang
terpajan.Besarnya gangguan kesehatan dipengaruhi oleh faktor ukuran partikel debu, lama
pajanan, dan faktor individual (Mirza, 2010).Kadar debu di lingkungan kerja juga dipengaruhi
oleh suhu dan kelembapan.Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan penyebaran debu di
lingkungan kerja. Sedangkan kelembapan yang tinggi merupakan kondisi yang optimal bagi
mikroorganisme untuk dapat berkembang biak (Sastrawijaya, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pekerjaan Industri Mebel terhadap Kesehatan Fisik

Proses fisik pengolahan bahan baku untuk dijadikan mebel dari penggergajian,
perakitan, pembentukan, serta pengamplasan cenderung menghasilkan polusi seperti
partikel debu kayu. Industri mebel berpotensi menimbulkan polusi udara di tempat kerja
yang berupa debu kayu. Ukuran partikel debu kayu sekitar 10-13% yang digergaji dan
dihaluskan akan berbentuk debu kayu yang berterbangan diudara. Dalam melaksanakan
pekerjaan sehari-hari pekerja industri mebel akan terpajan dengan resiko penyakit akibat
kerja. Udara yang dihirup selain mengandung unsur oksigen, juga mengandung berbagai
partikel lain seperti debu. Debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan akan
merangsang paru dan menimbulkan mekanisme pertahanan. Dalam dosis besar, semua
debu bersifat merangsang dan dapat menimbulkan reaksi batuk dan bersin. Selain batuk
dan bersin reaksi tersebutdapat berupa produksi lendir berlebihan (Ida, 2019)
Pekerja yang terpajan debu memiliki risiko untuk mengalami gangguan kesehatan
dan penyakit, baik penyakit infeksi maupun non infeksi. Gangguan pernapasan
merupakan masalah kesehatan yang paling banyak dijumpai dalam industri kayu. Selain
gangguan pernapasan, dampak pajanan debu terhadap kesehatan yang sering dilaporkan
adalah dermatitis, gangguan fungsi paru, gangguan mata dan beberapa jenis kanker pada
saluran pernapasan. Mikroorganisme yang terdapat pada kayu juga dapat menyebabkan
terjadinya keluhan dan gangguan kesehatan (Prasetyo, 2016).
Berbagai faktor dalam timbulnya gangguan pada saluran napas akibat debu dapat
disebabkan oleh debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, serta lama
paparan. Disamping itu, faktor individual yang meliputi mekanisme pertahanan paru,
anatomi dan fisiologi saluran napas. Penilaian paparan pada manusia perlu
dipertimbangkan antara lain sumber paparan, jenis pabrik, lamanya paparan, paparan dari
sumber lain. Pola aktivitas sehari-hari dan faktor penyerta yang potensial seperti umur,
jenis kelamin, kebiasaan merokok dan faktor allergen (Nafisah, 2016).
Menurut WHO, diperkirakan bahwa setidaknya 2 juta orang di seluruh dunia secara
rutin terpapar debu kayu pada saat bekerja. Paparan tertinggi secara umum dilaporkan
pada industri furnitur kayu dan manufaktur, khususnya pada mesin pengamplasan dan
operasi sejenis (dengan kadar debu kayu sering di atas 5 mg/m3). Efek bagi kesehatan
yang paling sering dilaporkan adalah ruam kulit (dermatitis), iritasi mata dan pernapasan,
masalah alergi pernapasan, kanker hidung, dan beberapa jenis kanker lainnya (Irjayanti,
2012). Kesehatan fisik dipengaruhi oleh factor gaya hidup dan kekuatan otot bisep.
Kesimpulannya, di antara pekerja di industri jasa komersial faktor kurangnya aktivitas
fisik, dan obesitas berhubungan signifikan dengan kemampuan kerja (Seyed, 2008).
B. Pengaruh Pekerjaan Industri Mebel terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan mental di tempat kerja 1 dari 6 karyawan di Inggris dilaporkan memiliki


kondisi kesehatan mental, dan stres, depresi, dan kecemasan adalah penyebab utama
ketidakhadiran karena sakit. Pada tahun 2017, kondisi ini menyebabkan 14,3 juta hari
kerja hilang per tahun (7,6% dari absen karena sakit). Perkiraan biaya untuk majikan
Inggris dari ketidakhadiran terkait kesehatan mental adalah £ 7,9 miliar. Orang-orang
dengan masalah kesehatan mental juga sering kali terlalu terwakili dalam pekerjaan
dengan perputaran tinggi, upah rendah, dan sering kali paruh waktu atau sementara
(Health matters: health and work. 2019).
WAH (Work At Home) berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik
individu karena jam kerja yang panjang, kurangnya atau tidak jelas batasan antara
pekerjaan dan urusan rumah, dan dukungan yang terbatas dari organisasi. Secara
keseluruhan dampak WAH (Work At Home) pada kesehatan mental dan fisik individu
sangat bervariasi. Minimal, kesempatan untuk komunikasi reguler antara manajer dan tim
mereka dan antara rekan kerja sangat penting dan dapat membantu mengurangi dampak
negatif yang terkait dengan perasaan terisolasi selama WAH. Dalam situasi di mana
WAH terus menjadi wajib, pertimbangan dampak pada lingkungan rumah dan dampak
keuangan berada di rumah secara penuh (misalnya, peningkatan biaya pemanasan,
pendinginan dan telekomunikasi) diperlukan (Jodi, 2020).
Selain efek pada kesehatan fisik, efek buruk pada kesehatan mental diamati pada
karyawan yang bekerja berjam-jam. Beban kerja yang berlebihan meningkatkan
kelelahan pekerja dan dengan demikian secara negatif mempengaruhi persepsi subjektif
kesehatan. Selain itu, kecemasan dan depresi lebih sering terjadi pada kelompok yang
bekerja berjam-jam. Dampak negatif pada kesehatan mental diwujudkan dalam banyak
hal, termasuk stres, depresi, dan ide bunuh diri. Ini adalah isu-isu penting tidak hanya
untuk individu tetapi juga untuk masyarakat. Depresi dapat terjadi pada orang yang
sering terpapar stres, yang mengarah pada perkembangan penyakit dan kualitas hidup
yang buruk, dan pada akhirnya dapat menyebabkan pemikiran bunuh diri yang serius.
Pada gilirannya, impuls bunuh diri memiliki dampak yang signifikan pada kualitas
kesehatan mental dan fisik dan dapat berkontribusi besar pada beban penyakit di seluruh
dunia (Sungjin, )
Dalam konteks Malaysia, karyawan yang bergerak di bidang manufaktur furnitur
menghadapi banyak stres kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Latif Sallehdkk.
(2008), di Malaysia, tingkat stres di kalangan karyawan meningkat pesat, terutama bagi
karyawan yang bekerja di industri manufaktur furnitur. Hal ini disebabkan industri mebel
Malaysia telah berubah dan berkembang pesat. Oleh karena itu, diperlukan program
pengembangan manusia yang terkelola dengan baik di industri mebel untuk
meningkatkan kompetensi industri serta meningkatkan kinerja karyawan dan mengurangi
stres kerja (Abdul Latif Sallehdkk., 2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yoong Lee Fong yang menyatakan bahwa terdapat tingkat stres kerja yang sedang pada
karyawan di perusahaan manufaktur furnitur terpilih. Dengan demikian, secara umum
menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan menghadapi peristiwa stres di tempat
kerja. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa karyawan memiliki tingkat turnover
intention yang sedang. Dengan demikian, sebagian besar karyawan cenderung keluar atau
tidak memilih untuk terus bekerja di perusahaan manufaktur furnitur mereka saat ini.
Temuan penelitian memiliki beberapa implikasi praktis. Pertama, pengusaha perusahaan
manufaktur furnitur harus memodifikasi atau menghilangkan stresor pekerjaan yang
melekat di tempat kerja, seperti struktur organisasi yang tidak sesuai (misalnya,
kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan kurangnya konsultasi dan
komunikasi) dan konflik peran atau ambiguitas. Oleh karena itu, disarankan agar struktur
organisasi dapat didesain ulang untuk membantu karyawan agar lebih baik dalam
melaksanakan tugasnya.(Yoong Lee Fong, 2013)
C. Pengaruh Positif Pekerjaan Industri Mebel terhadap Kesehatan

Jika organisasi mampu mengelola manajemen K3nya dengan baik, maka akan
berdampak pada tumbuhnya komitmen karyawan terhadap organisasinya. Hal ini dapat
diartikan organisasi yang baik adalah organisasi yang selalu memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan anggota organisasinya dalam bekerja. Dan karena anggota
organisasi/karyawan merasa dirinya diperhatikan dengan baik, maka ia akan merasa
enggan untuk meninggalkan organisasi tempatnya bekerja, serta memiliki komitmen yang
tinggi terhadap organisasinya. Pernyataan tersebut tentu saja didukung oleh beberapa
kajian literatur dan juga riset empiris yang menunjukkan bahwa penerapan K3 yang baik
akan mampu meningkatkan komitmen dari anggota organisasi (Kwesi and Mensah,2016
dalam Indrawati, 2017).
Penelitian (Suwati, Minarsih dan Gagah, 2016) menunjukkan bahwa tujuan utama
seseorang bekerja bukan hanya untuk mendapatkan gaji, tetapi untuk mencapai kepuasan
diri. Kinerja karyawan dipengaruhi oleh banyak aspek seperti: motivasi, lingkungan kerja
dan kepemimpinan di instansi tersebut. Lingkungan kerja dapat berupa apa saja yang ada
di sekitar karyawan dan dapat mempengaruhi bagaimana ia melakukan tugasnya. Alex
S.Nitisemito (1992) menyatakan bahwa lingkungan kerja adalah kondisi eksternal dan
internal yang dapat mempengaruhi semangat kerja dan menghasilkan pekerjaan yang
diselesaikan secara instan (Omari, 2017).
Munculnya teknologi baru telah merevolusi pola kerja, memungkinkan pekerjaan dari
mana saja bagi banyak karyawan. Konsep telework telah ada sejak tahun 1970-an tetapi
dalam lingkup yang lebih terbatas daripada yang mungkin saat ini. Ketersediaan
teknologi yang luas telah memungkinkan lokasi dan waktu kerja dilakukan dengan
fleksibilitas yang signifikan, menawarkan manfaat bagi pemberi kerja dan karyawan.
Namun, sampai saat ini tidak ada definisi telework yang diterima secara universal.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mendefinisikan telework sebagai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) termasuk smartphone, tablet, laptop atau
komputer desktop untuk pekerjaan yang dilakukan di luar tempat majikan. Berbagai
manfaat positif terkait dengan kerja jarak jauh, termasuk peningkatan integrasi keluarga
dan pekerjaan, pengurangan kelelahan, dan peningkatan produktivitas (Oakman, 2020).
Dalam penelitian Brian A Jackson yang menyatakan Pekerjaan juga dapat
berdampak positif pada kesejahteraan dengan cara pekerjaan memberikan kesempatan
untuk bertemu orang baru dan terhubung dengan orang lain. Interaksi yang terjadi antar
karyawan dapat mengakibatkan beberapa faktor yang memiliki dampak positif pada
kesejahteraan karyawan, termasuk kepercayaan dan dukungan sosial (Bradbury dan
Lichenstein 2000). Dengan melibatkan individu, keterlibatan karyawan dapat memiliki
dampak positif dan berpengaruh signifikan pada organisasi tetapi berpendapat bahwa
manajer memainkan peran peran penting dalam memastikan keterlibatan dan
kesejahteraan (CIPD 2012). Dengan memberikan rasa pencapaian, hubungan antara
berbagai psikososial karakteristik pekerjaan, termasuk kepuasan kerja, tuntutan/kontrol
pekerjaan, usaha/penghargaan, dan berbagai ukuran subjektif kesehatan umum dan
kesejahteraan psikologis (Waddel dan Burton 2006).
D. Pengaruh Negatif Pekerjaan Industri Mebel terhadap Kesehatan
Mereka dengan tingkat ketegangan pekerjaan yang tinggi memiliki risiko yang jauh
lebih tinggi menderita serangan jantung atau kejadian kardiovaskular merugikan lainnya
dibandingkan dengan mereka yang melaporkan kehidupan kerja yang kurang stres. Para
peneliti menemukan secara keseluruhan 40 persen peningkatan risiko untuk serangan
jantung, stroke, kebutuhan untuk prosedur invasif seperti operasi bypass, dan kematian
akibat penyakit kardiovaskular. Studi ini juga menemukan bahwa ketidakamanan kerja
dikaitkan dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi,
peningkatan kadar kolesterol, dan kelebihan berat badan. Namun, ketidakamanan kerja
tidak berarti risiko serangan jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya yang lebih tinggi
(Block, 2010).
Dalam sebuah artikel Work and your health menyatakan kehilangan pekerjaan,
pemutusan hubungan kerja dan pengangguran tak terduga dapat menyebabkan kesulitan
dan kesusahan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan. Adalah normal untuk
mengalami berbagai reaksi, yang mungkin termasuk keterkejutan, kemarahan, rasa
bersalah, dan perasaan tidak berdaya. Seiring waktu, penumpukan tekanan keuangan,
perasaan gagal atau diremehkan, dan kelelahan emosional dari perburuan pekerjaan yang
berkepanjangan dapat menyebabkan stres.
Pekerjaan yang paling cenderung membawa reaksi stres terkait pekerjaan (seperti
kelelahan dan keluhan psikosomatik) adalah mereka yang menggabungkan tuntutan
tinggi dan kebebasan keputusan yang rendah. Sebaliknya, kombinasi tuntutan rendah dan
garis lintang keputusan yang tinggi dianggap menghasilkan tidak adanya reaksi kesehatan
yang merugikan. Misalnya, Parker et al. (2001) menyebutkan antara lain karakteristik
pekerjaan berikut : ketidakpastian lingkungan, faktor organisasi, umpan balik, jenis
tuntutan pekerjaan (misalnya, kognitif, fisik, dan emosional), konflik peran, kesempatan
untuk memperoleh keterampilan, kontak sosial, dan aspek tim (Van,2005).
Berbagai dampak negatif dari pekerjaan adalah menimbulkan berbagai macam
penyakit, seperti penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, Hipertensi, Diabetes
mellitus, Depresi dan Kecemasan, Stres Kerja, kelelahan dan cedera kerja (Wong, 2019).
Dalam artikel The Relationship Between Work &Health, 2019 disebutkan Kesehatan jelas
merupakan hal yang paling penting bagi manusia di dunia. Beberapa cara di mana
pekerjaan dan kesehatan terkait, dan apa yang dapat kita lakukan untuk memastikan
menemukan keseimbangan yang tepat. Memilih pekerjaan yang tidak akan membuat kita
terlalu tegang atau bermasalah dengan kesehatan. Bekerja dengan aman cara penting
untuk memastikan bahwa pekerjaan tidak akan berdampak negatif pada kesehatan adalah
dengan berfokus pada apa yang perlu kita lakukan untuk bekerja dengan aman.
Beristirahan secara teratur dapat mengurangi stres kerja serta menjaga pola makan agar
tetap teratur.
Perkiraan kesehatan global yang akurat dan transparan terkait pekerjaan beban
penyakit dan cedera adalah kunci kebijakan dan praktik di tempat kerja kesehatan dan
keselamatan nasional dan pekerja, di tempat kerja, perusahaan, tingkat nasional, regional
dan global. Pemerintah, pekerja, pengusaha dan pemangku kepentingan lainnya
memerlukan ini untuk merancang, merencanakan, biaya, mengimplementasikan dan
mengevaluasi tindakan efektif untuk mencegah hilangnya nyawa terkait pekerjaan dan
kesehatan. Perkiraan kesehatan global dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mematuhi aturan dan pedoman statistik yang
ketat dari kedua organisasi dan dilaporkan sesuai Pedoman Kesehatan yang Akurat dan
Transparan Pelaporan Perkiraan (Stevens dkk. 2016 dalam Pega, 2021).
Selain penelitian di atas, yang menghubungkan terdapat dampak negatif pekerjaan
industri mebel terhadap kesehatan, penelitian lain menjelaskan bahwa jumlah dan jenis
resiko kesehatan yang dialami oleh pekerja juga berdampak pada ketidakhadiran pekerja.
Pekerja dengan factor resiko terbesar dilaporkan mengalami gangguan saat bekerja lebih
dari satu hari kerja penuh dibandingkan dengan merekay ang memiliki jumlah resiko
paling sedikit. Kemungkinan melaporkan ketidakhadiran paling tinggi bagi mereka yang
menderita diabetes/ glukosa darah tinggi, suatu kondisi kesehatan fisik yang memerlukan
intervensi perawatan medis yang sering untuk pengobatan penyakit dan komplikasinya.
Selain itu individu dengan ketidak aktifan fisisk secara signifikan lebih mungkin untuk
tidak hadir dan terganggu pada pekerjaan dibandingkan dengan individu tanpa masalah
ini. (Myde Boles.2004)
E. Pengaruh Pekerjaan Industri Mebel terhadap Kesehatan pada Hari Tua
Orang dewasa yang bekerja menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat
kerja, pekerjaan dan tempat kerja kita dapat berdampak besar pada kesehatan dan
kesejahteraan. Pekerjaan yang baik meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan di seluruh
kehidupan masyarakat, tidak hanya dari sudut pandang ekonomi tetapi juga dalam hal
kualitas hidup. 'Kerja yang baik' berarti tidak hanya memiliki lingkungan kerja yang
aman, tetapi juga memiliki rasa aman, otonomi, manajemen lini yang baik, dan
komunikasi dalam suatu organisasi. Per September 2018, di Inggris diperkirakan ada 32,4
juta orang bekerja, dengan tingkat pekerjaan untuk usia 16 hingga 64 tahun yang bekerja
adalah 75,7% sementara (Health matters: health and work. 2019).
Banyak negara menghadapi tantangan populasi yang menua, yang juga mempengaruhi
angkatan kerja. Dari perspektif biologis, penuaan berarti kemunduran progresif dalam
berbagai sistem fisiologis,yang disertai dengan perubahan kapasitas fisik dan mental
pekerja. Penuaan tenaga kerja akan mengakibatkan peningkatan prevalensi gejala dan
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Oleh karena itu, peran kesehatan
(fungsional) dalam kehidupan kerja sangat menarik, terutama karena negara-negara
kesejahteraan modern memperpanjang masa kerja dengan meningkatkan usia pensiun
menurut undang-undang. Sebuah studi baru-baru ini tentang hubungan antara kesehatan
dan kehidupan kerja menunjukkan bahwa persepsi kesehatan yang buruk
memprediksikan untuk tetap tinggal atau menjadi pengangguran. Ini membutuhkan
penyesuaian yang lebih baik dari tuntutan kehidupan kerja dengan kesehatan individu
sebagai elemen penting untuk karir yang lebih lama di tempat kerja. Dalam kerangka ini,
konsep kemampuan kerja telah dikembangkan sebagai alat penting untuk
mengidentifikasi pekerja yang berisiko mengalami ketidakseimbangan antara kesehatan,
kemampuan, dan tuntutan di tempat kerja (Seyed, 2008).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengaruh pekerjaan pada industri mebel berdampak baik itu dalam dampak positif
maupun negatif pada beberapa aspek kesehatan seperti aspek fisik, aspek psikososial dan
pada kesehatan di hari tua.
2. Pengaruh pekerjaan pada industri mebel terhadap kesehatan fisik berupa gangguan pada
kulit, saluran pernapasan, organ mata dan kejadian kanker.
3. Pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan mental berupa kondisi stress, depresi, ganguan
kecemasan serta munculnya ide bunuh diri.
4. Pengaruh positif pekerjaan industri mebel berupa kesejahteraan pekerja, terjalin adanya
hubungan interaksi.
5. Pengaruh negatif pekerjaan industri mebel berupa kelelahan dan meningkatkan adanya
resiko munculnya penyakit non infeksi seperti kardiovaskular.
6. Pengaruh pekerjaaan industri mebel terhadap kesehatan hari tua berupa kemunduran
progresif dalam berbagai sistem fisiologis.
7. Sinergitas antara pekerja dan atasan perlu terjalin dengan baik agar tercipta lingkungan
kerja yang baik sehingga berdampak positif pada kesehatan pekerja.
B. SARAN

1. Diharapkan para pemilih usaha mebel dapat melakukan pembatasan waktu kerja pada
pekerja dengan adanya pembagian shift dan tidak menganjurkan pekerja untuk lembur.
Sehingga pekerja tidak terlalu lama terpapar debu kayu yang berada di tempat kerja,
menyediakan APD (berupa masker, pakaian kerja, sarung tangan, kacamata pellindung
dan lain-lain) serta Menyediakan ventilasi udara yang cukup di lingkungan tempat kerja
untuk menjamin suhu yang nyaman, sirkulasi udara segar, dan masuknya sinar matahari
yang cukup.
2. Diharapkan pekerja tetap patuh untuk selalu menggunakan APD dan menerapkan pola
hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok, istirahat yang cukup, berolahraga dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi.
3. Diharapkan Dinas Kesehatan dan Puskesmas di lingkungan usaha mebel untuk dapat
memberikan promosi kesehatan kepada pemilik dan pekerja mengenai bahaya kesehatan
yang dapat terjadi di lingkungan kerjanya.
DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, Milad, et al. 2017. Investigation of the Relationship between Work Ability and Work-
related Quality of Life in Nurses. Iran J Public Health, Vol. 46, No.10
Adhika, I Nyoman Resa, dkk. 2020. Effect Of Work Safety And Work Health (Ohs) On
Employee Performance With Job Satisfaction As Intervening Variable – A Case Study Of
Fire And Rescue Service Technical Unit Employees In South Badung, Indonesia.
European Journal of Human Resource Management Studies. Vol. 4, No.3
Antonisse, Larisa and Rachel Garfield. 2018.The Relationship Between Work and Health:
Findings from a Literature Review
Block, Sheila.2010. Exploring the impact of employment on health disparities.The Wellesley
Institute.Work and Health
Brian A Jackson. Positive and negative impacts of work on wellbeing. Coventry University
Gordon Waddel,A Kim Burton. Is Work Good For Your Health And Well-Being. Department
for Work and Pensions, HM Government
or The Stationery Office.2006
Health matters: health and work. 2019. https://www.gov.uk/government/publications/health-
matters-health-and-work/health-matters-health-and-work
Ida, Maria Rosiana, dkk. 2019. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Kesehatan
Pada Pekerja Mebel Kayu Di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.
Timorese Journal of Public Health. Vo. 1, No. 2
Indrawati, Ayu Desi. 2017. Pengaruh Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Kepuasan Kerja
Dan Komitmen Organisasional. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan.
Vol. 11, No. 2
Irjayanti, Apriyana, Nurjazuli, dan Ari Suwondo. 2012. Hubungan Kadar Debu Terhirup
(Respirable) dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Mebel Kayu di Kota
Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. Vol. 11 No. 2.
Myde Boles, Barbara Pelletier ,Wendy lynch. The Relationship Between Health Risks And Work
Productivity. JOEM Volume 46, Number 7, July 2004
Nafisa, Sarah Fadhillah, Dkk. 2016. Hubungan Paparan Debu Kayu Di Lingkungan Kerja
Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja di PT. Arumbai Kasembadan, Banyumas.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol. 4, No. 5
Oakman, Jodi, dkk. 2020. A rapid review of mental and physical health effects of working at
home: how do we optimise health?. Oakman et al. BMC Public Health (2020) 20:1825
Omari, Khaled Al dan Haneen Okasheh. 2017. The Influence of Work Environment on Job
Performance: A Case Study of Engineering Company in Jordan. International Journal of
Applied Engineering Research. Vol. 12, No.24
Pega, Frank. 2021. Systemmatic review and meta-analyses for the WHO/ ILO joint estimates of
work-related Burden of Disease and Injury. Environment Internasional. Elsevier
155:106605
Prof.Dr.Abdul Ghafo or Awan, M.Tafique Tahir. Impact of working environment on employee’s
productivity: A case study of Banks and Insurance Companies in Pakistan. European
Journal of Business and Management. Vol.7, No.1, 2015
Prasetyo, B. 2016. Karakteristik Individu dan Gangguan Kesehatan pada Pekerja di Sentra
Industri Rumah Tangga Mebel Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Seyed Mohammad Alavinia.2008 . The Effect of Work on Health and Work Ability. Erasmus
Universiteit Rotterdam
Staudinger,Ursula M, et al. 2016.A Global View on the Effects of Work on Health in Later
Life. The Gerontologist. Vol.56, No.S2
Sungjin Park1, Hyungdon KookID, Hongdeok Seok3, Jae Hyoung Lee4, Daeun Lim5,
Dong-Hyuk Cho2, Suk-Kyu OhID2*. The negative impact of long working hours on
mental health in young Korean worker.
THE RELATIONSHIP BETWEEN WORK &HEALTH. 2019.lyndsinreallife.com
VanVeldhoven, Marc , dkk.2005. The Relationship Between Work Characteristics and Employee
Health and Well-Being: How Much Complexity Do We Really Need?.International
Journal of Stress Management. Vol. 12, No. 1, 3–28
Varney, Justin. 2016. Understanding the relationship between health, work and worklessness.
Health and Wellbeing
Weil, R Alan. 2017. The Work/Health Relationship. h e a lt h a f fa i r s. Vol. 36, No.2
Work and your health. Better Health Channel. www.betterhealth.vic.gov.au
Wong,Kapo. 2019.The Effect of Long Working Hours and Overtime on Occupational Health: A
Meta-Analysis of Evidence from 1998 to 2018.Int. J. Environ. Res. Public Health 2019,
16, 2102
Yoong Lee Fong.2013. Relationship between Occupational Stress and Turnover Intention
among Employees in a Furniture Manufacturing Company in Selangor. Jurnal Teknologi

Anda mungkin juga menyukai