PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan serta pertumbuhan kota banyak dipengaruhi oleh faktor sosial,
budaya, politik dan yang terutama adalah kondisi geografis lingkungannya. Fenomena
perkembangan kota yang terjadi belakangan ini mengarah pada kecenderungan global,
bergaya kota internasional yang modern. Bentuk dan penampilan arsitektur kota bergaya
internasional tersebut sangat dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan dalam merajut
tatanan ideal dari perancangan kota (urban design). (Jaya 2016)
Peningkatan aktifitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin besar dan
dapat berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara signifikan. Peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi pertumbuhan penyediaan sarana dan
prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan peningkatan pengalihan fungsi ruang
dan kawasan dalam jangka panjang. Di antara kenyataan perubahan lahan dapat ditemui
pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan ruang yang besar untuk
menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana pemukiman, perindustrian, perkantoran,
pusatpusat perdagangan (central business district, CBD) dan sebagainya. Perubahan
fungsi ruang kawasan menyebabkan menurunnya kulitas lingkungan, seperti terjadinya
pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta terjadinya
berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya. (Jaya 2016)
Kampung Surabaya memiliki karakteristik yang juga mewarnai hampir semua kota
lainnya di Indonesia. Kesejarahan kampung Surabaya bahkan lebih menonjol karena
sampai saat ini karakteristik kampung-kampung kota itu masih bertahan jelas garis
batasnya bahkan karakteristik kehidupan komunitasnya. Sejalan dengan perkembangan
jaman kampung mengalami perkembangan yang sangat signifikan tetapi tetap dengan
identitas yang ditunjukkan oleh kekhasannya masing-masing.(Sentra, Genteng, and
Dahlima 2018)
Kota Surabaya tercatat sebagai kota yang paling lama melaksanakan program
perbaikan kampung di Indonesia. Sejak beberapa tahun ini karena kelembagaan di
kampung umumnya sudah semakin baik pelaksanaan KIP selanjutnya ditekankan pada
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk pengembangan kampung unggul
dengan berbagai jenis produk UKM Bagi kampung yang punya keunggulan Pemerintah
Kota membangun dasar yang kokoh baik berupa bantuan prasarana maupun sarana
pemasaran agar berkelanjutan dan tidak lagi tergantung pada pemerintah. Selain dari sisi
lingkungan Pemerintah Kota juga melakukan pembinaan pada kampung yang memiliki
potensi ekonomi. Keberadaan kampung-kampung yang dibina oleh Pemerintah Kota
tersebut secara nyata memberikan peluang pemberdayaan masyarakat yang sangat besar.
(Sentra et al. 2018)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentuk kota di Kelurahan Genteng
Kecamatan Genteng ?
2. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentuk Identitas Kota di Kelurahan
Genteng Kecamatan Genteng ?
3. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentutk elemen pendukung aktivitas di
Kelurahan Genteng Kecamatan Genteng ?
4. Bagaimana Arahan penataan tata bangunan dan lingkungan di kelurahan genteng
kecamatan genteng ?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi eksisting pembentuk kota di kelurahan genteng kecamatan genteng
2. Mengidentifikasi eksisting pembentuk Identitas di kelurahan genteng kecamatan
genteng
3. Menidentifikasi eksisting pembentuk kota dalam pendukung aktivitas di kelurahan
genteng kecamatan genteng
4. Membuat arahan penataan tata bangunan dan lingkungan di kelurahan genteng
kecamatan genteng
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Dalam ruang lingkup materi studi ini dimaksudkan agar diketahui secara jelas batasan
pembahasan dalam penelitian ini. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06/PRT/M/2017, yang dimaksud dengan RTBL atau Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan terdapat beberapa indikator sarana yang menjadi syarat Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Materi yang akan dibahas meliputi sebagai berikut :
1. Kondisi Eksisting elemen pembentuk kota di Kelurahan Genteng
Kecamatan Genteng :
i. Elemen Pembentuk Kota
a.Peruntukan Lahan
Pendidikan
Perkantoran
Peribadahan
Kesehatan
Perdagangan dan jasa
Koperasi
Perbangkan
Industri dan Pariwisata
Hunian
Terminal
b.Intensitas Pembangunan
KDB
KLB
Jumlah Lantai Bangunan
c.Sistem Penghubung
Sirkulasi Transportasi
Lahan Parkir
Pedestrian ways
d.Ruang Terbuka dan Tata Hijau
e.Tata Bangunan dan Massa Bangunan
f.Tata Informasi dan Perabot Jalan
Reklame
Rambu – Rambu
Sistem Tata Informasi
ii.Elemen Pendukung Citra atau Identittas Kota
a. Landmark ( Penanda )
b. Distrik ( Kawasan )
c. Edge ( Batas / Tepian )
d. Path ( Jalur )
e. Node ( Simpul / Titik Kumpul / Titik Pusat Kegiatan )
iii.Elemen Pendukung Lainnya
a. Aspek Pelestarian
b. Infrastruktur dan Utilitas Kota
c. Sektor Ekonomi Informal
Sebelah Utara :
Sebelah Timur :
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat :
Gambar 2 Peta Administrasi Kelurahan Genteng
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perancangan Kota
Menurut Beckley yang melihat pengertian perancangan kota dari segi profesi
menjelaskan bahwa urban design merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota
dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese,1986:45).
Sedangkan menurut disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,1985:6).
Dalam pengertian lain, perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu perpaduan
kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil, dan transportasi
dalam wujud fisik. (kelompok tujuh beton n.d.)
Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan bentuk fisik perkotaan. Bentuk-bentuk
perancangan kota dapat direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan jalan, dan
elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Produk perancangan kota dapat
dikategorikan dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,59), yaitu:
Menurut Shirvani, Perancangan kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang
kemudian diuraikan dengan kualitas fisik dari suatu lingkungan. Perancangan kota
merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil
perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain
dari rencana yang telah disusun. Dari pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan
bahwa urban design lebih terprioritas pada penataan lingkungan fisik kota. Dalam
perancangan kota tentunya memiliki panduan rancang kota yang merupakan seperangkat
panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
pengembangan ruang kota dan arsitektur kota
Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “sadar diri” dan
“tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang
yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka
untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak
sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai
seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam mempengaruhi bentuk
lingkungan perkotaan (Catanese,1986:42).
Untuk mewujudkan suatu kota yang membentuk kesatuan sistem organisasi, maka
dibutuhkan suatu proses perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Sebuah kota tidak
cukup hanya direncanakan tanpa dirancang. Karena walau bagaimana juga perancangan kota
merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat 2 dimensi dengan perancanagan
arsitektural. Perancangan kota merupakan suatu proses dan produk hasil rancangan yang
berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas. Adapun
perancangan digunakan juga untuk mengelola perkembangan dan pertumbuhan suatu kota
serta perubahan sikap, trend, maupun gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Perancangan kota biasanya dilakukan untuk meminimalkan ataupun mencegah
permasalahan yang biasanya timbul di suatu kota. Adapun di dalam perancangan kota unsur-
unsur tersebut di bawah ini harus tetap diperhatikan dan jangan sampai dilupakan, apalagi
diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara lain :
3.3 Pelaksanaan
Waktu : 4 Bulan ( Oktober – Januari 2021 )
Lokasi : Kelurahan genteng Kecamatan Genteng
3.4 Teknik Analisis
1. Analisis Elemen Pembentuk Kota
2. Analisis Elemen Citra / identitas kota
a. Path (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Jika identita
selemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang meragukan rute-rute sirkulasi
yang biasa digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum.
b. Edge(tepian) adalah elemen linier yang tidak dipakai sebagai path. Edge berada
pada batas antara dua kawasan tertentudan berfungsi sebagai pemutus linier.
Misalnya : pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi dan
sebagainya.
c. district (kawasan), merupakan kawasan-kawasan koa dalam skala dua dimensi.
Sebuah kawasan distrik memiliki ciri khas yang mirip ( bentuk, pola dan
wujudnya) dank has pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri
atau memulai.
d. Node (simpul), merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah kearah atau aktivitas lainm,
misalnya : pada persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, dan jembatan.
e. landmark (tengeran), adalah elemen penanda suatu citra kota, karena yang akan
menjual image sebuah kota terhadap tempat lain.
5. Analisis Elemen Pendukung Lainnya
6. Analisis Arahan Rekomendasi UDGL
7. Analisis SWOT
Secara kualitatif, penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui dan
menganalisis secara deskriptif kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.
Unsur-unsur SWOT : S (strenght), yang berarti mengacu pada keunggulan kompetitif
dan kompetensi lainnya, W (weakness), yaitu hambatan yang membatasi pilihan-
pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity), yakni menyediakan kondisi
yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang, T (threat), yang
berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai
tujuan.
Analisis SWOT memberikan output berupa matriks SWOT yang dapat menghasilkan
empat sel atau tipe. Kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O,
strategi W-T dan startegi S-T.
.
BAB IV
GAMABARAN UMUM
Sumber :
Sumber :
Table 4 Kesejahteraan Keluarga
Keluarga Prasejahtera 0
Keluarga Sejahtera 1 591
Sumber :
Sumber :
4.1.4 Aspek Tata Guna Lahan
Aspek Tata Guna Lahan yang berada di Kelurahan Genteng Sebagian besar di
gunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum pada tahun 2020, untuk lebih
lengkapnya bisa di lihat di table 6 di bawah ini :
Table 6 Aspek Tata Guna Lahan
Jumlah 53,00000
Sumber :
4.1.5 Aspek Sarana Prasarana
Aspek Sarana Prasarana yang berada di Kelurahan Genteng Sebagian besar di
gunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum pada tahun 2020, untuk lebih
lengkapnya bisa di lihat di table 7 di bawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Surabaya. 2021. K ECAMATAN GENTENG DALAM ANGKA 2021. BPS Kota
Surabaya.
Jaya, Muh. Akbar Dwi. 2016. “Studi Tata Bangunan Dan Lingkungan Di Kelurahan Wameo
Kecamatan Batupoaro Kota Baubau.” Skripsi, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN
Alauddin Makassar.
kelompok tujuh beton. n.d. “Perancangan Kota.” 1. Retrieved
(https://kelompoktujuhbetokan.wordpress.com/about/bab-2-kajian-
literatur/perancangan-kota/).
Sentra, Pasar, U. K. M. Genteng, and Hertrisna A. Y. U. Dahlima. 2018. “GENTENG
SURABAYA DENGAN PENDEKATAN.”