Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MASYARAKAT MADANI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama


Dosen Pengampu Dr . Drs . Musrifu ,M.Hi

Disusun oleh:

Anwar : 03120210173
Faturahman said : 03120210161

UNIVRSITAS MUSLIM
INDONESIA
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ( Masyarakat

Madani Dan Kesejahteraan Umat ) ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas  pada ( Pendidikan Agama ). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk

menambah wawasan tentang ( Masyarakat Madani ) bagi para pembaca dan


juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ( bapak Dr.Drs Musrifu,M.Hi )

selaku ( dosen ) ( bidang studi Pendidikan Agama ) yang telah memberikan


tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan

bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 15 September 2021

Penulis
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera
sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur bagi
seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan
muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa
mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Namun masih banyak
permasalahan bagi bangsa Indonesia, permasalahan yang timbul tersebut
mengakibatkan banyaknya konflik ataupun kekacauan yang terjadi dimasyarakat.
Gonjang-ganjing ini tidak bisa dibiarkan lebih lanjut karena akan sangat berakibat
buruk bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di negeri ini.
Alangkah baiknya bila permasalah yang seiring waktu terus timbul akhirakhir ini
dapat diselesaikan dengan tuntas, cepat dan transparan agar masyarakat tahu betul
posisi dan solusi dari masalah tersebut. Tetapi apa yang kita lihat akhir-akhir ini?
Maraknya adu fisik maraknya percecokan untuk menyelesaikan masalah yang
timbul. Apakah begini kondisi masyarakat kita saat ini? Mudah marah, terpancing
emosi dan tidak mempunyai tenggang rasa. Sebagai warga negara yang baik
hendaknya kita semua sadar akan koridorkoridor yang layak dan patuh kepada
hukum. Negara Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila, jadi
selayaknya semua permasalahan yang akan mengakibatkan perkelahian dapat
dituntaskan dengan baik.
Negara yang harusnya menghargai nilai-nilai keluhuran adat ketimuran, adat
yang sopan santun, ramah kepada semua orang serta kekeluargaan. Berpegang
teguh kepada undang-undang yang berlaku juga merupakan cerminan cinta kita
kepada Indonesia. Semoga permasalah yang ada sekarang ini cepat tuntas dan tidak
menjadi bom waktu dimasa mendatang. Bangsa Indonesia belum terlambat
mewujudkan masyarakat madani asalkan semua potensi sumber daya manusia
mendapat kesempatan berkembang dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat
madani banyak tantangan yang harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi
peningkatan peran dan fungsi masyarakat dalam mengangkat martabat manusia
menuju masyarakat madani itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep Masyarakat Madani
2. Masyarakat Madani Dalam Sejarah
3. Karakteristik Masyarakat Madani
4. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu
masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan
bagaimana posisi masyarakat madani di indonesia.

PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat Madani

Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman


konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah
Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan
civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk
masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat Madinah
dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society
dalam masyarakat muslim modern.

Makna “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil society. Konsep civil
society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan masyarakat .Cicero adalah
orang Barat yang pertama kali menggunakan kata “societies civilis” dalam filsafat
politiknya. Konsep civil society pertama kali dipahami sebagai negara (state). Secara
historis, istilah civil society berakar dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John
Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil
yang mampu mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi
gereja (Larry Diamond, 2003: 278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah


dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil society
lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang dijadikan
pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim modern akan
ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil society
merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari gerakan
Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan. Sehingga civil
society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena meninggalkan Tuhan.
Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan asuhan petunjuk Tuhan.
Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani sebagai sebuah
masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral
transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki banyak


arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk kepada
Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah
kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate (1997),
masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of voluntary
activity which takes place outside of government and the market.” Merujuk pada
Bahmueller (1997).

Pengertian Masyarakat Madani


Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya dalam
perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas dengan
istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya 6 karagkter dari
masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya memiliki peran
dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.
Istilah “Masyarakat Madani” dimunculkan pertama kalinya di kawasan asia
tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim. Masyarakat
madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi penuh pada
kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu Masyarakat
Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang berupa pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu
keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat madani memiliki ciri-ciri yang khas
yaitu kemajemukan kebudayaan (Multicultural), Hubungan timbal balik (Reprocity)
dan sikap yang saling memahami dan menghargai. Anwar Menjelaskan watak
masyarakat madani yang ia maksud adalah guiding ideas, dalam melaksanakan ide-
ide yang mendasari keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian, kesamaan,
musyawarah dan demokratis.
Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani adalah
proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan bersama.
Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja sama membangun
ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang bersifat non negara. Ia
juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani adalah persatuan dan
integrasi nasional yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri
dari konflik permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu
persaudaraan.
Sejalan dengan iitu, Azyumardi Azra juga mengemukakan bahwa masyarakat
madani lebih dari sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan
masyarakat bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh cendikiawan
muslim indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat madani mengandung makna
toleransi kesediaan priadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan
tingkah laku sosial.

B. Masyarakat Madani Dalam Sejarah


Sejarah Civil Society tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384- 322 SM)
yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau identik
dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society dikenal dengan
Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat warga negara dapat
terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam mengambil keputusan.
Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk menggambarkan sebuah
masyarakat politis dan etis dimana warga negara didalamnya berkedudukan sama
didepan hukum. Yang kemudian mengalami perubahan dengan pengertain Civil
Society yaitu masyarakat sipil diluar dan penyeimbang warga negara.
Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia mengistilahkan
Masyarakat Sipil dengan societies cvilies yaitu sebuah komonitas yang mendominasi
komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen utamanya. Istilah
ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu menggambarkan
kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma menjadi entitas dan
teorganisir.
Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-
1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan civil society
sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang berlansung secara alamiah. Menurut
Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk meredam konflik
dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak untuk mengontrol
dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi setiap warga negara.
Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi kebebasan
dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil society tidak absolut
dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak dapat dikelola warga
negara untuk memperoleh haknya secara adil dan profesional.
Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society dengan
konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme yang
berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih
menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya
ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik
secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang menghalangi
munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin menguatnya sistem
individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial mayarakat mewarnai
paandangan tenag civil society waktu itu.
Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika yang
bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan lembaga
negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan paradigma ini
peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini negara tidak lain
hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah menurut pemikiran
ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian menurutnya civil society
adalah ruang dimana warga negara dapat mengembangkan kepribadian dan
memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya secara bebas dan tanpa paksaan.
Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883), dan
Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah elemen
ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas pandangan paine
yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan pandangan paine, Hegel
Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif terhadap negara. Menurut
Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia, menurutnya pandangan ini erat
kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat borjuasi eropa yang ditandai
dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi negara.
Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society terdaat tiga
entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan. Sedangkan
masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai kepentingan
pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya negara
merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik warganya dan
mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai masyarakat
borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil society
merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari penindasan kelas
pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan demi terwujudnya
tatanan masyarakat tanpa kelas.
Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil dalam
konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan
masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut
sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan
posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan
pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama
perubahan sosial dan politik.
Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian
dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari
pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville
kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang
menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Berkaca pada
budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga
negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.
Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan
masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga
negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik cukip
tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap
kecenderungan intervensi negara atas warga negara.
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society, Mazhab Gramscian dan
Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur dan eropa
tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah dominasi
negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.
Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil
societytocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia Dawam
Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo mengilustrasikan bahwa
peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam masyarakat madani sedangkan
menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-unsur pokok masyarakat madani
faktorValuntary sangat menentukan pola interaksi antara negara dan pasar.
Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut
masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam
sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan
rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya proses
keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik, seketika peran
swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik berkolusi dan
tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun
usahawan.

C. Karakteristik Masyarakat Madani


Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan
masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan
menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus 9 dimiliki
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan,
dan keadilan sosial.
1. Wilayah Publik Yang Bebas
Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang mana
didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk
melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh kekuatan-
kekuatan civil society.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society yang
murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana demokrasi
adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh, dari, dan
untuk warga negara
3. Toleransi
Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Menurut Nurcholish Madjid toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang
menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami
sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya
tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting
pelaksanaan ajaran moral.
4. Kemajemukan
Disebut juga pluralisme yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap harus
mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai
dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu yang
alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.
5. Sosial
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang propersional
atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek kehidupan
ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian lain keadilan
sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang
dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu.
Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat
Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas)
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai
warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga
negara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan
pendapat, berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat, berserikat,
berkumpul serta memublikasikan informasi kepada publik.
2. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana
kritik rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya
demokrasi., dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu
menjamin masyarakat madani.
3. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima
pandanganpandangan politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi
merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk
menunjukan sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas
yang dilakukan oleh orang atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai
sikap tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif
dan merupakan rahmat tuhan.
5. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang
proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan.
6. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal
yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih
dapat terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
7. Supermasi hukum
Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan
terciptanya keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada
pengecualian untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.
D. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Masayrakat madani adalah masyarakat yang beradab atau
amsyarakt sipil yang dalam bahasa inggris dapat diartikan menjadi civil
society.  Maksudnya adalah masyarakat yang memilik adab dan akrab
dengan plurasime atau perbedaan – perbedaan. Wujud masayrakat
madani dapat dilihat dari kehidupan bernegar dimana didalamnya terdiri
dari berbagai macam orang yang berbeda etnis, suku maupun agama.
sebuah contoh masyarakat madani adlaah bagaimana kehidupan
madinah dibawah Kepemimpinan Rasulullah , yang mana dicontohkan
dalam sebuah perjanjian antara orang- orang muslim dan orang-orang
yahudi yang tinggal di madinah.
Saat itu Rasulullah dengan syariat islamnya telah merubah bentuk
kehidupan social masyarakat di jazirah arab, dengan mencontohkan
bahwa dalam sebuah negara , yaitu madinah , orang-orang yang
berbeda-beda dapat hidup bverdampingan dan mendapat hak yang
dijamin oleh pemerintahan.
peranan umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani
adalah dengan menerapkan lima prinsip dasar yaitu muakkah, ikatan
iman, ikatan cinta, persamaan si kaya dan si miskin dan toleransi umat
beragama.
1. Muakhah atau persaudaran, yaitu mmemandang seluruh orang
muslim sebagai suadara, sebagaimana perintah ALLAH dalam surah al
hujurat ayat 10. Dimana telah dicontohkan Rasulullah dengan
memepersaudarakan orang-orang muhajirin dan orang-orang anshor.
2. Ikatan iman, yaitu  menjadikan ikatan keimanan sebagai dasar
yang paling kuat dalam  membentuk keharmonisan dalam masyarakat.
Sehingga setipa warga negara diikat oleh kalimat yang sama yaitu kalimat
syahadat, bahkan diharamkan darah , harta dan menganggu kehormatan
diantara orang-orang islam.
3. Ikatan cinta, yaitu memupukkan paham nasionalisme, dimana
kepahaman akan cinta tanah air merupakan bagian dari iman. Maka
setiap warga masyarakat punya ras memiliki terhadapat masayrakat
tersebut. sebagaimana Rasulullah memimpin madinah berlandaskan cinta
dan rasa tolong – menolong
4. Persamaan si kaya dan si miskin, yaitu menyempitkan jurang
pembatas antara si kaya dan si miskin, berdasrkan ikatan iman dengan
cara menerapkan zakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera karena
harta tiap orang dapt digunakan untuk orang lain yang membutuhkan.
5. Toleransi umat beragama, yaitu menerapkan hukum islam
sebagai landasan toleransi, dimana rasulullah begitu menekankan untuk
berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak melawan atau dalam
perlindungan negara, bahkan memberi ancaman yang berat bagi orang-
orang islam yang mendzolimi orang kafir.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan
prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan
kestabilan masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan
yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya
kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat
suatu perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan
diri dengan apa yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam
kehidupan bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa
kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II
ialah bahwa di dalam mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat
haruslah berpacu. Selain memahami apa itu masyarakat madani kita juga harus
melihat pada potensi manusia yang ada di masyarakat, khususnya di Indonesia.
Potensi yang ada di dalam diri manusia sangat mendukung kita untuk
mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin besar potensi yang dimiliki
oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka akan semakin baik pula
hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang memiliki potensi yang
kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun tidak akan
memuaskan.
Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam meningkatkan
potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di masyarakat.

B. SARAN
Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai
Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu
Saya sebagai penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah ini, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran
dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya ini.
DAFTAR PUSTAKA
Elvina, Inggrid. 2014. Makalah Masyarakat Masyarakat Madani,(online).
(http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/10/27/makalah-masyarakatmadani/.
Diunduh pada Rabu, 16 Desember 2015
Safitri, Dewi. 2015. Makalah Masyarakat Masyarakat Madani (online).
(http://dewi13202036.blogspot.co.id/2015/04/makalah-masyarakat-
madani_27.html. Diunduh pada Rabu, 16 Desember 2015)

Anda mungkin juga menyukai