Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ahmad Hasbullah Al Khoiri

Nim : 200203110072

SUMPAH DAN JADAL DALAM AL-QUR’AN

A. Qasam (Sumpah)

1. Pengertian Sumpah (Qasam)

Menurut Bahasa Aqsam merupakan bentuk jamak dari Qasam yang artinya sumpah. Sighat
asli qasam berasal dari fi’il ‫ أق سم‬atau ‫ أح لف‬yang dimuta’addikan dengan ba‟ ‫ ال باء‬untuk
sampai kepada ‫ ب ه ال ق سم‬. Kata qasam sama artinya dengan kata „half , ‫ ح لف‬yamin ‫ ن ي‬, dan
aliyah ‫ أل ية‬. Yang mempunyai satu makna yaitu sumpah.1 Ketiga kata tersebut bermakna
sama, yaitu mengikatkan diri pada sesuatu yang dinyatakan dalam Sumpah ini. Pada mulanya
adalah kata-kata Sumpah yang diucapkan para wali atau ahli waris dari seseorang yang mati
terbunuh ketika akan menentukan balas kepada orangorang yang dituduh melakukan
pembunuhan. Sedangkan kata alhalifu Adalah bentuk masdar dari halafa. Kata halfi
Diartikan sumpah karena seseorang yang bersumpah harus tetap menjalankannya

2. Unsur-Unsur Sumpah (Qasam)

Adapun dalm unsur-unsur sumpah dibagi menjadi tiga yang terlibat dalam pelaksanaan
suatu sumpah. Bahwa ketiga unsur itulah yang disebut dengan rukun sumpah yaitu :
Pertama fi’il yang berbentuk muta’addi dengan diawali dengan huruf ba‟,
Kedua benda atau sesuatu yang telah digunakan dalam bersumpah ini disebut dengan
”muqsam bih”. Dan jika yang telah bersumpah itu manusia, maka muqsam bih-nya harus
senantiasa namaAllah dan tidak sebaliknya. Artinya, jikaAllah si pelaku sumpah, maka tidak
terkait oleh aturan itu. Yang sebagiamana
telah disebutkan.
Ketiga adalah kata kerja yang mengandung arti sumpah, seperti ‫ اق سم‬dengan meggunakan
kata bantu (harf al-jar), alba‟ ‫ ال باء‬. Kemudian, karena dalam pemakaian qasam terlalu
sering dalam berkomunikasi maka dapat memudahkan, kata kerja ( ‫ ) اق سم‬dihilangkan dan
cukup dengan membaca ba‟ saja. Unsur ketiga adalah informasi atau pesan yang akan
disampaikan juga disebut muqsam ‟alaih. Apabila dikaji secara mendalam, sebenarnya yang
dituju dengan mengungkapkan kalimat sumpah ialah untuk menyampaikan pesan yang
terkandung dalam muqsam ‟alaih .

3. Macam-macam Sumpah (Qasam)

Qasam (sumpah) dalam al-Qur’an terbagi kepada kepada dua macam yakni sumpah yang
zhahir , jelas, tersurat dan yang mudhmar, yang tersirat.
a. Sumpah yang jelas (zhahir) adalah kalimat sumpah yang dijelaskan dengan kata kerja “
aqsama “ dan derivasinya, dan disebutkan “ muqsam bih “ objek sumpahnya, atau juga
tidak disebutkan kata yang berarti sumpah tapi diganti dengan kata depan
“ al-ba “ , al-waw dan al-tau. Contohnya dalam Q.S.al-Hijr / 14 : 92
‫سأَلَنَّ ُه ْم فَ َى َرتِّ َك‬
ْ َ‫أَج َمْْ ِعينَ لَن‬
b. Sumpah yang tersamar (Mudhmar). Qasam seperti ini adalah qasam yang tidak
dinampakkan “fi’l qasamnya“ dan muqsam bih” nya. Qasam ini ditandai dengan
masuknya “lam taukid“ , pada jawab alqasam seperti dalam Q.S.Ali Imran / 4 :186

4. Faidah Sumpah
Dalam substansinya sumpah dilakukan untuk memperkuat pembicaraan agar dapat diterima
atau dipercaya oleh lawan bicara. Sedang sikap lawan bicara sesudah mendengar qasam akan
berbeda keadaannya yang dalam ilmu Ma`āni dikenal dengan ‫ضرب‬ ‫ل ثال ثة ل رب أ‬
atau tiga macam pola penggunaan kalimat berita yaitu :

1. Mukhāthab atau lawan bicara itu kadang kala pikirannya kosong dari hukum, ia netral,
tidak ragu dan tidak pula mengingkari berita yang disampaikan. Mukhāthab di sini tidak ada
asumsi apa-apa terhadap mutakallim. Maka pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu
tidak perlu kepada penguat. Kalam seperti dikenal dengan istilah ibtidā`iy ( .(‫ئيل‬ ‫ت تدل‬
2. Mukhāthab atau lawan bicara itu ragu-ragu antara ada atau tidaknya berita yang
disampaikan. Maka alangkah baiknya pembicaraan yang disampaikan kepadanya itu disertai
dengan penguat untuk menghilangkan keraguan. Kalam seperti ini dikenal dengan istilah
thalabiy ( ‫ية‬ ‫) ط ل‬.
B. Jadal (Debat)

1. Pengertian Jadal
Secara bahasa jadal berasal dari kata ‫ ج َد َل‬-‫ يَ ْج ُد ُل‬-‫ ُجدُوال‬adalah “memintal, melilin”. Adapun
secara istilah Jadal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba (debat) untuk
mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari kata: ‫مت د َْلتَ ج‬ ُ ‫هُ فَت َل أَحْ َك‬
(Aku kokohkan jalinan tali itu), mengingat kedua belah pihak yang berdebat itu
mengokohkan pendapatnya masing-masing dan berusaha menjatuhkan lawan dari pendirian
yang dipegangnya. Jadal Al-Qur’an ialah pengungkapan dalil untuk mengalahkan orang kafir
dan para penentangnya melaluipembuktian atas kebenaran yang dapat diterima nurani
manusia.

2. Cara Al-Qur’an Dalam Berdebat

Metode Jadal dalam Al-Quran tidak memakai cara yang telah dipertahankan oleh para ahli
kalam yang menggunakan metode jadal yang memerlukan adanya muqaddimah (premis) dan
natijah (konklusi). Misalnya, cara ber-istidlal (inferensi) dengan sesuatu yang sifatnya kully
(Universal) terhadap juz‟iy (parsial) dalam qiyas Qur’an al-karim dalam berdebat dengan para
penantangnya banyak mengemukakan dalil dan bukti yang kuat serta jelas yang dapat
dimengerti, karna yang dihadapinya semua lapisan masyarakat baik yang terpelajar, maupun
yang dungu; baik orang terpandang, maupun orang awam, dan seterusnya. Dengan demikian
kita menemukan, bahwa cara yang digunakan oleh Al-Qur’an dalam jadal senatiasa sejalan
dengan fitrah manusia sehingga pembicaraannya selalu cocok dengan kondisi mereka. Di
sinilah agaknya terletak salah satu keistemewaan jadal yang di bawa oleh Al-Qur’an
bila dibandingkan dengan teologi. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut yang
artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit
dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan.” (al-Baqarah ayat 164)

Anda mungkin juga menyukai