Anda di halaman 1dari 7

Nama : Almah Yuliana

Kelas : IPA 2

NPM : 1910303081

PERAWATAN DAN PENYIMPANAN ALAT BAHAN


A. Alat – alat Laboratorium
1. Klasifikasi

2. Alat permanen dan alat tidak permanen


Alat permanen ialah alat yang penyimpanannya dan pemasangannya
pada tempat tertentu dalam keadaan siap pakai serta biasanya tidak
dipindah-pindahkan. Contoh alat permanen adalah barometer yang
digunakan untuk mengukur tekanan udara yang ada di laboratorium.
Alat berat seperti bandul fisis, pesawat Atwood dan tabung resonansi
juga dikatakan sebagai alat permanen. Dokumen seperti foto, poster,
diagram juga bisa dikatakan alat permanen. Alat tidak permanen
merupakan kebalikan dari alat permanen yaitu alatnya mampu
dipindahkan dan digunakan di berbagai tempat. Pemakaian dari alat ini
adalah sesuai dengan kebutuhan dari praktikan atau penyelidik serta
tempat penyimpanannya diselaraskan dengan klasifikasi alat yang telat
dibuat. Alat tidak permanen contohnya adalah satu set mengenai alat
peraga, kit perafa, serta alat lainnya. Contoh lainnya adalah alat ukur,
bejana, dan statif. Penyimpanan yang dapat dilakukan untuk alat tidak
permanen adalah berdasarkan klasifikasi yang telag ditentukan dengan
pertimbangan yang baik.
3. Alat – alat Perbaikan
Selain digunakan untuk perbaikan, alat perbaikan juga dapat
digunakan untuk membuat alat praktikum atau memasang peralatan di
dinding laboratorium. Contoh alat perbaikan yaitu mesin bor yang
dapat digunakan untuk memasang fisher serta sekrup. Penyimpanan
yang dilakukan untuk alat perbaikan adalah disimpan pada lokasi
tertentu serta mudah dijangkau oleh teknisi yang bertugas. Alat ini
juga perlu diinventarisasikan dan penyimpanannya terpisah dengan
alat laboratorium yang digunakan untuk praktikum. Pengelompokan
sarana laboratorium secara umum yaitu alat praktikun serta peraga
pendidikan, perabot, perkakas, perlengkapan lain – lain.
B. Bahan Habis
Bahan habis di laboratorium IPA dapat terdiri dari suatu material yang
habis ketika dipakai ataupun suatu alat-alat yang umur pakainya pendek.
Alat yang segera rusak setelah dipakai atau tidak dipakai lagi juga
termasuk suatu bahan habis,misalnya kaca preparat dan paku keling.
Bahan habis yang benar-benar habis pada umumnya yakni berupa suatu
material,misalnya ialah suatu bahan kimia, gas, timah patri, pita kertas
ticker timer, kertas karbon, benang, tali spirtus, alcohol, minyak tanah,
bensin dan pelumas. Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan
pencatatan dan penyimpanan bahan kimia: memberikan catatan,peringatan
dan perhatian tentang cara menggunakan bahan secara tepat dan aman,
lemari yang digunakan untuk menyimpan bahan kimia harus cukup kuat
menahan beban. Beberapa aturan umum yang harus dipatuhi dalam
menyimpan bahan kimia :
- Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca harus disimpan dalam botol
plastic.
- Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic harus disimpan dalam botol kaca
- Bahan yang dimana bahan tersebut tidak mudah rusak oleh adanya suatu
cahaya matahari secara langsunhg maka dapat disimpan dalam suatu botol
yang berwarna bening
C. Klasifikasi Bahan Kimia Berbahaya
1. Bahan mudah terbakar
Cairan yang mudah terbakar adalah suatu cairan yang mudah menguap
(volatil).Kecepatan suatu penguapan cairan sangat bervariasi,dimana
bergantung pada jenis suatu cairan.Kenaikan suhu akan sebanding
dengan kecepatan penguapan.Uap cairan tersebut dapat terbakar
ataupun menimbulkan adnya suatu api pada saat suatu kondisi normal.
2. Bahan pengoksidasi
Bahan pengoksidasi dapat menimbulkan adanya suatu reaksi
eksotermis yang sangat tinggi apabila kontak langsung dengan bahan
lain,terutama dengan bahan mudah terbakar. Contohnya ialah
chlorat,perchlorat,klorin,fluorin dan iodin.
3. Bahan mudah meledak
Bahan yang mudah meledak seperti peroksida dalam bentuk murni
dapat menimbulkan adanya suatu ledakan.Apabila suatu bahan tersebut
dicampurkan dengan bahan bahan netral (inert) dalam persentase
kecil,maka tentunya akan mudah terbakar. Tempat menyimpan asam
tersebut harus menggunakan botol dari kaca atau gelas.Botol tersebut
harus segera dibuang jika tercemar oleh suatu bahan organic.
4. Bahan beracun
Bahan beracun yang terisap dapat mengakibatkan seseorang
mengalami adanya suatu kesulitan bernapas (asfiksi) dan iritasi.
Contoh bahan beracun yang lainnya yaitu
alinin,benzen,bromin,klorin,hydrogen peroksida,iodium,asam
nitrat,phenol,sulfur dioksida dan lain sebagainya.
D. Penyimpanan dan Perawatan Alat Bahan
1. Penyimpanan dan Perawatan Alat Laboratorium
Penyimpanan bertujuan untuk menjaga keamanan alat-alat.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan:
a. Meletakkan alat pada tempat yang aman
b. Menjaga kebersihan alat
c. Menyusun alat-alat yang berbentuk set
d. Menghindari pengaruh lingkungan luar terhadap alat
2. Perawatan Alat
a. Bahan dasar pembuatan
Bahan dasar pembuatan alat sangat perlu diketahui untuk
memudahkan dalam pengawasan. Misalnya gelas yang dipakai
untuk dipanaskan harus terbuat dari bahan yang tahan panas.
Apabila suatu alat yang terbuat dari besi maka tidak boleh
ditempatkan dekat dengan bahan kimia karena akan menyebabkan
korosif
b. Berat alat
Terdapat dua jenis berat alat dalam laboratorium yaitu ringan dan
berat. Untuk alat berat disimpan pada tempat yang rendah untuk
memudahkan dalam penyimpanan dan pengambilan
c. Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan
Penyimpanan alat untuk alat yang peka terhadap lingkungan harus
hati-hati, misalnya alat yang peka terhadap udara dingin dan
kelembapan harus ditempatkan pada tempat yang tidak bersuhu
rendah. Lensa objektif serta lensa okuler peka terhadap
kelembapan sehingga akan menimbukkan jamur, untuk
mengatasinya dapat digunakan lampu listrik pada almari agar
tempat menjadi kering.
d. Pengaruh bahan kimia
Alat-alat yang terbuat dari logam atau besi akan menimbulkan
korosif apabila terkena zat kimia, maka penyimpanan alat tersebut
tidak boleh berdekatan dengan zat kimia.
e. Pengaruh antara alat dengan alat yang lain
Penyimpanan alat yang terbuat dari logam sebaiknya dipisahkan
dengan alat yang terbuat dari kaca. Apabila alat merupakan satu set
antara logam dan kaca maka tetap dipisahkan kemudian bisa
dipasang apabila hendak digunakan. Alat yang mengandung
mangnet tidak boleh ditempatkan dekat dengan magnet, misalnya
stopwatch jika berdekatan dengan magnet akan kehilangan
kestabilan.
Beberapa penyebab kerusakan alat serta cara penanggulangannya
adalah sebagai berikut: Udara sebagai penyebab kerusakan alat,
Cairan sebagai penyebab kerusakan, Kerusakan akibat panas atau
suhu
3. Penyimpanan dan Perawatan Bahan Kimia
Untuk menjaga keselamatan terhadap bahan kimia, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
A. Interaksi bahan kimia dengan wadahnya, dimana interaksi antara
bahan kimia dengan wadahnya dapat mengalami kebocoran yang
berakibat pada ledakan
B. Kemungkinan interaksi antara bahan satu dengan bahan lain dapat
menimbulkan ledakan hingga kebakaran

Dengan melihat hal-hal yang perlu diperhatiakn diatas, maka syarat


penyimpanan bahan kimia adalah sebagai berikut:

1. Bahan beracun
Bahan kimia beracun (toksik) yang biasanya terdapat dalam
laboratorium sekolah antara lain sublimate (HgCl2), sianida, arsen,
gas karbon monoksida (CO) dari aliran gas. Syarat penyimpanan:
Ditempatkan pada ruangan yang dingin dan terdapat ventilasi udara
 Dijauhkan dari sumber kebakaran
 Dipisahkan dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
reaksi
 Saluran gas dipasktikan tetap tertutup rapat apabila sedang
tidak digunakan
 Mempersiapkan peralatan dalam perlindungan diri seperti
sarung tangan, masker, dll
2. Bahan korosif
Bahan korosif merupakan bahan yang dapat merusak wadah dan bereaksi
dengan zat beracun. Misalnya asam-asam, anhidrida asam, dan alkali.
Syarat penyimpanannya:
 Disimpan pada ruangan dengan suhu dingin dan terdapat ventilasi
 Disimpan pada wadah yang tertutup
 Disimpan terpisah dari zat-zat beracun
3. Bahan mudah terbakar
Bahan-bahan kimia mudah terbakar seperti mudah terbakar sendiri,
terbakar jika terkena udara, terbakar jika terkena panas, terkena api, serta
jika tercampur dengan bahan kimia yang lain. Dilihat dari mudahnya
terbakar, cairan organik terbagi kedalam tiga golongan:
a. Cairan yang mudah terbakar pada suhu rendah yaitu temperatur
-4C, misalnya karbon disulfida (CS2)
b. Cairan yang mudah terbakar pada suhu sedang pada temperatur
antara -4C - 21C, seperti etanol (C2H5OH)
c. Cairan yang mudah terbakar pada temperatur antara 21C – 93,5C,
misalnya kerosin (minyak lampu)
Syarat penyimpanan dari bahan mudah terbakar yaitu:
 Disimpan pada ruangan dengan suhu dingin dan terdapat ventilasi
 Dijauhkan dari sumber api
 Disediakan alat pemadam kebakaran

Anda mungkin juga menyukai