Anda di halaman 1dari 29

PETUNJUK PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

DISUSUN OLEH
Baiq Hilda Astriana, S.Si.,M.Sc.

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


UNIVERSITAS MATARAM
2018/2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Tata Tertib Praktikum Biologi ii
Sistematika Laporan Praktikum iv
Acara 1. Pengenalan Mikroskop 1
Acara 2. Bentuk Sel Tumbuhan dan Hewan 5
Acara 3. Transport Zat 10

Acara 4. Homeostasis 14
Acara 5. Genetika 16
Acara 6.Ekologi i 18
Daftar Pustaka 20

i
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

1. Mahasiswa peserta praktikum (praktikan) sudah berada di ruang praktikum lima menit
sebelum praktikum dimulai.
2. Membawa buku kerja pada saat melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan
praktikum dan diserahkan kepada asisten setelah diisi acara dan tanggal kegiatan yang
diikuti.
3. Selama melaksanakan praktikum, praktikan mengenakan baju praktikum (jas
laboratorium).
4. Praktikan diwajibkan mengikuti pre-test.
5. Praktikan dilarang membawa makanan, rokok, dan benda-benda terlarang lainnya
selama mengikiti praktikum.
6. Praktikan dilarang makan atau minum selama berada di laboratorium.
7. Praktikan mengikuti pre-test dengan materi sesuai dengan acara praktimum.
8. Dalam melaksanakan praktikum, praktikan melaksanakan acara praktikum sesuai
petunjuk praktikum dan arahan dosen serta asisten.
9. Dalam kegiatan praktikum berkelompok, masing-masing individu tetap mencatat hasil
kerja kelompoknya. Laporan ditulis dalam bahasa sendiri. (Jika ditemukan laporan yang
menunjukkan adanya saling mencontoh, maka akan dikenai sangsi).
10. Setelah selesai menjalankan praktikum, pekerjaan wajib diserahkan pada asisten untuk
mendapatkan pengesahan (setiap kelompok mendapatkan asisten yang tetap).
11. Semua alat yang sudah selesai digunakan harus dikembalikan ke tempat semula.
12. Apabila terjadi kecelakaan kerja segera melapor pada petugas laboratorium.
13. Bersihkan semua alat dan meja praktikum serta matikan semua alat, lampu dan air
sebelum meninggalkan laboratorium.
14. Susunlah laporan praktikum sesuai dengan acara yang dilaksanakan dan sesuai
ketentuan yang telah ditetapkan.
15. Laporan praktikum yang telah disetujui asisten wajib dikumpulkan 1 minggu setelah
praktikum berlangsung.

ii
16. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan praktikum sebanyak 3 kali atau lebih dianggap
membatalkan mata kuliah mikrobiologi.
17. Peserta yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan tertentu seperti sakit (dilengkapi
dengan surat keterangan dokter) dapat mengikuti INHAL.

iii
SISTEMATIKA LAPORAN PRAKTIKUM

1. Cover Laporan Praktikum (judul praktikum, nama mahasiswa, NIM, program studi,
universitas)
2. Halaman pengesahan (nama dan tanda tangan mahasiswa serta asisten pendamping
saat pelaksanaan praktikum)
3. Pendahuluan
Pendahuluan berisi:
a. Tinjauan pustaka (minimal 5, utamakan dari buku dan jurnal ilmiah)
b. Pelaksanaan Praktikum (waktu, tanggal, dan tempat)
c. Tujuan Praktikum
d. Metode Praktikum (cara kerja, alat, dan bahan)
4. Hasil pengamatan dan pembahasan
Hasil pengamatan dan pembahasan dapat dilengkapi dengan tabel pengamatan,
deskripsi preparat, gambar/foto, atau dokumentasi lainnya.
5. Kesimpulan (minimal 3)
6. Daftar Pustaka

Aturan Tambahan

1. Laporan diketik font times new roman 12, spasi 2


2. Laporan dicetak di atas kertas A4

iv
v
ACARA 1. MIKROSKOP

1.1. PENGANTAR
Mikroskop merupakan instrument yang sangat penting. Dengan kisaran pembesaran
seratus hingga ratusan ribu kali yang dimiliki, mikroskop dapat membantu dan memungkinkan
kita untuk dapat mengamati mikroorganisme ataupun benda-benda berukuran mikro lainnya
yang dapat dijumpai di sekitar kita. Untuk mendapatkan hasil pengamatan mikroskopi yang
maksimal maka kita harus dapat menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
Terdapat 2 kelompok mikroskop berdasarkan jenis iluminasi yang digunakan yaitu
mikroskop cahaya dan mikroskop electron. Mikoroskop cahaya menggunakan system lensa
optis seperti mikroskop medan terang (bright field), mikroskop medan gelap (dark field),
mikroskop fluoresensi, dan mikroskop perbedaan fase (fase kontras). Sementara itu, mikroskop
electron terdiri dari 2 tipe yakni tipe transmisi dan tipe payar (scanning).
Untuk praktikum kali ini akan digunakan mikroskop medan terang yang merupakan jenis
mikroskop yang paling sering digunakan dalam penelitian mikrobiologi. Pembesaran yang
dihasilkan oleh mikroskop ini dapat mencapai 1000 kali. Mikroskop jenis ini sendiri dapat
dibedakan menjadi 2 berdasarkan lensa yang digunakan yakni mikroskop sederhana
(menggunakan 1 lensa pembesaran) dan ganda (menggunakan 2 lensa atau lebih). Berikut
bagian-bagian yang terdapat pada mikroskop medan terang:
1. Lensa okuler, yaitu lensa yang berhubungan dengan mata dengan perbesaran 6, 8, atau
10 kali. Lensa ini membuat bayangan semu dapat dilihat langsung oleh mata.
2. Lensa obyektif, yaitu lensa yang berfungsi memperbesar obyek yang dilihat dan
menghasilkan bayangan nyata dari obyek tersebut yang kemudian diperbesar oleh lensa
okuler. Dengan demikian, pembesaran mikroskop adalah pembesaran obyektif dikalikan
dengan pembesaran okuler.
3. Kondensor, yaitu bagian yang berfungsi mengatur intensitas cahaya yang masuk ke
dalam mikroskop
4. Cermin, yaitu bagian yang berfungsi memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke
kondensor

1
Gambar 1.1. Mikroskop

Dalam penggunaan mikroskop medan terang dengan pembesaran kuat, misalnya memakai
obyektif 100X, diperlukan penambahan minyak imersi di antara lensa depan obyektif dan gelas
penutup. Penggunaan minyak imersi ini berfungsi untuk memperbesar tingkat numeris
(numerical aperture) yakni hubungan antara panjang gelombang cahaya dan sifat lensa obyektif
serta lensa kondensor sehingga daya pisah mikroskop dapat meningkat. Penambahan minyak
imersi ini dilakukan dengan meneteskan minyak tersebut pada gelas benda.

1.2. TUJUAN PRAKTIKUM


Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami fungsi dari bagian-bagian serta cara kerja
mikroskop.

1.3. ALAT DAN BAHAN


 Mikroskop cahaya

2
1.4. CARA KERJA
Terdapat 3 cara penggunaan mikroskop medan terang, yaitu perbesaran lemah,
perbesaran sedang, dan perbesaran kuat.
1. Perbesaran Lemah
 Letakkan mikroskop di hadapan anda dengan jarak yang sesuai sehingga
pengamatan dapat dilakukan dengan nyaman.
 Tarik okuler sampai tanda 17 (jarak tubus yang ditentukan pabrik) untuk tipe-tipe
mikroskop tertentu.
 Lensa obyektif 10X ditempatkan pada kedudukan seporos dengan lensa okuler.
 Turunkan tubus dengan sekrup pengatur kasar sampai terhenti.
 Amati okuler dan aturlah cahaya yang masuk ke dalam mikroskop agar menghasilkan
bidang pandang yang terang merata dengan mengatur posisi cermin dan diafragma
kondensor.
 Letakkan preparat pada meja benda.
 Naikkan tubus perlahan-lahan dengan sekrup pengatur kasar hingga mendapatkan
bayangan terbaik.
 Aturlah kedudukan preparat dengan menggunakan sekrup-sekrup pengatur pada
meja preparat.
2. Perbesaran Sedang
 Cara untuk melakukan perbesaran sedang hampir sama dengan cara kerja
perbesaran lemah hingga diperoleh bayangan obyek yang diamati.
 Gantilah obyektif 10X dengan obyektif 44X.
 Aturlah cahaya yang masuk ke mikroskop.
 Aturlah tubus halus agar mendapatkan obyek yang terbaik.
3. Pembesaran Kuat
 Langkah-langkah yang dilakukan sama seperti cara kerja perbesaran sedang hingga
didapatkan bayangan yang paling jelas pada penyinaran yang paling kuat.
 Gantilah lensa obyektif dengan lensa obyektif 100X.
 Teteskan minyak imersi pada gelas obyek pada bagian yang akan diamati.

3
 Turunkan tubus hingga ruangan antara lensa obyektif dengan gelas obyek tertutup
minyak imersi.
 Aturlah kedudukan tubus dengan sekrup halus hingga diperoleh bayangan obyek
yang paling jelas.
 Apabila mikroskop telah selesai digunakan, bersihkan lensa obyektif yang terkena
minyak imersi dengan xylol dengan cara meneteskannya di atas kertas lensa dan
diusapkan ke bagian yang terkena minyak imersi.

4
ACARA 2. BENTUK SEL TUMBUHAN DAN HEWAN

2.1. PENGANTAR
Setiap organisme baik itu hewan maupun tumbuhan tersusun dari sel. Sel bersifat
mikroskopis sehingga untuk mempelajarinya dibutuhkan instrument seperti mikroskop. Dengan
mikroskop cahaya, kita dapat mengamati struktur sel yang meliputi membrane sel, plasma, inti,
dan organel.
Berdasarkan jumlah sel penyusunnya, organisme dapat dibedakan menjadi organisme
uniseluler (sel tungga) dan multiseluler (sel banyak). Organisme uniseluler umumnya berbentuk
bulat yang berfungsi untu memudahkan pergerakan organisme tersebut. Sedangkan organisme
multiseluler tersusun atas sel yang menyusun jaringan.
Berdasarkan keberadaan membrane inti sel, sel terdiri atas dua kelompok yaitu
prokraiotik (tanpa membrane inti) dan eukariotik (memiliki membrane inti). Pada praktikum ini,
kita akan mempelajari sel eukariotik pada tumbuhan dan hewan. Struktur sel hewan dan
tumbuhan memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan yang utama adalah sel tumbuhan memiliki
dinding sel sedangkan sel hewan tidak. Berikut beberapa bentuk sel tumbuhan dan sel hewan.

Gambar 2.2. Bentuk sel Manihot utilissima

Gambar 2.3. Bentuk sel Ceiba pentandra

5
Gambar 2.4. Bentuk sel Gossypium sp.

Gambar 2.5. Bentuk sel Euglena sp.

Gambar 2.6. Bentuk sel Paramecium sp.

6
Gambar 2.7. Bentuk sel epithelium

2.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengamati berbagai macam
bentuk sel tumbuhan dan hewan.

7
2.3. ALAT DAN BAHAN
- Mikroskop - pipet
- Gelas benda dan penutup - pinset
- Gelas penutup - silet
- Larutan metilen blue - Alcohol 70%
- Gagang sakapel/tusuk gigi - Empulur Manihot utilissima (segar)
- Rambut Ceiba pentandra - Rambut biji Gossypium sp.
- Sediaan berupa air kolam,
sawah atau air selokan

2.4. CARA KERJA


 Preparat 1. Penampang melintang empulur Manihot utilissima
Irislah secara melintang gabus batang tanaman ini dengan silet yang tajam! Usahakan
agar irisan tersebut setipis mungki! Letakkan irisan di atas gelas benda kemudian
teteskan air secukupnya dan tutuplah dengan gelas penutup! Amati sediaan dengan
pembesaran kuat! Gambarlah beberapa sel dan berikan keterangan!
 Preparat 2. Rambut Ceiba pentandra (segar)
Ambil 2-3 helai dan letakkan pada gelas benda, tambahkan air, dan tutuplah dengan
gelas penutup! Amati dengan pembesaran kuat kemudia gambarlah! Tambahkan
alcohol 70% dan amati sekali lagi kemudian gambarkan apa yang terjadi! Berikan
komentar anda!
 Preparat 3. Rambut Biji Gossypium sp. (segar)
Letakkan 2-3 helai pada gelas benda, tambahkan air dan tutuplah dengan gelas
penutup! Amati dengan pembesaran kuat, gambar dan berikan keterangan!
 Preparat 5. Sel epitelium dari rongga mulut (segar)
Keruklah dengan gagang sekapel/tusuk gigi yang steril! Oleskan pada gelas benda,
tetesi denga metilen blue, kemudian tutuplah dengan gelas penutup! Amati di bawah
mikroskop dan gunakan pembesaran kuat! Gambarlah bentuk sel yang saudara lihat!
Tentukan bentuk dari sel yang anda amati:

8
a. Sisik (squamous): sel umumnya berlapis-lapis
b. Kubus selapis (cuboidal): berbentuk kotak
c. Batang selapis (columner simpleks): bentuk sel memanjang dan posisi inti lebih
kearah basal
d. Transisi (transisional): mulai dari bagian basal sel berbentuk kubus kemudian
semakin menuju permukaan berubah menjadi bentuk pipih
e. Berlapis semu (pseudo complex): cenderung batang, tetapi susunannya tampak
tumpeng tindih dan setiap sel bertumpu pada membrane basalis
 Preparat 6. Sediaan berupa air kolam, sawah atau air selokan
- Tempatkan sampel air pada gelas arloji!
- Dengan pipet yang steril, ambillah air tersebut dan letakkan 1 tetes pada gelas
benda!
- Tutuplah dengan gelas penutup secara hati-hati. Hindari terjadinya gelembung
udara dalam obyek!
- Jika air berlebihan pada gelas benda, isaplah dengan kertas isap atau kertas
saring!
- Periksalah preparat tersebut di bawah mikroskop. Mulailah dengan pembesaran
lemah, kemudian dengan pembesaran kuat!
- Gambar dan beri keterangan tentang apa yang anda amati pada mikroskop!
- Tulislah nama hewan tersebut dan buatlah sistematikanya!

9
ACARA 3. TRANSPOR ZAT (OSMOSIS, PLASMOLISIS)

3.1. PENGANTAR

Sel dalam kehidupannya melakukan transpor zat secara terus-menerus. Beberapa zat
harus dimasukkan dan dikeluarkan dari dalam sel. Beberapa zat yang harus dimasukkan ke
dalam sel antara lain air, ion, metabolit, zat regulator (pengatur aktivitas sel jaringan), &
oksigen. Sedangkan beberapa zat yang harus dikeluarkan: sisa metabolisme, terutama gas CO 2,
NH3.

Cara transport zat dapat berupa plasmolisa, yaitu keluarnya cairan sel melalui
membrane sel sebagai akibat dari perbedaan konsentrasi antara sel dengan lingkungannya.
Peristiwa ini dapat juga menjelaskan adanya proses osmosis pada suatu sel. Osmosis adalah
suatu peristiwa perpindahan molekul air dari larutan yang lebih encer ke bagian yang lebih
pekat melewati selaput selektif semipermeable. Proses ini akan terhenti jika terjadi
keseimbangan antara konsentrasi larutan/zat di kedua sisi membran. Tekanan osmosis adalah
tekanan hidrostatis yang terbentuk pada larutan untuk menghentikan proses osmosis pelarut
ke dalam larutan melalui membrane semi-permeabel. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi osmosis:

 Ukuran molekul, semakin kecil ukuran molekul semakin mudah meresap.


 Kelarutan molekul, semakin tinggi kelarutannya semakin mudah melewati membran.
 Luas permukaan membrane, semakin luas permukaan mebran, semakin cepat proses
osmosis berlangsung.
 Ketebalan membrane, semakin tebal membrane, semakin lama proses osmosis
berlangsung.
 Suhu, pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu yang lebih tinggi,
peristiwa osmosis dapat berlangsung lebih cepat.

10
Dalam mempelajari osmosis, ada beberapa istilah untuk larutan yang harus diketahui
yaitu:

a. Larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah)


b. Larutan isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama)
c. Larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi)

3.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengamati peristiwa osmosis/plasmolisis yang terjadi pada sel tumbuhan.

3.3. ALAT DAN BAHAN


 Tuber Solanum tuberosum
 Daun Rhoe discolor
 Timbangan analitik
 Larutan gula 30% dan 5% dan air biasa
 Tissue
 Gelas ukur
 Beaker glass/gelas kimia
 Pisau
 Stopwatch
 Aquades
 penggaris

3.4. CARA KERJA


Peristiwa osmosis pada sel kentang
 Bersihkan dan kupas kentang (jangan dibilas dengan air)!
 Potong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyak 3 potong. Ketiga potongan ini harus
memiliki berat yang sama!
 Siapkan larutan gula 30% (A) dan 5% (B) dan tempatkan masing-masing larutan dalam
gelas kimia dengan volume masing-masing 20 mL!

11
 Siapkan juga aquades (C) dalam gelas kimia sebanyak 20 mL!
 Masukkan potongan kentang secara bersamaan ke dalam masing-masing larutan A, B,
dan C!
 Rendamlah potongan kentang selama 20 menit!
 Setelah 20 menit, angkat dan letakkan potongan kentang di atas tissue!
 Amati kondisi potongan-potongan kentang tadi (keras, lunak, dll), timbang kembali
masing-masing potongan kentang tersebut, catatlah hasil pengamatan (dalam tabel
pengamatan) dan berikan penjelasan!

Peristiwa plasmolisis pada sel daun Rhoe discolor


 Buatlah 3 irisan epidermis bawah daun R. discolor setipis mungkin
 Buatlah larutan gula dengan konsentrasi 5% dan 30%
 Tempatkan irisan epidermis tadi masing-masing dalam larutan gula 5%, dan gula 30%
selama 15 menit.
 Ambil irisan epidermis tadi dan amati di bawah mikroskop kemudian gambar sel yang
Nampak.
 Selanjutnya ambil kembali kedua irisan epidermis tersebut dan rendam dalam air biasa
selama 15 menit.
 Ambil kembali irisan epidermis tersebut dan amati di bawah mikroskop kemudian
gambar sel yang Nampak.
 Catat perbedaan antara sel yang direndam dalam larutan gula dan sel yang direndam
dalam air biasa.
 Jelaskan peristiwa yang terjadi.

12
Gambar 3.1. Peristiwa osmosis pada sel hewan dan tumbuhan

13
ACARA 4. HOMEOSTASIS

4.1. PENGANTAR
Homeostasis merupakan suatu konsep mengenai proses pemeliharaan kondisi
internal tubuh agar tetap stabil sehingga dapat memaksimalkan komunikasi antar sel dalam
tubuh. Sebagai contoh, kandungan oksigen terlarut (DO) pada suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi temperatur semakin rendah kelarutan oksigen
dalam air. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan stress pada ikan karena mempengaruhi
proses respirasi. Ikan akan mengalami kekurangan oksigen dan memicu meningkatnya
aktivitas operculum ikan dimana operculum akan lebih sering membuka untuk
mendapatkan oksigen.
4.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu yang berbeda
terhadap aktivitas respirasi ikan.

4.3. ALAT DAN BAHAN


 Ikan nila
 Air bersih
 Es batu
 Akuarium
 Heater/Air panas
 Termometer
 Stopwatch

4.4. CARA KERJA


 Ikan diaklimatisasi dalam akuarium pertama yang telah diisi dengan air bersih (suhu
air normal/kontrol).
 Disiapkan 3 akuarium yang akan diisi dengan air bersih dan diberi perlakuan berupa
temperatur yang berbeda dengan menggunakan heater dan es batu.
 Air dalam akuarium pertama dinaikkan suhunya 3oC dari suhu normal, air dalam
akuarium kedua dinaikkan suhunya 6oC dari suhu normal, dan air dalam aquarium
ketiga diturunkan suhunya 3oC dari suhu normal.

14
 Ikan dari akuarium pertama dipindahkan ke dalam akuarium ke 2 dan diamati
aktivitas operculumnya selama satu menit.
 Ikan dari akuarium yang ke 2 dipindahkan ke akuarium yang ke 3 dan diamati
aktivitas operculumnya selama satu menit.
 Ikan dari akuarium ke 2 dipindahkan ke akuarium yang ke 4 dan diamati aktivitas
operculumnya selama satu menit.
 Langkah-langkah di atas diulang sebanyak 3 kali
 Hasil pengamatan selanjutnya dicatat dalam tabel pengamatan “Sistem Homeostasis”
berikut ini.

Tabel Sistem Homeostasis


(aktivitas membukanya
Suhu operculum) Tingkah Kondisi
o
Rata-Rata
( C) Ulangan laku Fisik
I II III

15
ACARA 5. GENETIKA

5.1. PENGANTAR

Dalam mempelajari genetika, hal utama yang diamati yaitu penurunan sifat dari tetua
(induk) ke keturunan (anak). Salah satu contoh penurunan sifat yang mudah dipelajari yaitu
sistem golongan darah pada manusia. Golongan darah pada manusia menggunakan sistem
ABO. Sistem ini membedakan golongan darah manusia menjadi A, B, C, dan AB. Genotip dari
masing-masing golongan darah ini yaitu

Golongan darah:

A (mengandung aglutinogen A): IAIA (homozigot) atau IAIo(heterozigot)

B (mengandung aglutiogen B): IBIB (homozigot) atau IBIo (heterozigot)

AB (mengandung aglutinogen A dan B): IAIB

O: IoIo

Genotip golongan darah ini sangat pentinguntuk diketahui terutama dalam kegiatan transfusi
darah. Apabila kegiatan transfusi ini hanya didasarkan pada fenotip golongan darah saja,
dikhawatirkan dapat menyebabkan aglutinasi (penggumpalan darah). Hal ini disebabkan karena
kandungan aglutinin dan aglutinogen dalam darah. Aglutinogen adalah protein darah yang
terdapat di dalam eritrosit dan memiliki fungsi sebagai antigen di dalam darah. Aglutinin adalah
protein yang terkandung di dalam plasma darah dan protein ini dapat menyebabkan aglutinasi.
Kandungan aglutinogen dalam sel darah merah dan aglutinin dalam plasma darah dari masing-
masing golongan arah adalah sebagai berikut:

A: mengandung aglutinogen A dan mengandung aglutinin B

B: mengandung aglutinogen B dan mengandung aglutinin A

AB: mengandung aglutinogen A dan B dan tidak mengandung aglutinin

O: tidak mengandung aglutinogen dan mengandung aglutinin A dan B

16
5.2. LATIHAN

a) Secara fenotip, golongan darah sama, tetapi setelah dilakukannya transfusi darah terjadi
penggumpalan. Mengapa demikian?

b) Dari keluarga golongan darah AB mungkinkan menghasilkan keturunan bergolongan


darah O?

c) Jika golongan darah saudara AB, coba telusuri golongan darah orang tua saudara!

d) Mungkinkah satu keluarga besar semua anggotanya bergolongan darah sama yakni O?

17
ACARA 6. EKOLOGI (HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN EKOSISTEM)

6.1. PENGANTAR

Pembahasan tentang ekologi meliputi pembahasan semua komponen ekosistem Setiap


komponen dalam ekosistem bersifat saling memperahuhi baik secara langsung dan tidak
langsung. Interaksi ini meliputi interaksi antara komponen biotik (organisme) dan abiotik
(tanah, air, udara, dll). Beberapa yang dikaji dalam bidang ini antara lain habitat, cara hidup,
dan alasan dalam memilih tempat hidup.
Pada acara praktikum hari ini, kita akan mempelajari hubungan antara komponen
ekosistem yang diwakilkan oleh Hydrilla sp., siput, air, dan udara (terutama O 2 dan CO2).
Dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada setiap perlakuan percobaan, mak
akan dapat dapat ditarik kesimpulan mengenai hubunan timbal balik antara komponen-
komponen tersebut.

6.2. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengenal dan memahami
peranan dari masing-masing komponen dalam ekosistem.

6.3. ALAT DAN BAHAN

 8 buah botol bening


 Tumbuhan Hydrilla (4 tangkai)
 Siput kecil
 Bromtimol biru
 Air kolam
 Kardus
 Pipet tetes

18
6.4. CARA KERJA

 Siapkan 2 rangkaian perobaan yang masing-masing terdiri dari 4 botol biakan.


 Rangkaian pertama diberi label T1, T2, T3, T4 sedangkan rangkaian kedua diberi label
G1, G2, G3, G4.
 Tambahkan air kolam secukupnya ke dalam masing-masing botol biakan.
 Tambahkan 3-5 tetes bromtimol biru ke dalam tiap-tiap tabung.
 Botol T1d an G1 diisi dengan seekor siput, T2 dan G2 diisi dengan seekor siput dan
setangkai Hydrilla, T3 dan G3 diisi dengan setangkai Hydrilla, serta T4 dan G4 diisi
dengan air kolam saja.
 Tutup botol dengan rapat, kemudian letakkan rangkaian percobaan pertama (T1-T4) di
tempat yang terkena cahaya, sedangkan rangkaian percobaan kedua (G1-G4)
ditempatkan di tempat gelap (dalam kardus).
 Lakukan pengamatan secara berkala (setiap 6 jam) selama 48 jam dan dan catat setiap
perubahan di setiap komponen percobaan meliputi kondisi siput, kondisi Hydrilla, dan
perubahan warna indikatornya (bromtimol biru).

19
DAFTAR PUSTAKA

Asriyana, Yuliana. (2012). Produktivitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.


Sumarjan. (2013). Diktat Asistensi Biologi Umum. Mataram: Fakultas MIPA, Laboratorium
Tim Pembina Mata Kuliah Biologi Dasar. (2013). Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Mataram:
Universitas Mataram. Biologi Universitas Mataram.
Yatim, W. (2003). Biologi Sel. Bandung: Tarsito.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai