Anda di halaman 1dari 8

Izumi, Volume 6, No 2, 2017

e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

SHOKU BUNKA: WARNA BUDAYA DAN TRADISI


DALAM MAKANAN JEPANG

Lina Rosliana
lina.rosliana@live.undip.ac.id

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Abstract

[Title: Shoku bunka: Culture and Traditions in Japanese Cuisine] Japan has natural resources
that can provide sufficient food, both from the mountains, the sea, and rivers. The four seasons it
has also contributed to the diversity of natural products, which provide a variety of colors in the
food. The seriousness of producing quality food, the use of unique food processing techniques, to
artistic presentation, makes Japanese food a strong identity among traditional foods from other
countries in the world. In its development, Japanese food openly receives influence from abroad,
but still maintains its traditions, to create the concept of assimilation in it. Japan is able to pour
cultural colors on its food and make Japanese food as a soft diplomacy of the country that is easily
accepted by the international world. There are many factors that can be explored by researching
Japanese food, so research on Japanese food can touch some of the domains, such as geography,
health, sociology, and culture. This study will explore Japanese food from the eyes of culture.

Keywords: food culture; Japanese food; tradition

I. PENDAHULUAN mendapat posisi yang jelas dalam kajian


Penelitian mengenai makanan budaya.
kebanyakan dilakukan oleh bidang ilmu sain Tidak dipungkiri, makanan tradisional
yang mendukung analisis gizi, kesehatan, Jepang telah go internasional, dalam kasus
pertanian, atau sosial ekonomi yang dapat ini telah dikenal oleh masyarakat dunia
mendukung ketahanan pangan sebuah negara. dengan gambaran yang kuat. Sushi, sukiyaki,
Sulitnya mendudukkan penelitian makanan tempura, dan sebagainya sudah tidak asing
dalam ranah budaya menjadikan peneliti lagi bagi masyarakat dunia, dan mereka dapat
berupaya melihat makanan dari sudut dengan mudah menikmatinya di belahan
pandang masyarakat Jepang yang sudah sejak dunia manapun. Makanan Jepang dapat
dulu menciptakan istilah shoku bunka ( 食 dipandang sebagai alat diplomasi negara
shoku: makanan; 文 化 bunka: budaya), Jepang di kancah internasional.
sehingga penelitian mengenai makanan Kesungguhan masyarakat Jepang
mempertahankan makanan tradisionalnya
ternyata memberikan sumbangan besar untuk

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 1


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

negara Jepang dalam hal menjaga identitas sadou banyak mempengaruhi pemilihan
diri dan pelestarian budaya. Tantangan era makanan dan penyajiannya agar sesuai
globalisasi tidak ditafsirkan sempit sebagai dengan rasa teh yang dinikmati saat upacara
era untuk berlomba menyesuaikan diri minum teh.
dengan pihak luar agar dapat bertahan, tetapi Abad ke-15, teknik mengolah
diartikan luas sebagai masa untuk makanan dengan fermentasi memulai
memperkuat karakter bangsa dan debutnya yang kemudian melahirkan shoyu,
menjadikannya unggul dengan apa yang miso, tofu, dan produk kedelai lainnya yang
dimilikinya, salah satunya adalah melalui tetap menjadi bahan penting pada makanan
makanan. Namun apakah makanan Jepang Jepang saat ini. Dan abad ke-16, saat terjadi
dengan mudahnya lahir, tumbuh, restorasi Meiji, Jepang mulai menerima
berkembang, dan menjadi makanan Jepang pengaruh dari negara luar dan perubahan
yang kita kenal sekarang ini? Jepang sendiri terjadi di sana-sini, termasuk makanan.
mencatat banyaknya perubahan dan Pelarangan mengkonsumsi daging
penyesuaian dalam menghasilkan dan dihapuskan, dan jenis makanan barat mulai
menjaga makanan tradisionalnya. Penelitian banyak disajikan mulai dari rumah tangga
ini akan membahas dua permasalahan hingga restoran. Namun, kebiasaan memakan
penting dalam perkembangan makanan nasi tidak pernah hilang, bahkan makanan
Jepang, yaitu: luar yang diterima Jepang selalu melalui
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan pertimbangan cocok atau tidaknya disantap
makanan Jepang? bersama nasi, atau diadopsi melalui
2. Bagaimana warna budaya dan tradisi penyesuaian agar pas sebagai pendamping
yang terdapat dalam makanan Jepang? nasi.
Pada masa perang dunia kedua, untuk
II. STUDI PUSTAKA kepentingan penguatan sipil dan militer,
2.1 Makanan Jepang dari Waktu ke pemerintah Jepang saat itu mengarahkan
Waktu pangan ke jenis makanan kaya protein,
Japan Ministry of Foreign Afairs seperti daging dan telur. Makanan instan dan
dalam website resminya menuliskan bahwa makanan yang diawetkan pun mulai
makanan Jepang tersentral pada nasi, setelah berkembang. Namun, saat itu pemerintah
teknik menanam padi diperkenalkan kepada belum menentukan konsep pangan bagi
Jepang sekitar 2000 tahun yang lalu. Tradisi masyarakat berdasarkan keseimbangan nilai
memakan nasi terus berkembang hingga gizi dan kalori. Mizutani menyebutkan pada
mencapai puncaknya pada masa Edo (1600- tahun 1960, Jepang mencatat konsumsi
1868), dan masa itu diakui sebagai masa yang daging dan produknya mencapai 147.4 g
paling penting dalam menentukan identitas setahun, dan meningkat menjadi 305.5 g pada
makanan Jepang. Sementara itu, ajaran tahun 1973. Pada tahun 1973, jumlah kalori
Budha yang telah masuk ke Jepang sejak yang dikonsumsi masyarakat Jepang dari
abad ke-6 juga aliran Zen yang banyak dianut makanan mencapai puncaknya. Sejak itu,
oleh masyarakat Jepang juga ikut membentuk perhatian pemerintah terhadap pangan mulai
karakter makanan Jepang. Pihak istana dan berubah. Para ibu yang memasak di rumah
pemerintah secara bertahap mengubah pola pun menginginkan adanya keseimbangan gizi
makan menjadi vegetarian, dengan batasan bagi anak-anak dan keluarga.
pelarangan memakan hewan darat dan Pemerintah kemudian mulai
unggas. Aliran Zen yang memperkenalkan menghimbau kepada masyarakat untuk

2 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

mengkonsumsi pangan dengan jumlah kalori


yang ideal dan memiliki keseimbangan gizi.
Pasar dan supermarket diharuskan
menyediakan sayur dan bahan makanan segar
juga bebas pestisida. Di sisi lain, pengaruh
makanan dari luar negeri semakin tinggi,
jumlah restoran yang menyediakan makanan
barat semakin diminati, dan istilah gourmet
boom mulai muncul. Gourmet boom adalah
fenomena dimana pandangan masyarakat
Jepang terhadap makanan menjadi bergeser.
Makan tidak dipandang lagi sebagai Gambar 1. Honzen ryouri
kebutuhan untuk menghilangkan rasa lapar, © japaning.net
tetapi sebagai pelengkap gaya hidup.
Masyarakat Jepang mulai memilih makanan
yang enak dan hanya memakan yang
diinginkan saja. Atmosfir seperti ini terus
berlangsung seiring dengan pertumbuhan
ekonomi Jepang yang semakin pesat.
Komagawa kemudian menyebutkan bahwa
mengamati sejarah perkembangan makanan
Jepang dapat dilihat dari perubahan gaya
hidup masyarakat, gambaran makanan yang
disajikan di rumah, sistem penyajian
Gambar 2. Chakaiseki ryouri
makanan di sekolah, dan industri makanan.
Kaiseki ryouri adalah tipe makanan
2.2 Hal-hal Fundamental dari Makanan
yang paling sering disajikan. Kaiseki ryouri
Jepang
biasa disantap dalam pesta dengan atmosfir
Makanan tradisonal Jepang
santai dan tidak terlalu terikat dengan etika.
berdasarkan penyajiannya dapat
Biasanya orang Jepang meminum sake di
dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu
awal, sebelum memakan nasi. Kaiseki ryouri
honzen ryouri yang biasa disajikan pada
pada umumnya terdiri dari sakizuke
nampan berkaki di acara-acara formal,
(makanan pembuka), sashimi (filet ikan
chakaiseki ryouri yang biasanya disajikan
mentah), suimono (sup yang jernih dengan
sebelum upacara minum teh, kaiseki ryouri
rasa yang ringan), yakimono (lauk yang
yang biasanya disajikan pada pesta-pesta atau
dibakar atau panggang), mushimono (lauk
di restoran Jepang (ryoutei). Selain itu,
yang dikukus), aemono (salad), sup miso,
terdapat pula osechi ryouri yang biasa
acar, nasi, manisan, dan buah. Teh juga dapat
disajikan saat tahun baru, dan shoujin ryouri
disajikan bersama kaiseki ryouri. Makanan
yaitu makanan vegetarian umat Budha di
yang disajikan dalam kaiseki ryouri ini
Jepang.
merupakan cerminan makanan Jepang
kontemporer.

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 3


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

menyesuaikan musim, misalnya peralatan


makan dari kaca atau bambu hanya dipakai
saat musim panas. Ukuran alat makan pun
diatur dengan memperhatikan keseimbangan
estetika. Usaha-usaha tersebut dilakukan
untuk menciptakan sajian yang mengundang
selera.
Peralatan makanan sendiri baru
dikembangkan di Jepang pada zaman Edo.
Penggunaan sumpit pun dibentuk pada era
tersebut. Berbeda dengan peralatan makan
Gambar 3. Kaiseki ryouri lain yang kebanyakan terbuat dari keramik,
© kashiwaya sumpit terbuat dari kayu atau kayu yang
dipernis. Sumpit dapat digunakan untuk
Sementara itu, bahan dasar yang biasa menjangkau area-area yang sempit sehingga
digunakan dalam makanan Jepang adalah makanan dapat disajikan dengan bermacam-
beras, sayuran, dan boga bahari. Citra macam bentuk. Namun, karena sumpit sulit
makanan mentah juga sudah melekat pada dipakai untuk memotong makanan,
makanan tradisional Jepang. Makanan kebanyakan makanan Jepang sudah disajikan
mentah tersebut haruslah memiliki kualitas dalam potongan kecil atau porsi individu.
bahan yang sangat segar, diolah dengan Sumpit juga dapat digunakan untuk
teknik yang baik dan dipotong dengan pisau menyantap sup, dengan cara mengambil
yang sangat tajam. bagian padat dari sup dan kuah sup dapat
Bahan lain yang merupakan tipikal diminum langsung dari mangkuknya.
dari makanan Jepang adalah bahan-bahan Seiring dengan berkembangnya
fermentasi seperti shoyu, miso, sake, cuka, makanan barat di Jepang peralatan makan di
dan mirin. Dan dengan alasan ingin Jepang pun sedikit demi sedikit disesuaikan
mempertahankan cita rasa alami dari bahan agar dapat digunakan untuk menyajikan baik
dasar makanan, bumbu dengan rasa yang makanan tradisional Jepang maupun
kuat sangat dihindari untuk dipakai. Orang makanan barat. Pada umumnya setiap
Jepang hanya memakai beberapa rempah saja, keluarga di Jepang memiliki peralatan makan
seperti jahe, sitrun, atau wasabi. Adapun rasa berupa mangkuk nasi, mangkuk sup, piring
makanan Jepang dibentuk dengan lauk dan sumpit. Setiap anggota keluarga di
menggunakan kaldu (dashi) yang berasal dari Jepang biasanya memiliki sumpit dan
kombu atau ikan bonito (katsuobushi). mangkuk nasinya masing-masing.
Sementara lauk dibuat untuk mendampingi
nasi, seperti ikan, sayuran, dan acar. Lauk III. PEMBAHASAN
dapat dibuat dengan cara dipanggang, direbus, 3.1 Makanan Pokok Orang Jepang
dikukus, digoreng, ataupun ditumis. Jepang, seperti kebanyakan negara
Hal fundamental dari makanan lain di Asia, memiliki konsep makanan yang
Jepang juga terlihat dari peralatan makan terdiri dari makanan pokok dan makanan
yang mereka pakai. Orang Jepang cukup pendamping. Dalam hal ini, Jepang
memperhatikan manner dalam penyajian menjadikan nasi yang dimasak tanpa diberi
makanan. Makanan pada umumnya disajikan bumbu apa pun sebagai makanan pokoknya.
di wadah dengan tekstur atau warna tertentu. Lalu ikan atau sayuran yang diolah dan
Peralatan makan pun seringkali
4 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

dibumbui merupakan makanan Kemudian orang Jepang


pendampingnya. Nasi yang dalam bahasa mengembangkannya dengan uji coba
Jepang disebut gohan, merupakan kata yang hibridisasi. Uji coba tersebut ternyata
setara dengan kata makan. Jadi, saat orang menghasilkan panen yang melimpah, padi
Jepang mengatakan ‘saya makan’, kalimat yang cepat menguning, tahan hama dan udara
tersebut merujuk pada ‘makan nasi’. Beras dingin. Sejak era perang dunia kedua, tradisi
yang merupakan bahan utama untuk menanam padi terus digiatkan seiring dengan
membuat nasi memiliki peran yang sangat munculnya teknologi-teknologi baru yang
penting dan sentral dalam makanan Jepang. mendukung proses penanaman padi.
Beras yang diolah menjadi nasi tidak hanya Konsumsi beras sempat mengalami
disantap sebagai makanan pokok sehari-hari, penurunan pada tahun 1960an, karena
pada saat hari besar atau perayaan sebuah masyarakat Jepang saat itu mulai
festival pun, masyarakat Jepang akan mengkonsumsi roti dan produk makanan
membuat mochi dari beras untuk disantap hewani. Namun, masyarakat Jepang mengerti
bersama hidangan lainnya. Misalnya, dalam bahwa kandungan protein dalam beras
hidangan perayaan tahun baru, terdapat memiliki kualitas yang lebih baik
masakan mewah yang disebut osechi ryouri. dibandingkan gandum. Selain itu, beras
Osechi ryouri biasanya terdiri dari ikan dan merupakan bahan pokok yang dapat diolah
bermacam sayuran. Namun, sebelum menjadi berbagai produk makanan, misalnya
menyantap osechi ryouri, pada pagi hari di mochi, sake, mirin, cuka beras, dan lainnya.
tahun yang baru, orang Jepang akan membuat Sehingga, beras masih menduduki peringkat
sup zouni yang di dalamnya terdapat mochi utama sebagai bahan untuk menhasilkan
dari beras. Bahkan di tahun baru juga, makanan pokok orang Jepang.
masyarakat Jepang biasanya mengadakan
acara mochidzuki, yaitu bersama-sama 3.2 Budaya dalam Cara Memilih Bahan
membuat mocha dengan cara ditumbuk dan Dasar dan Mengolahnya
diulen bergantian. Berbeda dengan prinsip orang Cina
Selain itu, minuman sake tradisional dan orang barat yang memandang masakan
yang selalu dihidangkan saat perayaan pun haruslah dibuat dengan teknik tinggi dan
memiliki bahan dasar beras. Memakan nasi, melahirkan rasa baru yang belum tercipta
memakan mochi, dan meminum sake oleh alam, ahli masakan Jepang memandang
menjadi hal yang paling dinikmati orang bahwa masakan seharusnya diolah dengan
Jepang dalam sebuah perayaan. Bahkan, lauk sesedikit mungkin teknik, dan rasa yang
yang disantap pun dibuat untuk menonjolkan dihasilkan sebaiknya masih dekat dengan cita
rasa dari nasi dan sake tersebut. Seperti yang rasa alam. Idealnya, masakan adalah
dikatakan oleh ahli Bahasa Jepang, Akimoto, makanan yang dibuat dengan pengolahan
kata ‘sakana’ (ikan), berasal dari kata ‘sake’ sederhana.
(minuman sake) dan ‘na’ (lauk), yang berarti Sashimi adalah contoh makanan
ikan merupakan makanan pendamping untuk Jepang yang paling mewakili filosofi di atas.
minum sake. Sashimi dibuat dengan cara memotong tipis-
Tradisi menanam padi di Jepang pada tipis daging ikan mentah, lalu disajikan
awalnya dikenalkan oleh Cina dan orang- dengan shoyu dan wasabi. Sashimi dianggap
orang dari daerah semenanjung Korea. sebagai cara yang paling tepat untuk

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 5


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

menikmati kelezatan ikan. Namun, untuk hanya makanan dengan level tinggi, produk
memenuhi konsep makanan yang dekat makanan yang dijual di convenience store
dengan alam, bahan makanan yang dipakai pun disajikan dengan kemasan yang menarik.
haruslah benar-benar segar dan berkualitas Misalnya, onigiri ‘nasi kepal’ yang dijual
baik. Orang Jepang akan memperhatikan baik dengan kemasan plastik, pada bungkusnya
tidaknya bahan dasar terlebih dulu dapat kita lihat nomor urutan yang memandu
dibandingkan baik tidaknya teknik konsumen agar dapat membuka kemasan
pengolahan yang dimiliki oleh seseorang. dengan mudah tanpa harus merusak produk
Bahan dasar yang terbaik diperoleh dari alam makanan.
pada waktu yang tepat. Budaya dan kepercayaan orang
Saat mengolah bahan dasar, hal Jepang terhadap angka baik dan angka buruk
berikutnya yang perlu diperhatikan adalah pun turut menentukan penyajian makanan.
ukuran penyajian. Karena orang Jepang Orang Jepang menghindari makanan dengan
makan dengan sumpit dan tidak memakai jumlah 4 dan 9. Angka-angka tersebut tidak
pisau, ukuran makanan dipotong atau disukai karena angka 4 dalam kanjinya 四
dibentuk terlebih dahulu sebelum disajikan. terdapat cara baca ‘shi’ yang sama dengan
Sejak dulu, makanan Jepang memiliki ukuran cara baca kanji 死 kematian. Begitu pula
mendasar, yaitu dipotong kira-kira seukuran angka 9 yang dibaca ‘ku’ 九 memiliki cara
3cm. Kemudian, agar mudah dikunyah di
baca yang sama dengan kanji 区 tidak
mulut, ukuran terbaik dari makanan adalah 3
beruntung. Selain itu, orang Jepang lebih
x 2 x 1cm. Karena itulah sashimi dipotong
menyukai angka dengan bilangan ganjil
dengan ukuran tersebut. Untuk makanan
dibandingkan genap, karena bilangan ganjil
yang dapat dipotong dengan cara digigit,
dipercaya sebagai angka keberuntungan.
ukurannya dibentuk kira-kira seukuran 6cm.
Misalnya saat menyajikan kacang-kacangan
untuk para tamu, orang Jepang akan
3.3 Budaya dalam Cara Menyajikan dan
menghitungnya terlebih dahulu untuk
Menyantap Hidangan
mendapatkan jumlah ganjil.
Ungkapan nihonjin wa me de taberu
Dalam hal menyantap hidangan,
‘Orang Jepang makan dengan matanya’
mungkin kita sering melihat pemandangan
merupakan bukti bahwa penyajian hidangan
orang Jepang yang makan dengan cara
bagi orang Jepang merupakan hal yang
memegang mangkuk nasi di tangan kiri dan
sangat diperhatikan. Makanan tradisional
sumpit di tangan kanan. Tanpa kita sadari,
Jepang memiliki ciri khas sederhana dan
cara makan seperti itu sebenarnya sangatlah
sangat menonjolkan bahan dasar. Misalnya
langka di negara lain. Sementara itu, lauk
untuk menumis sayuran, orang Jepang akan
diletakkan terpisah pada mangkuk lauk di
menggunakan shoyu yang encer agar warna
atas meja, atau di atas tatami. Sumpit yang
asli sayuran yang dimasak masih terlihat saat
mereka gunakan akan dengan mudah
disajikan. Contoh lainnya adalah saat
mengambil lauk yang diletakkan di atas meja
menyajikan ikan utuh, posisi kepala ikan
ataupun tatami. Jika menggunakan sendok,
diletakkan di sebelah kanan dan bagian perut
tentu saja ada kekhawatiran mengambilnya
menghadap ke dalam agar mudah diambil,
dan membawanya hingga ke mulut. Selain itu,
karena orang Jepang menggunakan tangan
mengangkat mangkuk nasi akan
kanan saat makan.
memudahkan menyuap makanan ke mulut.
Detil juga merupakan ciri lain orang
Pemikiran tersebut membentuk budaya yang
Jepang dalam menyajikan makanan, tidak
dijaga oleh orang Jepang hingga kini.

6 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 2, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Peralatan makan yang dipakai oleh ramen, soba, atau udon. Restauran yang
orang Jepang terdiri dari bermacam-macam popular di malam hari seperti izakaya,
ukuran. Bahkan mangkuk nasi, gelas teh dan yakitori. Dan tentu saja restoran yang
sumpit biasanya dibedakan ukurannya antara menyajikan makanan dari luar negeri, seperti
milik laki-laki dengan perempuan. Mangkuk restauran Itali, Perancis, Korea, atau Thailand.
laki-laki biasanya berdiameter 12cm, Saat ini restoran cepat saji bergaya barat pun
sementara mangkuk untuk perempuan semakin banyak dan mereka melabeli diri
berdiameter 11cm. Tetapi, pada sebagai family restaurant.
kenyataannya, telapak tangan setiap orang Meskipun orang Jepang saat ini telah
bisa saja berbeda-beda sehingga mangkuk sangat bebas menentukan jenis makanan
nasi yang diproduksi memiliki ukuran yang yang diinginkan, makanan tradisional Jepang
bervariasi. Namun, 12cm dan 11cm menjadi tetap hadir dalam perayaan-perayaan besar
standar ukurannya. seperti festival dan tahu baru. Keasadaran
orang Jepang terhadap gizi makanan yang
3.4 Pergeseran Pola Makan Orang Jepang dikonsumsi pun sangat tinggi, sehingga
Makanan yang disajikan di rumah makanan tradisional yang baik untuk
dapat dianggap sebagai gambaran pola kesehatan tetap dijadikan acuan sebagai
makan masyarakatnya. Namun, seiring makanan yang disarankan oleh pemerintah
dengan pertumbuhan ekonomi dan pengaruh Jepang untuk masyarakatnya. Keseriusan
dari negara luar, restauran atau tempat- menjaga tradisi seiring era globalisasi
tempat yang menyajikan makanan dapat menjadi kekuatan negara Jepang membentuk
dilihat pula sebagai cerminan pola makan citra bangsanya.
masyarakat kini. Pada umumnya, makanan
yang disajikan di rumah-rumah di Jepang IV. SIMPULAN
adalah makanan dengan konsep dasar nasi, Wujud budaya yang dimiliki oleh
lauk (biasanya ikan dan sayuran), dan sup masyarakat dapat saja berupa bahasa, pakaian
(biasanya sup miso). Namun, keluarga di adat, rumah adat, kesenian, dan dapat pula
Jepang saat ini juga mulai menyajikan berupa makanan tradisional. Penelitian ini
makanan bergaya barat yang lebih disukai menggali wujud budaya yang terdapat pada
anak-anak dan remaja, seperti salad, spageti, makanan Jepang. Mengkaji budaya sangat
omuraisu (nasi goreng dengan omlet), atau penting dikaji secara diakronis, sehingga
makanan dengan rasa tajam seperti kareraisu penelitian ini pun diawali dengan mengamati
(nasi kare). perkembangan makanan Jepang dari waktu
Sementara itu, restauran yang ke waktu.
berkembang di Jepang saat ini dapat dilihat Makanan Jepang terbentuk seiring
dari tipenya. Beberapa restauran dengan masuknya pengaruh budaya dari Cina,
menspesialisasikan diri sebagai restauran 1 Korea, negara Asia Tenggara, dan negara
masakan saja, misalnya restoran sushi, barat. Pengaruh tersebut menjadi faktor
tempura, sukiyaki, atau tonkatsu. Ada pua utama yang membentuk identitas makanan
restauran yang mengangkat masakan Jepang. Selain itu, faktor geografis, mata
kedaerahan seperti restauran Okinawa, Akita, pencaharian, dan pola pikir masyarakat juga
atau Hokkaido. Kemudian ada restoran yang merupakan faktor-faktor yang juga turut
popular saat siang hari seperti restauran membentuk identitas makanan Jepang.

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 7


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

Adapun warna budaya yang tercermin


dalam makanan Jepang dapat dilihat dari
bagaimana orang Jepang memilih bahan
dasar makanan yang berkualitas,
mengolahnya dengan baik untuk tetap
mempertahankan gizi yang dimiliki bahan
dasarnya, serta penyajiannya yang menjaga
tradisi dari waktu ke waktu menjadikan
makanan Jepang meiliki jati diri yang kuat di
dunia kuliner internasional.

DAFTAR PUSTAKA

……. 1998. The Kodansha Bilingual


Encyclopedia of Japan. Tokyo:
Kodansha International Ltd.

Donald, Susie. 2003. Learn to Cook Japanese


Homestyle Dishes. Singapore: Periplus.

Lie, John. 2001. Multiethnic Japan. London:


Harvard University Press.

Mizutani, Osamu, et al. 2001. Nihonjijo


Handbook. Tokyo: Taishukan.

www.mofa.go.jp

8 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X

Anda mungkin juga menyukai