Anda di halaman 1dari 4

Disusun Oleh:

Nama : Desy Indarwati


NIM : 200020006
Prodi : S2 Teknologi Pendidikan
Universitas PGRI Adi Buana

BENTUK-BENTUK BELAJAR
Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Konsep Mengajar
BENTUK-BENTUK BELAJAR

1. Belajar Responden

Salah satu bentuk dari belajar yaitu belajar responden. Dalam belajar responden, suatu

respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Sesungguhnya, semua hal

dalam lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan suatu stimulus yang menimbulkan

respons emosional. Pemasangan stimulus tak terkondisi dan stimulus terkondisi

merupakan suatu syarat untuk belajar responden.

Contoh:

Dalam kegiatan praktikum microteaching mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam, pada

pertemuan awal dosen memberikan penjelasan awal dan kontrak belajar serta memberikan

pertanyaan yang dijawab oleh salah satu mahasiswa. Dosen memberikan apresiasi positif

atas jawaban mahasiswa tersebut seperti “Bagus, benar sekali jawabannya” dan

menyampaikannya dengan senyuman sehingga menimbulkan rasa senang dan percaya diri

pada diri mahasiswa tersebut. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak

terkondisi. Rasa senang dan percaya diri yang timbul membuat mahasiswa lebih giat lagi

dalam belajar dan semangat melaksanakan praktik microteaching.

2. Belajar Kontiguitas

Beberapa teoretikus belajar mengemukakan bahwa pemasangan kejadian sederhana itu

(kejadian apa pun) dapat menghasilkan belajar. Tidak diperlukan hubungan stimulus tak

terkondisi—respons. Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara suatu stimulus dan

suatu respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan belajar

kontiguitas sederhana dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap. Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah

“stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang
sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi

memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang

kejam. Maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal

tersebut tidak sepenuhnya benar.

Contoh:

Dalam kegiatan praktikum biologi dasar yang dilaksanakan oleh mahasiswa prodi

Pendidikan IPA di laboratorium biologi, Dosen memberikan arahan dan peraturan dengan

cara yang menyenangkan sehingga mahasiswa merasa senang dan nyaman mengikuti

aturan praktik. Dosen selalu menyampaikan peraturan praktik/bekerja di lab kepada

mahasiswa dengan bahasa yang santun dan mudah diterima. Hal tersebut dilakukan

berulang kali sehingga mahasiswa menjadi senang bekerja di lab dan mematuhi aturan

yang sudah dibuat.

3. Belajar Operant

Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab

perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan

lingkungannya. Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya

reinforcement segera setelah adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan

dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela, maka

reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan

sebagainya.

Contoh:

Pada kegiatan praktikum microteaching, setelah mahasiswa melakukan praktik mengajar

Dosen memberikan feedback atas perfoma mahasiswa dengan memberikan tepuk tangan

dan tanda dua jempol untuk mengapresiasi yang telah dilakukan mahasiswa/praktikan dan
mengatakan “good job” sebelum memberikan masukan-masukan atau koreksi agar

mahasiswa merasa dihargai dan selalu semangat.

4. Belajar Kognitif

Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses semacam

itu menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan

induktif). Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan

esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya

stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental individu

yang sedang belajar. Teori Belajar Kognitif menyiratkan bahwa proses yang berbeda

mengenai pembelajaran dapat dijelaskan dengan menganalisis proses mental terlebih

dahulu. Ini mengemukakan bahwa dengan proses kognitif yang efektif, pembelajaran

menjadi lebih mudah dan informasi baru dapat disimpan dalam memori untuk waktu yang

lama. Di sisi lain, proses kognitif yang tidak efektif mengakibatkan kesulitan belajar yang

dapat dilihat kapan saja selama masa hidup seseorang.

Contoh:

Pada proses pembelajaran praktik microteaching, mahasiswa selaku praktikan, ketika

praktik mengajar selain mendapatkan feedback atau masukan dari dosen dan teman lain

yang bertindak sebagai observer juga diminta untuk membuat/menyampaikan refleksi diri

atas performanya. Sehingga mahasiswa diajak untuk berfikir bersama mengevaluasi

performa praktik mengajarnya dimana letak kelebihan dan kekurangannya dan perbaikan

apa yang perlu dilakukan. Sehingga kegiatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa.

Mahasiswa diajak untuk berfikir secara runtut mulai dari perencanaan, pelaksanaan praktik

sampai dengan mengevaluasi dan memperbaikinya.

Anda mungkin juga menyukai