Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Agama islam merupakan rahmatan lil ‘alamin, meskipun islam lahir dijazirah arab akan tetapi
keberadaannya mampu diterima oleh seluruh kalangan di dunia hingga saat ini. Islam pertama kali didakwahkan
oleh para nabi dan rasul yang kemudian mengadakan perjalanan yang kita kenal dengan sebutan hijrah. Setelah
wafatnya para nabi dan rasul, penyebarannya kemudian dilanjutkan oleh para khalifah kemudian tabi’in
dilanjutkan oleh tabi’ tabi’in. Di indonesia, kita mengenal walisongo sebagai tokoh-tokoh fundamental yang
menyebarluaskan agama islam. Tidak hanya melalui jalur dakwah pada beberapa faktor yang mempengaruhi
masuknya islam diantaranya pada jalur melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan dan kesenian.
Di indonesia sendiri islam mulai dikenal sejak masa masa kerajaan jauh sebelum masa moderen seperti
sekarang yang kita rasakan. Yaitu sekitar abad ke-13 sampai abad ke-18 M. merupakan periode sejarah yang
menarik perhatian karena terjadinya perubahan-perubahan dibidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
keagamaan, akibat proses akulturasi antara keagamaan dan kebudayaan yang diperkenalkan oleh pembawa-
pembawa Islam dengan keagamaan dan kebudayaan Indonesia masa Pra-Islam. Masa menjelang kedatangan dan
penyebaran Islam tersebut kelompok-kelompook masyarakat yang menempati bebagai kepulauan di Indonesia
itu sendiri dari dua kelompok besar ditinjau dari segi keagamaan serta kebudayaannya. Di satu pihak masyarakat
yang masih percaya kepada animism dan dinamisme dengan unsur-unsur budaya tardisi Pra-Hindu/Budha, dan
di satu pihak masyarakat yang sudah mengenal keagamaan Hindu-Budha akibat proses alkuturasi dengan
kebudayaan India yang tumbuh dan berkembang sejak lebih kurang abad-abad pertama Masehi hingga abad ke-
16 M[ CITATION Dal12 \l 1057 ]1
Sebelum wilayah ini bernama indonesia terlebih dahulu dikenal dengan nusantara, nanyang, atau asia
tenggara. Nusantara disebutkan Alfred Russel Wallace yang keliling nusantara adalah wilayah yang diapit dua
benua besar, Asia dan Ustralia. Wilayah ini terdiri dari banyak pulau kecil. Terletak di garis khatulistiwa.
Wilayah ini kaya dengan tanaman, buah-buahan dan rempahrempah. Banyak tanaman yang tidak ditemukan di
Eropa. Di wilayah ini tumbuh bunga raksasa (reflesia), orangutan, kupu-kupu raksasa, katak terbang, burung
cendrawasih. Wallace menyebutnya surga dunia. Wilayah ini dihuni ras Malaya (Melayu), yang khas dan
menarik, yang tidak ditemukan di tempat lain.2

B. Rumusan masalah
1
A Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, (Jakarta:Ombak, 2012), p.12.
2
Jarir Amrun – Khairiyah , sejarah nusantara: Perspektif geologis, zoologis dan etnografis (Nusantara,
2018),p.125.
1. Bagaimana kondisi umum nusantara sebelum islam
2. Bagaimana keadaan politik dan sosial budaya di beberapa wilayah nusantara sebelum datangnya agama
islam

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas presentasi mata kuliah sejarah peradaban
islam adalah besar harapan kelompok penyaji agar dengan adanya makalah ini akan memperbanyak referensi
bagi pembaca terkait permasalahan dengan tema nusantara sebelum kedatangan agama islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah Nusantara

Nusantara adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah kepulauan yang membentang dari
Sumatera hingga Papua, yang sekarang sebagian besar Indonesia. Kata indonesia pertama kali tercatat dalam
literatur bahasa Jawa Tengah (abad ke-12 sampai ke-16) untuk menggambarkan sebuah negara mengadopsi
konsep Majapahit. Setelah dilupakan, pada awal abad ke-20 istilah ini dihidupkan kembali oleh Ki Hajar
Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk penerus Hindia Belanda negara merdeka yang belum
terwujud.

Ketika penggunaan nama “Indonesia” (yang berarti Kepulauan India) telah disetujui untuk digunakan
untuk ide, kata nusantara terus digunakan sebagai sinonim untuk kepulauan Indonesia. Pemahaman ini sampai
sekarang digunakan di Indonesia.Karena perkembangan politik selanjutnya, istilah ini kemudian digunakan juga
untuk menggambarkan kesatuan pulau geografi-antropologi terletak di antara benua Asia dan Australia,
termasuk Semenanjung Melayu, tetapi biasanya tidak termasuk Filipina.

Dalam kasus terakhir, Nusantara adalah setara dengan Malay Archipelago (Malay Archipelago), sebuah
istilah yang populer pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terutama di sastra Inggris.
a. Pengertian Nusantara Menurut Para Ahli

 Menurut Prof.Dr.Wan Usman


Indonesia adalah perspektif negara kepulauan itu pada diri mereka sendiri dan tanah air mereka sebagai
negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.

 Kelompok Kerja Wawasan Nusantara


Cara pandang dan sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang berseragam dan
bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelengarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

 Berdasarkan Ketetapan MPR


Wawasan nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan
berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional.

b. Nusantara Dalam Konsep Kenegaraan Jawa Majapahit

Dalam konsep negara Jawa di abad ke-13 untuk tanggal 15, raja adalah “Raja-Dewa”: raja memerintah
juga merupakan inkarnasi dari dewa. Oleh karena itu, konsep wilayah memancarkan kekuatan dewa.
Majapahit dapat digunakan sebagai contoh. Negara ini dibagi menjadi tiga bidang:

 Negara Agung merupakan daerah sekeliling ibukota kerajaan di mana raja memerintah.
 Mancanegara adalah daerah-daerah di Jawa dan sekitar yang budayanya mirip dengan Pengadilan
Negeri, tapi sudah di “perbatasan wilayah”. Dilihat dari sudut pandang ini, Madura dan Bali adalah
“asing”. Lampung dan Palembang juga dianggap daerah yang “asing”. Kepulauan, yang berarti “pulau
lain” (di luar Jawa) adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tapi masih diklaim sebagai daerah
menaklukkan: otoritas harus membayar upeti.
 Nusantara, yang berarti “pulau lain” (di luar Jawa) adalah daerah di luar pengaruh budaya Jawa tapi
masih diklaim sebagai daerah menaklukkan: otoritas harus membayar upeti.

Gajah Mada dinyatakan dalam Sumpah Palapa: Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan amukita
ayunan palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah cincin
Desert, cincin Seram, Tanjungpura, cincin Haru, cincin Pahang, Dompo, cincin Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, samana ingsun amukti palapa.

Terjemahannya adalah: “Dia Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan dia Gajah
Mada,.” Jika Anda telah mengalahkan pulau-pulau lain, saya (akan) melepaskan puasa. Jika Desert
mengalahkan, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, jadi saya
(akan) melepaskan puasa “.

c. Nusantara dan Kepulauan Melayu


Literatur Eropa dalam bahasa Inggris (yang diikuti oleh literatur bahasa lain, kecuali Belanda) pada
abad ke-19 ke abad ke-20 pertengahan untuk merujuk Nusantara dari Sumatera ke Kepulauan Rempah
(Maluku) sebagai Malay Archipelago (“Kepulauan Melayu”) . Istilah ini populer sebagai nama geografis
setelah Alfred Russel Wallace menggunakan istilah ini untuk karya monumentalnya.

Pulau Papua (New Guinea) dan daerah sekitarnya tidak termasuk dalam konsep “Malay Archipelago”
karena pribumi tidak ditempati oleh cabang ras Mongoloid seperti Kepulauan Melayu dan budaya terlalu
berbeda. Hal ini jelas bahwa konsep “Malay Archipelago adalah antropogeografis (geografi budaya),
Belanda, sebagai pemilik koloni terbesar, lebih memilih untuk menggunakan istilah” East Indian
Archipelago “(Oost-Indische Archipel) atau tanpa embel-embel timur.

Ketika “Nusantara” yang dipopulerkan kembali tidak digunakan sebagai nama politik sebagai nama
sebuah negara baru, istilah ini masih digunakan oleh Indonesia untuk menelepon Indonesia. Dinamika
politik sebelum akhir Perang Pasifik (berakhir pada tahun 1945) menyebabkan wilayah Indonesia Raya
yang juga mencakup British Malaya (sekarang Malaysia Barat) dan Kalimantan Utara.

Istilah “Nusantara” menjadi populer di kalangan Semenanjung Melayu, mengikuti semangat latar
belakang kesamaan asal (Melayu) di antara penduduk pulau dan semenanjung.

Pada saat Malaysia (1957) berdiri, semangat kebersamaan dalam hal “Archipelago” di Indonesia
digantikan oleh permusuhan dibungkus oleh konfrontasi politik Sukarno. Ketika permusuhan berakhir, rasa
dari pulau-pulau di Malaysia masih membawa semangat dari keluarga yang sama. Sejak itu, gagasan
“Archipelago” tumpang tindih dengan “Malay Archipelago”. 3

B. Situasi Politik Menjelang Islam di Nusantara

Masalah politik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan, pemerintahan, lembaga-
lembaga dan proses-proses politik hubungan internasional dan tata pemerintahan.

Sejak dahulu kawasan Timur yang meliputi kepulauan India Timur dan pesisir Selatan China sudah
memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui perdagangan. (hamka : 655). Penyebaran agama Islam sejak abad
ke-13 makin lama makin cepat meluas di kepulauan Nusantara ini terutama berkat usaha para penyiar ajaran
mistik Islam (sufi). Para penyiar ini adalah para anggota aliran tarekat Islam yang melarikan diri dari Baghdad
yang pada tahun 1258 jatuh ketangan bangsa Mongol. Kontak budaya antara pusat-pusat penyebaran Islam
dengan kota-kota pelabuhan di Indonesia melalui rute Samudra telah membawa serta gagasan para ahli mistik ke
Sumatra Utara dan kemudian ke Semenanjung Malaka selama abad 14 hingga 16 gagasan-gagasan mistik
tersebut telah sampai ke pulau Jawa.

3
Jarir Amrun – Khairiyah , sejarah nusantara: Perspektif geologis, zoologis dan etnografis (Nusantara,
2018),p.125.
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah sama. Demikian pula kerajaan-kerajaan yang
didatangi mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan. Saat kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya di abad ke 7 dan 8, selat Malaka sudah mulai dilalui pedagang-pedagang Muslim dalam
pelayarannya ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman Tang, pada abad-
abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik dari Kungfu maupun didaerah Sumatra sendiri.

Sumatara Selatan

Palembang yang terletak di tepi sungai Musi merupakan kerajaan yang cukup penting. Pelabuhan
Palembang banyak dikunjungi oleh kapal-kapal niaga terutama dari Jawa, Madura, Bali dan Sulawesi. Kapal-
kapal ini membawa beras, garam, dan bahan pakaian : dan membawa pulang lada dan timah dari Palembang.
Dataran rendah di tanah Palembang merupakan tanah rata dan berawa-rawa. Kecuali dibeberapa bagian, hampir
seluruh daerah itu tidak cocok untuk pertanian. Namun daerah pedalaman atau dataran tinggi bias menjadi
penghasil lada. Hasil-hasil perkebunan ini yang biasa dimonopoli oleh raja, dibeli oleh kaki tangan raja dengan
harga murah.[ CITATION Sha \l 1057 ]4

Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat pada abad ke-9 M, ketika terjadi
pemberontakan petani Cina kepada kaisar Hi Tsung (878-889 M). pada saat itu para petani dibantu oleh orang-
orang Islam dan akibatnya banyak orang Islam terbunuh dan ada juga yang melarikan diri ke Kedah (wilayah
Sriwijaya dan Palembang).

Apabila kerajaan sriwijaya pada abad ke 7 sampai abad ke 12 dibidang ekonomi dan politik masih
menunjukan kemajuan, maka sejak akhir abad ke-12 mulai menunjukan kemundurannya yang prosesnya terbukti
pada abad ke-13.

Tanda-tanda kemunduran Sriwijaya di bidang perdagangan mungkin dapat dihubungkan dengan berita
Chou Ku-Fei tahun 1178, dalam Ling-Wai-Tai-Ta yang menceritakan bahwa barang persediaan barang-barang
perdagangan di Sriwijaya mahal-mahal, karena negeri itu tidak lagi menghasilakan hasil-hasil alamnya. Untuk
mencegah kemunduran kerajaan sriwijaya maka kerajaan tersebut membuat peraturan Cukai yang lebih berat
lagi bagi pedagang-pedagang asing yang singgah dipelabuhannya. Apabila para pedagang asing itu berusaha
menghindari pelabuhannya, maka dipelabuhan-pelabuhan lainnya mereka dipaksa berlabuh oleh penguasa-
penguasa setempat. Dengan demikian, maka pedagang asing tujuannya berlayar ke Cina mengalami berbagai
rintangan.

Persedian keperluan untuk pelayaran dan perdagangan yang lebih jauh sudah diambil dipelabuhan-
pelabuhan yang dikuasi kerajaan Sriwijaya seperti tersebut diatas bukan

4
Shaharir mohammad zain “Angka Melayu Sebelum Kedatangan Islam” Universiti Kebangsaan Malaysia, 43600 UKM
Bangi, Selangor Darul Ehsan, Malaysia
mendatangkan hasil pendangan yang lebih menguntungkan tetapi lebih menrugikan karena kapal-kapal dagang
itu seringkali menyingkiri pelabuhan-pelabuhan, menembus blokirnya dan menuju tempat-tempat yang mereka
ketahui banyak menghasilkan barang dagangan.

Jadi, usaha yang dilakukan Sriwijaya dalam mengatasi kemundurannya dengan memerlakukan kebijakan
baru mengenai dengan menaikan cukai terhadap kapal-kapal dagang tidak membuahkan hasil yang diinginkan
kerajaan Sriwijaya bahkan kebijakan tersebut memperpuruk keadaan ekonomi kerajaan Sriwijaya hal ini
disebabkan karna para pedagang sering kali mengindari pelabuhan Sriwijaya. Akibat kemunduran tersebut
banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang menyatakan melepaskan diri dari kerajaan tersebut hal ini semakin
melemahkan keadaan Sriwijaya.

Sejalan dengan kelemahan yang dialami kerajaan Sriwijaya mereka para pedagang muslim lebih
berkesempatan untuk mendapatkan barang dagang dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung daerah-
daerah yang muncul dan ada yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam. Munculnya daerah
tersebut sebagai kerajaan Islam memperkirakan pada abad ke-13 akibat dari proses Islamisasi daerah pantai yang
pernah disinggahi pedagang muslim sejak abad ke-7,8, dan seterusnya. Daerah yang diperkirakan masyarakatnya
sudah banyak memeluk Islam ialah Perlak, seperti kita ketahui dari berita Marco Polo yang singgah di daerah itu
pada tahun 1292 M.

kemunduran dan keruntuhan kerajaan Sriwijaya itu selain akibat ekspansi politik Singasari - Majapahit,
juga karna ekspansi Cina pada masa Kubilai khan di abad ke 13 dan masa pemerintahan dinasti Ming abad ke
14-15 ke Asia Tenggara. Pengaruh politik kerajaan Majapahit ke Samudra Pasai dan Malaka setelah keruntuhan
Sriwijaya itu mulai berkurang, terutama setelah dipusat Majapahit sendiri timbul berbagai kekacauan politik
akibat perebutan kekuasaan dikalangan Raja. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan yang jauh dari pengawasan
pusat kerajaan Majapahit, seperti Samudra Pasai dan Malaka berhasil mencapai puncak kekuasaan hingga abad
ke-16 M.

Sumatra Utara

Samudera, sebelum kedatangan dan proses penyebaran Islam, hanyalah sebuah kampong (gampong) yang
dipimpin oleh seorang kepla suku. Kampong tersebut telah menjadi tempat persinggahan para pedagang. Sejak
abad ke 7 perkampungan ini sudah didatangi para pedagang Muslim. Kota ini kemudian menjadi pusat kerajaan
Islam Samudera Pasai. Jumlah penduduk di kota tersebut, berdasar laporan Tome Tires ketika dating lebih
kurang 20.000 orang.

Kemudian munculnya kerajaan Samudra Pasai dapat kita hubungan dengan kondisi politik kerajaan
Sriwijaya yang mulai menunjukan kelemahannya, sehingga kurang mampu menguasai daerah kekuasannya.
Situasi ini dipergunakan oleh orang-orang Muslim, tidak hanya membentuk perkampungan perdaganan yang
bersifat ekonomis, tetapi juga untuk membentuk struktur pemerintahan yakni dengan mengangkat Marah silu,
kepala suku Gampong Samudra, menjadi sultan Malik Al-Shalih.

Demikian situasi politik kerajaan-kerajaan di daerah Sumatra ketika pengaruh Islam datang kedaerah-
daerah itu. Akibat hubungan lalu lintas melalui selat Malaka dengan Samudra Pasai sebagai salah satu pusat
persinggahannya maka sampailah Islam ke Senanjung Melayu yaitu ke Trengganu dimana ditemukan batu yang
bertulisan huruf Arab - Melayu atau Jawi 1303 M. bahasanya Melayu campur Sangsekerta dan Arab. Demikian
pula Malaka pada abad 14 M muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan kaum muslim. Melalui selat
Malaka dengan pusat-pusatnya ialah Samudra Pasai dan Malaka dilanjutkan ke pesisir pulau lainnya yaitu ke
pesisir Utara Jawa Timur dengan adanya temuan sebuah nisan yang memuat nama Fatimah binti Maimun bin
Hibat Allah.

Jawa Timur

Kedatangan dan penyebaran Islam di pulau Jawa mempunyai aspek-aspek, ekonomi, politik, dan sosial
budaya. Sebagaimana dikatakan bahwa karna situasi dan kondisi politik di Majapahit yang lemah karna
perpecahan dan peperangan di kalangan keluarga Raja-raja dalam perebutan kekuasaan. Maka kedatangan dan
penyebaran islam makin dipercepat. Bupati-bupati pesisir merasa bebas dari pengaruh kekuasaan raja-raja
Majapahit, mereka makin lama makin yakin akan kekuasaannya sendiri di bidang ekonomi didaerah-daerahnya.
Daerah pesisir merasa makin lama makin merdeka, justru oleh karena kelemahan pendukung-pendukung
kerajaan yang sedang mengalami keruntuhan. Perjuangan antara kota-kota perdagangan dipesisir dengan daerah-
daerah agraris diperdalaman sedang dimulai. Perkembangan ekonomi dan politik mempunyai tujuan sendiri dan
memalui bupati-bupati pesisir yang memluk agama Islam maka agama menjadi kekuatan baru dalam proses
perkembangan masyrakat.

Dalam hal ini, J.C. van Leur, berpendapat bahwa karena pertentangan antara keluarga bangsawan
dengan kekuasaan pusat Majapahit serta aspirasi-aspirasi keluarga bangsawan untuk berkuasa sendiri atas
Negara maka islamisasi menjadi alat politik.

Maluku

Kedatangan Islam ke Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan internasional antara Malaka,
Jawa dan Maluku. Dari persisir Utara Jawa para pedagang muslim itu mendatangi tempat-tempat perdagangan
Indonesia dibagian Timur yaitu pulau-pulau Maluku yang terkenal dengan rempah-rempahnya. Maluku sejak
abad ke 14 sudah didatangi orang muslim raja Ternate yang ke-12 yaitu Molomateya (1350-1357 M) bersahabat
dengan orang-orang muslim arab yang memberikan petunjuk cara membuat kapal. Sedang pada masa
pemerintahan Marhum di Ternate, seorang yang bernama Maulana Husen datang kedaerah itu ia
mempertunjukan kemahirannya dalam hal menulis huruf arab dan membaca al-Qur;an sehingga menarik
perhatian penguasa rakyat Malauku.

Raja Ternate waktu itu sudah memeluk Islam yang bernama Sultan Bom Acorala dan hanyalah raja
Ternate yang justru memakai gelar Sultan sedang yang lainnya digelari raja. Menurut Tome’ Pires (1512-1515)
bahwa raja di Maluku terutama kali masuk Islam kira-kira 50 tahun yang lalu berita tersebut berjalan pula
dengan berita Antonio Galvau yang berada disana pada tahun 1540-1545 M, yang menegaskan bahwa Islam
didaerah Maluku dimulai 80 atau 90 yang lalu.

tangan Islam berbeda di Jawa, mereka tidak menghadapi kekacauan politik yang disebakan perebutan
kekuasaan dikalangan keluarga penguasa-penguasanya.

Kalimantan Timur

Kedatangan orang-orang Muslim kedaerah Kalimatan Timur diketahui dari hikayat Kutai tidaklah
mengambarkan adanya perebutan kekuasaan dikalangan keluarga raja-raja Kutai. Kerajaan Kutai sebelum
kedatangan Islam ialah bercorak Hindu sedang dipedalaman terdapat beberapa suku yang masih berkepercayaan
kepada aninisme dan aminesme. Dikatakan bahwa ketika Kutai masih diperintahkan raja mahkota datanglah dua
orang mubalig yang bernama Tuan di Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Setelah berlomba kesaktian dan
raja kalah maka mereka diterima dengan baik dan diperkenankan mengajarkan Islam.

Kalimantan Selatan

Berbeda dengan Kalimantan Timur, Islam masuk ke Kalimantan Selatan ketika terjadi perpecahan dalam
Kerajaan Nagara Dipa, Daha dan Kuripan. Sumber yang menjelaskan awal penerimaan Islam didaerah ini adalah
Kronik Banjar atau Hikayat Banjar. Saat Islam masuk Nagara Daha diperintah oleh Maharaja Sukarama, setelah
ia meninggal digantikan oleh Pangeran Tumenggung dan beberapa tahun kemudian terjadi perebutan kekuasaan
atau tahta dengan Raden Samudra, cucu Maharaj Sukarama yang lebih berhak atas tahta kerajaan. Raden
Samudra kemudian diangkat menjadi rajandi Kerajaan Banjar yang didirikan di daerah pantai dan berperang
dengan Nagara Daha dihulu sungai. Dalam peperangan ini Raja Samudra meminta bantuan Demak. Setelah
berhasil mengalahkan Pangeran Tumenggung, Raden Samudra kemudian memeluk Islam sebagai realisasi
perjanjiannya dengan Demak. Raden Samudra mengganti namanya menjadi Sultan Suryanullah.

Dengan demikian situasi politik di Kalimantan Selatan menjelang kedatangan atau masuknya Islam juga
menghadapi pula situasi perebutan kekuasaan atau Tahta diantara keturunan Negara Dipa dan Negara Daha.
Meskipun tadi dikatakan bahwa orang-orang muslim datang membantu kerajaan Banjar itu ialah Daru Demak
namun tidak musthil pula para pedangan muslim dari Malaka yang bermaksud ke Maluku, diantaranya singgah
di Banjar dan mungkin juga bertempat tinggal.
Sulawesi Selatan

Kedatangan para pedagan muslim ke Sulawesi Selatan mungkin sudah ada sejak abad ke-15-16 M dan
mungkin berasal dari Malaka, Samutra dan Jawa. Tom Pires mernceritakan bahwa di Sulawesi terdapat lebih
kurang 50 buah kerajaan yang raja dan rakyatnya masih menganut berhala. Secara resmi agama Islam dianut di
Sulawesi selatan oleh raja Gua dan talo pada tanggal 22 september 1605 M. kemudian ke daerah Bone, Waje,
Sopeng dan lainnya, islam disebarkan dari pusat kerajaan Gowa.

Dari uraian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa kedatangan Islam ke-beberapa daerah di
kepulauan Indonesia menghadapi situasi politik daerahnya yang berbeda-beda yaitu ada yang sedang mengalami
perebutan kekuasaan politik ada yang tidak. Ada daerah yang stuktur birokrasinya bercorak kerajaan Indonesia
Hindu Budha dan ada pula yang merupakan suku-suku yang dipimpin kepala suku atau sesepuh.

Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kedatangan Islam dan penyebarannya di berbagai daerah
Nusantara ialah dengan cara damai, melalui perdagangan dan dakwah yang dilakukan oleh para mubalig-
mubalig atau orang-orang Muslim. Kemudian jika didapati daerah penyebaran Islam situasi politik di kerajaan-
kerajaan itu mengalami kelemahan dan kekacauan di sebabkan perebutan kekuasaan di kalangan para raja maka
agama Islam dijadikan politik bagi golongan bangsawan atau raja-raja yang menghendaki kekuasaan. Mereka
berhubungan dengan para pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karna penguasaan pelayaran dilautan
dan perdagangan. Dan apabila telah terwujud kerajaan Islam maka berulah mereka melancarkan perang terhadap
kerajaan yang bukan Islam. Hal itu bukan hanya karena tujuan agamanya tetapi karena dorongan politik untuk
menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya misalnya Gowa melakukan penyerangan terhadap kerajaan lainnya di
Sulawesi Selatan, Demak, dan Banten melakukan penyerangan terhadap kerajaan-kerajaan di Jawa Hindu. 5

b)     Situasi Sosial-Budaya Menjelang Islam di Nusantara

Sebelum Islam masuk ke bumi Nusantara, sudah terdapat banyak suku bangsa, organisasi pemerintahan,
struktur ekonomi, sosial dan budaya di Nusantara yang berkembang. Semua itu tidak terlepas dari pengaruh
sebelumnya, yaitu kebudayaan nenek moyang (animisme dan dinamisme), dan Hindu Budha yang berkembang
lebih dulu dari pada Islam.
Perlu diketahui bahwa kelompok-kelompok masyarakat, terutama dipusat-pusat kerajaan, biasanya
memiliki perkampungan sendiri. Karenanya, sering kita jumpai istilah-istilah seperti pecinan (perkampungan
cina), pakojan (perkampungan orang Arab, yang semula milik orang India), pekauman (perkampungan anggota
kerabat pejabat keagamaan keratin), kepatihan ( perkampungan kerabat para patih) dan sebagainya.

5
A. Daliman, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta: Ombak, 2012, hal. 40.
Seperti halnya kondisi masyarakat daerah pesisir pada waktu itu, bisa dikatakan lebih maju daripada
daerah lainnya. Terutama pesisir daerah pelabuhan. Alasannya karena daerah pesisir ini digunakan sebagai
pelabuhan dan pusat perdagangan. Penduduk pesisir terkena percampuran budaya (akulturasi) dengan pedagang
asing yang singgah. Secara tidak langsung, dalam perdagangan yang dilakukan antara keduanya, mereka menjadi
mengerti kebudayaan pedagang asing. Pedagang asing ini seperti pedagang dari Arab, Persia, China, India dan
Eropa.

Berbeda dengan daerah pedalaman yang lebih tertutup dari budaya luar. Sehingga mereka lebih condong
pada kebudayaan nenek moyang mereka dan sulit menerima kebudayaan dari luar. Awalnya Islam masuk dari
pesisir kemudian menuju daerah pedalaman. Masuknya Islam masih sudah terdapat kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu Budha yang masih eksis, diantaranya adalah kerajaan Majapahit dan kerajaan Sriwijaya. Selain itu
terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang tidak tersentuh oleh pengaruh Hindu dari India. Kerajaan-kerajaan di
Sulawesi misalnya Gowa, Wajo, Bone dan lainnya. Kerajaan-kerajaan di Sulawesi tidak menunjukkan adanya
pengaruh Hindu. Contohnya dalam penguburan pada masyarakat Gowa masih berdasarkan tradisi nenek
moyang, yaitu dilengkapi dengan bekal kubur.

Hindu Budha lebih dulu masuk di Nusantara daripada Islam. Islam masuk ke Nusantara bisa dengan
mudah dan lebih mudah diterima masyarakat pada waktu itu dengan berbagai alasan.

Pertama, situasi politik dan ekonomi kerajaan Hindu, Sriwijaya dan Majapahit yang mengalami
kemunduran. Hal ini juga disebabkan karena perluasan China di Asia Tenggara, termasuk Nusantara. Akibat dari
kemunduran situasi politik. adipati-adipati pesisir yang melakukan perdagangan dengan pedagang muslim. Dan
akhirnya mereka menjadi penerima Agama Islam. Situasi politik seperti itu mempengaruhi masuknya Islam ke
Nusantara lebih mudah. Karena kekacauan politik, mengakibatkan kacauan pada budaya dan tradisi masyarakat.

Kedua, kekacauan budaya ini digunakan oleh mubaligh-mubaligh dan pedagang muslim yang sudah
mukim untuk menjalin hubungan yang lebih dekat. Yaitu melalui perkawinan. Akibatnya pada awal Islam di
Nusantara sudah ada keturunan Arab atau India. Misalnya di Surakarta terdapat perkampungan Arab, tepatnya di
para Kliwon (kampung Arab).

Setelah masuknya Islam di Nusantara, terbukti budaya dan ajaran Islam mulai berkembang. Hal ini tidak
bisa terlepas dari peran Mubaligh-mubaligh dan peran Walisongo di Jawa. Bukti bahwa ajaran Islam sudah
dikerjakan masyarakat Nusantara. Di kota-kota besar dan kecil yang sudah Islam, terdapat bangunan-banguna
masjid yang digunakan untuk berjamaah. Hal itu merupakan bukti budaya yang telah berkembang di
nusantara.Kesejahteraan dan kedamaian tersebut dimantapkan secara sosio-religius dengan ikatan perkawinan
yang membuat tradisi Islam Timur Tengah menyatu dengan tradisi Nusantara atau Jawa.
Setelah Majapahit runtuh daerah-daerah pantai seperti Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana,
Jepara, dan Kudus mendeklarasikan kemerdekaannya kemudian semakin bertambah kokoh dan makmur. Dengan
basis pesantren daerah-daerah pesisir ini kemudian mendaulat Raden Fatah yang diakui sebagai putra keturunan
Raja Majapahit menjadi sultan kesultanan Demak yang pertama. Demak sebagai “simbol kekuatan politik” hasil
akulturasi budaya lokal dan Islam menunjukkan dari perkawinan antara pedagang Muslim dengan masyarakat
lokal sekaligus melanjutkan “warisan” kerajaan Majapahit yang dibangun di atas tradisi budaya Hindu-Budha
yang kuat sehingga peradaban yang berkembang terasa bau mistik dan mendapat tempat yang penting dalam
kehidupan keagamaan Islam Jawa sejak abad ke 15 dan 16.

Selanjutnya para dai agama Islam lebih menekankan kegiatan dakwahnya dalam lingkungan masyarakat
pedesaan, terutama daerah pesisiran dan diterima secara penuh oleh masyarakat pedesaan sebagai peningkatan
budaya intelektual mereka. Dalam kerja sosial dan dakwahnya, para Wali Songo juga merespon cukup kuat
terhadap sikap akomodatif terhadap budaya tersebut. Di antara mereka yang sering disebut adalah Sunan
Kalijaga.

Jawa sebagai negeri pertanian yang amat produktif, damai, dan tenang. Sikap akomodatif yang dilakukan
oleh para dai ini melahirkan kedamaian dan pada gilirannya menumbuhkan simpati bagi masyarakat Jawa.
Selain karena proses akulturasi budaya akomodatif tersebut, menurut Ibnu Kholdun, juga karena kondisi
geografis seperti kesuburan dan iklim atau cuaca yang sejuk dan nyaman yang berpengaruh juga terhadap
perilaku penduduknya. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syahrastani, dalam al-Milal wa al-Nihal yang
menyebutkan ada pengaruh posisi atau letak geografis dan suku bangsa terhadap pembentukan watak atau
karakter penduduknya.

Akulturasi dan adaptasi keislaman orang Jawa yang didominasi keyakinan campuran mistik konsep
Hindu-Budha disebut kejawen atau juga dinamakan agama Jawi. Sementara penyebaran Islam melalui pondok
pesantren khususnya di daerah pesisir Utara belum mampu menghilangkan semua unsur mistik sehingga tradisi
Islam kejawen tersebut masih bertahan. Pemeluk kejawen dalam melakukan berbagai aktivitasnya dipengaruhi
oleh keyakinan, konsep pandangan, dan nilai-nilai budaya yang berbeda dengan para santri yang mengenyam
pendidikan Islam lebih murni.

Jadi, agama Islam sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Indonesia, ajaran
Islam telah menjadi pedoman masyarakat. Dalam hal inilah Islam sebagai agama sekaligus menjadi budaya
masyarakat Indonesia. Di satu sisi berbagai budaya local yang ada di masyarakat, tidak secara otomatis hilang
dengan adanya Islam. Budaya-budaya local ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-warna
Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan “akulturasi budaya”, antara budaya local dan Islam. 6

6
https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html
Dalam bidang seni, juga dijumpai proses akulturasi seperti dalam kesenian wayang di Jawa. Wayang
merupakan kesenian tradisional suku Jawa yang berasal dari agama Hindu India. Proses Islamisasi tidak
menghapuskan kesenian ini, melainkan justru memperkayanya, yaitu memberikan warna nilai-nilai Islam di
dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Jawa.
Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar
dalam pengembangan budaya local.

Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid
Agung Banten yang beratap tumpang, berbatu tebal, bertiang saka, dan sebagainya benar-benar menunjukkan
ciri-ciri arsitektur local. Sementara esensi Islam terletak pada “ruh” fungsi masjidnya. Demikian juga dua jenis
pintu gerbang bentar dan paduraksa sebagai ambang masuk masjid di Keraton Kaibon. Namun sebaliknya,
“wajah asing” pun tampak sangat jelas di kompleks Masjid Agung Banten, yakni melalui pendirian bangunan
Tiamah dikaitkan dengan arsitektur buronan Portugis,Lucazs Cardeel, dan pendirian menara berbentuk mercu
suar dihubungkan dengan nama seorang Cina: Cek-ban Cut.

Dalam perkembangan selanjutnya sebagaimana diceritakan dalam Babad Banten, Banten kemudian
berkembang menjadi sebuah kota. Kraton Banten sendiri dilengkapi dengan struktur-struktur yang mencirikan
prototype kraton yang bercorak Islam di Jawa, sebagaimana di Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Ibukota
Kerajaan Banten dan Cirebon kemudian berperan sebagai pusat kegiatan perdagangan internasional dengan ciri-
ciri metropolitan di mana penduduk kota tidak hanya terdiri dari penduduk setempat, tetapi juga terdapat
perkampungan-perkampunan orang-orang asing, antara lain Pakoja, Pecinan, dan kampung untuk orang Eropa
seperti Inggris, Perancis dan sebagainya.

Dalam bidang kerukunan, Islam di daerah Banten pada masa lalu tetap memberikan perlakuan yang
sama terhadap umat beragama lain. Para penguasa muslim di Banten misalnya telah memperlihatkan sikap
toleransi yang besar kepada penganut agama lain. Misalnya dengan mengizinkan pendirian vihara dan gereja di
sekitar pemukiman Cina dan Eropa. Bahkan adanya resimen non-muslim yang ikut mengawal penguasa Banten.
Penghargaan atau perlakuan yang baik tanpa membeda-bedakan latar belakang agama oleh penguasa dan
masyarakat Banten terhadap umat beragama lain pada masa itu, juga dapat dilisaksikan di kawasan-kawasan lain
di nusantara, terutama dalam aspek perdagangan. Penguasa Islam di berbagai belahan nusantara telah menjalin
hubungan dagang dengan bangsa Cina, India dan lain sebagainya sekalipun di antara mereka berbeda
keyakinan.7

Contoh-contoh Sosial-Budaya yang mengandung Nilai-nilai Islam:

1.   Tepung tawar, biasa dilakukan dengan menghambur-hambur beras kepada orang yang ditepung tawari.

7
https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html
2.    Sungkeman. Kebiasaan ini berasal dari pulau Jawa yang umumnya dilakukan pada saat Hari Raya dan pada
upacara pernikahan, tetapi kadang kala dilakukan juga setiap kali bertemu.
3.   Tabot atau Tabuik, adalah upacara tradisional masyarakat Bengkulu untuk mengenang kisah kepahlawanan
dan kematian cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib dalam peperangan dengan
pasukan Ubaidillah bin Zaid di padang Karbala, Irak pada tanggal 10 Muharam 61 Hijriah (681 M).
4.   Tingkepan, babaran, pitonan dan pacangan. Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah,
memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan
antara lain:

1.      Tingkepan, yaitu upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama.
2.      Babaran, yaitu upacara menjelang lahirnya bayi.
3.      Sepasaran, yaitu upacara setelah bayi berusia lima hari.
4.      Pitonan, yaitu upacara setelah bayi berusia tujuh bulan.
5.      Sunatan yaitu acara khinatan.
5. Budaya Tumpeng. Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut. Itulah
sebabnya disebut “nasi tumpeng”. Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai
“tumpengan”.

BAB III
KESIMPULAN

kedatangan Islam ke-beberapa daerah di kepulauan Indonesia menghadapi situasi politik daerahnya yang
berbeda-beda yaitu ada yang sedang mengalami perebutan kekuasaan politik ada yang tidak. kedatangan Islam
dan penyebarannya di berbagai daerah Nusantara ialah dengan cara damai, melalui perdagangan dan dakwah
yang dilakukan oleh para mubalig atau Muslim. Kemudian jika didapati daerah penyebaran Islam situasi politik
di kerajaan-kerajaan itu mengalami kelemahan dan kekacauan di sebabkan perebutan kekuasaan di kalangan
para raja maka agama Islam dijadikan politik bagi golongan bangsawan atau raja-raja yang menghendaki
kekuasaan. Mereka berhubungan dengan para pedagang Muslim yang posisi ekonominya kuat karna penguasaan
pelayaran dilautan dan perdagangan. Dan apabila telah terwujud kerajaan Islam maka berulah mereka
melancarkan perang terhadap kerajaan yang bukan Islam. Hal itu bukan hanya karena tujuan agamanya tetapi
karena dorongan politik untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya misalnya Gowa melakukan
penyerangan terhadap kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan, Demak, dan Banten melakukan penyerangan
terhadap kerajaan-kerajaan di Jawa Hindu. 8

Kebudayaan Nusantara sebelum Islam datang sangat dipengaruhi oleh agama-agama sebelumnya, yaitu
Hindu dan Budha. Kemudian Islam datang disebarkan oleh para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat yang
selanjutnya disebarkan di Nusantara. Kemudian, para pendakwah ini menggunakan banyak metode pendekatan
untuk dakwah, salah satunya menggunakan kesenian dan kebudayaa, yang lambat laun semakin diterima oleh
masyarakat, bahkan hingga ke para pemimpin. Akan tetapi budaya dan kebiasaan tang ditinggalkan oleh agama-
agama terdahulu, tidak sepenuhnya bisa terhapus. Maka dari itu, para pendakwah mencoba menyisipkan nilai-
nilai keislaman dalam upacara-upacara dan ritual-ritual serta kebiasaan-kebiasaan dengan melunturkan poin-poin
kesyririkan. Yang jutru karena budaya yang dimasuki nilai-nilai Islam, dakwah Islam justru semakin mudah dan
diterima. Akan tetapi para pandakwah juga sudah ancang-ancang terhadap kemungkinan adanya penyimpangan
ketauhidan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] A. Dalman, islamisasi dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di indonesia, jakarta: ombak, 2012.

[2] A. kurniawan, "pengertian nusantara," 16 september 2019. [Online]. [Accessed 2 september 2019].

[3] Daliman, A, Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta: Ombak, 2012.

[4] https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html

[5] Jarir Amrun – Khairiyah , sejarah nusantara: Perspektif geologis, zoologis dan etnografis
(Nusantara, 2018),p.125.

8
https://brainywantshare.blogspot.com/2015/03/makalah-sejarah-kedatangan-islam-ke.html

Anda mungkin juga menyukai