Anda di halaman 1dari 4

Tugas.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Coba Anda sebutkan peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Piagam PBB


!
2. Jelaskan bagaimana status hukum dari Deklarasi Universal dewasa ini menurut Scott
Davidson !
3. Cara pandang terhadap HAM sebagai suatu etos baru, mengandung pengakuan akan
nilai-nilai HAM, sebut dan jelaskan !
4. HAM sebagai konsepsi yang mencakup hak-hak rakyat memiliki pengaruh terhadap
masyarakat internasional. Pengaruh tersebut tercermin dalam hal apa saja, sebut dan
jelaskan !
5. Terdapat tiga faktor yang menghambat perkembangan HAM, sebut dan jelaskan !

1. Peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Piagam PBB adalah sebagai


berikut.
Setelah Perang Dunia I (1914–1918), Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson
mengusulkan membentuk League of Nation atau Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada 8
Januari 1918. Usulan presiden ini tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points).
Pada 10 Juni 1920, terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas besarnya
berada di Jenewa, Swiss. Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian
dunia. Namun, peranannya sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat
terlaksana dengan baik.
Usaha mencapai perdamaian dunia dirintis kembali oleh Presiden Amerika Serikat
Franklin Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchill. Mereka
mengadakan pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas Pantai New Foundland,
Samudra Atlantik pada 14 Agustus 1941. Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi
(Atlantic Charter), yaitu negara-negara di dunia tidak dibenarkan melakukan perluasan
wilayah (ekspansi), semua bangsa di dunia berhak menentukan corak dan bentuk
pemerintahannya sendiri, semua negara berhak turut serta dalam perdagangan dunia, dan
semua bangsa berkewajiban ikut serta dalam pemeliharaan perdamaian dunia.
Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow (1943),
Dumbarton Oaks (1944), dan Yalta (1945). Pada pertemuan di Dumbarton Oaks,
Washington, diikuti oleh Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, dan Rusia. Hasil
pertemuan tersebut menyetujui dibentuknya organisasi United Nations Organization atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan Piagam
Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam
PBB. Pertemuan ini dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang.
Akhirnya, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.
2. Status hukum dari Deklarasi Universal dewasa ini menurut Scott Davidson,
Deklarasi tetap berstatus sebagai resolusi yang tidak mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat negara-negara. Namun mengingat perkembangan-perkembangan praktik
PBB yang nyata di kemudian hari, dimungkinkan status dapat berubah. Deklarasi dapat
diargumenkan sebagai tafsiran resmi terhadap Piagam oleh Majelis Umum PBB.
Deklarasi dapat dipostulatkan menjadi bagian dari prinsip-prinsip hukum yang umum
dan diakui oleh bangsa-bangsa beradab. Deklarasi saat ini telah menjadi bagian dari
hukum kebiasaan Internasional.
Universal Declaration of Human Rights yang disebut juga Deklarasi Universal
merupakan deklarasi yang memberikan pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia. Di
dalam deklarasi dijelaskan bahwa pengakuan atas hak-hak asasi manusia menjadi dasar
dari keadilan, kemerdekaan dan perdamaian dunia. Disamping itu, hak asasi manusia
juga memerlukan perlindungan hukum untuk menciptakan kebebasan berbicara atau
berpendapat, beragaman, kebebasan dari rasa takut, dan kekurangan bagi umat manusia.
Deklarasi Universal diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember
1948 di Palais de Chaillot, Paris, Perancis melalui General Assembly Resolution 217 A
(III). Deklarasi ini memiliki 30 pasal yang merupakan pernyataan umum pertama
masyarakat dunia mengenai hak asasi manusia (HAM). Deklarasi Universal mempunyai
pengaruh yang kuat baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap hukum secara
umum mengatur hak asasi manusia, yang kemudian dijadikan pedoman lahirnya berbagai
perjanjian internasional, konstitusi masing-masing negara, undang-undang negara,
instrumen di tingkat regional yang terkait dengan HAM.

3. Cara pandang terhadap HAM sebagai suatu etos baru, mengandung pengakuan
akan nilai-nilai HAM,
Cara pandang terhadap hak-hak asasi manusia sebagai suatu etos baru, dalam hal ini
etos baru menyatakan penolakan terhadap tatanan biologis alami. Konsep hak asasi
dirancang untuk menentang kecenderungan alam yang didominasi kekejaman, tidak
memperhatikan individu, ketidakadilan, keagresifan, dan kekuasaan yang kuat atas yang
lemah. Etos baru menegaskan dan memproklamasikan bahwa ajaran-ajaran yang harus
diikuti tidak berasal dari alam, tetapi betujuan untuk memaksa dan mendominasi naluri
alami.
( Cassesse 1994 : 240-245 ) menyarikan tentang hak-hak asasi manusia sebagai etos
baru sebagai berikut :
 Konsep hak-hak asasi manusia didasarkan atas nilai-nilai agama tradisional
yang diambil dari barat dan timur dengan gagasan utamanya terambil dari
filsafat barat, namun ia tetap merupakan ajaran kemanusiaan yang tidak
disertai mitos dan magis.
 Hak asasi manusia merupakan suatu upaya manusia untuk menjadikan
manusia sebagai makhluk sosial, jiwa sosial manusia mengalahkan dorongan
nalurinya sebagai binatang alami.
 Hak asasi manusia didasarkan atas suatu keinginan yang ekspansif untuk
mempersatukan dunia dan untuk membuat suatu daftar pedoman bagi semua
pemerintahan.
Pelanggaran sistematis terhadap HAM tidak dianggap merupakan kendala bagi
sebuah negara untuk memperolah status subyek internasioanl dan tidak menghalangi
menjadi anggota PBB

4. Dampak HAM terhadap masyarakat, secara lebih luas dapat ditinjau dari
sejauhmana pengaruh HAM terhadap aspek :
a) Aspek hukum
Terdapat beberapa hal penting tentang HAM hubungannya dengan hukum dalam
kancah pergaulan masyarakat internasional yaitu:
 Secara universal diakui bahwa terdapat hubungan anara kejahatan dan
kebutuhan untuk meningkatkan perbagai kondisi sosial dan untuk
mendorong pengembangan kebijakan sosial.
 Hubungan antara pencegahan kejahatan, pembangunan dari suatu tata
ekonomi internasional.
 Sistem peradilan pidana harus peka dan tanggap terhadap pembangunan dan
HAM, termasuk peran media masa dan pendidikan.
 Asas kekuasaan kehakiman yang merdeka yang menekankan betapa
pentingnya kualifikasi, seleksi dan pelatihan orang-orang yang akan duduk
di lembaga pengadilan, kondisi pelayanan dan masa jabatan, kewajiban
terhadap kerahasiaan profesional, imunitas terhadap gugatan perdata dan
kerugian finansial atas perbuatan yang dilakukan dalam fungsi yudisial.
b) Aspek Ilmu Pengetahuan
Konferensi dunia HAM menghimbau adanya kerjasama internasional untuk
menjamin:
 Martabat dan HAM seutuhnya dihormati dalam bidang-bidang yang
merupakan kepedulian universal
 Menekankan agar seorang anak dapat mengembangkan kepribadiannya
secara harmonis dan utuh.
c) Aspek Ekonomi
Arah perkembangan HAM pada aspek ekonomi yang dicantumkan dalam konvensi
internasional tentang hak ekonomi, sosial dan budaya pasal 5 dan 7 yaitu:
 Mengakui hak atas pekerjaan, yang mencakup hak setiap orang atas
kesempatan untuk mencari nafkah melalui pekerjaan yang dipilih secara bebas
dan melindungi haknya.
 Untuk mencapai sepenuhnya perwujudan yang mencakup program bimbingan
dan pelatihan teknis dan kejuruan untuk mencapai perkembangan ekonomi,
sosial dan budaya yang mantap, serta lapangan kerja yang produktif.

5. Faktor-faktor yang menghambat perkembangan HAM adalah sebagai berikut.


a) Faktor Kondisi Sosial-Budaya, meliputi :
 Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan,
keturunan dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multi kompleks
(heterogen).
 Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama
jika sudah bersinggungan dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara
sakral, pergaulan dan sebagainya.
 Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakat yang hanya
disebabkan oleh hal-hal sepele.
b) Faktor Komunikasi dan Informasi, meliputi :
 Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan,dan gunung
yang membatasi komunikasi antardaerah.
 Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun
secara baik yangmencakup seluruh wilayah Indonesia.
 Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas
baik sumber daya manusianya maupun perangkat (software dan hardware)
yang diperlukan.
c) Faktor Kebijakan Pemerintah, meliputi :
 Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang samatentang pentingnya
jaminan hak asasi manusia.
 Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi
manusia sering diabaikan.
 Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial olehmasyarakat terhadap
pemerintahs ering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan
“pembangkangan”.
d) Faktor Perangkat Perundangan, meliputi :
 Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional
tentang hak asasi manusia.
 Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulituntuk
diimplementasikan.
e) Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement), meliputi :
 Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan
prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.
 Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih
belum layaksering membuka peluang “jalan pintas” untuk memperkaya diri.
 Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif,
tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme). Dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam penegakan
hakasasi manusia tersebutdiatas, mari kita upayakan untuk sedikit demi
sedikit dikurangi (Eliminasi.) Demi terwujudnya perlindungan hak asasi
manusia yang baik, mulailah dari diri kita sendiri untuk belajar menghormati
hak-hak orang lain. Kita harus terus berupaya untuk menyuarakan tetap
tegaknya hak asasi manusia, agar harkat dan martabat yang ada pada setiap
manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa tetap terpelihara dengan
sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai