1 PB
1 PB
Lina Rosliana
lina.rosliana@live.undip.ac.id
Abstract
[Title: Shoku bunka: Culture and Traditions in Japanese Cuisine] Japan has natural resources
that can provide sufficient food, both from the mountains, the sea, and rivers. The four seasons it
has also contributed to the diversity of natural products, which provide a variety of colors in the
food. The seriousness of producing quality food, the use of unique food processing techniques, to
artistic presentation, makes Japanese food a strong identity among traditional foods from other
countries in the world. In its development, Japanese food openly receives influence from abroad,
but still maintains its traditions, to create the concept of assimilation in it. Japan is able to pour
cultural colors on its food and make Japanese food as a soft diplomacy of the country that is easily
accepted by the international world. There are many factors that can be explored by researching
Japanese food, so research on Japanese food can touch some of the domains, such as geography,
health, sociology, and culture. This study will explore Japanese food from the eyes of culture.
negara Jepang dalam hal menjaga identitas sadou banyak mempengaruhi pemilihan
diri dan pelestarian budaya. Tantangan era makanan dan penyajiannya agar sesuai
globalisasi tidak ditafsirkan sempit sebagai dengan rasa teh yang dinikmati saat upacara
era untuk berlomba menyesuaikan diri minum teh.
dengan pihak luar agar dapat bertahan, tetapi Abad ke-15, teknik mengolah
diartikan luas sebagai masa untuk makanan dengan fermentasi memulai
memperkuat karakter bangsa dan debutnya yang kemudian melahirkan shoyu,
menjadikannya unggul dengan apa yang miso, tofu, dan produk kedelai lainnya yang
dimilikinya, salah satunya adalah melalui tetap menjadi bahan penting pada makanan
makanan. Namun apakah makanan Jepang Jepang saat ini. Dan abad ke-16, saat terjadi
dengan mudahnya lahir, tumbuh, restorasi Meiji, Jepang mulai menerima
berkembang, dan menjadi makanan Jepang pengaruh dari negara luar dan perubahan
yang kita kenal sekarang ini? Jepang sendiri terjadi di sana-sini, termasuk makanan.
mencatat banyaknya perubahan dan Pelarangan mengkonsumsi daging
penyesuaian dalam menghasilkan dan dihapuskan, dan jenis makanan barat mulai
menjaga makanan tradisionalnya. Penelitian banyak disajikan mulai dari rumah tangga
ini akan membahas dua permasalahan hingga restoran. Namun, kebiasaan memakan
penting dalam perkembangan makanan nasi tidak pernah hilang, bahkan makanan
Jepang, yaitu: luar yang diterima Jepang selalu melalui
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan pertimbangan cocok atau tidaknya disantap
makanan Jepang? bersama nasi, atau diadopsi melalui
2. Bagaimana warna budaya dan tradisi penyesuaian agar pas sebagai pendamping
yang terdapat dalam makanan Jepang? nasi.
Pada masa perang dunia kedua, untuk
II. STUDI PUSTAKA kepentingan penguatan sipil dan militer,
2.1 Makanan Jepang dari Waktu ke pemerintah Jepang saat itu mengarahkan
Waktu pangan ke jenis makanan kaya protein,
Japan Ministry of Foreign Afairs seperti daging dan telur. Makanan instan dan
dalam website resminya menuliskan bahwa makanan yang diawetkan pun mulai
makanan Jepang tersentral pada nasi, setelah berkembang. Namun, saat itu pemerintah
teknik menanam padi diperkenalkan kepada belum menentukan konsep pangan bagi
Jepang sekitar 2000 tahun yang lalu. Tradisi masyarakat berdasarkan keseimbangan nilai
memakan nasi terus berkembang hingga gizi dan kalori. Mizutani menyebutkan pada
mencapai puncaknya pada masa Edo (1600- tahun 1960, Jepang mencatat konsumsi
1868), dan masa itu diakui sebagai masa yang daging dan produknya mencapai 147.4 g
paling penting dalam menentukan identitas setahun, dan meningkat menjadi 305.5 g pada
makanan Jepang. Sementara itu, ajaran tahun 1973. Pada tahun 1973, jumlah kalori
Budha yang telah masuk ke Jepang sejak yang dikonsumsi masyarakat Jepang dari
abad ke-6 juga aliran Zen yang banyak dianut makanan mencapai puncaknya. Sejak itu,
oleh masyarakat Jepang juga ikut membentuk perhatian pemerintah terhadap pangan mulai
karakter makanan Jepang. Pihak istana dan berubah. Para ibu yang memasak di rumah
pemerintah secara bertahap mengubah pola pun menginginkan adanya keseimbangan gizi
makan menjadi vegetarian, dengan batasan bagi anak-anak dan keluarga.
pelarangan memakan hewan darat dan Pemerintah kemudian mulai
unggas. Aliran Zen yang memperkenalkan menghimbau kepada masyarakat untuk
menikmati kelezatan ikan. Namun, untuk hanya makanan dengan level tinggi, produk
memenuhi konsep makanan yang dekat makanan yang dijual di convenience store
dengan alam, bahan makanan yang dipakai pun disajikan dengan kemasan yang menarik.
haruslah benar-benar segar dan berkualitas Misalnya, onigiri ‘nasi kepal’ yang dijual
baik. Orang Jepang akan memperhatikan baik dengan kemasan plastik, pada bungkusnya
tidaknya bahan dasar terlebih dulu dapat kita lihat nomor urutan yang memandu
dibandingkan baik tidaknya teknik konsumen agar dapat membuka kemasan
pengolahan yang dimiliki oleh seseorang. dengan mudah tanpa harus merusak produk
Bahan dasar yang terbaik diperoleh dari alam makanan.
pada waktu yang tepat. Budaya dan kepercayaan orang
Saat mengolah bahan dasar, hal Jepang terhadap angka baik dan angka buruk
berikutnya yang perlu diperhatikan adalah pun turut menentukan penyajian makanan.
ukuran penyajian. Karena orang Jepang Orang Jepang menghindari makanan dengan
makan dengan sumpit dan tidak memakai jumlah 4 dan 9. Angka-angka tersebut tidak
pisau, ukuran makanan dipotong atau disukai karena angka 4 dalam kanjinya 四
dibentuk terlebih dahulu sebelum disajikan. terdapat cara baca ‘shi’ yang sama dengan
Sejak dulu, makanan Jepang memiliki ukuran cara baca kanji 死 kematian. Begitu pula
mendasar, yaitu dipotong kira-kira seukuran angka 9 yang dibaca ‘ku’ 九 memiliki cara
3cm. Kemudian, agar mudah dikunyah di
baca yang sama dengan kanji 区 tidak
mulut, ukuran terbaik dari makanan adalah 3
beruntung. Selain itu, orang Jepang lebih
x 2 x 1cm. Karena itulah sashimi dipotong
menyukai angka dengan bilangan ganjil
dengan ukuran tersebut. Untuk makanan
dibandingkan genap, karena bilangan ganjil
yang dapat dipotong dengan cara digigit,
dipercaya sebagai angka keberuntungan.
ukurannya dibentuk kira-kira seukuran 6cm.
Misalnya saat menyajikan kacang-kacangan
untuk para tamu, orang Jepang akan
3.3 Budaya dalam Cara Menyajikan dan
menghitungnya terlebih dahulu untuk
Menyantap Hidangan
mendapatkan jumlah ganjil.
Ungkapan nihonjin wa me de taberu
Dalam hal menyantap hidangan,
‘Orang Jepang makan dengan matanya’
mungkin kita sering melihat pemandangan
merupakan bukti bahwa penyajian hidangan
orang Jepang yang makan dengan cara
bagi orang Jepang merupakan hal yang
memegang mangkuk nasi di tangan kiri dan
sangat diperhatikan. Makanan tradisional
sumpit di tangan kanan. Tanpa kita sadari,
Jepang memiliki ciri khas sederhana dan
cara makan seperti itu sebenarnya sangatlah
sangat menonjolkan bahan dasar. Misalnya
langka di negara lain. Sementara itu, lauk
untuk menumis sayuran, orang Jepang akan
diletakkan terpisah pada mangkuk lauk di
menggunakan shoyu yang encer agar warna
atas meja, atau di atas tatami. Sumpit yang
asli sayuran yang dimasak masih terlihat saat
mereka gunakan akan dengan mudah
disajikan. Contoh lainnya adalah saat
mengambil lauk yang diletakkan di atas meja
menyajikan ikan utuh, posisi kepala ikan
ataupun tatami. Jika menggunakan sendok,
diletakkan di sebelah kanan dan bagian perut
tentu saja ada kekhawatiran mengambilnya
menghadap ke dalam agar mudah diambil,
dan membawanya hingga ke mulut. Selain itu,
karena orang Jepang menggunakan tangan
mengangkat mangkuk nasi akan
kanan saat makan.
memudahkan menyuap makanan ke mulut.
Detil juga merupakan ciri lain orang
Pemikiran tersebut membentuk budaya yang
Jepang dalam menyajikan makanan, tidak
dijaga oleh orang Jepang hingga kini.
Peralatan makan yang dipakai oleh ramen, soba, atau udon. Restauran yang
orang Jepang terdiri dari bermacam-macam popular di malam hari seperti izakaya,
ukuran. Bahkan mangkuk nasi, gelas teh dan yakitori. Dan tentu saja restoran yang
sumpit biasanya dibedakan ukurannya antara menyajikan makanan dari luar negeri, seperti
milik laki-laki dengan perempuan. Mangkuk restauran Itali, Perancis, Korea, atau Thailand.
laki-laki biasanya berdiameter 12cm, Saat ini restoran cepat saji bergaya barat pun
sementara mangkuk untuk perempuan semakin banyak dan mereka melabeli diri
berdiameter 11cm. Tetapi, pada sebagai family restaurant.
kenyataannya, telapak tangan setiap orang Meskipun orang Jepang saat ini telah
bisa saja berbeda-beda sehingga mangkuk sangat bebas menentukan jenis makanan
nasi yang diproduksi memiliki ukuran yang yang diinginkan, makanan tradisional Jepang
bervariasi. Namun, 12cm dan 11cm menjadi tetap hadir dalam perayaan-perayaan besar
standar ukurannya. seperti festival dan tahu baru. Keasadaran
orang Jepang terhadap gizi makanan yang
3.4 Pergeseran Pola Makan Orang Jepang dikonsumsi pun sangat tinggi, sehingga
Makanan yang disajikan di rumah makanan tradisional yang baik untuk
dapat dianggap sebagai gambaran pola kesehatan tetap dijadikan acuan sebagai
makan masyarakatnya. Namun, seiring makanan yang disarankan oleh pemerintah
dengan pertumbuhan ekonomi dan pengaruh Jepang untuk masyarakatnya. Keseriusan
dari negara luar, restauran atau tempat- menjaga tradisi seiring era globalisasi
tempat yang menyajikan makanan dapat menjadi kekuatan negara Jepang membentuk
dilihat pula sebagai cerminan pola makan citra bangsanya.
masyarakat kini. Pada umumnya, makanan
yang disajikan di rumah-rumah di Jepang IV. SIMPULAN
adalah makanan dengan konsep dasar nasi, Wujud budaya yang dimiliki oleh
lauk (biasanya ikan dan sayuran), dan sup masyarakat dapat saja berupa bahasa, pakaian
(biasanya sup miso). Namun, keluarga di adat, rumah adat, kesenian, dan dapat pula
Jepang saat ini juga mulai menyajikan berupa makanan tradisional. Penelitian ini
makanan bergaya barat yang lebih disukai menggali wujud budaya yang terdapat pada
anak-anak dan remaja, seperti salad, spageti, makanan Jepang. Mengkaji budaya sangat
omuraisu (nasi goreng dengan omlet), atau penting dikaji secara diakronis, sehingga
makanan dengan rasa tajam seperti kareraisu penelitian ini pun diawali dengan mengamati
(nasi kare). perkembangan makanan Jepang dari waktu
Sementara itu, restauran yang ke waktu.
berkembang di Jepang saat ini dapat dilihat Makanan Jepang terbentuk seiring
dari tipenya. Beberapa restauran dengan masuknya pengaruh budaya dari Cina,
menspesialisasikan diri sebagai restauran 1 Korea, negara Asia Tenggara, dan negara
masakan saja, misalnya restoran sushi, barat. Pengaruh tersebut menjadi faktor
tempura, sukiyaki, atau tonkatsu. Ada pua utama yang membentuk identitas makanan
restauran yang mengangkat masakan Jepang. Selain itu, faktor geografis, mata
kedaerahan seperti restauran Okinawa, Akita, pencaharian, dan pola pikir masyarakat juga
atau Hokkaido. Kemudian ada restoran yang merupakan faktor-faktor yang juga turut
popular saat siang hari seperti restauran membentuk identitas makanan Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
www.mofa.go.jp