Anda di halaman 1dari 10

PENGAYAAN PRAKTIKUM 1 : FISIOLOGI SARAF DAN OTOT

1. Apa tujuan Decerebrasi? (tidak menerima jawaban “agar membuat katak lemas”) (tidak
menerima jawaban Definisi Decerebrasi)
2. Apabila tidak dilakukan Decerebrasi, apa konsekuensi dari data yang didapatkan?
3. Jelaskan tujuan pemberian Ringer Laktat secara berkala?
4. Mengapa cairan yang digunakan Ringer Laktat, namun tidak menggunakan Aquadest saja?
5. Tuliskan ion ion apa saja yang tinggi pada bagian Intraseluler dan tinggi pada
Ekstraseluler?
6. Sebutkan efek yang timbul pada Konduksi Saraf dan Kontraksi Otot serta mekanisme yang
mendasari saat terjadi keadaan berikut:
a. Hiponatremia
b. Hipernatremia
c. Hipokalemia
d. Hiperkalemia
e. Hipocalcemia
f. Hipercalcemia
7. Jelaskan alasan mengapa dapat terjadi
peningkatan kekuatan kontraksi pada otot
MESKIPUN besar voltase stimulus yang diberikan
selalu sama!

8. Jelaskan mengapa Tetanus berbahaya bagi manusia!


9. Gambarkan :
a. Gelombang Potensial Aksi beserta fase-fasenya dan kanal ion apa saja yang terbuka dan
tertutup di tiap fasenya
b. Gelombang Kontraksi Otot beserta fase-fasenya dan proses apa saja yang terjadi di tiap
fasenya
10. Isilah titik titik berikut
Ion …….. berperan paling besar pada penentuan besarnya Potensial Membran Istirahat
suatu sel. Potensial Membran Istirahat sel otot adalah……. mV, sedangkan sel saraf
adalah…….mV.

PENGAYAAN PRAKTIKUM 2 : KONTRAKSI OTOT SKELETAL


Pernyataan di bawah ini untuk menjawab soal no 1 dan 2
Hukum Frank Starling – “Peningkatan panjang otot akibat peregangan akan meningkatkan
kekuatan kontraksi otot (Active Force) hingga pada suatu titik peningkatan panjang otot
lebih lanjut akan menurunkan kekuatan kontraksi otot (Active Force)”
1. Mengapa pada peregangan otot fase awal dapat terjadi peningkatan kekuatan kontraksi
(Active Force)?
2. Mengapa pada peregangan otot lebih lanjut dapat menurunkan kekuatan kontraksi otot
(Active Force)?
3. Berasal dari manakah Active Force dan Passive Force?
4. Gambarkan grafik yang menunjukan hubungan antara:
a. Active Force – Panjang Otot
b. Passive Force – Panjang Otot
c. Total Force – Panjang Otot
5. Jelaskan mekanisme kontraksi otot!
6. Mengapa dapat terjadi fenomena rigor mortis? Jelaskan!
7. Apa fungsi Tubulus T pada mekanisme eksitasi otot?
8. Berikan contoh kasus / kegiatan yang memerlukan Isotonic Contraction
9. Berikan contoh kasus / kegiatan yang memerlukan Isometric Contraction
10. Isilah titik titik berikut
Pada mekanisme kontraksi otot skeletal, Ca2+ dilepaskan oleh…………………… Ca2+ akan
berikatan dengan Troponin….., sehingga memungkinkan terjadinya cross bridge.
JAWABAN PENGAYAAN PRAKTIKUM 1 : FISIOLOGI SARAF DAN OTOT
1. Untuk mencegah adanya perintah secara volunteer dari otak ke otot untuk melaksanakan
kontraksi, maka hubungan saraf antara otak ke medulla spinalis diputus.
2. Kontraksi otot yang terjadi bisa saja bukan akibat rangsangan dari Listrik, namun bisa saja
berasal dari perintah volunteer otak. Apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan kekuatan
kontraksi otot tinggi palsu (tinggi namun bukan akibat 100% intervensi percobaan
seharusnya)
3. Mencegah agar saraf dan otot tidak kering sehingga tetap dapat dirangsang
4. Karena pada Ringer Laktat terkandung beberapa ion yang menyerupai Cairan
Ekstraseluler yang mana keberadaan ion-ion tersebut dibutuhkan untuk menimbulkan
Potensial Membran dan Potensial Aksi. Sedangkan pada Aquadest tidak terdapat ion ion
yang dibutuhkan.
5. Intraseluler : K+, Mg2+, Protein/Asam Amino, Phosphat | Ekstraseluler : Na+, Ca2+, Cl-, HCO3-
6. a. Hiponatremia : Saraf sulit dirangsang dan Otot lemas. Ketika suatu sel diberi rangsang,
maka Na+ ekstrasel akan masuk menuju intrasel. Namun dikarenakan kadar Na + ekstrasel
tidak terlalu tinggi menyebabkan jumlah Na+ yang berdifusi ke intrasel tidak terlalu banyak
sehingga potensial membrane sulit untuk menuju ambang Threshold akibatnya Potensial
Aksi sulit terbentuk.
b. Hipernatremia : Saraf mudah terangsang dan Otot mudah berkontraksi. Hal ini terjadi
akibat ketika adanya stimulus, kanal Na + akan terbuka. Akibat kadar Na + ekstrasel tinggi,
terjadi pemasukan Na+ dari ekstrasel menuju intrasel dalam jumlah banyak. Hal ini
memudahkan sel untuk menuju ambang Threshold akibatnya Potensial Aksi mudah
terbentuk.
c. Hipokalemia : Saraf sulit dirangsang dan Otot lemas. Akibat rendahnya K + ekstraseluler
menyebabkan semakin banyaknya K+ intraseluler yang berdifusi keluar sel melalui Kanal
Bocor K+. Akibat semakin banyak K+ yang membawa muatan positif berdifusi keluar sel,
namun muatan negative tetap didalam sel, hal ini mengakibatkan Potensial Membran
Istirahat sel menjadi lebih negative daripada normalnya. Hal ini lah yang mengakibatkan
semakin sulitnya menimbulkan Potensial Aksi pada Saraf dan Membran Sel Otot
(Sarkolema)
d. Hiperkalemia : Saraf sulit dirangsang dan Otot lemas. Meskipun jika dilogika akan terjadi
mekanisme berikut  jumlah K+ yang berdifusi keluar sel melalui Kanal Bocor Kalium
semakin sedikit sehingga K+ akan lebih banyak di dalam sel sehingga meningkatkan
Potensial Membran Istirahat mendekati nilai positif, sehingga membrane sel lebih mudah
dirangsang. NAMUN MEKANISME YANG SEBENARNYA TERJADI TIDAK SEPERTI INI.
Peningkatan K+ ekstraseluler memang menyebabkan Potensial Membran Istirahat
mendekati nilai Positif. Namun saat suatu potensial membrane berada pada fase
Terdepolarisasi setengah, Kanal Na+ akan ter-INAKTIVASI. Hal ini lah yang menyebabkan
sulitnya untuk menimbulkan Potensial Aksi pada Saraf dan Membran Sel Otot (Sarkolema)
e. Hipocalcemia : Saraf mudah terangsang dan Otot mudah berkontraksi bahkan timbul
Tetanus. Kadar Ca2+ Ekstraseluler yang rendah akan menyebabkan Kanal Na + lebih mudah
terangsang dan lebih mudah terbuka. Ca 2+ akan berikatan pada bagian ekstrasel Kanal Na +
yang menyebabkannya mudah terbuka oleh impuls yang sangat kecil sekalipun. Bahkan
bisa saja Kanal Na+ dapat terbuka meskipun tidak terdapat impuls sama sekali ketika kadar
Ca2+ ekstrasel turun terlalu jauh dari nilai normalnya.
f. Hipercalcemia : Saraf sulit terangsang dan Otot lemas. Mekanisme yang mendasari
kebalikan dari mekanisme Hipocalcemia.
7. Karena tidak adanya waktu yang adekuat bagi
Ca2+ ATPase untuk mengembalikan Ca2+ dari
Sarkoplasma menuju Retikulum Sarkoplasma.
Sehingga terjadi akumulasi Ca2+ di Sarkoplasma
dalam jumlah yang tinggi. Hal ini lah yang
menyebabkan peningkatan kekuatan kontraksi
8. Kita tahu pada Tetanus merupakan kontraksi otot SPASTIK yang terus menerus, tidak ada
mekanisme relaksasi otot pada fase Fused Tetanus. Jika tetanus ini mengenai Otot otot
Pernapasan, maka dapat berakibat fatal. Karena pada pernapasan terdapat mekanisme
Inhalasi (kontraksi otot pernapasan) dan Ekshalasi (relaksasi otot pernapasan). Apabila otot
pernapasan berkontraksi terus menerus, maka kegiatan “bernafas” tidak akan terjadi. Tidak
ada mekanisme pembuangan CO2 dan penghirupan O2 dari lingkungan. Hal ini lah yang dapat
menyebabkan kematian.
9. a.

B 2
A

C 5
1
A : Depolarisasi 1. Kanal Na+ Closed, Kanal K+ Closed
B : Repolarisasi 2. Kanal Na+ Open, Kanal K+ Closed
C : Hiperpolarisasi / Undershoot 3. Kanal Na+ Inactivation, Kanal K+ Open
4. Kanal Na+ Closed, Kanal K+ Open
5. Pompa Na+-K+ ATPase, Kanal Na+ Closed,
Kanal K+ Closed

b.

10. Ion K+ berperan paling besar pada penentuan besarnya Potensial Membran Istirahat
suatu sel. Potensial Membran Istirahat sel otot adalah -90 mV, sedangkan sel saraf adalah -70
mV.
JAWABAN PENGAYAAN PRAKTIKUM 2 : KONTRAKSI OTOT SKELETAL
Pernyataan di bawah ini untuk menjawab soal no 1 dan 2
Hukum Frank Starling – “Peningkatan panjang otot akibat peregangan akan meningkatkan
kekuatan kontraksi otot (Active Force) hingga pada suatu titik peningkatan panjang otot
lebih lanjut akan menurunkan kekuatan kontraksi otot (Active Force)”

JUML
AH
CROS
SBRID
GE

1. Perhatikan Fase A ( 13 cross-bridge) ke Fase B (14 cross-bridge)  Karena peregangan


pada fase awal akan meningkatkan jumlah Cross-Bridge yang dapat terjadi antara Aktin-
Myosin sebelum kontraksi timbul. Hal ini memungkinkan dibentuknya lebih banyak tenaga.
2. Perhatikan Fase C (14 cross-bridge) ke Fase D (0 cross-brigde)  Peregangan lebih lanjut
malah akan mengurangi jumlah Cross-Bridge yang dapat terjadi, bahkan dapat menyebabkan
Cross-Bridge antara Aktin-Myosin terlepas semua hingga tidak ada cross-bridge yang
terbentuk. Hal ini menyebabkan tenaga yang dibentuk sangat sedikit bahkan nol.
3. Active Force berasal dari Pemendekan Sarkomer. Passive Force berasal dari kembalinya
posisi Protein Titin yang teregang oleh tarikan otot, menuju posisi semula. Protein Titin
berfungsi layaknya pegas. Semakin ia ditarik, maka semakin tinggi pula tendensi nya untuk
kembali ke posisi semula dan semakin besar pula tenaga yang ditimbulkan.
4.

5.
6. Ketika manusia meninggal, terjadi pelepasan Ca 2+ besar besaran dari Retikulum
Sarkoplasma. Mekanisme selanjutnya dilanjutkan oleh Gambar berikut
7. Untuk menyalurkan Potensial Aksi dari permukaan otot menuju lapisan otot dalam.
Sehingga otot yang tereksitasi tidak hanya otot yang berada di permukaan saja, namun
hingga otot lapisan dalam juga tereksitasi.
8. Mengangkat barbell, berlari, dan hampir semua kegiatan yang menggunakan otot dengan
beban yang masih dapat dikompensasi oleh otot tersebut.
9. Mengangkat beban yang terlalu berat.
10. Pada mekanisme kontraksi otot skeletal, Ca2+ dilepaskan oleh Retikulum Sarkoplasma.
Ca2+ akan berikatan dengan Troponin C sehingga memungkinkan terjadinya cross bridge.

Anda mungkin juga menyukai