Anda di halaman 1dari 33

EFEKTIFITAS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) AKIBAT


PEMBERIAN BEBERAPA KONSENTRASI POC DAUN
LAMTORO (Leucaena leucocephala)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

AISYATUL DANIATI
NIM : 17 1000 2542 1002

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
PAYAKUMBUH
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Efektifitas Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) Akibat Pemberian Beberapa Konsentrasi POC
Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala)”.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terimakasih yang


setulusnya kepada Bapak Ir. Sevindrajuta, MP dan Ibu Ir. Rahmawati, MP
selaku dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak memberi
petunjuk, saran dan pengarahan dalam penyusunan proposal penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas
Pertanian, ketua Program Studi Agroteknologi, seluruh dosen, seluruh
mahasiswa dan karyawan Fakultas Pertanian yang telah memberi dorongan,
semangat, dan bantuan yang berharga selama proses penelitian dan
penyusunan proposal.

Harapan penulis semoga proposal penelitian ini bermanfaat untuk


kemajuan ilmu pengetahuan umumnya, terkhusus di bidang pertanian.
Aamiin YRA dan akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Payakumbuh, 17 Januari 2020 A.D


I. PENDAHULUAN

Di Indonesia, Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk


komoditas yang multi fungsi dan dapat disebut sebagai bioindustri karena
selain dapat dikonsumsi langsung dalam bentuk biji segar, kacang tanah
dapat juga digunakan sebagai bahan baku industri berbagai jenis makanan
olahan dan minyak nabati, serta bungkilnya untuk pakan ternak. Oleh
karena itu, perkembangan industri pangan dan pakan ternak berbahan baku
kacang tanah telah menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap kacang
tanah dalam negeri. Meningkatnya penggunaan kacang tanah merupakan
peluang pasar yang besar bagi pengembangan produksi kacang tanah
(Swastika, 2016).

Peningkatan rata-rata konsumsi kacang tanah dari tahun 2000-2011


adalah sebesar 3,25% per tahun dengan kebutuhan rata-rata konsumsi
nasional mencapai 3,25 per kg per kapita per tahun (Kementan, 2013).
Harsono (2013) menyatakan produktivitas kacang tanah normal berkisar
antara 1,5–2,5 ton polong kering sedangkan varietas baru seperti varietas
Talam 2 dapat mencapai potensi produktivitas 4 ton ha−1, hal ini tidak
seimbang dengan permintaan kacang tanah di Indonesia yang terus
meningkat setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia pada
tahun 2015, produktivitas kacang tanah hanya berada pada 13,33 kuintal
ha−1, dengan luas area panen sebesar 454.349 ha dan produksi total 605.449
ton.

Rendahnya produksi kacang tanah secara teknis disebabkan oleh


pengolahan tanah yang kurang dalam, tanah yang padat akibat rendahnya
bahan organik, pembuatan drainase yang buruk, dan periode kekeringan
yang cukup lama. Disamping itu terdapat permasalahan sosial yang dihadapi
petani seperti permodalan, penanaman varietas lokal, kacang tanah belum
diperlakukan sebagai tanaman komersil dan program bantuan serta
bimbingan teknis yang ditangani oleh Pemerintah untuk usaha tani kacang
tanah belum terealisasikan secara merata kepada petani. Untuk mengatasi
permasalahan produksi kacang tanah yang rendah, maka cara alternatif yang
dapat dilakukan adalah melalui penggunaan pupuk.

Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang diberikan ke media


tanam atau pada tanaman langsung guna mencukupi keperluan hara dan
dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga mampu berproduksi dengan
baik (Roidi, 2016). Pemupukan bisa dilakukan dengan menggunakan pupuk
kimia (anorganik) dan pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk


hidup, seperti pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia.
Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik padat
merupakan pupuk yang sebagian besar/seluruhnya tersusun dari bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
berbentuk padat. Sedangkan Pupuk organik cair merupakan pupuk yang
berasal dari bahan organik seperti sisa tanaman, kotoran hewan maupun
manusia yang mengalami proses fermentasi dan produknya berupa cairan
(Novriani, 2016).

Keuntungan menggunakan pupuk organik cair adalah praktis dalam


pengaplikasian di lapangan, tidak ada efek negatif yang diakibatkan (baik
bagi pengguna, tanaman, maupun ternak), serta hasil panen yang lebih sehat
untuk dikonsumsi dan lebih tahan lama dalam penyimpanan secara alami.

Jenis tanaman yang sering dijadikan bahan dalam pembuatan pupuk


organik berasal dari tanaman legum. Salah satu jenis tanaman legum yang
berpotensi sebagai pupuk organik adalah lamtoro. Lamtoro pada konsentrasi
yang sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Secara
umum daun lamtoro mengandung unsur hara Nitrogen 2,0 - 4,3 % untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan hijau daun, Fosfor 0,2 -
0,4 % untuk merangsang pertumbuhan akar, dan Kalium 1,3 - 4,0 % untuk
meningkatkan proses fotosintesis, mengefisienkan penggunaan air,
membentuk batang yang lebih kuat, memperkuat perakaran, dan
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Pratiwi, 2009).

Menurut Parlimbungan (2006) pupuk organik cair daun lamtoro


memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan tinggi tanaman dan berat segar
tanaman sawi. Hasil Penelitian Monica (2015) menunjukkan bahwa
pemberian pupuk cair daun lamtoro pada konsentrasi 100 cc/l air
memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kedelai (Glycine max).

Hasil penelitian Jeksen dan Mutiara (2017) menunjukkan analisis


pupuk organik cair daun lamtoro mengandung C-Organik 0.584%, N-Total
0.068%, P 0.029%, K 0.158%, Ca 0.023%, Mg 0.018%, pH 4.4 dan C/N
Rasio sebanyak 9. Kurniati, Shirajjudin, dan Imani (2017) menambahkan
bahwa semakin tinggi konsentrasi kandungan daun lamtoro maka semakin
tinggi kadar C pada pupuk cair.

Berdasarkan uraian di atas penulis akan melaksanakan penelitian


dengan judul “Efektifitas Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) Akibat Pemberian Beberapa Konsentrasi
POC Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala).

Tujuan akan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan


konsentrasi pupuk organik cair daun lamtoro yang terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah.

Hipotesis dari penelitian ini adalah pemberian konsentrasi pupuk


organik cair daun lamtoro yang berbeda akan memberikan pertumbuhan dan
hasil tanaman kacang tanah yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kacang Tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan jenis tanaman polong


- polongan atau legum yang berasal dari Amerika Selatan tepatnya adalah
Brazillia, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim
tropis atau subtropis. Kacang tanah merupakan salah satu komoditi tanaman
pangan bernilai ekonomis dan strategis dalam upaya peningkatan
pendapatan dan perbaikan gizi masyarakat. Kacang tanah merupakan sejenis
tanaman tropika yang tumbuh secara perdu setinggi 30 cm hingga 50 cm
(Haryono, 2009).
Klasifikasi tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Legumenales

Famili : Papilionaceae

Genus : Arachis

Spesies : Arachis hypogaea L. (Cahyono, 2007)

Menurut pertumbuhannya, kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe


yaitu tipe tegak dan menjalar. Varietas-varietas kacang tanah unggul yang
dibudidayakan para petani kebanyakan bertipe tegak dan berumur pendek
(genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik
sebagai berikut : a) Daya hasil tinggi. b) Umur pendek (genjah) antara 85-90
hari. c) Hasilnya stabil. d) Tahan terhadap penyakit. e) Toleran terhadap
kekeringan atau tanah becek. Varietas kacang tanah di Indonesia yang
terkenal yaitu : a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan). b) Kacang
Cina, berumur panjang (6-8 bulan). c) Kacang Holle, merupakan tipe
campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada (Marzuki,
2007).

Kacang tanah merupakan tanaman herba semusim dengan akar


tunggang dan akar - akar lateral yang berkembang baik. Akar tunggang
biasanya dapat masuk ke dalam tanah hingga kedalaman 50 - 55 cm, sistem
perakarannya terpusat pada kedalaman 5 - 25 cm dengan radius 12 - 14 cm
tergantung tipe varietasnya. Sedangkan akar-akar lateral panjangnya sekitar
15 - 20 cm dan terletak tegak lurus pada akar tunggangnya. Seluruh aksesi
kacang tanah memiliki nodul (bintil) pada akarnya. Keragaman terlihat pada
jumlah, ukuran bintil dan sebarannya. Jumlah bintil beragam dari sedikit
hingga banyak dengan ukuran kecil hingga besar dan terdistribusi pada akar
utama atau akar lateral (Trustinah, 2015).

Batang tanaman kacang tanah mempunyai ukuran yang pendek dan


berbuku - buku, memiliki cabang 4 - 8 yang tumbuhnya sama tinggi dengan
batang utama. Warna batang yaitu warna merah, ungu dan hijau. Batang
memiliki bulu halus dan tingginya 30 - 50 cm tergantung varietas (Reiza,
2016).

Kacang tanah memiliki bentuk daun majemuk bersirip genap, terdiri


dari 4 anak daun berbentuk oval atau agak lancip dan berbulu. Warna daun
hijau dan hijau tua. Tangkai daun berwarna hijau dan panjang 5 - 10 cm.
Daun yang terdapat pada bagian atas biasanya lebih besar dibandingkan
dengan yang terdapat di bawah (Evita, 2012).

Bunga kacang tanah ini tersusun dalam bentuk bulir yang muncul
diketiak daun dan termasuk bunga sempurna yaitu alat kelamin jantan dan
betina terdapat dalam satu bunga. Bunga kacang tanah berbentuk seperti
kupu-kupu terdiri dari kelopak (calyx), tajuk atau mahkota bunga, benang
sari dan kepala putik. Bunga kacang tanah berwarna kuning terdiri dari 5
helaian yang berbentuk helaian satu sama lainnya. Helaian yang paling
besar disebut bendera pada bagian kanan dan kiri terdapat sayap yang
sebelah bawah bersatu membentuk cakar, didalamnya terdapat kepala putik
yang berwarna hijau muda. Kelopak bunga kacang tanah berbentuk tabung
sempit sejak dari pangkal yang disebut hipatium (Handayani, 2017).

Penyerbukan pada tanaman kacang tanah adalah (self pollination)


penyerbukaan mandiri yang terjadi pada malam hari. Dari semua bunga
tumbuh hanya 70 - 75% yang membentuk bakal polong (ginofora). Bunga
mekar selama 24 jam, kemudian layu, dan gugur. Fase berbunga 3 - 6
minggu setelah masa tanam, bunga yang mekar bervariasi tergantung pada
varietas masing-masing (Rukmana, 2007).

Kacang tanah memiliki buah berbentuk polong dan di bentuk di dalam


tanah. Pembentukan polong terjadi setelah pembuahan, calon buah tersebut
tumbuh memanjang yang disebut ginofor. Polong kacang tanah berkulit
keras dan berwarna putih kecoklat - coklatan. Tiap polong berisi 1 sampai 4
biji. Polong memiliki panjang 5 cm dengan diameter 1,5 cm (Ratnapuri,
2008).

Biji kacang tanah terdapat di dalam polong. Kulit luar bertekstur keras,
berfungsi untuk melindungi biji yang berada di dalamnya. Biji berbentuk
bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan
dengan butir biji yang lain selagi di dalam polong. Warna biji kacang
bermacam - macam putih, merah kesumba dan ungu, perbedaan itu
tergantung varietasnya (Irpan, 2012).

2.2. Syarat Tumbuh Kacang Tanah

Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan berproduksi tanaman


kacang tanah adalah tanah yang gembur, kedalaman tanah (solum tanah)
dalam, dan tanah mudah mengikat air, serta berdrainase baik. Sifat fisik
tanah yang baik dan cocok untuk budidaya kacang tanah adalah tanah ringan
(loamy sand, sandy atau clay) yang merupakan tanah lempung ringan atau
liat berpasir dengan tekstur tanah pasir sampai lempung berdebu misalnya
tanah andosol, regosol, dan latosol. Tanaman kacang tanah menghendaki pH
tanah 6 - 6,5 dengan ketinggian daratan 0 - 500 meter diatas permukaan laut.
(Cahyono, 2007).

Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit


lembab, rata-rata 65 - 75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yakni sekitar
800 - 1300 mm/ tahun. Di daerah suhu kurang dari 20oC tanaman akan
tumbuh lambat dan produksi relatif sedikit, sedangkan pada suhu lebih dari
40oC justru akan mematikan benih yang baru ditanam. Suhu merupakan
faktor penentu dalam perkecambahan biji dan pertumbuhan awal tanaman
(Kurniawan, 2013).

Menurut Oentari (2008) kacang tanah termasuk tanaman yang


memerlukan sinar matahari penuh. Adanya keterbatasan cahaya matahari
akibat naungan atau halangan dan atau awan lebih dari 30% akan
menurunkan hasil kacang tanah karena cahaya mempengaruhi fotosintesis
dan respirasi. Intensitas cahaya yang rendah pada saat pembentukan ginofor
akan mengurangi jumlah ginofor, sedangkan rendahnya intensitas cahaya
pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong
serta akan menambah jumlah polong hampa (Purba, 2012).

Kondisi tanah yang mutlak diperlukan tanaman kacang tanah adalah


tanah yang gembur. Kacang tanah juga dapat tumbuh di berbagai macam
tanah yang penting itu dapat menyerap air dengan baik dan mengalirkan
kembali dengan lancar. Struktur tanah yang remah dari tanah lapisan atas
dapat mempersubur pertumbuhan dan mempermudah pembentukan polong
(Suprapto, 2006).

2.3 Budidaya Kacang Tanah

2.3.1 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pengolahan pertama


dilakukan pembalikan bongkahan tanah dan lalu dibiarkan selama seminggu
agar aerasi baik serta terlepasnya gas-gas yang bersifat racun bagi tanaman.
Pengolahan tanah kedua berupa penghalusan tanah yang dilakukan dengan
cara menghancurkan atau menghaluskan bongkahan tanah (Maysandy,
2020).

2.3.2 Persiapan Benih

Daya tumbuh benih yang baik adalah dari 90% dan sangat
dianjurkan untuk melakukan uji daya tumbuh sebelum benih ditanam. Biji
kacang tanah yang terpilih untuk benih adalah yang tua, bernas dan bebas
dari penyakit (tidak bernoa). Pertanaman yang hasil polongnya akan
digunakan untuk benih harus dipanen ketika polong sudah masak fisiologis
dengan kriteria bahwa paling tidak 80% dari jumlah polong bernas, kulit
polong bagian dalamnya sudah berwarna coklat kehitaman (Girsang, 2009).

2.3.3 Penanaman

Penanaman benih kacang tanah dapat dilakukan setelah pengolahan


tanah selesai dan laha sudah betul-betul siap untuk ditanami. Sehari sebelum
benih ditanam sebaiknya ditanam sebaiknya dijemur terlebih dahulu, selama
dua sampai tiga jam. Untuk mempercepat perkecambahan kacang tanah, biji
dapat direndam didalam air sehari menjelang penanaman. Cara seperti ini
dapat dibenarkan apabila tanah yang akan ditanami dalam keadaan basah
(Kanisius, 2009).

2.3.4 Pemupukan

Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang


diberikan Urea 50 kg ha-1 (7,2 g plot-1), SP-36 75 kg ha-1 (10,8 g plot-1)
dan KCl 75 kg ha-1 (10,8 g plot-1). Aplikasi pupuk dasar ditebar pada
permukaan tanah, lalu tanah diolah/dicangkul agar tercampur rata dengan
tanah (Yuliana, 2013)

2.3.5 Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang pada usia 3 MST yaitu ulat grayak, dimana
ulat ini memakan daun-daun tanaman. Hama ini dikendalikan sebelumnya
dilakukan secara manual dengan cara mengambil ulat tersebut dari bagian
daun tanaman, kemudian selang beberapa minggu hama sudah di ambang
batas atau kerugian maka hama dikendalikan dengan melakukan
penyemprotan insektisida Decis 25 EC dengan konsentrasi 30 ml/15 liter air
yang disemprotkan pada seluruh bagian tanaman secara rutin dengan
interval 2 minggu sekali dilakukan pengendalian pada sore hari tergantung
cuacanya.

Adapun hama pengganggu lainnya yaitu tikus, dimana tikus tersebut


menyerang bagian polong kacang. Hama ini menyerang mulai dari 10 MST,
hama ini dikendalikan dengan menabur klerat pada barisan tanaman.

Penyakit yang menyerang ialah layu bakteri yang mulai menyerang


dari 5 MST, penyakit ini menyebabkan kelayuan dalam jangka waktu
kurang dari 24 jam dan tanaman yang sudah terserang akan mati.
Pengendalian yg dilakukan untuk mencegah penyebaran dengan menjaga
kebersihan lahan dari gulma, menjaga kelembaban dengan mengurangi
intensitas penyiraman serta melakukan penyemprotan bakterisida Nordox 56
WP dengan konsentrasi 2g/l air disemprotkan pada seluruh bagian tanaman
dan permukaan tanah pada plot secara rutin 1-2 minggu sekali kemudian
dilakukan pengendalian pada pagi hari maupun sore hari tergantung cuaca
dilapangan (Dermawan, 2020).

2.3.6 Panen

Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari varietasnya. Ciri-


ciri kacang tanah siap panen antara lain lebih dari 75% daunnya menguning,
kulit keras, jaring tampak jelas dan warna polong berubah dari warna
keputihan menjadi kecoklatan. Panen yang terlalu awal akan menghasilkan
kacang berkualitas rendah, seperti biji berkeriput. Sebaliknya menunda
pemanenan akan menyebabkan biji busuk atau berkecambah didalam
polong dan polongnya mudah tertinggal didalam tanah. Pemanenan yang
dilakukan selama musim hujan dapat meningkatkan terjadinya pembusukan,
menurunkan kuantitas dan kualitas produksi (Trianto, 2020).
2.4. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik


baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang
diurai oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pupuk organik
sangat penting artinya ssebagai penyangga sifat fisik,kimia,dan biologi
tanah sehingga dapat meningkatkan efesiensi pupuk dan produktivitas lahan
(Supartha, 2012). Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion untuk
pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, kebutuhan tanaman dan
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah (Lestari, 2015).

2.5 Pupuk Organik Cair Daun Lamtoro

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui
daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro
dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan
organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman,
meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Anggraeni,
2018).

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah


Mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan
bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga meningkatkan kemampuan
fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, Meningkatkan
vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan
patogen penyebab penyakit, Merangsang pertumbuhan cabang produksi,
Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta, mengurangi
gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Huda, 2013).
Salah satu pupuk organik cair adalah pupuk organik cair daun
lamtoro. Daun lamtoro berpotensi sebagai pupuk yang berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Pratiwi, 2009). Sebagai
bahan pupuk cair organik, lamtoro salah satu tanaman legum yang
mengandung unsur hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan
tanaman lainnya dan juga relatif lebih mudah terdekomposisi sehingga
penyediaan haranya lebih cepat (Nugroho, 2012).
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian dalam bentuk percobaan lapangan ini akan dilaksanakan


di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Barat, Kelurahan Tanjuang Gadang Koto Nan Ampek Kecamatan
Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, dengan jenis tanah Inceptisol,
ketinggian tempat ± 514 mdpl. Waktu percobaan akan dilaksanakan dari
bulan Maret 2021 sampai bulan Juni 2021.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kacang


tanah varietas kelinci, pupuk organik cair daun lamtoro, pupuk Urea, pupuk
KCl, pupuk SP 36, pestisida, Alat yang digunakan adalah cangkul, ember,
tugal, papan label, timbangan, meteran, ajir, tali rafia, paranet, hand sprayer,
kalkulator, kamera dan alat-alat tulis.

3.3. Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok, sehingga berjumlah 20 petak. Dalam
setiap petak terdapat 16 tanaman kacang tanah dan 3 diantaranya merupakan
tanaman sampel yang dipilih secara acak. Data hasil pengamatan dirata-
ratakan dan dianalisis secara statistika dengan uji F pada taraf nyata 5% bila
F hitung besar dari F tabel maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s New
Multiple Range Test (DMNRT) pada taraf nyata 5%.

Perlakuannya adalah pemberian pupuk organik cair daun lamtoro


dengan beberapa konsentrasi sebagai berikut:

A. 0 ml/ L air
B. 100 ml/ L air

C. 200 ml/ L air

D. 300 ml/ L air

E. 400 ml/ L air

3.4. Pelaksanaan

3.4.1. Persiapan lahan

Lahan percobaan dibersihkan dari gulma, kemudian dilakukan


pengolahan tanah pertama dengan cara mencangkul sampai kedalaman 30
cm dan dibiarkan selama 1 minggu. Selanjutnya dilakukan pengolahan
tanah ke dua dengan menghancurkan bongkahan tanah sampai diperoleh
tanah untuk petakan yang gembur dan diberikan perlakuan, kemudian dibuat
petak-petak percobaan dengan ukuran 1 m x 1 m dan tinggi petakan 30 cm,
sedangkan jarak petak dalam kelompok dan antar kelompok 50 cm.

3.4.2. Pembuatan Pupuk Organik Cair Daun Lamtoro

Proses yang dilakukan untuk membuat pupuk organik cair daun


lamtoro adalah dengan mengumpulkan daun lamtoro. Selanjutnya daun
lamtoro dicincang halus 3-5 cm, kemudian ditumbuk, dan dimasukkan ke
dalam ember. Tambahkan gula merah yang sudah diiris halus dan air cucian
beras, kemudian tambahkan EM-4 dan air setelah itu diaduk sampai rata
selama beberapa menit, lalu difermentasikan selama 21 hari

3.4.3. Pemberian Perlakuan

Pupuk organik cair daun lamtoro diaplikasikan sebanyak 5 kali pada


tanaman kacang tanah umur 7 HST, 15 HST, 21 HST, 28 HST dan 35 HST
dengan konsentrasi 0 ml/ L air, 100 ml / L air, 200 ml/ L air, 300 ml/ L air,
400 ml/ L air. Untuk mendapatkan konsentrasi pupuk organik cair daun
lamtoro, hasil fermentasi diencerkan atau dicukupkan dengan air sampai
1000 ml, dimisalkan untuk perlakuan B. 100 ml/ L air, dimana 100 ml
pupuk organik cair daun lamtoro dicukupkan dengan 900 ml air sehingga
pemberian perlakuan menjadi 1 liter larutan untuk 1 petak percobaan, begitu
juga dengan perlakuan C, D, dan E. Perlakuan tersebut dilakukan setiap sore
hari.

3.4.4. Persiapan Benih

Benih kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah


varietas Kelinci yang dibeli ke petani lokal, kemudian biji yang kecil
dengan biji yang besar dipisahkan sehingga ukuran biji sama besar
(homogen).

3.4.5. Penanaman

Penanaman kacang tanah dilakukan satu minggu setelah pengolahan


tanah ke 2 dengan cara menunggalkan benih kedalam tanah dengan
kedalaman ± 3 cm. Setiap lobang di isi dengan dua buah benih kacang tanah
dengan jarak tanam 25 x 25 cm, sekaligus penanaman tanaman pinggir
sesuai perlakuan guna untuk mengganti bila ada benih yang tidak tumbuh.

3.4.6. Pemupukan

Kacang tanah seperti tanaman kacang-kacangan lainnya tidak


menunjukkan respon yang nyata terhadap tambahan pupuk. Akan tetapi
untuk mempertahankan keseimbangan unsur hara didalam tanah, maka
pemberian pupuk sebanyak 50 kg/ ha Urea, 100 kg/ ha SP 36, dan 50 kg/ ha
KCl dapat digunakan sebagai patokan anjuran. Pupuk diberikan setengah
dari anjuran yaitu 25 kg Urea/ ha setara dengan 0,25 gram/ petak, 50 kg/ha
SP 36 setara dengan 0.5 gram/ petak, dan 25 kg/ ha KCl setara dengan 0.25
gram/ petak. Pupuk dapat diberikan dengan disebar merata pada petakan
tanah sebelum tanam lalu dicampur atau diaduk dengan tanah.

3.4.7. Pemeliharaan

3.4.7.1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara merata dan dalam jumlah yang sama
bila tidak turun hujan setiap hari, apabila hari panas dilakukan penyiraman
setiap pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan
gembor.

3.4.7.2. Penjarangan

Penjara ngan dilakukan 10 hari setelah tanam (HST) dengan


meninggalkan 1 tanaman yang sehat dengan pertumbuhan yang normal.
Penjaragan dilakukan dengan cara menggunting tanaman yang akan dibuang
sampai pangkal batang.

3.4.7.3. Penyisipan

Penyisipan dilakukan 10 HST bagi bibit yang gagal tumbuh, dengan


bibit yang telah disisipkan disamping petak percobaan sesuai perlakuan.

3.4.7.4. Penyiangan / Pembubunan

Penyiangan dilakukan sebanyak dua kali, pertama saat tanaman


berumur 15 HST dan penyiangan kedua saat tanaman berumur 30 HST.
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh disekitar
tanaman. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman.
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk
memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup
akar yang bermunculan di atas permukaan tanah. Pembumbunan dilakukan
dengan cara tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk,
kemudian ditimbun di barisan tanaman.

3.4.6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama penyakit akan dilakukan secara mekanis yaitu


mengambil langsung hama yang ditemui pada tanaman lalu dibuang. Hama
utama yang menyerang kacang tanah adalah wereng kacang tanah,
penggerek daun, ulat jengkal dan ulat grayak. Hama tersebut dapat
dikendalikan dengan insektisida endosulfan, klorfirifos, metamidosof,
diazinon. Untuk pencegahan, pestisida tersebut dapat diaplikasikan pada
umur 25, 35, dan 45 hari setelah tanam. Penyakit utama kacang tanah antara
lain adalah layu bakteri, bercak daun, dan penyakit karat. Pengendalian
dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan atau menggunakan
fungisida benomil, mankozeb, bitertanol, karbendazim, dan klorotalonil.

3.4.7. Panen

Panen dilakukan saat kacang berumur ± 95 HST. Pemanenan


dilakukan terhadap tanaman dengan kriteria biji kacang tanah sudah terisi
penuh, batang sudah mengeras, daun mulai kuning dan berguguran.

3.5. Pengamatan

3.5.1. Saat Muncul Lapang (hari)

Pengamatan saat muncul lapang dilakukan dengan cara menghitung


jumlah hari yang dibutuhkan saat tanaman kacang tanah muncul ke
permukaan tanah 50% dari setiap petak.

3.5.2. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik


tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Agar pengukuran tidak
berubah diberi ajir 5 cm dari permukaan tanah, pengukuran tinggi tanaman
dilakukan setiap minggu dimulai 2 minggu setelah tanam (MST) sampai
tanaman berumur 6 MST.

3.5.3. Umur Berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dihitung sejak tanaman ditanam sampai


tanaman berbunga 50% dalam satu petak.

3.5.4. Umur Panen (hari)

Pengamatan umur panen dilakukan dengan menghitung hari


semenjak tanam sampai panen ( lebih kurang 95 hari ).
3.5.5. Jumlah Polong per Tanaman (buah)

Pengamatan jumlah polong per tanaman dapat dilakukan dengan


cara menghitung seluruh polong yang ada pada tanaman sampel untuk
setiap perlakuan dilakukan pada saat hari pemanenan.

3.5.6. Jumlah Polong per Petak (kg)

Pengamatan jumlah polong per petak di lakukan dengan cara


menghitung seluruh polong dalam satu petak setiap perlakuan.

3.5.7. Berat Polong Basah Bernas per Tanaman (kg)

Pengamatan berat polong basah bernas tanaman dapat dilakukan


setelah kacang tanah dipanen dengan cara menimbang seluruh polong
bernas pada tanaman sampel, kemudian dirata – ratakan.

3.5.8. Berat Polong Basah per Petak (kg)

Pengamatan berat polong basah bernas per petak dapat dilakukan


dengan cara menimbang seluruh polong kacang tanah dalam satu petak.

3.5.9. Berat Polong Basah per Hektar (ton)

Pengamatan dilakukan pada saat setelah panen dengan cara


mengkonveresikan total panen per petak ke hektar dengan rumus sebagai
berikut :

10.000 m 2
Berat polong per ha = x berat polong per petak
luas petak

3.5.10. Berat 100 Biji Kering

Berat 100 biji dihitung pada keadaan biji kering. Pengambilan 100
biji dilaksanakan secara acak pada setiap petakan.

3.5.11. Berat Biji Kering per Petak


Pengamatan berat biji kering per petak dilakukan dengan cara
menimbang seluruh biji yang telah dikering anginkan selama 3 hari yang
ada pada tiap-tiap petak percobaan.

IV. ANALISIS STATISTIK

4.1 Rancangan Acak Kelompok (RAK)

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


dengan 5 perlakuan dan 4 kelompok.

Tabel 1.Dasar RAK (Rancangan Acak Kelompok)

Kelompok
Perlakuan Total Rata-rata
I II III IV

_
A Y 1A Y 2A Y 3A Y 4A YA
Y

_
B Y 1B Y 2B Y 3B Y 4B YB
Y

_
C Y 1C Y 2C Y 3C Y 4C YC
Y

_
D Y 1D Y 2D Y 3D Y 4D YD
Y

_
E Y 1E Y 2E Y 3E Y 4E YE
Y

_
Total Y1 Y2 Y3 Y4 Y
Y

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel
F Hit
keragaman Bebas Kuadrat Tengah 5% 1%

JKP KTP  
Perlakuan P–1 JKP
Dbp KTG  
JKK KTK  
Kelompok K–1 JKK
DBK KTG  
JKG    
Galat (P-1) (K-1) JKG
Dbg    

Total (p.k) – 1 JKT


     

IV.2. Perhitungan Sidik Ragam

Y2
1. Faktor Koreksi (FK) =
PxK

2. Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ( X1A2 + X2A2 + ...+ X4E2 ) ̶ FK

XA 2 + XB 2 + XC 2 + XD 2+ XE 2
3. Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = - FK
K

X 12 + X 22 + X 3 2 + X 42
4. Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = - FK
P

5. Jumlah Kuadrat Galat (JKG) = JKT ̶ JKP ̶ JKK

JKP
6. Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP) =
DbP

JKK
7. Kuadrat Tengah kelompok (KTK) =
DbK

JKG
8. Kuadrat Tengah Galat (KTG) =
DbG

KTP
9. F Hitung Perlakuan =
KTG
KTK
10. F Hitung Kelompok =
KTG

11. Lihat F Tabel 5 % dan 1 %

12. Bandingkan F Hitungdengan F Tabel 5 % dan 1 % dan Tarik


Kesimpulan

13. Kesimpulan

a. Jika F hitung lebi besar dari F tabel 1 % dinyatakan berbeda sangat


nyata
b. Jika F hitung besar dari F tabel 5 % dikatakan berbeda nyata
c. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel 5 % dinyatakan berbeda tidak
nyata

14. Koefisien Keragaman (KK) = √KTG x 100%

IV.3. Uji Lanjut DMNRT

1. Cari Nilai Kesalahan Baku (SŸ) = √KTG


X

2. Lihat Tabel SSRp untuk perlakuan 2,3,4 dan 5 pada tabel 5 %


3. Hitung Nilai LSRp dengan rumus = SSRp x (SŸ)
4. Susun Nilai Tengah Perlakuan berdasarkan Urutan Nilai Dari Yang
Besar Sampai Yang Terkecil
5. Hitung Selisih Nilai Tengah Masing-masing Perlakuan Dengan Cara
Sebagai Berikut :

Tabel 3. Rata-rata perlakuan dari yang tertinggi ke yang terendah

Perlakuan Nilai Tengah Perlakuan


A _
Y
B _
Y
C _
Y
D _
Y
E _
Y

Tabel 4. Perbandingan rata-rata perlakuan

Perbandingan Nilai
Selisih Nilai LS Rp 5% Kesimpulan
Tengah Perlakuan

A–E

A–D
     
A–C

A–B

B–E

B–D      

B–C

C–E
     
C–D

D–E      

6. Bandingkan Selisih Nilai Tengah Tersebut Dengan Nilai LSRp 5%


Buat kesimpulan
 Jika nilai selisih perbandingan perlakuan lebih besar dari nilai
LSRp 5% dikatakan berbeda nyata
 Jika nilai selisih perbandingan perlakuan lebih kecil dari nilai
LSRp 5% dikatakan berbeda tidak nyata

7. Buat tabel Kesimpulan dan Beri Notasi


Tabel 5. Kesimpulan

Perlakuan Rata-rata Perlakuan

A .................a

B ..........................b

C ..................................c

D ..........................................d

E ..................................................e
V. PERKIRAAN BIAYA

I. Pengadaan Proposal : Rp. 600.000,-


II. Biaya Penelitian Meliputi :
II.1 Sewa Lahan : RP. 150.000,-
II.2 Pengolahan Tanah : Rp. 500.000,-
II.3 Pembuatan Pagar : Rp. 400.000,-
II.4 Benih kacang tanah : Rp. 115.000,-
II.5 Papan merk, label dan ajir : Rp. 100.000,-
II.6 Pupuk urea, SP-36, KCl : Rp. 122.000,-
II.7 Pestisida : Rp. 115.000,-
II.8 Alat-alat tulis : Rp. 54.000,-
II.9 Biaya tak terduga : Rp. 150.000,-
III. Transportasi : Rp. 200.000,-
IV. Dokumentasi : Rp. 100.000,-
Jumlah Rp.2.606.000,-

(Terbilang :Dua Juta Enam Ratus Enam Ribu Rupiah)


DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2007. Budidaya Kacang Tanah. Semarang: CV. Aneka Ilmu.


Dermawan, R. D. 2020. Respon Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) terhadap Pemberian Kompos Limbah Jamur
Tiram dan NPK 17-17-17 (Doctoral dissertation, UMSU).
Evita. 2012. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)
pada Perbedaan Tingkat Kandungan Air. Fakultas Pertanian,
Universitas Jambi. Jurnal Agroteknologi. 1 (1) Hal 26-32.
Girsang, W. 2009. Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta
Harsono A. 2013. Implementasi Pengendalian Gulma Terpadu pada
Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian, Malang.
Irpan, M. 2012. Pengaruh Pemberian Kompos Limbah Jagung dan Limbah
Cair Tahu terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurusan Agroekoteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Skripsi.
Jeksen, J. dan Mutiara, C. 2017. Analisis Kualitas Pupuk Organik Cair dari
Beberapa Jenis Tanaman Leguminosa.
Kurniawan, R. M. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) terhadap Sistem Tanam Alur
dan Pemberian Jenis Pupuk. Departemen Agronomi Dan
Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Skripsi.
Marzuki, R. 2007. Bertanaman Kacang Tanah. Jakarta: Penebar
Maysandy, N. D. 2020. Respon Pertumbuhan dan ProduksiTanaman
kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) terhadap Pemberian Ekstrak
Kulit Pisang Kepok dan Bokashi Ampas Teh (Doctoral dissertation).
Monica, R. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Lamtoro Terhadap
Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Kedelai. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma. Skripsi.
Novriani, N. 2016. Pemanfaatan Daun Gamal Sebagai Pupuk Organik Cair
(POC) Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Kubis Bunga (Brassica oleracea L.) Pada Tanah Podsolik.
Universitas Muhammadiyah Palembang. Klorofil: Jurnal Penelitian
Ilmu-Ilmu Pertanian, 11.1: 15-19.
Oentari, A. P. 2008. Pengaruh Pupuk Kalium Terhadap Kapasitas Source
Sink Pada Enam Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Oktavia, W, F, 2012. Peluang Bisnis Industry Serat Sabut Kelapa. STMIK
AMIKOM Yogyakarta: 1-5.
Parlimbungan, D., Robert, L. dan Faizal, H. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun
Lamtoro sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanamam Sawi.
Pratiwi, N. R. M. 2009. Pemanfaatan daun lamtoro terhadap pertumbuhan
tanaman anggrek tanah (Vanda sp.) pada campuran media pasir
dan tanah liat. Program Studi Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.Universitas Muhamadiyah Surakarta. Jawa Tengah.
Skripsi.
Purba, F. I. S. 2012. Kompos Alang-Alang dan Urine Kambing
Berpengaruh pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurusan Agroekoteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Skripsi.
Rachman, A., Ai D. dan Djoko S. 2010. Pupuk hijau.
Ratnapuri, I. 2008. Karakteristik Pertumbuhan dan Produksi Lima Varietas
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Ratrinia, P.W., Maruf, W.F. dan Dewi, E. N. 2014. Pengaruh penggunaan
bioaktivator EM4 dan penambahan daun lamtoro (Leucaena
leucophala) terhadap spesifikasi pupuk organik cair rumput laut
Eucheuma spinosum.
Redman, K. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Lamtoro Dan Pupuk
Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
Manis ( Zea mays L. Saccharata Sturt.).
Reiza, M. 2016. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) terhadap Waktu Aplikasi Pupuk Kandang
Sapi. Jurusan Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan. Skripsi.
Suprapto. 2006. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Swatika, D.K.S., 2016. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Monograf Balitkabi No.13.
Trianto, P. 2020. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah
(Arachis Hypogaea L.) Terhadap Pemberian Poc Limbah Kulit
Nanas Dan Pupuk Npk (Doctoral dissertation). Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara
Trustinah. 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Yuliana, I. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis
Hypogaea L.). Program Studi AgroteknologiFakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh, Aceh Barat. Skripsi.
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Tanah Varietas Kelinci

Dilepas pada tahun : 1987


Nomor induk : GH-47
Asal : IRRI-Filipina No. Acc 12
Mulai berbunga : 25 – 29 hari
Umur polong tua : 95 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau tua
Warna bunga : Kuning
Warna ginofora : Hijau
Warna kulit biji : Merah muda
Konstruksi polong : Agak nyata
Kulit polong : Nyata
Jumlah polong / tnm : 15 buah
Jumlah biji / polong :4
Berat 100 biji : 45 g
Hasil rata – rata : 2,3 t/ha
Kadar lemak : 28 %
Kadar protein : 31 %
Rendeman biji : 67 %
Sifat : tahan penyakit karat daun, toleran terhadap
bercak daun, agak tahan penyakit layu.

Sumber : Eproduk, Litbang, Depetermen pertanian.( 2013 )


Lampiran 2. Cara Pembuatan Pupuk Hijau Paitan

Alat :
1. Parang atau pisau
2. Saringan
3. Ember
4. Pengaduk
5. Alat penumbuk
Bahan:
1. Daun Lamtoro
2. Air cucian beras
3. Gula merah
4. EM-4
Langkah Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Cincang daun lamtoro menggunakan parang atau pisau dengan
ukuran 3-5 cm, lalu ditumbuk dan masukkan ke dalam ember
3. Tambahkan gula merah dan air cucian beras lalu diaduk rata
kemudian difermentasikan selama 21 hari
4. Selanjutnya pupuk organik cair siap digunakan.

Sumber: Redaksi Trubus, 2012


Lampiran 3. Denah Penempatan Petak Percobaan di Lapangan
Menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK)

I II III IV

A E D C
a
b

B A E D U

C B c
A E

D C B A
d

E D C B S

Keterangan :
I,II,III, IV : Kelompok
A,B,C,D,E : Perlakuan
a. Jarak Antar Kelompok : 50 cm
b. Jarak Antar Petak : 50 cm
c. Lebar Petak : 1m
d. Panjang Petak : 1m

Lampiran 4. Tata Letak Tanaman Kacang Tanah dalam Satu Petak


Percobaan
e
X x x x
d f
b
x x x x
c
X x x x

X x x x
a

x x x x
a

Keterangan :
x : Tanaman kacang tanah
x : Tanaman sampel
a : Panjang petakan (1 m)
b : Lebar petakan (1 m)
c : Jarak tanam antar baris (25 cm)
d : Jarak tanam dalam baris (25 cm)
e : Jarak tanaman ke pinggir petakan (12,5)
f : Jarak tanaman ke pinggir petakan (12,5)
Lampiran 4.Jadwal Kegiatan Percobaan di Lapangan

Bulan/Minggu ke

Kegiatan MARET APRIL MEI JUNI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan tempat
penelitian                                

Penanaman                                

Pemberian Perlakuan                              

Pemeliharaan                                

Pengamatan                                

Panen                                

Pengolahan data                                

Anda mungkin juga menyukai