Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADIST AHKAM JINAYAH SIYASAH

Makalah ini dibuat untuk mengikuti pembelajaran matakuliah hadist ahkam jinayah
siyasah

DOSEN PENGAMPUH : Rahman Alwi, M.A

Disusun oleh : Kelompok 3

Yudha Prasetiyo : 11920412333


Inay Mangisarah : 11920423233

HUKUM TATA NEGARA SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curah kepada baginda rasulullah SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
kesalahan dalam makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Akhir kata penulis berharap ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Terimakasih.

Pekanbaru, 22 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 5
2.1 Pengertian zina........................................................................... 5
2.2 hukum zina menurut ulama mazhab........................................... 6
2.3 hadits tentang zina,hukuman bagi pelaku zina
dan efek negatif dari perbuatan zina........................................ 7
2.4 menuduh zina (qadzaf)............................................................... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................... 12

3.1.Kesimpulan................................................................................. 12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Negara Indonesia adalah Negara hukum. Kesadaran hukum merupakan faktor
terpenting dalam menegakkan hukum dan keadilan di Indonesia, karena tanpa adanya
kesadaran hukum mustahil dapat ditegakkan sebuah keadilan. Pemerintah terus menerus
melakukan revisi terhadap hukum yang telah ada, untuk mendapatkan kepastian hukum
sebagai upaya demi tegaknya keadilan, kebenaran dan ketertiban hukum di Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kejahatan merupakan masalah sosial dan
pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk mengatasinya. Salah satu cara
untuk mencegah dan mengendalikan kejahatan adalah menggunakan hukum pidana yang
sanksinya berupa pidana. Oleh karena itu di makalah ini kami menjelaskan apa saja
hukuman bagi seorang pezina laiki-laki atau perempuan dan juga hukuman bagi orang
yang menuduh seorang wanita berzina berdasarkan hukuman yang terdapat dari hadits
nabi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud zina?
2. Sebutkan hokum zina menurut para ulama?
3. Sebutkan hadis tentang zina, hukuman bagi pelaku zina dan efek negative dari
perbuatan zina?
4. Apa hukum menuduh berzina dan hukuman bagi yang menuduh seorang
berzina?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar para pembaca dan pembuat makalah lebih
memahami tentang hadist yang membahas tentang zina dan menuduh zina

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Zina

Islam melarang keras umatnya untuk mendekati zina. Sebab, zina adalah salah
satu dosa besar yang bisa mendatangkan siksa pedih bagi pelakunya. Secara harfiah,
zina bisa diartikan sebagai perbuatan bersenggama antara perempuan dan laki-laki
yang bukan mahramnya (bukan pasangan halal). Selain mendatangkan dosa besar,
zina juga bisa menimbulkan kemudharatan lain seperti penyakit menular seksual.
Oleh karena itu, Allah SWT melarang keras hamba-Nya untuk mendekati zina.
Larangan ini tertuang dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 32.

‫َواَل تَ ْق َربُوا ال ِّز ٰن ٓى اِنَّهٗ َكانَ فَا ِح َشةً ۗ َو َس ۤا َء َسبِ ْياًل‬

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu
perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.

Berikut adalah hukuman dan bahaya bagi pelaku zina:

Islam telah mengatur semua hal termasuk hukuman bagi pelaku zina. Dalam
Islam, pelaku zina dibedakan berdasarkan dua jenis, yaitu zina mukhsan dan zina
ghairu mukhsan.

Zina mukhsan adalah zina yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah
menikah atau telah memiliki suami atau istri. Sedangkan zina ghairu mukhsan adalah
zina yang dilakukan oleh mereka yang belum sah atau belum pernah menikah.
Masing-masing diberikan hukuman yang berbeda. Bagi pezina ghairu
mukhsan dijatuhi hukuman 100 kali cambukan dan diasingkan selama setahun.
Sedangkan bagi pezina mukhsan dijatuhi hukuman rajam.

Rasulullah SAW bersabda:

‫ب َج ْل ُد ِمائَ ٍة َوالرَّجْ ُم‬


ِ ِّ‫ُخ ُذوْ ا َعنِّي ُخ ُذوْ ا َعنِّي قَ ْد َج َع َل هللاُ لَه َُّن َسبِ ْيالً اَ ْلبِ ْك ُر بِ ْالبِ ْك ِر َج ْل ُد ِمائَ ٍة َونَ ْف ُي َسنَ ٍة َوالثَّيِّبُ بِالثَّي‬

“Ambillah dariku, ambillah dariku! Allah telah menjadikan bagi mereka jalan keluar.
(Apabila berzina) jejaka dengan gadis (maka haddnya) dicambuk seratus kali dan
diasingkan setahun. (Apabila berzina) dua orang yang sudah menikah (maka hadd-
nya) dicambuk seratus kali dan dirajam.” (HR. Muslim, no. 1690)

Adapun bahaya perbuatan zina adalah sebagai berikut:

 Mendapatkan dosa besar dan dicampakkan oleh Allah SWT.


 Hilang cahaya dari wajahnya sehingga terlihat kusam dan muram.
 Rusak martabat dan harga dirinya di hadapan Allah SWT dan manusia.
 Mendapatkan sanksi sosial jika perbuatannya diketahui masyarakat.

5
 Pelaku zina akan disempitkan hatinya oleh Allah SWT sehingga ia enggan
melakukan perbuatan terpuji.
 Allah SWT akan mencampakkan pelaku zina dan membuatnya tidak pernah cukup
atas semua yang telah dimilikinya.

2.2. Hukum Zina Menurut Ulama Mazhab


Mazhab al-hanafiyah
Mazhab Al-Hanafiyahmenyebutkan definisi zina adalah hubungan seksual
yang dilakukan seorang laki-laki kepada seorang perempuan pada kemaluannya, yang
bukan budak wanitanya dan bukan akad yang syubhat. Definisi ini menegaskan
kriteria zina itu dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki
melakukannya dengan sesama jenis atau perempuan dengan sesama jenis, maka tidak
termasuk kriteria zina, walaupun tetap berdosa.
Pada kemaluan atau faraj artinya kalau dilakukan pada dubur meski tetap
haram, namun bukan termasuk kriteria zina. Perempuan itu bukan budak wanita,
kalau dilakukan pada istrinya juga bukan termasuk kriteria zina.

Mazhab Al-Malikiyah

Mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan pengertian zina adalah hubungan


seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf yang Muslim pada faraj adami
(manusia), yang bukan budak miliknya, tanpa ada syubhat dan dilakukan dengan
sengaja. Definisi ini menjelaskan kalau tidak terjadi hubungan seksual seperti
percumbuan, bukan termasuk zina, meski tetap diharamkan. Makna yang dilakukan
oleh seorang mukallaf artinya orang yang akil baligh. Sehingga bila pelakunya orang
gila atau anak kecil, maka bukan termasuk zina.

Makna yang Muslim artinya bila pelakunya bukan Muslim maka tidak
termasuk yang dikenakan hukuman hudud, yaitu hukum rajam atau cambuk. Pada
faraj manusia artinya bila hubungan itu tidak dilakukan pada kemaluan, seperti anus
dan lainnya, meski tetap haram namun bukan termasuk zina.

Adami artinya faraj itu milik seorang manusia, bukan faraj hewan. Hubungan
seksual manusia dan hewan meski hukumnya terlarang, tetapi dalam konteks ini
bukan termasuk zina.

Ibnu Rusyd yang mewakili mazhab Al-Malikiyah mendefinisikan makna zina


dalam istilah para fuqaha. Ia mengatakan zina adalah segala bentuk persetubuhan
yang dilakukan di luar nikah yang sah, bukan nikah syubhat dan bukan pada budak
yang dimiliki.

Mazhab Asy-Syafi'iyah

Mazhab Asy-Syafi'iyah memberikan definisi tentang istilah zina adalah


masuknya ujung kemaluan laki-laki meskipun sebagiannya ke dalam kemaluan wanita
yang haram, dalam keadaan syahwat yang alami tanpa syubhat. Asy-Syairazi dari

6
mazhab Asy-Syafi'iyah mendefinisikan zina adalah hubungan seksual yang dilakukan
oleh seorang laki-laki dari penduduk darul-Islam kepada seorang perempuan yang
haram baginya, yaitu tanpa akad nikah atau syibhu akad atau budak wanita yang
dimiliki, dalam keadaan berakal, bisa memilih dan tahu keharamannya.

Mazhab Al-Hambali

Definisi zina dari mazhab Al-Hanabilah adalah hilangnya hasyafah penis laki-
laki yang sudah baligh dan berakal ke dalam salah satu dari dua lubang wanita, yang
tidak ada hubungan ishmah antara keduanya atau syubhah.

2.3. Hadits Tentang Zina,Hukuman Bagi Pelaku Zina Dan Efek Negatif Dari Perbuatan
Zina.

‫الحديث األول عن عبد هللا بن عباس قال ما رأيت شيئا ً أشبه باللمم مما قال أبو هريرة إن النبي {صلى هللا عليه وسلم} قال‬
‫إن هللا كتب على ابن آدم حظه من الزنا أدرك ذلك ال محالة فزنا العينين النظر وزنا اللسان النطق والنفس تمنى وتشتهي‬
œ‫والفرج يصدق ذلك أو يكذبه‬

Artinya:

“Hadis pertama dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa aku tidak melihat sesuatu
yang lebih mirip dengan ‘kesalahan kecil’ daripada hadis riwayat Abu Hurairah RA bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian dari zina yang
akan dialaminya, bukan mustahil. Zina kedua mata adalah melihat. Zina mulut adalah
berkata. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Sedangkan alat kelamin itu
membuktikannya atau mendustakannya,’” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud).

‫ب َج ْل ُد ِمائَ ٍة َوالرَّجْ ُم‬


ِ ِّ‫ُخ ُذوْ ا َعنِّي ُخ ُذوْ ا َعنِّي قَ ْد َج َع َل هللاُ لَه َُّن َسبِ ْيالً اَ ْلبِ ْك ُر بِ ْالبِ ْك ِر َج ْل ُد ِمائَ ٍة َونَ ْف ُي َسنَ ٍة َوالثَّيِّبُ بِالثَّي‬

“Ambillah dariku, ambillah dariku! Allah telah menjadikan bagi mereka jalan keluar.
(Apabila berzina) jejaka dengan gadis (maka haddnya) dicambuk seratus kali dan
diasingkan setahun. (Apabila berzina) dua orang yang sudah menikah (maka hadd-nya)
dicambuk seratus kali dan dirajam.” (HR. Muslim, no. 1690)

Hadits ini menjelaskan tentang hukuman bagi seorang pezina baik laki-laki maupun
perempuan baik yang belum menikah maupun yang telah menikah dengan hukuman yang
berbeda, jika belum menikah maka hukumannya dicambuk seratus kali dan di asingkan ke
tempat lain dan hukuman bagi pezina yang sudah menikah maka hukumannya adalah
dicambuk dan dirajam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ال يزني الزاني حين يزني وهو مؤمن‬

“Pezina tidak dikatakan mu’min ketika ia berzina” (HR. Bukhari no. 2475, Muslim no.57)

7
Dalam hadits lain dinyatakan:

‫يص ِم ْن َر ْأ ِس ِه‬
َ ‫ب ْال َخ ْم َر نَزَ َع هللاُ ِم ْنهُ ْا ِإل ْي َمانَ َك َما يَ ْخلَ ُع ْا ِإل ْن َسانُ ْالقَ ْم‬
َ ‫َم ْن َزنَا أَوْ َش ِر‬

Artinya : Siapa yang berzina atau minum khamr maka Allah mencabut keimanan dari orang
itu sebagaimana seorang manusia melepas bajunya dari arah kepalanya. (HR al-Hâkim dari
hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan as-Suyûthi memberi symbol sahih)

Zina yang terburuk adalah menzinahi ibunya sendiri, putrinya, saudari atau
mahramnya yang lain. Dalam hadits dinyatakan:

ُ‫ت َمحْ َر ٍم فَا ْقتُلُوْ ه‬


ِ ‫َم ْن َوقَ َع َعلَى َذا‬

Artinya : Siapa yang menzinahi mahramnya maka bunuhlah! – (HR al-Hâkim dan beliau
shahihkan)

Berikut beberapa dampak negatif yang akan diterima pezina di dunia dan di akhirat
kelak :

 Zina mengurangi agama seseorang

 Zina menghilangkan sifat wara’

 Zina merusak kehormatan dan harga diri

 Zina mengurangi sifat cemburu

 Pezina mendapatkan murka Allah Azza wa jalla.

 Zina menghitamkan wajah dan menjadikannya gelap

 Zina menggelapkan hati dan menghilang cahayanya

 Zina mengakibatkan kefakiran yang terus menerus.

 Zina menghilangkan kesucian pelakunya dan menjatuh nilainya dihadapan Rabbnya


dan dihadapan manusia.

 Zina mencopot sifat dan julukan terpuji seperti ‘iffah, baik, adil, amanah dari
pelakunya serta menyematkan sifat cela seperti fajir, pengkhianat, fasiq dan pezina.

 Pezina menyeburkan diri pada adzab di sebuah tungku api neraka yang bagian atasnya
sempit dan bawahnya luas. Sebuah tempat yang pernah disaksikan Nabi SAW untuk
menyiksa para pezina. (HR al-Bukhâri dalam shahihnya dari sahabat Samurah bin
Jundab Radhiyallahu anhu)

 Zina menghilangkan nama baik dan menggantinya dengan al khabîts, sebuah gelar
yang sematkan buat para pezina

8
 Allah SWT memberikan kegelisahan hati buat para pezina

 Zina menghilangkan kewibawaan. Wibawanya akan di cabut dari hati keluarga,


teman-temannya dan yang lain

 Manusia memandangnya sebagai pengkhianat. Tidak ada seorangpun yang bisa


mempercayainya mengurusi anak dan istrinya

 Allah SWT memberikan rasa sumpek dan susah dihati pezina

 Pezina telah menghilangkan kesempatan dirinya untuk mendapatkan kenikmatan


bersama bidadari di tempat tinggal indah di syurga

 Perbuatan zina mendorong pelakunya berani durhaka kepada kedua orang tua,
memutus kekerabatan, bisnis haram, menzhalimi orang lain dan menelantarkan istri
dan keluarga

 Perbuatan zina dikelilingi oleh perbuatan maksiat lainnya. Jadi perbuatan nista ini
tidak akan terealisasi kecuali dengan didahului, dibarengi dan diiringi beragam
maksiat lainnya. Perbuatan keji menyebabkan keburukan dunia dan akherat

 Pelaku zina wajib diberi sanksi; pezina yang belum menikah didera seratus kali dan
diasingkan selama setahun dari daerahnya sedangkan pelaku yang pernah menikah
atau masih berkeluarga dirajam (dilempari) batu sampai mati

 Zina merusak nasab

 Zina menghancurkan kehormatan dan harga diri orang

 Zina menyebabkan tersebarnya waba penyakit berbahaya, tha’un (lepra) dan


tersebarnya penyakit kelamin yang umumnya sulit diobati, minimal penyakit syphilis

 Perbuatan zina membuka peluang bagi keluarganya untuk terjerumus dalam perbuatan
serupa.

2.4. Menuduh Zina (Qadzaf).

Pengertian qadzf Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Qadzaf adalah


perkataan ‘Hai pezina’, atau ‘Hai pelacur’ kepada seorang wanita muslimah yang
bukan mahram, merdeka dan yang menjaga kehormatannya.” Atau berkata kepada
suaminya, “Hai suami pelacur”. Atau berkata kepada anaknya, “Hai anak pezina”,
atau “Hai anak pelacur”. Sesungguhnya istilah pelacur digunakan untuk pezina, maka
jika ada seseorang, baik laki-laki atau wanita, berkata kepada orang lain, baik laki-laki
atau wanita, seperti orang yang mengatakan kepada seorang laki-laki, “Hai pezina”,
atau seseorang berkata kepada seorang bocah yang merdeka, “Hai orang yang
disodomi”, orang yang mengatakan itu wajib dikenai had (hukuman) dengan 80
deraan. Kecuali dia bisa mendatangkan bukti, dan buktinya sebagaimana firman Allâh
adalah 4 saksi yang menyaksikan kebenaran tuduhannya kepada wanita atau laki-laki
yang dituduh itu. Jika dia tidak mendatangkan bukti, maka dia didera jika orang yang

9
dituduh itu menuntutnya”.

Islam adalah agama rahmat bagi seluruh makhluk. Islam mengangkat


kedudukan pemeluknya, sehingga kehormatannya tidak boleh diganggu. Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ َوأَ ْع َرا‬،‫ َوأَ ْم َوالَ ُك ْم‬،‫فَإ ِ َّن هَّللا َ َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم ِد َما َء ُك ْم‬
‫ فِي بَلَ ِد ُك ْم هَ َذا‬،‫ فِي َشه ِْر ُك ْم هَ َذا‬،‫ َكحُرْ َم ِة يَوْ ِم ُك ْم هَ َذا‬،‫ض ُك ْم‬

Sesungguhnya Allâh telah mengharamkan atas kamu: darah kamu, harta kamu, dan
kehormatan kamu, seperti keharaman harimu ini, di bulanmu ini, di negerimu ini. [HR. Al-
Bukhâri, no. 6043] Termasuk merusak kehormatan Muslim dan Muslimah adalah
menuduhnya berbuat zina tanpa bukti. Bukti yang dimaksud adalah mendatangkan empat
orang saksi laki-laki yang melihat perzinaan itu secara langsung. Tuduhan tanpa bukti ini
disebut qadzf. Orang yang melayangkan tuduhan keji itu terlaknat di dunia dan di akhirat
serta akan mendapatkan siksa yang pedih

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

‫﴾ يَوْ َم تَ ْشهَ ُد َعلَ ْي ِه ْم أَ ْل ِسنَتُهُ ْم‬٢٣﴿ ‫َظي ٌم‬ ِ ‫ت لُ ِعنُوا فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة َولَهُ ْم َع َذابٌ ع‬ ِ ‫ت ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ِ ‫ت ْالغَافِاَل‬ َ ْ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬
ُ‫ق ْال ُمبِين‬
ُّ ‫ق َويَ ْعلَ ُمونَ أَ َّن هَّللا َ ه َُو ْال َح‬
َّ ‫﴾ يَوْ َمئِ ٍذ يُ َوفِّي ِه ُم هَّللا ُ ِدينَهُ ُم ْال َح‬٢٤﴿ َ‫َوأَ ْي ِدي ِه ْم َوأَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berbuat zina) kepada wanita yang baik-baik,
yang lengah (tidak melakukan perzinaan-pen), lagi beriman, mereka kena laknat di dunia dan
akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka
menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allâh akan
memberi mereka balasan yag setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allâh-
lah yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesutatu menurut hakikat yang sebenarnya).
[An-Nûr/24: 23-25]

Inilah ancaman yang sangat mengerikan bagi orang yang mulutnya lancang, dengan
menuduh orang Mukmin yang bersih dengan tuduhan zina. Bahkan mereka berhak
mendapatkan hukum cambuk 80 kali, dihukumi sebagai orang fasik, dan tertolak
persaksiannya. Kecuali jika dia bisa mendatangkan bukti, yaitu empat laki-laki yang melihat
langsung perbuatan keji tersebut dengan mata kepala mereka sendiri.

10
Perbandingan hukum menuduh zina menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal
310 dan Qanun Aceh nomor 6 tahun 2014 tentang hukum jinayat pasal 57

Di Indonesia merupakan Negara hukum, yang di dalamnya mempunyai beberapa


aturan hukum. Di dalam pemikiran ini adanya perbedaan sanksi dari Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Pasal 310 dan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat
memiliki perbedaan sanksi terhadap pelaku menuduh seseorang melakukan zina. Menurut
KUHP Pasal 310 itu penjara paling lama Sembilan bulan atau denda empat ribu lima ratus
rupiah, sedangkan menurut Qanun Aceh Hukum Jinayat itu dengan ‘Uqubat Hudud’.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisa tiga hal, yaitu: 1) untuk
mengetahui hukum menuduh zina menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310;
2) untuk mengetahui hukum menuduh zina menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Hukum Jinayat; 3) dan untuk mengetahui perbandingan hukum menuduh zina
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 310 dan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Hukum Jinayat. Dalam hukum Islam, tidak ada suatu perbuatan dianggap
sebagai tindak pidana dan tidak pernah dijatuhi hukuman sebelum perbuatan tersebut
dinyatakan sebagai tindak pidana dan diberi sanksinya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Kerangka pemikiran ini berangkat dari perbedaan sanksi antara Undang-Undang dan Qanun
Aceh Hukum Jinayat. Metode penelitian yang diterapkan adalah metode deskriptif, yaitu
berusaha mendeskripsikan dan menggambarkan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Pengumpulan data penelitian
melalui pengumpulan data, dengan sumber primer diantaranya 1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana; 2) Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat. Sedangkan
data sekunder diantaranya buku, jurnal, dan skripsi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pasal 310 bahwasanya tindak pidana menuduh zina masuk dalam pasal ini, tetapi tidak
merujuk jelas kepada tindak pidana menuduh zina, jika dilihat dari kata “menyerang
kehormatan atau nama baik” dapat dikategorikan dalam bentuk tindak pidana/jarimah qadzaf,
setiap perbuatan yang dapat menjatuhkan harga diri seseorang, perbuatan memalukan dengan
perbuatan seperti menuduh seseorang telah melakukan tindak pidana qadzaf masuk dalam
pasal 310 KUHP (2) di dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat
pasal 57 sudah jelas bahwa hukuman bagi pelaku qadzaf (menuduh zina) dikenakan hukuman
had yang sesuai dengan aturan Syara’ dan sudah tercantum di dalam Al-Qur’an dalam surat
An-Nur ayat 4-5 (3) dengan mengetahui adanya perbedaan dalam hukuman menuduh zina

11
diantara KUHP dan Qanun Aceh perumusan hukum menuduh zina pada kedua hukum itu
berbeda. Yang lebih memberikan efek jera bagi pelaku menuduh zina dengan hukuman
cambuk yang ada di dalam aturan Qanun Aceh yang berdasarkan Al-Qur’an surat An-Nur
ayat 4-5. Karena hukuman cambuk di Qanun Aceh lebih berhasil memberantas para pelaku
tindak pidana.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
zina adalah salah satu dosa besar yang bisa mendatangkan siksa pedih bagi
pelakunya. Secara harfiah, zina bisa diartikan sebagai perbuatan bersenggama antara
perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya (bukan pasangan halal). Selain
mendatangkan dosa besar, zina juga bisa menimbulkan kemudharatan lain seperti
penyakit menular seksual.
PENGERTIAN QADZF Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Qadzaf
adalah perkataan ‘Hai pezina’, atau ‘Hai pelacur’ kepada seorang wanita muslimah
yang bukan mahram, merdeka dan yang menjaga kehormatannya.” Atau berkata
kepada suaminya, “Hai suami pelacur”. Atau berkata kepada anaknya, “Hai anak
pezina”, atau “Hai anak pelacur”. Sesungguhnya istilah pelacur digunakan untuk
pezina, maka jika ada seseorang, baik laki-laki atau wanita, berkata kepada orang lain,
baik laki-laki atau wanita, seperti orang yang mengatakan kepada seorang laki-laki,
“Hai pezina”, atau seseorang berkata kepada seorang bocah yang merdeka, “Hai
orang yang disodomi”, orang yang mengatakan itu wajib dikenai had (hukuman)
dengan 80 deraan. Kecuali dia bisa mendatangkan bukti, dan buktinya sebagaimana
firman Allâh adalah 4 saksi yang menyaksikan kebenaran tuduhannya kepada wanita
atau laki-laki yang dituduh itu. Jika dia tidak mendatangkan bukti, maka dia didera
jika orang yang dituduh itu menuntutnya”.

12

Anda mungkin juga menyukai