Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN, PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah : Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu : Tuti Awaliyah, MPd.I

DI SUSUN OLEH :
ZIED MURTADLO (0101201193)

PARODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum.Wr.Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PENDIDIKAN, PLURALISME DAN
KULTURALISME ini dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Tuti Awaliyah,
MPd.I pada mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Tuti Awaliyah, M.Pd.I mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima.
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Cirebon, 18 Oktober 2021

ZIED MURTADLO
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………..I
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………….………..II
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………..III
1. LATAR BELAKANG…………………………….……………………………………………………………………….1
2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………………………………..1
3. TUJUAN PENULIS……………………………..……………………………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..………………………………………….IV
1. NILAI PENDIDIKAN SOSIAL…………………………………………………………………………………………2
2. PENGERTIAN PLURALISME………………………………………………………………………………………..3
3. PENGERTIAN MULTIKULTURALISME………………………………………………………………………….5
4. MULTIKULTURALISME DAN KESEJAHTERAAN……………………………………………………………5
5. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL………………………………………………………………………………….6
6. PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL……………………………………………………………6
7. WACANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA……………………………………………6
8. PENDIDIKAN MUTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN GLOBAL………………………………………….6
9. MINORITAS MULTIKULTURAL……………………………………………………………………………………7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………V
o KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………….…8
o SARAN……………………………………………………………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………VI
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pendidikan artinya segala daya upaya dan seluruh usaha buat membuat
rakyat dapat membuatkan potensi insan agar mempunyai kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, memiiki kecerdasan, berakhlak mulia,
dan memiliki keterampilan sebagai anggota rakyat dan masyarakat Negara.

II. RUMUSAN MASALAH


1. ADAKAH NILAI PENDIDIKAN SOSIAL ?
2. APA PENGERTIAN PLURALISME ?
3. APA PENGERTIAN MULTIKULTURALISME ?
4. MULTIKULTURALISME DAN KESEJAHTERAAN ?
5. BAGAIMANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ?
6. PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ?
7. WACANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA ?
8. PENDIDIKAN MUTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN GLOBAL ?
9. APA YANG DI MAKSUD MINORITAS MULTIKULTURAL ?

III. TUJUAN PENULIS

1. Memenuhi tugas makalah


2. Mengetahui tentang PENDIDIKAN, PLURALISME DAN MULTIKULTURAL
BAB II
PEMBAHASAN

A. NILAI PENDIDIKAN SOSIAL

Pengertian sosial adalah berasal dari kata latin sociates, yang mempunyai arti
masyarakat. Nilai menunjukkan kepada dua buah arti. Pertama, menunjukkan arti
ekonomis yaitu yang berhubungan dengan kualitas atau harga sesuatu atau barang
berujud uang, termasuk nilai yang berujud angka atau huruf; kedua, nilai menunjuk
pada suatu kriteria atau standar untuk menilai atau mengevaluasi sesuatu, seperti
industrialisasi baik karena merupakan sarana bagi kemakmuran. Dalam pengertian
ini terdapat berbagai jenis nilai- nilai individu, nilai sosial, nilai budaya dan nilai
agama.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, yang dimaksud dengan pendidikan sosial


adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik
dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyah yang abadi
dan perasaan keimanan yang mendalam, agar di dalam masyarakat bisa tampil
dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan
tindakan bijaksana.

Nilai-nilai pendidikan sosial merupakan sesuatu yang berguna pada


kehidupan bermasyarakat untuk membina kehidupan dengan lingkungannya. Untuk
meraih tujuan tersebut dibutuhkan metode yang tepat. Adapun metode pendidikan
sosial menurut Abdullah Nashih Ulwan yaitu :
a. Penanaman dasar-dasar psikis yang mulia, seperti: takwa, persaudaraan,
kasih sayang, mengutamakan orang lain, dan suka memberi maaf;
b. Pemeliharaan hak-hak orang lain, baik terhadap orang tua, saudarasaudara,
tetangga, teman maupun terhadap orang yang lebih tua;
c. Pelaksanaan tata kesopanan sosial, seperti adab makan dan minum, adab
memberi salam, adab minta ijin, dan adab di dalam majlis;
d. Pengawasan dan kritik sosial, misalnya memelihara pendapat umum.

Tujuan pendidikan sosial adalah membentuk manusia yang mengetahui dan


menyadari tugas kewajibannya terhadap bermacam-macam golongan dalam
masyarakat; dan membiasakan anak-anak berbuat mematuhi tugas kewajiban
sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga Negara.
Abdullah Nashih Ulwan berpendapat, bahwa tujuan pendidikan sosial, adalah
agar manusia terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan
yang mulia dan bersumber pada akidah Islamiyyah dan kesadaran iman yang
mendalam agar ditengah-tengah masyarakat akan mampu bergaul dan berperilaku
sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang
bijaksana.

B. PENGERTIAN PLURALISME

Pluralisme berasal dari kata plural dan isme, plural yang berarti banyak
(jamak), sedangkan isme berarti paham. Jadi pluralism adalah suatu paham atau
teori yang menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi.

Dalam perspektif ilmu sosial, pluralism yang meniscayakan adanya diversitas


dalam masyarakat memiliki dua ‚wajah‛, konsesus dan konflik. Consensus
mengandaikan bahwa masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda
itu akan survive (bertahan hidup) karena para anggotanya menyepakati hal-hal
tertentu sebagai aturan bersama yang harus ditaati, sedangkan teori konflik justru
memandang sebaliknya bahwa masyarakat yang berbeda-beda itu akan bertahan
hidup karena adanya konflik. Teori ini tidak menafikkan adanya keharmonisan dalam
masyarakat. Keharmonisan terjadi bukan karena adanya kesepakatan bersama,
tetapi karena adanya pemaksaan kelompok kuat terhadap yang lemah.

Pluralitas merupakan realitas sosiologi yang mana dalam kenyataannya


masyarakat memang plural. Plural pada intinya menunjukkan lebih dari satu dan
isme adalah sesuatu yang berhubungan dengan paham atau aliran. Dengan demikian
pluralisme adalah paham atau sikap terhadap keadaan majemuk atau banyak dalam
segala hal diantaranya sosial, budaya, politik dan agama.

Kemudian dalam ilmu politik melahirkan ilmu tentang kedaulatan, pertama


paham teokrasi yakni kedaulatan ditangan Tuhan, kedua paham demokrasi yakni
bahwa kedaulatan ditangan masyarakat atau rakyat,ketiga paham teo-demokrasi
teori ini dikemukakan oleh Abdul A’la, teori ini ingin menggabungkan teori di atas.
Artinya meskipun pengelolaan di negara adalah ditangan rakyat, namun rakyat tidak
boleh lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Dan konsekuensi lebih lanjut dari cara pandang
adalah bahwa sumber legitimasi, referensi dan rujukan keagmaaan yang memuat
pesan-pesan moral kemanusiaan universal harus menjadi dasar prinsip bagi seluruh
cara pandang pikiran, konsep, interpretasi, tafsir , perjuangan, kerja dan semua
aktifitas manusia didunia.
Dalam masyarakat plural yag ditengarai dengan kehadiran bersama
perbedaan dan keragaman, kebebasan beragama atau berkepercayaan dapat
didefinisikan meliputi dua kategori sebagai berikut:
a) Kebebasan beragama : perbedaan dan keragaman agamaagama yang hidup
bersama dan berdampingan tercakup dalam definisi kebebasan beragama.
Agama-agama tersebut diperkenankan untuk dipeluk dan diyakini secara
bebas oleh setiap individu yang memilihnya menjadi pegangan hidup.
b) Kebebasan berkepercayaan : merupakan istilah yang merujuk kepada
pandangan hidup-pandangan hidup atau posisi non keagamaan atau sekuler
yang tercakup dalam kebebasan berkepercayaan.

Sebagai bangsa yang plural dan multi kultural, keberislaman seseorang tidak
cukup hanya melihat segala persoalan kehidupan dari perspektif individu dan
teologis. Kehidupan masyarakat yang beragam suku, agama maupun etnis akan
mengalami keharmonisan dan damai jika setiap individu menghargai entitas apapun
yang dimiliki orang lain. Proses penghargaan ini akan nyata tidak lain agar
keberagamaan yang diyakini tidak sampai pada terjadinya titik klimak klaim
kebenaran dari orang lain dan selanjutnya berujung pada usahanya sesalu menang
sendiri.

Dalam masyarakat yang beragam budaya, suku dan agama keharusan


mengedepankan kesamaan adalah sebuah keniscayaan dari pada selalu mencari
perbedaan. Modal ini cukup efektif sehingga nilai-nilai budaya dan agama
ditempatkan dalam posisinya sebagai motivasi bagi upaya membangun sebuah
pluralitas dan multikultural yang merupakan asset bangsa.

Prinsip-prinsip pluralisme dianggap dapat menjawab permasalahan dalam


melawan keterasingan jiwa masyarakat modern karena tekanan kapitalisme. Dengan
demikian, ide pluralisme berkembang seiring dengan perkembangan situasi dan
kondisi yang melingkupinya. Berangkat dari pemikiran tersebut, dapat dipahami
bahwa pluralism merupakan suatu pandangan yang meyakini akan banyak dan
beragamnya hakikat realitas kehidupan, termasuk realitas keberagaman manusia.
Sehingga pluralisme agama dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan bahwa
hakikat agama di dunia ini tidak hanya satu, tetapi banyak atau beragam.
C. PENGERTIAN MULTIKULTURALISME

Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis,


multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), culture (budaya), dan isme
(aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat
manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing
yang unik.
Masyarakat majemuk (plural society) belum tentu dapat dinyatakan sebagai
masyarakat multikultural (multicultural society), karena bisa saja di dalamnya
terdapat hubungan antarkekuatan masyarakat varian budaya yang tidak simetris
yang selalu hadir dalam bentuk dominasi, hegemoni dan kontestasi. Konsep
masyarakat multikultural sebenarnya relatif baru. Sekitar 1970-an, gerakan
multikultural muncul pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti Australia, Amerika
Serikat, Inggris, Jerman dan lain-lainnya.

D. MULTIKULTURALISME DAN KESEJAHTERAAN

Multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yg menekankan pengakuan


serta penghargaan di kesederajatan perbedaan kebudayaan. Tercakup dalam
pengertian kebudayaan artinya para pendukung kebudayaan, baik secara individual
juga secara grup, dan terutama ditujukan terhadap golongan sosial askriptif yaitu
sukubangsa (serta ras), gender, dan umur. Ideologi multikulturalisme ini secara
bergandengan tangan saling mendukung dengan proses-proses demokratisasi, yg
pada dasarnya artinya kesederajatan pelaku secara individual (HAM) dalam
berhadapan menggunakan kekuasaan dan komuniti atau masyarakat setempat.

sehingga upaya penyebarluasan dan pemantapan serta penerapan ideologi


multikulturalisme dalam masyarakat Indonesia yg majemuk, mau tak mau wajib
bergandengan tangan dengan upaya penyebaran serta pemantapan ideologi
demokrasi serta kebangsaan atau kewarganegaraan dalam porsi yang seimbang.
sehingga setiap orang Indoensia nantinya, akan mempunyai pencerahan tanggung
jawab sebagai orang masyarakat negara Indonesia, sebagai masyarakat sukubangsa
serta kebudayaannya, tergolong sebagai gender tertentu, dan tergolong sebagai
umur eksklusif yg tak akan berlaku sewenang-wenang terhadap orang atau
gerombolan yg tergolong lain asal dirinya sendiri serta akan mampu buat secara akal
menolak diskriminasi dan perlakukan sewenang-wenang sang gerombolan atau
rakyat yg secara umum dikuasai. program penyebarluasan dan pemantapan ideologi
multikulturalisme ini pernah saya usulkan buat dilakukan melalui pendidikakn asal
SD s.d. Sekolah Menengah Atas, serta juga S1 Universitas. Melalui kesempatan ini
saya jua ingin mengusulkan bahwa ideologi multikulturalisme seharusnya juga
disebarluaskan serta dimantapkan melalui acara-program yg diselenggarakan oleh
LSM yg yang homogen.

E. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Pendidikan multikultural (Multicultural Education) merupakan respon


terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multikultural
merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki
berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orangorang non
Eropa.

F. PENDEKATAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Dalam pendekatan pendidikan multikultural juga diperlukan kajian dasar


terhadap masyarakat. Secara garis besar dasar-dasar tentang masyarakat yang
dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat tidak ada dengan sendirinya. Masyarakat adalah ekstensi


yang hidup dinamis, dan selalu berkembang.

2. Masyarakat bergantung pada upaya setiap individu untuk memenuhi


kebutuhan melalui hubungan dengan individu lain yang berupaya memenuhi
kebutuhan masing-masing.

3. Individu-individu, dalam berinteraksi dan berupaya bersama guna


memenuhi kebutuhan, melakukan penataan terhadap upaya tersebut dengan
jalan apa yang disebut tentang sosial.

4. Setiap masyarakat bertanggung jawab atas pembentukan pola tingkah


laku antara individu dan komunitas yang membentuk masyarakat.

5. Pertumbuhan individu dalam komunitas, keterkaitan dengannya, dan


perkembangannya dalam bingkai yang menuntunnya untuk bertanggung
jawab terhadap tingkah lakunya.

G. WACANA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA


Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan model
pendidikan multicultural yang mencakup revisi atau materi pembelajaran, termasuk
revisi buku-buku teks. untuk mewujudkan model-model tersebut, pendidikan
multikultural di Indonesia perlu memakai kombinasi model yang ada, agar seperti
yang diajukan Gorski, pendidikan multicultural dapat mencakup tiga jenis
transformasi : (1) Transformasi diri; (2) Transformasi sekolah dan proses belajar
mengajar; (3) transformasi masyarakat.

H. PENDIDIKAN MUTIKULTURAL DAN PENDIDIKAN GLOBAL

James Banks mengemukakan beberapa tipologi perilaku seorang terhadap ciri-


ciri etnik atau kultural identity, yaitu :

a. Ethnic psychological captivy. Pada tingkat ini, seseorang masih


terperangkap dalam stereotype kelompoknya sendiri, dan menunjukkan rasa
harga diri yang rendah.

b. Ethnic encapsulation. Pribadi demikian juga terperangkap dalam


kapsul kebudayaannya sendiri terpisah dari budaya lain.

c. Ethnic identifities clarification. Pribadi macam ini mengembangkan sikapnya


yang positif terhadap budayanya sendiri dan menunjukkan sikap menerima
dan memberikan jawaban positif kepada budaya-budaya lainnya.

d. The ethnicity. Pribadi ini menunjukkan sikap yang menyenangkan


terhadap budaya yang datang dari etnis lainnya, seperti budayanya sendiri.

e. Multicultural ethnicity. Pribadi ini menunjukkan sikap yang mendalam


dalam menghayati kebudayaan lain di lingkunga masyarakat bangsanya.

f. Globalism. Pribadi ini dapat menerima diberbagai jenis budaya dan bangsa
lain.

I. MINORITAS MULTIKULTURAL

Mengacu di 2 usulan definisi minoritas, beberapa hal akan Mengganggu


pikiran kita. Pertama, pada kedua definisi tadi minoritas pertama-tama ditunjukkan
oleh perbandingan numeriknya menggunakan residu populasi yang lebih besar .
ialah, sebuah gerombolan bisa dianggap minoritas bila jumlahnya signifikan lebih
mungil berasal sisa populasi lainnya pada sebuah negara. ke 2, minoritas
mengandaikan sebuah posisi yang tidak dominant dalam konteks sebuah negara,
akan tetapi frase “tidak dominant” tadi tidak dijelaskan secara spesifik. ialah
pengandaian tersebut pula menuntut pengandaian lain: bahwa terma “dominant”
mampu dipahami sebagai sebuah makna tunggal yg melingkupi semua sector
kehidupan sosial. Ketiga, menjadi minoritas pula mengandaikan terdapatnya
disparitas galat satu atau semuanya dari tiga daerah, yakni etnik, agama, serta
linguistic, dengan sisa populasi lainnya. Keempat, menjadi minoritas mengharuskan
orang atau kelompok orang memiliki rasa solidaritas antar sesamanya, serta
membagi beserta impian buat melestarikan agama, bahasa, tradisi, budaya dan
kepentingan buat meraih persamaan didepan hokum menggunakan populasi
diluarnya.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

pendidikan sosial artinya pendidikan anak sejak mungil supaya terbiasa menjalankan
adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia serta bersumber di akidah Islamiyah
yang kekal dan perasaan keimanan yang mendalam, supaya di dalam rakyat bisa tampil
dengan pergaulan serta adab yang baik, keseimbangan logika yang matang serta tindakan
bijaksana.

SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengetahui Baik dan Buruk dalam
Pembelajaran Ilmu Sosiologi Pendidikan dan juga mengetahui tentang pendidikan, pluralism
dan multikulturalisme. Saya menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran, dan masukan yang sifatnya membangun
sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Agus. Psikologi Umum, Jakarta: Aksara Baru, 1983.


Ludjito, Ahmad. Filsafat Nilai dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Ulwan, Abdullah Nashih. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Semarang: Asy Syifa, tth.
Purwanto, M. Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Pius A. P, M. Dahlan, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994).

Umi Sumbulah, Islam ‚ Radikal‛ Dan Pluralism Agama, (Malang: Badan Litbang Dan Diklat Kementrian
Agama RI. 2010).

Mabadiul Chomsah, ‚Pluralism Dalam Perspektif Islam‛, Dalam Http://Penabutut.Com (30 Desember
2012).

Abd A’LA DKK Nilai-Nilai Pluralisme dalam Islam, Juni 2005, Pustaka nuansa, Bandung.
Husaen Muhammad, Bandung, Putaka nuansa. 2011.
Zakiyudin Baidhawi, Kredo Kebebasan Beragama, (Jakarta: PSAP. 2006).
Wasid, Gus Dur oleh guru Bangsa; Pergolakan Islam, kemanusiaan dan Kebangsaan,
(Yogyakarta: Interpena, 2010).
Umi Sumbulah, Islam ‚ Radikal‛ dan Pluralisme kepercayaan , (Malang: Badan Litbang dan
Diklat Kementrian kepercayaan RI. 2010).
Choirul Mahfud. 2006. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hikmat Budiman (ed). 2007. Hak Minoritas : Dilema Multikulturalisme di Indonesia. Jakarta :
Yayasan Interseksi.
Maslikhah. 2007. Quo Vadis Pendidikan Multikultur. Salatiga: STAIN Salatiga Press dan JP
Books.

Anda mungkin juga menyukai