Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan serta pertumbuhan kota banyak dipengaruhi oleh faktor sosial,
budaya, politik dan yang terutama adalah kondisi geografis lingkungannya. Fenomena
perkembangan kota yang terjadi belakangan ini mengarah pada kecenderungan global,
bergaya kota internasional yang modern. Bentuk dan penampilan arsitektur kota bergaya
internasional tersebut sangat dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan dalam merajut
tatanan ideal dari perancangan kota (urban design). (Jaya 2016)
Peningkatan aktifitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin besar dan
dapat berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara signifikan. Peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi pertumbuhan penyediaan sarana dan
prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan peningkatan pengalihan fungsi ruang
dan kawasan dalam jangka panjang. Di antara kenyataan perubahan lahan dapat ditemui
pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan ruang yang besar untuk
menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana pemukiman, perindustrian, perkantoran,
pusatpusat perdagangan (central business district, CBD) dan sebagainya. Perubahan
fungsi ruang kawasan menyebabkan menurunnya kulitas lingkungan, seperti terjadinya
pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta terjadinya
berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya. (Jaya 2016)
Kampung Surabaya memiliki karakteristik yang juga mewarnai hampir semua kota
lainnya di Indonesia. Kesejarahan kampung Surabaya bahkan lebih menonjol karena
sampai saat ini karakteristik kampung-kampung kota itu masih bertahan jelas garis
batasnya bahkan karakteristik kehidupan komunitasnya. Sejalan dengan perkembangan
jaman kampung mengalami perkembangan yang sangat signifikan tetapi tetap dengan
identitas yang ditunjukkan oleh kekhasannya masing-masing.(Sentra, Genteng, and
Dahlima 2018)
Kota Surabaya tercatat sebagai kota yang paling lama melaksanakan program
perbaikan kampung di Indonesia. Sejak beberapa tahun ini karena kelembagaan di
kampung umumnya sudah semakin baik pelaksanaan KIP selanjutnya ditekankan pada
pengembangan sumber daya manusia dalam bentuk pengembangan kampung unggul
dengan berbagai jenis produk UKM Bagi kampung yang punya keunggulan Pemerintah
Kota membangun dasar yang kokoh baik berupa bantuan prasarana maupun sarana
pemasaran agar berkelanjutan dan tidak lagi tergantung pada pemerintah. Selain dari sisi
lingkungan Pemerintah Kota juga melakukan pembinaan pada kampung yang memiliki
potensi ekonomi. Keberadaan kampung-kampung yang dibina oleh Pemerintah Kota
tersebut secara nyata memberikan peluang pemberdayaan masyarakat yang sangat besar.
(Sentra et al. 2018)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentuk kota di Kelurahan Genteng
Kecamatan Genteng ?
2. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentuk Identitas Kota di Kelurahan
Genteng Kecamatan Genteng ?
3. Bagaimana Kondisi Eksisting elemen pembentutk elemen pendukung aktivitas di
Kelurahan Genteng Kecamatan Genteng ?
4. Bagaimana Arahan penataan tata bangunan dan lingkungan di kelurahan genteng
kecamatan genteng ?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi eksisting pembentuk kota di kelurahan genteng kecamatan genteng
2. Mengidentifikasi eksisting pembentuk Identitas di kelurahan genteng kecamatan
genteng
3. Menidentifikasi eksisting pembentuk kota dalam pendukung aktivitas di kelurahan
genteng kecamatan genteng
4. Membuat arahan penataan tata bangunan dan lingkungan di kelurahan genteng
kecamatan genteng
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Dalam ruang lingkup materi studi ini dimaksudkan agar diketahui secara jelas batasan
pembahasan dalam penelitian ini. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 06/PRT/M/2017, yang dimaksud dengan RTBL atau Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan  terdapat beberapa indikator sarana yang menjadi syarat Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan. Materi yang akan dibahas meliputi sebagai berikut :
1. Kondisi Eksisting elemen pembentuk kota di Kelurahan Genteng
Kecamatan Genteng :
i. Elemen Pembentuk Kota
a.Peruntukan Lahan
 Pendidikan
 Perkantoran
 Peribadahan
 Kesehatan
 Perdagangan dan jasa
 Koperasi
 Perbangkan
 Industri dan Pariwisata
 Hunian
 Terminal
b.Intensitas Pembangunan
 KDB
 KLB
 Jumlah Lantai Bangunan
c.Sistem Penghubung
 Sirkulasi Transportasi
 Lahan Parkir
 Pedestrian ways
d.Ruang Terbuka dan Tata Hijau
e.Tata Bangunan dan Massa Bangunan
f.Tata Informasi dan Perabot Jalan
 Reklame
 Rambu – Rambu
 Sistem Tata Informasi
ii.Elemen Pendukung Citra atau Identittas Kota
a. Landmark ( Penanda )
b. Distrik ( Kawasan )
c. Edge ( Batas / Tepian )
d. Path ( Jalur )
e. Node ( Simpul / Titik Kumpul / Titik Pusat Kegiatan )
iii.Elemen Pendukung Lainnya
a. Aspek Pelestarian
b. Infrastruktur dan Utilitas Kota
c. Sektor Ekonomi Informal

1.4.2 Ruang Lingkup spasial


a. Ruang Lingkup Makro
Kecamatan Genteng termasuk wilayah bagian Kabupaten Surabaya, dengan luas
34,1 Km2 yang termasuk salah satu wilayah geografis Kota Surabaya yang
merupakan bagian wilayah Surabaya pusat dengan ketinggian ± 5 meter di atas
permukaan air laut. Untuk batas wilayah kecamatan genteng sendiri terletak di :
sebelah utara : Kecamatan Simokerto
sebelah timur : Kecamatan Tambaksari
sebelah barat : Kecamatan Bubutan
Sebelah Selatan :Kecamatan Tegalsari
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kecamatan Genteng
b. Ruang Lingkup Mikro
Ruang lingkup perancangan dalam kajian Perancangan Kota Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan di Kelurahan Genteng Kecamatan Genteng yakni
terletak pada Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng, Kabupaten Surabaya.
Yang memiliki Luas wilayah 5,3 Km2 dari Luas Kecamatan. Batas Administrasi
Kelurahan Genteng terletak di :

Sebelah Utara :

Sebelah Timur :

Sebelah Selatan :

Sebelah Barat :
Gambar 2 Peta Administrasi Kelurahan Genteng
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perancangan Kota
Menurut Beckley yang melihat pengertian perancangan kota dari segi profesi
menjelaskan bahwa urban design merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota
dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese,1986:45).
Sedangkan menurut disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses
perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,1985:6).
Dalam pengertian lain, perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu perpaduan
kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil, dan transportasi
dalam wujud fisik. (kelompok tujuh beton n.d.)
Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan bentuk fisik perkotaan. Bentuk-bentuk
perancangan kota dapat direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan jalan, dan
elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Produk perancangan kota dapat
dikategorikan dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,59), yaitu:

1. Ruang Kota (Urban Space)


Ruang Kota dalam (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63) Pada dasarnya ruang
kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol, seperti kualitas
pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang kota
dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota yang tenang. Dalam hal
ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting,
tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya.
2. Ruang Terbuka (Open Space)
Ruang terbuka dalam .(Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,65) d apat dikatakan
sebagai unsur ruang alam yang dibawa ke dalam kota atau lapangan terbuka yang
dibiarkan tetap seperti keadaan aslinya. Penampilannya dicirikan oleh pemandangan
tumbuh-tumbuhan alam segar daripada bangunan sekitar. Ruang terbuka di dalam kota
mempunyai beberapa maksud sebagai pelengkap dan pengontras bentuk kota,
menyediakan tanah untuk penggunaan di masa depan. Pada saat melakukan survei
perancangan kota, harus mempelajari ruang kota sebagai struktur keseluruhan.

Menurut  Shirvani, Perancangan kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang
kemudian diuraikan dengan kualitas fisik dari suatu lingkungan. Perancangan kota
merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil
perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain
dari rencana yang telah disusun. Dari pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan
bahwa urban design lebih terprioritas pada penataan lingkungan fisik kota. Dalam
perancangan kota tentunya memiliki panduan rancang kota yang merupakan seperangkat
panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan
pengembangan ruang kota dan arsitektur kota

Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “sadar diri” dan
“tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang
yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka
untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak
sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai
seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam mempengaruhi bentuk
lingkungan perkotaan (Catanese,1986:42).

Untuk mewujudkan suatu kota yang membentuk kesatuan sistem organisasi, maka
dibutuhkan suatu proses perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Sebuah kota  tidak
cukup hanya direncanakan tanpa dirancang. Karena walau bagaimana juga perancangan kota
merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat 2 dimensi dengan perancanagan
arsitektural. Perancangan kota merupakan suatu proses dan produk hasil rancangan yang
berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas. Adapun
perancangan digunakan juga untuk mengelola perkembangan dan pertumbuhan suatu kota 
serta perubahan sikap, trend, maupun gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Perancangan kota biasanya dilakukan untuk meminimalkan ataupun mencegah
permasalahan yang biasanya timbul di suatu kota. Adapun di dalam perancangan kota unsur-
unsur tersebut di bawah ini harus tetap diperhatikan dan jangan sampai dilupakan, apalagi
diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara lain :

1. Peruntukan lahan mikro


2. Sistem penghubung jalan( sirkulasi)
3. Jaringan utilitas umum kota
4. Ruang terbuka dan tata hijau
5. Tata masa bangunan
6. Pelestarian struktur alami dan binaan
7. Unsur-unsur penunjang
8. Penciptaan unsur identitas kota
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Sasaran khusus penelitian ini merupakan bagian dari sasaran penelitian yang akan
dicapai, sasaran penelitian memuat penjabaran dari tujuan penelitian dalam menjawab
pertanyaan penelitian, sedangkan sasaran khusus membuat penjabaran kriteria umum
yang didapat dalam upaya menjawab tujuan dan sasaran penelitian. Laporan ini
mempunyai 3 tujuan penelitian yang sasaran penelitiannya sebagai berikut :
No. Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Metode Sumber data Metode Output
diperlukan Pengumpulan analisis
Data
1. Mengidentifika Elemen 1. Peruntukan 1. Peruntukan a. Data Primer 1. Observasi Deskriptif eksisting
si eksisting Pembentu Lahan Lahan b. Data 2. Kuisioner , pembentuk
pembentuk k Kota 2. Intensitas a. Pendidikan Sekunder 3. Wawancara kuantitatif, kota di
kota di Pembangunan b. Perkantoran 4. Dokumenta kualitatif kelurahan
kelurahan 3. Sistem c. Peribadahan si genteng
genteng Penghubung d. Kesehatan kecamatan
kecamatan 4. Ruang Terbuka e. Perdagangan genteng
genteng. dan Tata Hijau dan jasa
5. Tata Bangunan f. Koperasi
dan Massa g. Perbangkan
Bangunan h. Industri dan
6. Tata Informasi Pariwisata
dan Perabot Jalan i. Hunian
1. Reklame j. Terminal
2. Rambu – 3 Intensitas
Rambu Pembangunan
3. Sistem Tata a. KDB
Informasi b. KLB
c. Jumlah
No. Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Metode Sumber data Metode Output
diperlukan Pengumpulan analisis
Data
Lantai
Bangunan
4 Sistem
Penghubung
a. Sirkulasi
Transportasi
b. Lahan Parkir
c. Pedestrian
ways
4. Tata Informasi
dan Perabot
Jalan
a. Reklame
b. Rambu –
Rambu
c. Sistem Tata
Informasi

2. Mengidentifika Elemen a. Landmark 1. Data 1. Observasi eksisting


pembentuk
No. Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Metode Sumber data Metode Output
diperlukan Pengumpulan analisis
Data
si eksisting Pendukun ( Penanda ) Primer 2. Dokumentasi Deskriptif Identitas di
kelurahan
pembentuk g citra / b. Distrik ( Kawasan ) 2. Data Kualitatif
genteng
Identitas di Identitas c. Edge ( Batas / Sekunder kecamatan
genteng
kelurahan Kota Tepian )
genteng d. Path ( Jalur )
kecamatan e. Node ( Simpul /
genteng. Titik Kumpul / Titik
Pusat Kegiatan )
3. Menidentifikas Elemen a. Aspek 1. Infrastruktur 1. Data Primer 1. Observasi Deskripsi eksisting
pembentuk
i eksisting Pendukun Pelestarian dan Utilitas 2. Data Sekunder 2. Wawancara Kuantitatif
kota dalam
pembentuk g Lainnya b. Infrastruktur dan Kota 3. Dokumentasi pendukung
aktivitas di
kota dalam Utilitas Kota a. Jaringan
kelurahan
pendukung c. Sektor Ekonomi Listrik genteng
kecamatan
aktivitas di Informal b. Jaringan
genteng
kelurahan Air Bersih
genteng c. Jaringan
kecamatan Telepon
genteng
4. Membuat Landasan 1. Konsep Kondisi Kelurahan 1. Data 1. Observasi SWOT arahan
penataan
arahan Teori dan Perancangan untuk mewujudkan Primer 2. Dokumentasi
No. Tujuan Variabel Sub Variabel Data yang Metode Sumber data Metode Output
diperlukan Pengumpulan analisis
Data
penataan tata Konsep 2. Konsep Penataan penataan tata 2. Data tata
bangunan
bangunan dan Tata Bangunan bangunan dan Sekunder
dan
lingkungan di 3. Konsep Penataan lingkungan lingkungan
di
kelurahan Lingkungan
kelurahan
genteng genteng
kecamatan
kecamatan
genteng
genteng
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pada metode pengumpulan data dalam proses penelitian ini terdiri atas 2 metode,
yakni dengan melakukan survey primer dan survey sekunder
1. Survey Primer (Observasi, Wawancara dan Dokumentasi)
Survei primer dilakukan untuk mendapatkan data eksisting primer berdasarkan
lokasi penelitian. Teknik pengambilan data yang dilakukan dengan teknik observasi
atau pengamatan langsung dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung dengan menggunakan alat bantu kamera dan catatan. Alat bantu kamera
memudahkan peneliti dalam perekaman situasi atau kondisi eksisting di kawasan
lokasi penelitian.
2. Survey Sekunder
Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data yang berasal dari kepustakaan
dengan melakukan studi, yaitu :
1. Studi literatur/pustaka, dilakukan melalui studi kepustakaan di buku, hasil
penelitian dan peraturan yang berhubungan dengan tema penelitian.
2. Tinjauan media yaitu informasi-informasi yang diperoleh sebagai input dalam
penelitian ini diperoleh dari internet.

3.3 Pelaksanaan
Waktu : 4 Bulan ( Oktober – Januari 2021 )
Lokasi : Kelurahan genteng Kecamatan Genteng
3.4 Teknik Analisis
1. Analisis Elemen Pembentuk Kota
2. Analisis Elemen Citra / identitas kota
a. Path (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Jika identita
selemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang meragukan rute-rute sirkulasi
yang biasa digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum.
b. Edge(tepian) adalah elemen linier yang tidak dipakai sebagai path. Edge berada
pada batas antara dua kawasan tertentudan berfungsi sebagai pemutus linier.
Misalnya : pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi dan
sebagainya.
c. district (kawasan), merupakan kawasan-kawasan koa dalam skala dua dimensi.
Sebuah kawasan distrik memiliki ciri khas yang mirip ( bentuk, pola dan
wujudnya) dank has pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri
atau memulai.
d. Node (simpul), merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah
atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah kearah atau aktivitas lainm,
misalnya : pada persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, dan jembatan.
e. landmark (tengeran), adalah elemen penanda suatu citra kota, karena yang akan
menjual image sebuah kota terhadap tempat lain.
5. Analisis Elemen Pendukung Lainnya
6. Analisis Arahan Rekomendasi UDGL
7. Analisis SWOT
Secara kualitatif, penentuan analisis SWOT dilakukan setelah mengetahui dan
menganalisis secara deskriptif kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.
Unsur-unsur SWOT : S (strenght), yang berarti mengacu pada keunggulan kompetitif
dan kompetensi lainnya, W (weakness), yaitu hambatan yang membatasi pilihan-
pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity), yakni menyediakan kondisi
yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang, T (threat), yang
berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai
tujuan.
Analisis SWOT memberikan output berupa matriks SWOT yang dapat menghasilkan
empat sel atau tipe. Kemungkinan alternatif strategi yaitu strategi S-O, strategi W-O,
strategi W-T dan startegi S-T.

.
BAB IV

GAMABARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Genteng


4.1.1 Aspek Geografis
Kelurahan Genteng berada dalam Kecamatan Genteng Kota Surabaya,
kelurahan genteng kecamatan genteng yang terletak ± 3 km dari pusat kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan Genteng memiliki luas 0,53 Km 2
dengan persentase luas dalam Kecamatan Genteng sebesar 15,54 %. Secara
Geografis Kelurahan Genteng terletak pada ketinggian wilayah 3 MPDL diatas
permukaan air laut. Kelurahan Genteng memiliki batas administrasi yaitu :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Alun – Alun Contong dan Kelurahan
Peneleh
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Embong Kaliasin dan Kelurahan
Kedungdoro
c. Sebelah Timur : Kelurahan Ketabang
d. Sebelah Berat : Kelurahan Sawahan
Kelurahan Genteng beriklim tropis terdiri dari 2 musim yakni musim
kemarau dan musim penghujan. Ditahun 2020 hampir di setiap bulan terjadi hujan
dari kisaran hujan ringan hingga hujan lebat.
Gambar 3 Peta Administrasi Kecamatan Genteng
Berikut Jumlah RT dan RW Menurut Kelurahan di Kecamatan Genteng Tahun 2020
Table 1 Jumlah RT dan RW di kelurahan Genteng Tahun 2020

Nama Wilayah Jumlah RT Jumlah RW Luas Wilayah ( Km2 )


Blauran 5 1
Blauran Kidul 3 2
Kebangsren 6 3
Ketandan 12 4
Genteng Kulon 4 5
Genteng sidodadi 2 6
0,53
Genteng Sayangan 2 7
Genteng Candirejo 2 8
Genteng Bandar Lor 2 9
Genteng Besar 2 10
Genteng Muhammadiyah 2 11
Jumlah 42 11
.
Berdasrkan table 1 dapat diketahui bahwa Kelurahan Genteng Memiliki 42 RT
dan 11 RW dengan jarak antara satu wilayah RW dengan Wilayah RW lainnya sangat
dekat.

Sumber : ( survey Primer )


4.1.2 Aspek Demografis
Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Genteng pada tahun 2020 sejumlah
10.265 dengan pembagian KK sebanyak 3.379. Berikut adalah daftar jumlah
penduduk, komposisi usia penduduk dan Kesejahteraan Keluarga di kelurahan
Genteng dijabarkan pada tabel 2, 3, dan 4 :

Table 2 Jumlah Penduduk di Kelurahan Genteng

Jenis kelamin Jumlah


Laki – Laki 5.041
Perempuan 5.224
Total 10.265

Jumlah Kepala Keluarga ( KK ) 3.379


Kepadatan Penduduk ( Jiwa / Km2 ) 19.367

Sumber :

Table 3 Komposisi Usia Penduduk


Laki – Laki Total Perempuan Total
Usia 0 – 6 Tahun 300 Usia 0 – 6 Tahun 310

Sumber :
Table 4 Kesejahteraan Keluarga
Keluarga Prasejahtera 0
Keluarga Sejahtera 1 591

Sumber :

4.1.3 Aspek Ekonomi


Aspek sosial ekonomi yang berada di Kelurahan Genteng menurut banyaknya
Pekerjaan / Mata Pencaharian di tahun 2020. Untuk lebih lengkapnya bisa di lihat
di table 5 di bawah ini :

Table 5 Aspek Ekonomi Kelurahan Genteng

Jenis Pekerjaan Laki - laki Perempuan Jumlah


Buruh Tani 0 0 0
Bidan Swasta 0 1 1
Ahli Pengobatan Alternatif 0 0 0
3 4 7
0 0 0
0 0 0
0 0 0
2 2 4
5 7 12

Sumber :
4.1.4 Aspek Tata Guna Lahan
Aspek Tata Guna Lahan yang berada di Kelurahan Genteng Sebagian besar di
gunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum pada tahun 2020, untuk lebih
lengkapnya bisa di lihat di table 6 di bawah ini :
Table 6 Aspek Tata Guna Lahan

Tata Guna Lahan Luas ( Ha )


Sawah 34,0000
Tegal / Ladang 0,0000

Jumlah 53,00000

Sumber :
4.1.5 Aspek Sarana Prasarana
Aspek Sarana Prasarana yang berada di Kelurahan Genteng Sebagian besar di
gunakan untuk pemukiman dan fasilitas umum pada tahun 2020, untuk lebih
lengkapnya bisa di lihat di table 7 di bawah ini :

DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Surabaya. 2021. K ECAMATAN GENTENG DALAM ANGKA 2021. BPS Kota
Surabaya.
Jaya, Muh. Akbar Dwi. 2016. “Studi Tata Bangunan Dan Lingkungan Di Kelurahan Wameo
Kecamatan Batupoaro Kota Baubau.” Skripsi, Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN
Alauddin Makassar.
kelompok tujuh beton. n.d. “Perancangan Kota.” 1. Retrieved
(https://kelompoktujuhbetokan.wordpress.com/about/bab-2-kajian-
literatur/perancangan-kota/).
Sentra, Pasar, U. K. M. Genteng, and Hertrisna A. Y. U. Dahlima. 2018. “GENTENG
SURABAYA DENGAN PENDEKATAN.”

Anda mungkin juga menyukai