Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

MATA KULIAH: PERENCANAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Nama : Desy Indarwati
NIM : 200020006
Prodi : S2 Teknologi Pendidikan

1 Petunjuk: a. Diupayakan dari pemikiran saudara


b. Dalam tugas diberikan daftar pustaka atau rujukan
c. Tugas dikumpulkan di Google Classroom (1 MINGGU)
PERTANYAAN:

1. Deskripsikan tentang konsep kurikulum menurut pendapat saudara mandiri, sesuai asumsi
dan pengamatan saudara dalam pengeterapan di era insdustri 4.0.

2. Identifikasikan tentang pengembangan kurikulum, menurut saudara tentang apa yang harus
dilakukan dalam pengembangannya (pendapat dari saudara pribadi)

3. Prinsip-prinsip apa saja menurut pendapat saudara pribadi dalam mengembangkan


kurikulum yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan
Jawab:

1. Konsep Kurikulum: Asumsi dan Penerapannya Di Era Revolusi Industri 4.0


Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan dari revolusi
industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung perubahan tatanan ekonomi turut
merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Revolusi industri dimulai dari 1) Revolusi
Industri 1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan
barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke 19-20
melalui penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri
3.0 terjadi pada sekitar tahun 1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi
Industri 4.0 sendiri terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet
of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Prasetyo &
Trisyanti, 2018).

Era revolusi industri ini juga dikenal dengan istilah Revolusi digital dan era disrupsi.
Istilah disrupsi dalam bahasa indonesia adalah tercabut dari akarnya. Menurut (Kasali, 2018)
Disrupsi diartikan juga sebagai inovasi. Seperti dijelaskan dalam (RISTEKDIKTI, 2018) Ciri-
ciri Era Disrupsi dapat dijelaskan melalui (VUCA) yaitu Perubahan yang masif, cepat, dengan
pola yang sulit ditebak (Volatility), Perubahan yang cepat menyebabkan kitdak pastian
(Uncertainty), Terjadinya kompleksitas hubungan antar faktor penyebab perubahan
(Complexity), Kekurangjelasan arah perubahan yang menyebabkan ambiguitas (Ambiguity).
Pada Era ini teknologi informasi telah menjadi basis atau dasar dalam kehidupan manusia
termasuk dalam bidang bidang pendidikan di Indonesia.

Di era disrupsi seperti saat ini, dunia pendidikan dituntut mampu membekali para
peserta didik dengan ketrampilan abad 21 (21st Century Skills). Ketrampilan ini adalah
ketrampilan peserta didik yang mampu untuk bisa berfikir kritis dan memecahkan masalah,
kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan kolaborasi. Selain itu ketrampilan
mencari, mengelola dan menyampaikan informasi serta trampil menggunakan informasi dan
teknologi. Beberapa kemampuan yang harus dimiliki di abad 21 ini meliputi : Leadership,
Digital Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship,Global
Citizenship , Problem Solving, Team-working. Tiga Isu Pendidikan di indonesia saat ini
Pendidikan karakter, pendidikan vokasi, inovasi (Wibawa, 2018).

Untuk mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran dan best practices juga harus
disesuikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau secara blended learning.
Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-masing siswa dalam kelas.
"Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi terhadap pembelajaran”(Wibawa, 2018).

Pembelajaran di Era disrupsi : Self-directed (proses pembelajaran terjadi karena


kebutuhan yang dirasakan pembelajar), Multi-sources (menggunakan berbagai sumber,
media, dan chanel pembelajaran) , Life-long learning (pembelajaran sepanjanga hayat), ICT
base (pembelajaran menggunakan teknologi informasi), Motivasi, Attitude terhadap
perubahan, Adaptive, Memiliki Growth mindset bukan fixed mindset (Wibawa, 2018).
Pemerintah juga harus mengantisipasi dampak negatif dari Industri 4.0 seperti disruptive
technology. Kehadiran disruptive technology ini akan membuat perubahan besar dan secara
bertahap akan mematikan bisnis tradisional (Satya, 2018). Selain itu Industri 4.0 juga
berdampak negatif terhadap penciptaan lapangan pekerjaan. Di kawasan ASEAN, hanya
Singapura yang telah siap mengadapi era industri baru ini.
Dalam institusi pendidikan di Indonesia, kurikulum yang diterapkan pada pendidikan
dasar dan menengah adalah kurikulum 2013. Sebagaimana yang digaungkan kurikulum 2013
saat ini menggunakan framework pembelajaran abad ke-21 yaitu kurikulum yang menekankan
pada keterampilan 4C diantaranya critical-thinking and problem-solving skills,
(communication and collaboration skills, (c) creativity and innovation skills). Selain itu pada
kurikulum 2013 juga dikembangkan literasi teknologi informasi dan komunikasi, serta
penguatan pendidikan karakter pada pengembangan karakter (character building) dan nilai
spiritual (spiritual value). Keselurah standar pendidikan di Indonesia ini dirumuskan menjadi
Indonesian Partnership for 21 Century Skill Standard (Puspito, 2017). Pada tatanan
implementasinya sebenarnya kurikulum 2013 telah diluncurkan pada awal tahun 2014 pada
masa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh di era Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, namun pada tahun yang sama dengan pemerintahan yang berbeda yaitu Presiden
Joko Widodo dilakukan evaluasi dan perbaikan hingga tahun 2017. Kurikulum 2013 pasca
revisi 2017 baru ditetapkan untuk diterapkan pada seluruh sekolah di Indonesia direncanakan
selesai pada tahun ajaran 2019-2020 (Kemendikbud RI, 2014). Belum selesai diterapkan
seluruh Indonesia, wacana yang dibangun pasca pelantikan menteri pendidikan di era
kepemimpinan periode baru 2019-2024 Presiden Joko Widodo adalah perubahan kurikulum
dalam institusi pendidikan Indonesia. Diketahui dalam siaran persnya Presiden Joko Widodo
mengintruksikan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan yang baru diharapkan dapat
merubah kurikulum pendidikan di Indonesia berorientasi kepada perkembangan masyarakat
digital yaitu adaptif terhadap revolusi industri 4.0. Salah satu perubahan mendasar dalam
kurikulum seperti yang diwacanakan oleh presiden adalah kurikulum pendidikan menengah
yang mengedepankan pengembangan softskill siswa (Tempo, 2019)

Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan yang kompleks yang memerlukan


pertimbangan pengambilan keputusan strategis dan mendasar. Umpamanya, keputusan
mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang harus direncanakan untuk dicapai sekolah
perlu ditetapkan dan dicarikan cara-cara strategis untuk mencapainya. Keputusan mengenai
mata pelajaran umum dan khusus serta materi pembelajaran atau konten kurikulum yang
spesifik apa saja yang perlu dipilih untuk dimasukkan dalam kurikulum, perlu pula ditetapkan
dengan cermat. Selain itu, keputusan tentang kegiatan belajar, pengalaman belajar yang
menunjang pencapaian tujuan umum dan tujuan khusus sekolah harus dirancang dan
dilaksanakan dengan baik melalui proses pembelajaran di sekolah. Analisis mengenai struktur
dan landasan Kurikulum 2013 didapatkan bahwa dalam kurikulum tersebut Pembelajaran abad
21 yang menjadi Framework dalam kurikulum 2013 dirancang untuk beradaptasi dengan
perkembangan teknologi informasi di era revolusi industri 4.0. Adaptasi yang dimaksud agar
peserta didik mampu memanfaatkan sisi positif dari revolusi industri 4.0 dengan memiliki
keterampilan 4C diantaranya critical-thinking and problem-solving skills, communication and
collaboration skills, creativity and innovation Skills. Memiliki kemampuan Literasi teknologi
informasi dan komunikasi. Pada sisi lain agar peserta didik tidak tercerabut dari
kebudayaannya, pembelajaran Abad-21 juga memberikan arahan untuk penguatan pendidikan
karakter melalui pengembangan karakter (character building) dan nilai spiritual (spiritual
value). Jadi dapat dikatakan kurikulum 2013 masih sangat relevan dengan era Revolusi Industri
4.0. (Fernandes, 2019)

Dalam berbagai penelitian tentang implementasi kurikulum 2013 ditemukan


sebahagian besar guru tidak mengerti menerapkan kurikulum 2013, tidak semua masalah yang
dihadapi guru karena kesalahan di dalam kurikulum 2013, tetapi guru juga harus mampu
memaksimalkan kemampuan profesionalnya untuk menjawab tantangan-tantangan di dalam
kurikulum 2013 (Rahmawati, 2018). Dalam penerapan kurikulum 2013 Guru mengalami
kesulitan dalam mengembangakan perangkat pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013.
Kesulitan-kesulitan guru antara lain dalam (1) pengembangan indikator pencapaian
kompetensi, (2) penyusunan skema pencapaian kompetensi dasar, (3) pengembangan
kegiatan apersepsi, (4) pengembangan aktivitas kegiatan inti, (5) perancangan kegiatan
menarik kesimpulan, dan (6) penyusunan penilaian. Penelitian menyimpulkan bahwa guru
masih memerlukan pelatihan pengembangan perangkat kurikulum 2013 khususnya pada
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (Palobo&Tembang, 2019).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep kurikulum yang diterapkan di
Indonesia yaitu Kurikulum 2013 edisi Revisi sudah mengakomodir kebutuhan pengetahuan
maupun skill yang diperlukan peserta didik dalam mengahadapi era revolusi industri 4.0.
Ketidakberhasilan implementasi kurikulum tersebut dilapangan semata-mata dikarenakan
kurang menguasainya guru tentang apa yang harus dilakukan dalam proses belajar-mengajar.
Ujung tombak pelaksanaan pendidikan ada ditangan guru, meskipun guru bukan sebagai centre
of learning tetapi guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran untuk peserta didik. Untuk
menjadi seorang “good fasilitator” bukanlah hal mudah. Guru juga dituntut untuk selalu
upgrade kemampuan dan skillnya dan beradaptasi dengan perubahan yang sangat cepat.

Dalam konteks revolusi industri 4.0 yang sedang terjadi di Indonesia, struktur
kurikulum 2013 edisi revisi mungkin bisa dinilai masih relevan. Akan tetapi dunia saat ini
sudah menghadapi era society 5.0 . Pertanyaannya apakah kurikulum kita masih relevan?
Apakah stakeholder yang terlibat dalam proses pendidikan kita siap?

Pada era society 5.0 menekakankan pada penguasaan kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skill /HOTS) setiap individu guna beradaptasi denganmasa
depan. Berpikir ala HOTS bukanlah berpikir biasa-biasa saja, tapi berpikir secara kompleks,
kritis, logis, analitis, berjenjang, dan sistematis. Dengan begitu peserta didik akan mampu
merunut permasalahan-prmasalahan kompleks yang dihadapi di era society 5.0, kemudian
menganalisisnya secara logis dan kritis hingga menemukan benang merah dari permasalahan.
Aspek lainnya yang harus diperhatikan bahwa seluruh pembelajaran diaplikasikan dengan
berlandaskan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai ciri khas kurikulum 2013 pada
diri peserta didik, diantara karakter tersebut antara lain: religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong, dan integritas. Karakter ini akan menjadi filter bagi output lembaga pendidikan ketika
terjun dalam era kehidupan super–smart society. Pembelajaran akan mengintegrasikan
kemampuan dan keterampilan tersebut sehingga dalam kehidupan bermasyarakat mereka
mampu memecahkan permasalahan dan menemukan solusi yang tepat, dan mendatangkan
kesejahteraan bagi semuanya (Utami, 2019).

2. Pengembangan Kurikulum: Apa yang harus di lakukan?

Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia telah terjadi beberapa kali jika dilihat
dari sejarahnya. Stereotip yang berkembang di masyarakat seolah perubahan kurikulum adalah
keputusan politis sehingga muncul kalimat “ganti menteri ganti kurikulum”. Sementara,
kurikulum tidak terlepas dari kata pendidikan dalam ruang lingkup sekolah terhadap perubahan
tingkah laku anak didik setelah memperoleh pendidikan di sekolah. Semakin besar perubahan
tingkah laku anak didik, yang mengarah ke arah negatif, maka semakin besar pula peran
kurikulum dalam pendidikan. Bahkan, perubahan kurikulum selalu disalah artikan dan menjadi
kambing hitam terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Oleh karena itu, hampir setiap
pergantian menteri, maka kurikulum ikut juga mengalami perubahan. Disatu sisi, kita
memandangnya permainan sebuah politik, tetapi disisi lain, kurikulum harus berubah untuk
meningkatkan mutu pendidikan (Aslan&Wahyudin, 2020).
Dalam bukunya, Aslan dan Wahyudin (2020) menjelaskan tentang delapan indikator
dari perubahan kurikulum yang ada di Indonesia yaitu: (1) perkembangan teknologi semakin
pesat, (2) perubahan kurikulum tidak selalu sesuai dengan situasi lingkungan peserta didik, (3)
perubahan bahan ajar, media dan perangkat pembelajaran mengikuti perubahan kurikulum, (4)
kurikulum berpatokan pada standar global atau regional, berwawasan nasional dan
dilaksanakan secara lokal, (5) kurikulum memiliki kesinambungan antara jenjang pendidikan
yang satu dengan jenjang pendidikan selanjutnya, (6) pengembangan kurikulum pada dasarnya
bukan menjadi otoritas sepenuhnya dari pemerintah pusat, tetapi mensosialisasikan dengan
pemerintah daerah, (7) kurikulum harus mengalami perbedaan antara dasar, menengah dan
atas, (8) kurikulum harus juga memperhatikan pendidikan yang terjadi di keluarga dan
masyarakat.
Perubahan kurikulum pada dasarnya memerlukan perencanaan yang matang,
penyusunan dan persiapan dari kelengkapan kurikulum. Apalagi, kurikulum merupakan
dokumen negara yang mempertaruhkan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
peran guru sangat penting terhadap implementasi kurikulum di sekolah. Tanpa guru, tidak akan
mungkin kurikulum berjalan dengan sebaik mungkin dan menghasilkan jiwa-jiwa pendidik
untuk menyonsong masa depan. Namun, kenyataannya masih terdapat permasalahan bagi
tenaga pendidik yang sampai saat ini belum ditemukan pemecahannya, yang mana proses
pembelajaran masih lemah yang dikembangkan oleh guru. Proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas, hanya menurut selera guru tanpa memperhatikan selera siswa.
Dilansir dari kumparan .com, dari artikel yang ditulis oleh Syarif Yunus (Dosen
Unindra ) mengatakan bahwa “Mutu pendidikan itu akan tetap jadi omong kosong apabila
guru masih mengajar dengan cara-cara lama. Menafsirkan kurikulum hanya untuk
“membunuh” kreativitas siswa. Hanya berbasis kunci jawaban, tanpa bisa menuntun siswa tahu
pelajaran yang digemarinya. Atau siswa bisa mengenal potensi dirinya. Kurikulum memang
penting. Tapi guru jauh lebih penting. Agar pendidikan bisa mencapai esensinya bukan sebatas
seremoni. Bahkan menteri sehebat apa pun tidak terlalu penting untuk mutu pendidikan.
Karena faktanya, memang sudah terlalu banyak diskusi dan seminar tentang teori-teori untuk
memajukan pendidikan. Tapi sayangnya, kita terlalu sedikit bertindak untuk membenahi
kompetensi dan mentalitas guru”.
Jadi hemat saya sebelum melakukan pengembangan/perubahan kurikulum alangkah
baiknya jika dilakukan evaluasi terlebih dahulu mengenai kurikulum yang ada, kelemahan dan
kelebihannya baik dari tataran teori maupun praktis. Selain itu stake holder yang terlibat harus
melakukan “need analysis” dari sudut pandang guru, peserta didik, lingkungan, kebutuhan
industri serta tantangan zaman 5-10 tahun ke depan sehingga perubahan kurikulum tidak hanya
berbasis sekarang tetapi bagaimana yang akan datang. Orang-orang yang terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum hendaknya para pakar pendidikan khususnya ahli pengembang
kurikulum, praktisi pendidikan dan pelaku industri. Setelah itu dilakukan uji publik agar hasil
pengembangan kurikulum benar-benar sesuai dengan kebutuhan lapangan.

3. Prinsip-prinsip Pengembangkan kurikulum


Kurikulum tidak akan berjalan dengan sebaik mungkin, jika tidak didasari atas prinsip
dalam pengembangan kurikulum (Aslan&Wahyudin, 2020: 197). Prinsip-prinsip dalam
pengembangan kurikulum terdiri dari;
1) Berpusat potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya;
2) Beragam dan terpadu;
3) Tanggap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;
5) Menyeluruh dan berkesinambungan;
6) Belajar sepanjang hayat;
7) Keseimbangan antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Prinsip kurikulum diartikan sebagai aturan yang menjiwai pengembangan kurikulum.


Prinsip tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan sesuai dengan
permintaan semua pihak yakni anak didik, orang tua, masyarakat dan bangsa. Sumber prinsip
perkembangan kurikulum terdiri dari data empiris, data eksperimen, cerita atau legenda yang
hidup di masyarakat, akal sehat. dengan hal ini prinsip dalam perkembangan kurikulum dapat
dikelompokkan menjadi dua pokok utama yaitu prinsip umum yang terdiri dari prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan prinsip efektif. Prinsip khusus terdiri
dari prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, Prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pengajaran, dan Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan
penilaian (Setiyadi dkk, 2020).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat, kurikulum
terus mengalami perubahan dari masa ke masa. Karena dalam pengembangan kurikulum harus
memperhatikan karakteristik bangsa. Pengembangan kurikulum adalah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah
perubahanperubahan yang di inginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah
terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini harus mengacu pada prinsip Relevansi dan Kontinuitas.
Relevansi di artikan sebagai kesesuaian atau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan.
Sedangkan prinsip kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara berkesinambungan,
baik sinambung antar mata pelajaran, antar kelas maupun antar jenjang pendidikan (Ulum,
Miftahul, 2020).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengembangan kurikulum harus memenuhi
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum antara lain (1) berangkat dari kebutuhan seluruh
pihak yang berkenaan dengan kurikulum tersebut mulai dari siswa, guru, orang tua, lingkungan
masyarakat, pemerintah pusat maupun daerah, serta kebutuhan industri/lapangan pekerjaan. (2)
Bersifat relevan dan berkesinambungan di setiap level pendidikan. (3) berdasarkan
perkembangan keilmuan dan teknologi serta perubahan zaman 10 tahun yang akan data.

REFERENCES

Aslan & Wahyudin. (2020). Kurikulum dalam Tantangan Perubahan. Medan: Bookies
Indonesia.

Fernandes, Reno. (2019). Relevansi Kurikulum 2013 dengan Kebutuhan Peserta Didik di Era
Revolusi 4.0. Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education Vol. 6,
No.2.
Kasali, R. (2018). Disruption (9th ed.). Jakarta: Gramedia.

Kemendikbud RI. (2014). Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan
Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2014. Jakarta: Kemendikbud RI.

Palobo, M., & Tembang, Y. (2019). ANALISIS KESULITAN GURU DALAM


IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI KOTA MERAUKE. Jurnal Sebatik. VOL
23 NO 2 : DESEMBER 2019.
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN TANTANGAN
PERUBAHAN SOSIAL. In Prosiding SEMATEKSOS 3 “Strategi Pembangunan
Nasional MenghadapiRevolusiIndustri 4.0.”

Puspito, D. W. (2017). Implementasi Literasi Digital Dalam Gerakan Literasi Sekolah.


Konferensi Bahasa Dan Sastra (International Conference on Language, Literature, and
Teaching) II.

Rahmawati, Aisyah Nur. (2018). Identifikasi Masalah yang Dihadapi Guru dalam Penerapan
Kurikulum 2013 Revisi di SD. Indonesian Journal of Primary Education. Vol. 2, No.1
;114-123.

RISTEKDIKTI. (2018). Pengembangan Iptek dan Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Industri
4.0. Retrieved from https://www.ristekdikti.go.id/siaran-pers/pengembangan-iptek-
danpendidikan-tinggi-di-era-revolusi-industri-4-0/

Satya, V. E. (2018). STRATEGI INDONESIA MENGHADAPI INDUSTRI 4.0. Jakarta.


Retrieved from https://bikinpabrik.id/wp-content/uploads/2019/01/Info-Singkat-X-9-
IP3DI-Mei-2018-249.pdf

Setiyadi, Bradley dkk. (2020). Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum. KHAZANAH


PENDIDIKAN Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. XIV, No. 1, September 2020.
Tempo. (2019). Jokowi Minta Nadiem Rombak Kurikulum Besar-Besaran. Retrieved from
https://tekno.tempo.co/read/1266922/jokowi-minta-nadiem-rombak-kurikulum-
besarbesaran

Ulum, Miftahul. (2020). PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM:


RELEVANSI DAN KONTINUITAS. Attanwir : Jurnal Kajian Keislaman dan
Pendidikan Volume 12 (1).

Utami, Rizka. (2019). INTEGRASI KURIKULUM DI INDONESIA DALAM


MENGHADAPI ERA SOCIETY 5.0. 4th International Conference on Education.
Wibawa, S. (2018). Pendidikan dalam Era Revolusi Industri 4.0. Indonesia.

Yunus, Syarif. (2020). Potret Pendidikan Indonesia, Siapa yang Harus Berbenah? Retrieved
from https://kumparan.com/syarif-yunus/potret-pendidikan-indonesia-siapa-yang-
harus-berbenah-1tKr0bDEZwG/full

Anda mungkin juga menyukai