Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN

PERBANKAN

“MANAJEMEN PERMODALAN BANK”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 KELAS B1 :

Ida Bagus Yoga Wimbardi 1907521260

Ni Luh Putu Wartiningsih 2007521032

Ade Nopi Satyawati 2007521037

Komang Mia Lestari Dewi 2007521136

Ayu Pipiyanti 2007521137

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Nyoman Abundanti, M.M.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021/2022
Manajemen Permodalan Bank

1. Menganalisis Manajemen Modal


• Definisi Modal Bank

Menurut definisi akuntansi, modal atau kekayaan bersih, sama dengan nilai
kumulatif aset dikurangi nilai kumulatif kewajiban dan mewakili kepentingan
kepemilikan di perusahaan. Ini secara tradisional diukur berdasarkan nilai buku di mana
aset dan kewajiban berada tercantum dalam biaya historis. Dalam perbankan, konsep
pengaturan permodalan bank berbeda secara substansial dari modal akuntansi. Secara
spesifik, regulator memasukkan tertentu bentuk hutang dan cadangan kerugian pinjaman
saat mengukur kecukupan modal. Kebijakan ini menimbulkan berbagai permasalahan
terkait fungsi permodalan bank dan bauran optimal untuk individu institusi.
Modal akuntansi mencakup nilai buku ekuitas biasa dan saham preferen luar biasa.
Total modal ekuitas sama dengan jumlah saham biasa, surplus, ditahan pendapatan
cadangan modal dan keuntungan (kerugian) bersih yang belum direalisasi dari tersedia
untuk dijual sekuritas, penyesuaian penjabaran mata uang asing kumulatif, dan preferen
abadi stok seperti yang didefinisikan di bawah ini:
a. Saham biasa sama dengan nilai nominal saham biasa yang beredar; demikia n, jika
ada 1 juta saham beredar dengan nilai nominal $ 10 per saham, saham biasa akan
ditampilkan $ 10 juta.
b. Surplus, atau surplus ekuitas umum, sama dengan kelebihan nilai par saham biasa
diterbitkan ditambah nilai keuntungan tak terbagi dialokasikan untuk surplus.
Misalkan, dalam kasus di atas, semula satu juta saham biasa dijual di pasar dengan
keuntungan bersih bank $ 15 per saham. Selisihnya, $ 5 per saham, atau $ 5 juta,
akan dialokasikan untuk surplus.
c. Saldo laba sama dengan nilai laba ditahan kumulatif dikurangi transfer surplus. Laba
ditahan meningkat ketika bank melaporkan laba bersih yang melebihi pembayaran
dividen tunai, dan menurun ketika laba bersih kurang dari dividen tunai atau bank
melaporkan kerugian.
d. Cadangan modal untuk kontinjensi dan cadangan modal lainnya yang nilainya sama
dengan cadangan kumulatif yang dibentuk untuk pajak tangguhan atau kontinjensi.
Kontinjensi termasuk pembayaran yang diharapkan untuk
menghentikan saham preferen yang beredar, menyelesaikan tuntutan hukum, dan
memenuhi kewajiban luar biasa lainnya.
e. Keuntungan (kerugian) kepemilikan bersih yang belum direalisasi atas sekuritas yang
tersedia untuk dijual. Ekuitas pemegang saham termasuk kerugian kepemilikan bersih
yang belum direalisasi pada tersedia untuk dijual efek ekuitas dengan nilai wajar yang
tersedia, tetapi tidak termasuk bersih lainnya yang belum direalisasi memiliki
keuntungan (kerugian) atas sekuritas yang tersedia untuk dijual.
f. Saham preferen termasuk nilai buku dari total saham preferen yang beredar.
Meskipun obligasi ini menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan obligasi
jangka panjang, lebih disukai saham mewakili kepemilikan di perusahaan dengan
klaim yang lebih tinggi dari saham biasa tetapi disubordinasikan kepada semua
pemegang hutang. Itu dikeluarka n untuk selamanya atau dengan tetap kedewasaan
(hidupterbatas).
Standar permodalan berbasis risiko menggunakan dua ukuran kualitas permodalan bank

a. Tier 1 atau modal inti , terdiri dari ekuitas pemegang saham biasa, saham preferen
perpetual nonkumulatif dan surplus terkait, serta kepentingan minoritas dalam akun
modal ekuitas anak perusahaan yang dikonsolida s i, dikurangi aset tidak berwujud
seperti goodwill dan aset pajak tangguhan yang dilarang. Bagi kebanyakan bank,
modal Tier 1 akan sama modal ekuitas pemegang saham dikurangi keuntungan atau
kerugian bersih yang belum direalisasi pada tersedia untuk sekuritas ekuitas
penjualan.
b. Tier 2 , atau modal pelengkap dibatasi hingga100 persen. Modal intidan terdiri dari
saham preferen abadi kumulatif dan setiap surplus terkait, saham preferen jangka
panjang, jumlah terbatas dari hutang subordinasi berjangka dan saham preferen
jangka menengah, dan jumlah terbatas penyisihan pinjaman dan kerugian sewa
(hingga 1,25 persen dari aset tertimbang menurutrisiko kotor).
• Fungsi Modal Bank

Ada banyak kebingungan tentang tujuan dari modal bank. Perusahaan tradisional
pandangan keuangan adalah bahwa modal mengurangi risiko kegagalan dengan
memberikan perlindungan terhadap kerugian operasional dan kerugian luar biasa.
Sementara ini berlaku untuk perusahaan non finansial itu menganda lkan
hutang jangka panjang dengan leverage keuangan yang relatif rendah, ini kurang berlaku
untuk keuangan perusahaan.
Dari perspektif regulator, modal bank berfungsi untuk melindungi penjaminan
simpanan dana dalam kasus kegagalan bank. Ketika bank gagal, regulator dapat
melunasinya penabung yang diasuransikan atau mengatur pembelian bank gagal oleh
bank yang sehat. Semakin besar modal bank, semakin rendah biaya pengaturan merger
atau pembayaran deposan. Manfaat tambahan dari persyaratan modal minimum adalah
bahwa pemilik ekuitas dan hutang jangka panjang memberlakukan disiplin pasar pada
manajer bank karena mereka memonitor secara ketat kinerja bank. Pengambilan risiko
yang berlebihan menurunkan harga saham dan meningkatkan pinjaman biaya, yang
berdampak negatif pada kekayaan pihak pemantau ini.
Dengan demikian, fungsi modal bank adalah untuk mengurangi risiko bank. Itu
dilakukan dalam tiga dasar cara:
a) Ini memberikan bantalan yang memungkinkan perusahaan untuk menyerap
kerugian dan tetap solvent.
b) Ini menyediakan akses yang siap ke pasar keuangan dan dengan demikia n
melindungi dari likuiditas masalah yang disebabkan oleh arus keluar deposit.
c) Ini membatasi pertumbuhan dan membatasi pengambilanrisiko.

a. Modal Bank Menjadi Bantalan untuk Menyerap Kerugian.


Ekuitas mengurangi risiko kegagalan dengan meningkatkan proporsi yang
diperbolehkan aset bermasalah yang bisa gagal bayar sebelum ekuitas habis.
Masalahnya, bagaimanapun, tidak sesederhana itu. Ada beberapa factor
menyarankan bahwa bank harus memiliki lebih banyak ekuitas. Pertama, nilai pasar
aset bank lebih tidak stabil daripada nilai aset di perusahaan manufak tur pada
umumnya. Kedua, bank mengandalkan secara proporsional lebih pada sumber-
sumber hutang jangka pendek yang tidak stabil, banyak di antaranya dapat ditarik
sesuai permintaan. Perbedaan modal ini sebagian besar dapat dijelaskan oleh
asuransi deposito federal dan kebijakan regulasi bank. Sama pentingnya, regulator
bank menyediakan asuransi de facto untuk kreditor yang tidak diasuransikan di
lembaga keuangan terbesar. Agak daripada membiarka n bank-bank ini gagal,
regulator mengatur merger atau akuisisi yang
memungkinkan perusahaan semacam itu untukmelanjutkan operasi tanpa likuidasi.
Peran modal sebagai penyangga kerugian pinjaman menjadi jelas jika
diletakkan dalam konteks arus kas daripada modal akuntansi. Pertimbangka n bank
yang pelanggannya default pinjaman mereka. Wanprestasi segera mengurangi arus
kas masuk operasi karena bank tidak lagi menerima pembayaranbunga dan
pokok. Modal berfungsi sebagai penyangga karena itu mengurangi arus keluaryang
diwajibkan.
b. Modal Bank Menyediakan Akses Siap ke Pasar Keuangan.
Meminimalkan modal bank yang memadai mengatasi masalah dengan
menyediakan akses yang siap ke pasar keuangan. Selama modal bank melebihi
ketentuan minimum, dapat tetap terbuka dan memiliki potensi untuk menghasilkan
pendapatan untuk menutupi kerugian dan berkembang. Modal memungkinkan bank
untuk meminjam sumber tradisional dengan harga yang wajar. Akibatnya, deposan
tidak akan menghapus kerugian dana dan aset akan diminimalkan. Segala kerugian
yang timbul dapat dibebankan pendapatan saat ini atau, pada akhirnya, terhadap
ekuitas.
Ketidakpastian hubungan antara permodalan dan masalah likuiditas dan
bank kegagalan mencerminkan kesalahpahaman akuntansi versus nilai ekonomi.
Apa yang penting adalah nilai pasar modal bank, bukan nilai akuntansi. Selama pasar
nilainya positif, bank dapat menerbitkan hutang untuk mengimbangi masalah
likuiditas. Ini benar apakah modal akuntansi positif atau negatif. Jika nilai pasar
modal negatif, tidak ada pemberi pinjaman swasta yang akan memberikan kredit.
Kegagalan, kemudian, terkait langsung dengan pasar nilai, bukan nilai akuntansi.
Modal melayani tujuan yang sama dengan jaminan federal saat mengatur bantuan
tidak diberikan secara terbuka.
c. Modal Membatasi Pertumbuhan dan Mengurangi Risiko.
Dengan membatasi jumlah aset baru bank dapat memperoleh melalui
pembiayaan hutang, modal membatasi pertumbuhan. Jika bank memilih untuk
memperluas pinjaman atau memperoleh aset lain, mereka harus mendukung
pertumbuhan dengan pembiayaan ekuitas tambahan. Karena ekuitas baru mahal,
diharapkan pengembalian aset harus tinggi untuk membenarka n pembiayaan.
Pembatasan ini sangat penting karena banyak kegagalan bank pada 1980-an
dikaitkan dengan pertumbuhan aset spekulatif dibiayai oleh deposito perantara.
Persyaratan modal yang kaku mengurangi kemungkinan itu bank akan
berkembang melampaui kemampuan mereka untuk mengelola asset mereka
dengan sukses dan karenanya berfungsi untuk mengurangi risiko.
• Mengetahui Modal yang Cukup untuk Bank

Masalah kecukupan modal bank telah lamamembuat regulator melawan manajemen


bank. Regulator, yang terutama peduli dengan keamanan bank, kelangsungan hidup
asuransi dana, dan stabilitas pasar keuangan, lebih memilih lebih banyak modal. Ini
mengurangi kemungkinan kegagalan dan meningka tkan likuiditas bank. Bankir, di sisi
lain, umumnya lebih suka untuk beroperasi dengan modal lebih sedikit. Semakin kecil
basis ekuitas bank, semakin besar leverage keuangan dan pengganda ekuitasnya.
Leverage yang tinggi mengubah keadaan normal returnon asset (ROA) menjadi return
on equity (ROE) yang tinggi. Apakah permodalan bank tertentu mencukupi tergantung
pada seberapa besar risiko bank tersebut mengasumsikan. Bank dengan aset berkualitas
rendah, akses terbatas ke dana likuid, ketidaksesuaian yang parah jatuh tempo dan
jangka waktu aset dan kewajiban, atau risiko operasional yang tinggi harus lebih modal.
Perusahaan berisiko rendah harus diizinkan untuk meningkatkan leverage keuangan.
Badan pengatur secara berkala menilai risiko bank tertentu melalui pemeriksaan di
tempat. Kajian menyeluruh mencakup evaluasi kualitas aset bank khususnya.

• Pengaruh Kebutuhan Modal pada

a. Membatasi Pertumbuhan Aset

Persyaratan modal minimum membatasi kemampuan bank untuk tumbuh.


Penambahan mandat asset penambahan modal bagi bank untuk terus memenuhi rasio
modal-terhadap-aset minimum diberlakukan oleh regulator. Setiap bank harus
membatasipertumbuhanasetnyahinggabeberapa persen labaditahanditambah modal
eksternal baru. Jika bank mengga nti pinjaman yang lebih berisiko dengan aset
dengan imbal hasil yang lebih rendah dan aset yang kurang berisiko, maka
keuntungan dari keuntungan yang meningkat dapat diimbangi dengan kerugian
pinjaman di masa depan atau modal yang lebihtinggi
Pilihan kedua adalah bank meningkatkan laba ditahan dengan cara mengura ngi
dividen
b. Mengubah Capital Mix
Bank yang memilih untuk tumbuh lebih cepat dari tingkat yang
diperbolehkan dengan modal yang dihasilkan secara internal sendiri harus
menambah modal tambahan secara eksternal. Di sini, bank-bank besar beroperasi
dengan kompetitif keuntungan dibandingkan bank yang lebih kecil. Secara khusus,
bank-bank besar dapat memperoleh modal secara nasional melalui penawaran
umum sekuritas. Pengakuan nama mereka tinggi, dan investor rela membeli instrumen
organisasi berkualitas. Bank kecil, sebaliknya, bisa umumnya hanya menerbitkan
sekuritas modal untuk sejumlah investor, seperti yang sudah ada pemegang saham,
nasabah bank, dan bank koresponden hulu. Batasan pertumbuhan adalah jauh lebih
kaku. Salah satu solusi yang sering dilakukan oleh pemegangsaham bank keciladalah
dengan menjua lnya saham ke perusahaan induk dengan akses yang lebih besar ke
sumberpendanaan.
c. Mengubah Komposisi Aset

Manajer yang menghindari risiko dapat mengalihkan aset dari kategori


berisiko tinggi, seperti pinjaman komersial dengan bobot risiko 100 persen, untuk
kategori risiko rendah. Ketakutan di kalangan regulator. Namun, apakah bank lain
yang menghadapi persyaratan modal yang lebih tinggi sebenarnya dapat bergeser
aset ke dalam kategori berisiko tinggi atau komitmen off-balance sheet dalam
mengejar hal luar biasa kembali. Hal ini akan meningkatkan profil risiko industri
perbankan secara keseluruhan kontras dengan keingina n regulator.
d. Kebijakan Penetapan Harga

Investasi paling berisiko membutuhkan yang terbesar dukungan modal


ekuitas. Bank telah dipaksa untukmengatur harga kembali aset untuk mencerminkan
kewajiban ini alokasi ekuitas. Misalnya, jika bank harus menahan modal untuk
mendukung pinjaman komitmen, harus menaikkan biaya yang dibebankan untuk
mengkompensasi biaya yang lebih besar dari penyediaan layanan itu dibandingkan
dengan waktu ketika modal tidak diperlukan. Faktanya, semuanya item off-balance
sheet sekarang harus diberi harga lebih tinggi. Ingatlah bahwa ekuitas itu mahal.
Dengan demikian, bank juga harus menaikkan suku bunga pinjaman di atasnya aset
berisiko tertinggi yang membutuhkan paling besar modal relatif terhadap hasil aset
lainnya.
e. Menyusut Bank
Secara historis, bank mencoba menghindari persyaratan modal dengan
memindahkan aset dari buku. Deregulasi suku bunga dan produk mendorong bank
untuk mengalihkan risiko dari neraca dengan membuat kewajiban kontinjensi yang
menghasilkan pendapatan fee tetapi tidak menunjukkan up sebagai aset dalam
laporan keuangan. Masalahnya adalah bank yang menyus ut mengalami kesulitan
menghasilkan pertumbuhan pendapatan dan dengan demikian membayar pemegang
saham pengembalian yang disesuaikan dengan risiko yang wajar. Tak heran, bank
dengan permodalan kerap bermasalah ingin bergabung dengan bank yang lebih kuat
dan mungkin hanya bertahan sebagai bagian dari perusahaan lain.

• Karakteristik Sumber Modal Eksternal

a. Hutang subordinasi

Hutang ini merupakan modal karena jangka waktunya relatif lama dan
permanen pendanaan. Hutang subordinasi harus memiliki beberapa fitur khusus
sebelum regulator menerimanya sebagai modal. Pertama, klaim pemegang hutang
harus tunduk pada klaim deposan. Jika bank gagal, deposan yang diasuransikan
dibayar pertama, diikuti oleh penabung yang tidak diasuransika n, kemudian
pemegang hutang subordinasi. Kedua, hanya utang dengan jatuh tempo rata-rata
tertimbang asli sekurang-kurangnya tujuh tahun memenuhi syarat sebagai modal.
Hutang subordinasi menawarkan beberapa keuntungan bagi bank. Yang terpenting,
pembayaran bunga dapat dikurangkan dari pajak, sehingga biaya pendanaan di
bawah biaya ekuitas. Selanjutnya hutang jenis ini menghasilkan keuntungan tambahan
bagi pemegang saham selama pendapatan, sebelum bunga dan pajak, melebihi
pembayaran bunga. Dengan demikia n, pemegang saham dapat menerima dividen
yang lebih tinggi, dan laba ditahan yang lebih besar dapat meningkatkan modal
dasar. Hutang suku bunga tetap menonjolkan hal ini potensi keuntungan.
Hutang subordinasi juga memiliki kekurangan. Pembayaran bunga dan
pokok wajib dan, jika tidak terjawab, dianggap default. Selain itu, banyak persoalan
yang membutuhkan sinking fund itu meningkatkan tekanan likuid itas karena bank
mengalokasikan dana untuk membayar kembali pokok pinjaman. Beberapa hutang
subordinasi membayar suku bunga variabel yang berfluktuasi dengan bunga tertentu
menilai indeks. Kedua jenis tersebut
mengharuskan bank menerbitkan saham biasa, saham preferen abadi, atau sekuritas
modal utama lainnya kepada menebus hutang konversi.
b. Modal Konvertibel Kontinjen

Banyak analis dan regulator percaya bahwa modal konvertibel kontingen (


CoCos ) mungkin melayani peran yang berguna dalam melind ungi bank dan dana
asuransi. CoCos adalah hibrida instrumen yang semula berupa utang dalam hal
struktur, tetapi otomatis dikonversi ke ekuitas biasa ketika kondisi tertentu terpenuhi,
terutama saat penerbitan Modal regulasi bank berada di bawah level minimum
tertentu. Dengan demikian, CoCos bisa membant u menyerap kerugian bank sebelum
simpanan yang diasurans ikan terekspos. CoCos berpotensi membantu bank
memenuhi persyaratan modal minimum tetapi tetap mempertahankan beberapa
keuntungan finansial hutang sampai konversi.
c. Saham Biasa

Saham biasa disukai oleh regulator sebagai sumber modal eksternal.


Pembayaran dividen juga discretionary, sehingga saham biasa tidak memerlukan
biaya tetap terhadap pendapatan. Kerugian dapat dikenakan biaya terhadap ekuitas,
bukan hutang, jadi saham biasa melindungi FDIC dengan lebih baik. Saham biasa
tidak menarik dari perspektif bank karena biayanya yang tinggi. Sebagian besar
perusahaan menunggu sampai harga saham dan pendapatan tinggi kinerja kuat
sebelum menjual saham. Dengan menurunka n tarif pajak pendapatan marjinal
perusahaan, tindakan tersebut meningka tkan biaya pengurangan pajak bunga atas
hutang relatif terhadap biaya dividen umum yang tidak dapat dikurangi persediaan.
Penerbitan saham biasa seringkali bukan merupakan alternatif yang layak
untukbank yangmembutuhkan modal. Manajer bank berusaha meningkatkan harga
saham melalui laba yangkuat, kebijakan dividen yang konsisten, dan pengungkapan
kinerja yang memadai kepada analis keamanan. Bahkan dengan upaya ini,
bagaimanapun, harga saham seringka li jatuh dengan kerugian kondisi ekonomi atau
ketidaksukaan pasar dengan industri. Ketika harga saham sedang rendah, banyak
bank besar yang mengeluarkan hutang itu dapat dikonversi menjadi saham biasa.
Bank seringkali bisa menjual saham baru untuk pemegang saham yang ada atau
pelanggan saat ini. Harga saham tidak terlalu fluktuatif, tetapi sensitifterhadap
penyimpangan pendapatan saat ini versus pendapatan historis. Banyak bank
perusahaan induk meningkatkan ekuitas baru dengan menerbitkan sekuritas melalui
penempatan pribadi di luar
d. Saham Preferen

Saham preferen adalah bentuk ekuitas di mana klaim investor lebih tinggi
dari yang biasa pemegang saham. Seperti halnya saham biasa, saham preferen
membayar dividen yang tidak dapat dikurangi dari dolar setelah pajak. Sejak tahun
1982, saham preferen telah menjadi sumber modal utama yang menarik bagi
perusahaan besar bank. Sebagian besar masalah mengamb i l bentuk stok abadi
dengan tarif yang dapatdisesuaikan.
Saham preferen memiliki kelemahan yang sama dengan saham biasa, tetapi
ada beberapa contoh bila lebih menarik. Pertama, jika harga saham biasa bank di
bawah nilai buku dan memiliki rasio harga terhadap pendapatan yang rendah,
masalah ekuitas baru mengurangi pendapatan. Pengenceran pendapatan ini lebih
sedikit dengan saham preferen abadi dibandingkan dengan saham biasa, sehingga
biaya perolehan saham biasa relatif lebih tinggi. Kedua, pembayaran dividen agregat
atas preferensi saham akan kurang dari dividen pada saham biasa dari waktu ke
waktu untuk setiap bank yang secara teratur meningkatkan dividen saham biasa.
Persyaratan arus kas atas saham preferen perpetual juga akan lebih rendah karena
tidak diperlukan alokasi dana pelunasan untuk membayar pokok.
e. Trust Preferred Stock

Inovasi terbaru dalam pembiayaan modal adalah pengenalan saham preferen


yang terpercaya , yang merupakan bentuk hibrida dari modal ekuitas di bank. Ini
menarik karena efektif membayar dividen yang dapat dikurangka n dari pajak dan
dianggap sebagai modal Tier 1. Untuk menerbitkan sekuritas, bank atau
perusahaan induk bank mendirikan perusahaan perwalian. Perusahaan
kepercayaan menjual saham preferen kepada investor dan meminjamkan hasil
penerbitannya ke bank. Bunga pinjaman sama dengan dividen yang dibayarkan atas
saham preferen. Bunga pinjaman ini dapat dikurangkan dari pajak sedemikian rupa
sehingga bank secara efektif dapat mengurangi pembayaran dividen pada yang
disukai persediaan. Sebagai bonus, saham preferen dihitung sebagai modal
Selain itu, bank dapat melewatkan pembayaran dividen dan tidak dipaksa
bangkrut. Efek bersihnya adalah kepercayaan biaya saham preferen kurang dari
ekuitas biasa, tetapi memiliki nilai yang sama untuk tujuan pengaturan. Tidak
mengherankan, sebagian besar bank besar, juga beberapa bank komunitas, telah
mengeluarkan kepercayaan saham preferen. Saham preferen senior tidak dapat
ditebus untuk jangka waktu tiga tahun sejak tanggal penerbitan kecuali dengan hasil
dari penawaran ekuitas yang memenuhi syarat.
f. Pengaturan Leasing

Banyak bank melakukan pengaturan penjualan dan penyewaan kembali


sebagai sumber modal langsung. Sebagian besar transaksi melibatkan penjualan
kantor pusat milik bank atau real estat lainnya, dan secara bersamaan
menyewakannya kembali dari pembeli. Persyaratan sewa dapat disusun untuk
memungkinkan bank mempertahankan kendali penuh atas properti, seolah- olah
tidak pernah kepemilikan berpindah tangan, namun menerima uang tunai dalam
jumlah besar dengan biaya rendah. Tarif sewa berkisar antara 1 hingga 2 persen di
bawah tarif utang subordinasi. Transaksi jual-sewa-balik secara efektif mengubah
menghargai nilai real estat yang terdaftar di pembukuan bank dengan biaya tunai.
Apresiasi harga dikenai pajak dengan tarif pajak pendapatan normal, dengan
sebagian besar keuntungan mengalir ke bawah baris sebagai peningkatan
penghasilan. Transaksi dapat dilakukan dengan cepat ketika pembeli berada, dan
menghindari biaya penempatan saham dan obligasi yang tinggi.
g. Perencanaan Modal

Perencanaan modal adalah bagian dari keseluruhan proses manajeme n aset


dan kewajiban. Bank manajemen membuat keputusan mengenai jumlah risiko yang
diasumsikan dalam operasi dan potensi keuntungan. Jumlah dan jenis modal yang
dibutuhkan ditentukan secara bersamaan dengan komposisi aset dan kewajiban yang
diharapkan dan perkiraan pendapatan dan biaya. Semakin besar risiko yang
diasumsikan dan pertumbuhan aset, semakin besar kebutuhannya modal.
Perencanaan modal dimulai dengan manajemen menghasilkan neraca pro
formadan laporan laba rugi untukbeberapa tahun ke depan. Bank memproyeksikan
dana dolar yang tersedia dari sumber simpanan
dan nondeposit alternatif dan kemungkinan komposisi aset, mengingat bauran
produk dan keahlian bank.
Proses perencanaan dapat diringkas dalam tiga langkah:

o Menghasilkan neraca pro forma dan laporan laba rugi bank.

o Pilih pembayaran dividen.

o Menganalisis biaya dan manfaat darisumber alternatif modal eksternal.

Langkah pertama memberikan perkiraan berapa banyak modal yang dibutuhkan


untukmembiayai aset. Total modal ekuitas yang dibutuhkan sama dengan sisa antara
aset yang diharapkan dan yang diharapkan hutang. Jumlah modal utama dan
sekunder yang memenuhi syarat harus setidaknya sama dengan peraturan minimum.
Jika manajemen memilih untuk menyusutkan bank dengan cara likuidasi aset,
mungkin menemukan bahwa total modal yang dibutuhkanmenurun.
Langkah 2 mengidentifikasi berapa banyak modal yangakan dihasilka n secara
internal dan apa jumlah modal eksternal diperlukan. Pembayaran dividen
mengurangi jumlah laba ditahan dan menambah tekanan untuk pendanaan modal
eksternal.
Langkah ketiga melibatkan mengevaluasi alternatif. Manajemen harus
memproyeksikan kebutuhan bank selama beberapa tahun sehingga itu bisa
mengembangkan rencana jangka panjang. Agar fleksibel, itu tidak boleh terlalu
bergantung pada satu pun sumber modal dalam jangka pendek, sehingga opsi
tersebut dapat dipertahankan di tahun-tahun mendatang.
h. Aplikasi

Perencanaan modal bank dulunya merupakan proses yang sederhana.


Manajemen memproyeksikan pertumbuhan asset dan laba ditahan untuk
menunjukkan bahwa rasio modal akan kuat. Hari ini, rencana modal biasanya
merupakan hasil dari perencanaan manajemen aset dan liabilitas yang canggih
model. Mereka secara hati-hati diteliti oleh regulator untuk memverifikasi bahwa
asumsi-asumsi penting tersebut mengenai kualitas aset, kerugian pinjaman, dan
margin bunga bersih adalah realistis. Hasil itu sendiri adalah neraca pro forma yang
sama dan data laporan laba rugi yang disajikan di laporan kinerjatradisional.
Proses perencanaan terdiri dari menghasilkan neraca dan pendapatan pro
forma pernyataan selama empat tahun ke depan. Karena regulator memeriksa
pendapatan historis dengan cermat dan sangat menyadari masalah aset, pernyataan
pro forma awal harus menggabungkan tren pendapatan baru-baru ini secara
perlahan, menggerakkan bank menuju rata-rata bank sejenis untuk rasio kunci.
Seringkali bankir menyimpulkan bahwa bank mereka akan memenuhi pedoman
permodalan dengan mudah karena mereka melebih-lebi hkan penghasilan. Regulator
dengan cepat menunjukkan kekurangan dan merekomendasikan penyesuaian
substansial.
i. Standar Modal Lembaga Penyimpanan

Efektif Desember 1991, Kongres mengesahkan FDICIA dengan maksud


merevisi modal bank persyaratan untuk menekankan pentingnya modal dan
mengesahkan peraturan awal intervensi di lembaga bermasalah. Undang- undang
tersebut juga memberi wewenang kepada regulator untuk menguk ur minat menilai
risiko di bank dan membutuhkan tambahan modal jika risiko dianggap berlebihan.
Fokus Poin tindakannya adalah sistem tindakan pengaturan cepat , yang membagi
bank menjadi beberapa kategori, atau zona, sesuai dengan posisi modalnya dan
mengamanatka n tindakan ketika modal minimum tidak bertemu.
Ada lima kategori modal, dengan dua yang pertama mewakili bank yang
bermodal baik dan bermodal cukup. Bank bermodal baik, karena modal mereka
yang kuat posisi, bank bermodal baik tidak tunduk pada arahan peraturan tentang
modal. Bank yang bermodal cukup juga memiliki modal yang kuat, tetapi dilarang
memperoleh simpanan yang diperantarai tanpa persetujuan FDIC. Bank yang
termasuk dalam salah satu dari tiga kategori terbawah meminta beberapa peraturan
eksplisit tindakan. Bank yang kekurangan modal adalah lembaga yang tidak
memenuhi setidaknya satu dari tiga persyaratan modal minimum. Bank yang secara
signifikan kekurangan modal memiliki modal yang berada jauh di bawah setidaknya
satu dari tiga standar. Akhirnya, kekurangan modal bank tidak memenuhi tingkat
ambang batas minimum untuk ketiga rasio modal tersebut.

2. Perubahan Kesepakatan Internasional


Industri perbankan dan kebijakan bank sentral di berbagai belahan dunia mengacu pada
yang namanya Basel Accord yang menjadi patokan kesehatan dan kehati-hatian bank.
Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh Basel
Committee on Bank Supervision (BCBS). Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan
III ini memberi rekomendasi tentang peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko
pasar dan risiko operasional.
Tujuan perjanjian ini adalah memastikan lembaga keuangan memiliki modal yang
cukup untuk memenuhi seluruh kewajiban dan menyerap kerugian yang timbul secara
tidak terduga.
Siapa Basel Committee on Bank Supervision (BCBS)
BCBS didirikan tahun 1974 sebagai forum internasional yang bekerjasama dalam hal
pengawasan perbankan. Mandat komite ini adalah untuk memperkuat regulasi,
pengawasan dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan stabilisasi
keuangan.
Sekretariat BCBS berada di Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss.
Sebagai organisasi keuangan internasional tertua di dunia yang berdiri pada 17 Mei 1930,
BIS memiliki misi melayani para bank sentral yang menjadi anggota di dalamnya untuk
bisa menciptakan kestabilan finansial dan moneter. Juga, mendorong kerjasama
internasional di antara para anggota untuk mendukung misi yang ada.
Komite Basel berisi para pengawas perbankan profesional. Saat ini ketua komite Basel
diduduki Stefan Ingves, Gubernur Sveriges Riksbank dan William Coen
sebagai Sekretaris Jenderal. Diawali dengan keanggotaan G10, anggota komite ini
berkembang sampai sekarang mencakup 28 yurisdiksi.
Saat ini anggota Basel terdiri dari Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Kanada, China,
Uni Eropa, Jerman, Prancis, Hongkong, India, Italia, Jepang. Selain itu Korea,
Luksemburg, Meksiko, Belanda, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan, Spanyol,
Swedia, Turki, Inggris, AS, dan negara kita, Indonesia.
Basel I
Basel Accord yang pertama, Basel I dikeluarkan tahun 1988. Fokus Basel I pada
kecukupan modal lembaga keuangan. Risiko kecukupan modal (risiko yang akan
ditanggung lembaga keuangan terhadap kerugian yang tak terduga) dikategorikan pada
aset yang dibagi dalam lima kategori risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50% dan 100%.
Pada Basel I bank-bank yang beroperasi secara internasional wajib
memenuhi kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR sebesar 8%. Kategori
risiko 0% terdiri dari kas, bank sentral dan utang pemerintah, dan setiap organisasi untuk
kerjasama ekonomi dan pembangunan atau Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD).
Utang sektor publik ditempatkan di kategori 0%, 10%, 20% atau 50% kategori,
tergantung dari pada debitur. Utang bank untuk pembangunan, OECD utang perusahaan
sekuritas, utang bank non-OECD yang jatuh tempo di bawah satu tahun, utang sektor
publik non OECD dan cash masuk dalam kategori 20%. Kategori 50% adalah
kredit perumahan, dan kategori 100% diwakili oleh utang swasta, utang bank non-OECD
(jatuh tempo lebih dari satu tahun), real estate, pabrik dan peralatan, dan instrumen modal
ditempatkan di bank lain.
Bank harus menjaga modal paling tidak sedikitnya 8% dari aktiva tertimbang menurut
risikonya. Misalnya, jika bank memiliki aset tertimbang menurut risiko sebesar US$ 100
juta, maka diperlukan kecukupan modal minimal US$ 8 juta. Rasio kecukupan modal
atau capital adequacy ratio (CAR) diperoleh dengan menggunakan rumus: (Modal : aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR) x 100%. Modal terdiri dari Modal Inti (Tier 1) dan
Modal Pelengkap (Tier 2), di mana besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan
maksimal 100% dari besarnya Modal Inti. Jika dimasukan risiko pasar dan risiko
operasional, maka kedua risiko ini akan menambah ATMR. Peraturan dari BCBS tidak
memiliki kekuatan hukum. Anggota komite bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya
di negara mereka masing-masing. Peraturan rasio modal minimum terhadap aset berisiko
sebesar 8% untuk dilaksanakan pada akhir 1992. Pada September 1993, BCBS menyatakan
bank di negara-negara anggota dengan cakupan bisnis internasional, telah memenuhi
syarat minimum tersebut.
Basel II
Ini merupakan pembaruan dari Basel I. BCBS mengumumkan kerangka Basel II pada
2004. Peraturan ini berfokus pada tiga pilar, yakni pilar I persyaratan modal minimum,
pilar II pengawasan peraturan dan pilar III disiplin pasar untuk mendorong perbankan yang
sehat Persyaratan modal minimum menjadi hal paling penting pada peraturan ini dan bank
wajib menjaga rasio kecukupan modal minimum di angka 8% atau kurang. Peraturan
perbankan di setiap negara berbeda-beda sebelum ada Basel Accord. Kerangka terpadu
Basel I dan kemudian Basel II membantu meringankan kecemasan negara-negara anggota
terhadap perbedaan peraturan perbankan dan persyaratan modal yang berbeda-beda di tiap
negara.
Bagi negara-negara G10, Basel II diterapkan pada akhir tahun 2006. Namun, ini tidak
mengikat, mengingat masing-masing negara memiliki prioritas berbeda dalam
pengembangan pengawasannya. Penetapan waktu penerapan juga terkait dengan persiapan
yang disyaratkan, antara lain kualitas manajemen risiko, sistem informasi dan database
perbankan, kondisi infrastruktur mencakup standar akuntansi dan eksistensi lembaga
pemeringkat, juga kesiapan otoritas pengawas khususnya dalam menetapkan berbagai
keputusan.
Basel II menghitung kebutuhan modal yang sesuai dengan profil risiko bank, serta
memberikan insentif bagi peningkatan kualitas dalam praktik manajemen risiko di
perbankan. Menggunakan berbagai alternatif pendekatan (approaches) dalam mengukur
risiko kredit (credit risk), risiko pasar (market risk) dan risiko operasional (operational
risk), maka hasilnya adalah perhitungan modal bank yang lebih sensitif terhadap risiko
(risk sensitive capital allocation). Dalam Basel II, perhitungan modal bank ini dimuat
dalam Pilar I Minimum Capital Requirement. Dalam berbagai alternatif pendekatan di atas
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pendekatan
standar berlaku untuk seluruh bank dan model yang dikembangkan secara internal sesuai
dengan karakteristik kegiatan usaha dan profil risiko individual bank (internal model)
sehingga lebih sophisticated.

Penyempurnaan kerangka risiko pasar BCBS sejatinya telah beberapa kali


dilakukan. Pada tahun 2009 BCBS menerbitkan penyempurnaan Basel II dengan konsep
Basel 2.5. Penilaian terhadap stabilitas sektor finansial suatu negara tidak akan didasarkan
pada pelaksanaan Basel tapi lebih didasarkan pada pemenuhan negara tersebut terhadap
25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision(BCP).

Untuk hal ini, pemenuhan Indonesia terhadap BCP selalu menunjukkan arah yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dalam rangka penerapan Basel 2.5 di Indonesia, BI
di tahun 2013 (kala itu pengawasan perbankan masih di bawah BI) telah mengkaji ulang
regulasi khususnya terkait risiko pasar dan sekuritisasi dengan
mempertimbangkan magnitude exposure dan risiko yang dimiliki bank saat itu. BI juga
telah membentuk kelompok kerja (working group) bersama perbankan untuk mendapatkan
rekomendasi pengaturan yang tepat dalam pembahasan substansi Basel II. Rekomendasi
ini diformulasikan dalam bentuk consultative paper (CP).
Basel III
Keruntuhan Lehman Brothers pada tahun 2008 yang diikuti krisis finansial dunia
menjadi alarm bagi lembaga keuangan dunia. Ambruknya Lehman Brothers menunjukkan
manajemen risiko dan aturan pemerintah yang lemah, struktur insentif yang tidak layak
dan pengaruh industri perbankan yang berlebihan.
Lantaran itu BCBS memutuskan untuk memperbarui dan memperkuat peraturan Basel
Accords. Pada Juli 2010, telah tercapai kesepakatan mengenai desain keseluruhan paket
reformasi modal dan likuiditas yang dikenal dengan Basel III. Kerangka peraturan ini
merupakan kelanjutan dari tiga pilar di Basel II dengan persyaratan dan perlindungan
tambahan, termasuk mewajibkan bank memiliki minimum ekuitas umum dan rasio
likuiditas minimum.
Basel III juga memberi persyaratan tambahan pada lembaga keuangan yang memiliki
pengaruh sistemik pada industri perbankan dunia. Namun secara umum, peraturan
kecukupan modal tetap di level 8%. Penerapan Basel III telah dimulai secara bertahap
sejak Januari 2013, dan diharapkan akan diterapkan secara penuh pada 1 Januari 2019.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan, pada Basel III perbankan
diwajibkan meningkatkan permodalan yang memasukkan perhitungan countercyclical
capital buffer dan surcharge yang akan membuat kondisi permodalan perbankan semakin
kuat dan pada akhirnya berdampak positif pada stabilitas sistem keuangan. Melihat data
terakhir, CAR industri perbankan saat ini berada di level 22,2% menunjukkan bahwa
perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengabsorpsi kerugian.
Di samping itu implementasi basel III nantinya diharapkan dapat mengatasi
prosiklikalitas pertumbuhan kredit serta meningkatkan ketahanan perbankan melalui
peningkatan permodalan. Yang akhirnya diharapkan dapat mengurangi pertumbuhan
kredit yang berlebihan sebagai salah satu sumber dari risiko sistemik. Prosiklikalitas
perbankan adalah perilaku penyaluran kredit perbankan yang berlebihan sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat ketika dalam kondisi ekspansi dan
mempercepat penurunan kegiatan ekonomi ketika dalam kondisi kontraksi.
Namun, dampak lainnya adalah penerapan basel III juga dapat menekan pertumbuhan
kredit perbankan secara keseluruhan. Kebijakan ini memang cukup tepat menjadi
kebijakan makroprudensial untuk membantu mengatasi kemungkinan timbulnya risiko
sistemik yang bersumber dari pertumbuhan kredit yang berlebihan pada saat siklus
ekonomi sedang berekspansi. Namun, di tengah kondisi ekonomi sedang mengalami
perlambatan seperti sekarang ini di Indonesia, pertumbuhan kredit yang berpotensi
melambat seiring implementasi Basel III, pada akhirnya sistem perbankan tidak akan
optimal mendorong pertumbuhan ekonomi melalui channel kredit.
3. Peraturan Bank Indonesia Otoritas Jasa Keuangan Terkait dengan Permodalan Bank di
Indonesia
3.1.1 BAB 1 POJK
1. Dalam Bab 1 Pasal 1
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Bank adalah bank umum sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri, yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional.
OJK merumuskan bahwa:
a. Bahwa dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu
berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional,bank perlu
meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko yang disebabkan oleh
kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan kemampuan bank untukmenyerap risiko,
diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan bank sesuai standar
internasional;
c. Bahwa peningkatan kualitas modal dilakukan melalui penyesuaian
persyaratan komponen dan instrumen modal bankserta penyesuaian rasio-
rasio permodalan;
d. Bahwa dalam rangka meningkatkan kuantitas modal,bank perlu membentuk
tambahan modal di atas persyaratan penyediaan modal minimumsesuai profil
risiko yang berfungsi sebagai penyangga(buffer) apabila terjadi krisis
keuangan dan ekonomi yang dapat mengga nggu stabilitas sistem keuangan;
2. Dalam Bab 1 Pasal 2
Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko. Penyediaan modal
minimum dihitung dengan menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM).
Dalam ayat 3 diatur Penyediaan modal minimum ditetapkan paling rendah:
a. 8% dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bagi Bank dengan
profil risiko Peringkat 1;
b. 9% sampai dengan kurang dari 10% dari ATMR bagi Bank denganprofil
risiko Peringkat 2;
c. 10% sampai dengan kurang dari 11% dari ATMR bag iBankdengan
profil risiko Peringkat 3; atau
d. 11% sampai dengan 14% dari ATMR bagi Bank dengan profilrisiko
Peringkat 4atau Peringkat 5.
3. Dalam Bab 1 Pasal 3
Bank wajib membentuk tambahan modal sebagai penyangga(buffer
sesuai kriteria yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Tambahan modal dapat berupa:
a. Capital Conservation Buffer;
b. Countercyclical Buffer;
c. Capital Surcharge untukD-SIB
3.1.2 BAB 2 PJOK
Bagian Kesatu
1. Pasal 9 menjelaskan :

1) Modal bagi Bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas:


a. Modal inti (Tier 1) yangmeliputi:
i. Modal inti utama (Common Equity Tier1);
ii. Modal inti tambahan (Additional Tier1)
b. Modal pelengkap (Tier 2).
2) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajibmemperhitungka n
faktor-faktor yang menjadipengurang modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 dan Pasal 22.
3) Dalam perhitungan modal secara konsolidasi,komponen modal Perusahaan
Anak yang dapatdiperhitungkan sebagai modal inti utama, modal
intitambahan, dan modal pelengkap harus memenuhipersyara tan yang
berlaku untuk masing- masingkomponen modal sebagaimana diterapkan
bagi Bank secara individu.
4) Dalam perhitungan modal secara konsolidasisebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) untuk modalinti tambahan dan modal pelengkap yang diterbitkan
oleh Perusahaan Anak bukan Bank harus:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksudpada ayat (3); dan
b. memiliki fitur untuk dikonversi menjadi saham biasa atau mekanisme
write down, dalam halBank secara konsolidas i berpotensi terganggu
kelangsungan usahanya (point of non-viability).
5) Fitur untuk dikonversi menjadi saham biasa ataumekanisme write down
sebagaimana dimaksud padaayat (4) huruf b dinyatakan secara jelas
dalamdokumentasi penerbitan.
2. Pasal 10
1) Modal bagi kantor cabang dari bank yangberkedudukan di luar negeri
terdiri atas:
a. Dana usaha;
b. Laba ditahan dan laba tahun lalu setelahdikeluarkan pengaruh faktor-
faktor sebagaimanadimaksud dalam Pasal 14 ayat(2);
c. Laba tahun berjalan setelah dikeluarkan pengaruhfaktor- fak tor
sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 ayat (2);
d. Cadangan umum;
e. Saldo surplus revaluasiasettetap;
f. Pendapatan komprehensif lainnya berupa potensikeuntungan yang
berasal dari peningkatan nilaiwajar aset keuangan yang diklasifikasikan
dalamkelompok tersedia untuk dijual;
g. Cadangan tujuan; dan
h. Cadangan umum Penyisihan Penghapusan Aset(PPA) atas aset
produktif dengan perhitungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (1) huruf c.
2) Modal bagi kantor cabang dari bank yangberkedudukan di luar negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhitungkan faktor-
faktoryang menjadi pengurang modal sebagaimana diatur dalam Pasal 14
ayat (1) huruf b, Pasal 17, dan Pasal 22.
3) Perhitungan dana usaha sebagai komponen modal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Bagian Kedua
Modal Inti
1. Pasal 11

1) Modal inti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) hurufa terdiri
atas:
a. modal inti utama (Common Equity Tier 1) yangmencakup:
i. modal disetor;
ii. cadangan tambahan modal (disclosedreserve); dan
b. modal inti tambahan (Additional Tier1).
2) Bank wajib menyediakan modal inti paling renda hsebesar 6% dari ATMR
baik secara individu maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
3) Bank wajib menyediakan modal inti utama paling rendah sebesar 4,5% dari
ATMR baik secara individu maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan
Anak.
2. Pasal 12
Instrumen modal disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf a angka 1 wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
3. Pasal 13
Pembelian kembali saham (treasury stock) yang telah diakui sebagai
komponen modal disetor, wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
4. Pasal 14
1) Cadangan tambahan modal (disclosed reserve) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) hurufa angka 2 terdiri atas:
1. faktor penambah,
a. agio yang berasal dari penerbitan instrument yang tergolong
sebagai modal inti utama(Common Equity Tier 1);
b. modal sumbangan;
c. cadangan umum;
d. laba tahun-tahun lalu;
e. laba tahun berjalan;
f. selisih lebih penjabaran laporankeuangan;
g. dana setoran modal, yang memenuhi persyaratan
2. Faktor pengurang.
a. disagio yang berasal dari penerbitan instrumen yang tergolong
sebagai modal inti utama (Common Equity Tier 1);
b. rugi tahun-tahun lalu;
c. rugi tahun berjalan;
d. selisih kurang penjabaran laporan keuangan;
e. pendapatan komprehensif
2) Dalam perhitungan laba rugi tahun-tahun lalu dan/atau tahun berjalan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 4 dan angka 5 harus
dikeluarkan dari pengaruh faktor:
a. peningkatan atau penurunan nilai wajar atas kewajiban keuangan;
b. keuntungan atas penjualan aset dalam transaksi sekuritisasi (gain on
sale).
5. Pasal 15
1) Instrumen modal inti tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) huruf b wajib memenuhi persyaratanyangditetapkan.
2) Eksekusi opsi beli (call option).
6. Pasal 16
1) Dalam perhitungan rasio KPMM secara konsolidasi, kepentingan non-
pengendali (non-controlling interest) wajib diperhitungkan sebagai modal
inti utama kecuali terdapat bagian dari kepentingan non- pengendali yang
tidak sesuai dengan persyaratan komponen modal inti utama.
2) Kepentingan non-pengendali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diperhitungkan dalam modal inti utama secara konsolidasi apabila
kepemilikan Bank pada Perusahaan Anak lebih dari 50% (lima puluh
persen) dan memenuhi persyaratan yangditetapkan,
7. Pasal 17
1) Modal inti utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a
angka 1 diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa:
a. perhitungan pajak tangguhan (deferred tax);
b. goodwill;
c. aset tidak berwujud;
d. seluruh penyertaan Bank
e. kekurangan modal (shortfall) dari pemenuhan tingkat rasio solvabilitas
minimum (Risk Based Capital atau RBC minimum) pada perusahaan
asuransi yang dimiliki dan dikendalikan oleh Bank;
f. eksposur sekuritisasi;
g. faktor pengurang modal inti utama lainnyasebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22.
2) Faktor pengurang modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan
huruf e tidak diperhitungkan lagi dalam ATMR untuk Risiko Kredit.

Bagian Ketiga
Modal Pelengkap
1. Pasal 18

Modal pelengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b hanya
dapat diperhitungkan palingtinggisebesar 100% (seratus persen) dari modal inti
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(1) huruf a.
2. Pasal 19
1) Instrumen modal pelengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(1) hurufb wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2) Eksekusi opsi beli (call option)
3. Pasal 20
1) Modal pelengkap meliputi:
a. instrumen modal dalam bentuk saham atau dalam bentuk lainnya;
b. agio atau disagio;
c. cadangan umum PPA atasasetproduktif;
d. cadangan tujuan.
2) Selisih lebih cadangan umum yang wajib dihitung dari batasan dapat
diperhitungkan sebagai faktor pengurang perhitungan ATMR untuk Risiko
Kredit.
4. Pasal 21
Bagian dari modal pelengkap yang telah dibentuk cadangan pelunasan (sinking
fund) tidak diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap, dalam hal
Bank:
1) telah menetapkan untuk menyisihkan dan mengelola dana cadangan
pelunasan (sinking fund) secara khusus; dan
2) telah mempublikasikan pembentukan cadangan pelunasan (sinking fund),
termasuk dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi(RUPO).
5. Pasal 22
Faktor-faktor yang menjadi pengurang modal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 10 ayat (2) mencakup:
1) pembelian kembali instrumen modal
2) penempatan dana pada instrumen utang Banklain
3) Seluruh faktor pengurang modal tidak diperhitungkan lagi dalam ATMR
untuk Risiko Kredit.
6. Pasal 23
Bank wajib menyampaikan data pendukung untuk komponen modal inti
tambahan dan modal pelengkap, yang menunjukkan bahwa komponen modal
Perusahaan Anak yang diperhitungkan telah memenuhi seluruh persyaratan
sebagai komponen modal.
Bagian Keempat
Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)
1. Pasal 24
1) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib memenuhi
CEMAminimum.
2) CEMA minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar
8% (delapan persen) dari total kewajiban kantor cabang dari bank yang
berkedudukan di luar negeri pada setiap bulan dan paling sedikit sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).
3) Pemenuhan CEMA minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan tahapan yang ditetapkan.
2. Pasal 25
1) CEMA minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) wajib
dipenuhi dari dana usaha sebagaimana dimaksuddalam Pasal 10 ayat
(1) huruf a.
2) Dana usaha yang dimiliki kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri harus memenuhi KPMM sesuai profil risiko dan CEMA
minimum.
3) CEMA minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dihitung
setiap bulan.
4) CEMA minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) wajib
dipenuhi dan ditempatkan paling lambat tanggal 6 bulanberikutnya.
3. Pasal 26
1) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib
menetapkan aset keuangan yang digunakan untuk memenuhi CEMA
minimum.
2) Aset keuangan yang telah ditetapkan untuk memenuhi CEMA minim um
dilarang dipertukarkan dan diubah dalam periode pemenuhan CEMA
minimum.
3) Aset keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi syarat
dan dapat diperhitungkan sebagai CEMAadalah:
a. surat berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia dan
dimaksudkan untukdimiliki hinggajatuh tempo;
b. surat berharga yang diterbitkan oleh Bank lain yang berbadan hukum
Indonesia dan memenuhi kriteria.
c. surat berharga yang diterbitkan oleh korporasi berbadan hukum
Indonesia dan memenuhi kriteria.
4) Aset keuangan yang digunakan sebagai CEMA harus bebas dari klaim
pihak manapun.
5) Perhitungan aset keuangan yang digunakan untuk memenuhi CEMA
minimum
3.1.3 Penjelasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/Pojk.03/2016
Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum BankUmum
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas modal Bank sehingga
Bank lebih mampu menyerap potensi kerugian baik akibat krisis keuangan dan
ekonomi maupun karena pertumbuhan kredit yang berlebiha n, persyaratan
komponen dan instrumen modal serta perhitungan kecukupan modal Bank perlu
disesuaikan dengan standar internasional. Standar Internasional yang menjadi acuan
adalah “Global Regulatory Framework for More Resilient Banks and Banking
System” yang lebih dikenal dengan Basel
III. Komponen modal inti tambahan merupakan penyempurnaan dari komponen
modal inovatif yang sebelumnya merupakan bagian dari modal inti Bank.Sejalan
dengan peningkatan kualitas modal inti, komponen dan persyaratan instrumen modal
pelengkap (Tier 2) juga ikut disesuaikan, antara lain dengan menghapuskan kategori
Upper Tier2 dan Lower Tier2. Komponen modal pelengkap tambahan (Tier3) yang
sebelumnya dapat diterbitkan hanya untuk perhitungan modal untuk Risiko Pasar,
dengan berlakunya Basel III menjadidihapuskan.
Untuk memastikan kualitas atau tingkat permodalan Bank memadai,
dilakukan penyempurnaan rasio-rasio permodalan yang meliputi rasio modal inti dan
rasio modal inti utama. Bank diwajibkan untuk membentuk tambahan modal berupa
Capital Conservation Bufferdan Countercyclical Buffer, dan Bank yang dianggap
berpotensi sistemik wajib membentuk tambahan modal berupa Capital Surcharge.
Tujuan pembentukan tambahan modal tersebut adalah sebagai penyangga (buffer)
untuk menyerap risiko yang disebabkan oleh kondisi krisis dan/atau pertumbuhan
kredit perbankan yang berlebihan.
Peraturan Bank Indonesia Tentang Permodalan Bank
Adapun Substansi Pengaturannya adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas permodalan melalui perubahan komponen dan persyaratan
instrumen modal sesuai dengan kerangka Basel III antaralain:
a. Komponen modal inti (Tier 1) yang terdiriatas:
1) modal inti utama (common equity Tier 1).
2) modal inti tambahan (Additional Tier 1).
b. Komponen modal pelengkap (Tier 2) yaitu instrumen utang yang bersifat
subordinasi, memiliki jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun, dan tidak
memiliki fitur step up
2. Bank wajib menyediakan modal inti (Tier 1) paling rendah sebesar 6% (enam
persen) dari ATMR dan modal inti utama (Common Equity Tier 1) paling rendah
sebesar 4,5% (empat koma limapersen) dari ATMR baik secara individual maupun
secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
3. Bank yang memenuhi kriteria tertentu wajib membentuktambahan modal
sebagai penyangga (buffer) di atas kewajiban penyediaan modal minim um sesuai
profil risiko yang ditetapkan sebagai berikut:
a. Capital Conservation Buffer sebesar 2,5% (dua koma limapersen) dari ATMR
untuk Bank yang tergolong dalam Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan
BUKU 4 yang pemenuhannya secarabertahap;
b. Countercyclical Buffer dalam kisaran sebesar 0% (nol persen) sampaidengan
2,5% (dua koma limapersen) dari ATMR bagi seluruh Bank; dan
c. Capital Surcharge untuk D-SIB dalam kisaran sebesar 1% (satu persen)
sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR untuk Bank yang
ditetapkan berdampak sistemik.
4. Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014.
5. Jangka waktu penyesuaian rasio permodalan, pemberlakuan komponen modal, dan
pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer) adalah sebagai berikut:
Tanggal Ketentuan Keterangan
Rasio modal inti minimum Sampai dengan 31 Desember 2014 pemenuhan
sebesar 6% dari ATMR rasio modal inti minimum dan rasio modal inti
1 Januari dan rasio modal inti utama minimum mengacu pada komponen modal
2014 utama minimum sebesar sebagaimana diatur pada Peraturan Bank Indonesia
4,5% dari ATMR wajib Nomor 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban
dipenuhi Bank. Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
Persyaratan komponen Pengaturan komponen modal dan pengaturan
modal dalam ketentuan ini lainnya dalam PBI No. 14/18/PBI/2012 tentang
1 Januari mulai berlaku. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
2015 Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku,
sehingga PBI yang baru mulai berlaku secara
penuh.
Kewajiban Bank untuk 1. 0,625% dari ATMR mulai 1 Januari 2016
membentuk Capital 2. 1,25% dari ATMR mulai 1 Januari2017
Conservation Buffer mulai 3. 1,875% dari ATMR mulai 1 Januari2018
berlaku secara bertahap. 4. 2,5% dari ATMR mulai 1 Januari2019
Kewajiban Bank untuk Berdasarkan penilaian atas kondisi makroekonomi
membentuk Countercyclical Indonesia, Bank Indonesia dapat menetapkan
1 Januari
Buffer mulai berlaku. pemberlakuan Countercyclical Buffer lebih cepat
2016
dari tahun 2016.
Kewajiban Bank untuk Metode perhitungan dan tata
membentuk Capital cara pembentukan Capital Surcharge untuk D-
Surcharge untuk D- SIB akan diatur lebih lanjut oleh otoritas yang
SIB mulai berlaku bagi berwenang.
Bank yang ditetapkan
berdampak sistemik.
DAFTAR PUSTAKA

Koch, T.W. dan Macdonald, S.S. (2015) Bank Management. 8th edition. Cengage Learning.
Boston USA
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang permodalan bank umum.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Documents/Pages/pojk11. Diakses pada tanggal 13 Maret 2021
Peraturan Bank Indonesia tentang permodalan bank umum.
https://www.bi.go.id/id/archive/arsip-peraturan/Pages/pbi_151213.aspx. Diakses pada
tanggal 13 Maret2021
Rizki Caturini. 2016. Memagari Bank dengan Basel Accord. [Online]. Tersedia :
https://lipsus.kontan.co.id/v2/perbankan/read/319/Memagari-bank-dengan-Basel-Accord-
Diakses pada 15 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai