Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rindang Istikayani

Nim : 5304191195
Kelas : AKP 5A
PERTEMUAN 3 AKUNTANSI PEMERINTAH 1

1. Struktur organisasi kenegaraan

Lembaga Negara

 Presiden Republik Indonesia


 Majelis Permusyawaratan Rakyat
 Dewan Perwakilan Daerah
 Mahkamah Konstitusi
 Mahkamah Agung
 Badan Pemeriksa Keuangan
 Komisi Pemberantasan Korupsi
 Komisi Yudisial
 Komisi Pemilihan Umum
 Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
 Komisi Nasional Hak Asasi Nasional
 Komisi Perlindungan Anak
 Komisi Ombudsman

Kementerian

 Kementerian Sekretariat Negara


 Kementerian Dalam Negri
 Kementerian Luar Negri
 Kementerian Pertahanan
 Kementerian Hukum dan HAM
 Kementerian Keuangan
 Kementerian Energi dan SDM
 Kementerian Perindustrian
 Kementerian Perdagangan
 Kementerian Pertanian
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
 Kementerian Perhubungan
 Kementerian Kelautan dan Perikanan
 Kementerian Ketenagakerjaan
 Kementerian PU dan Perumahan Rakyat
 Kementerian Kesehatan
 Kementerian Sosial
 Kementerian Agama

 Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah


 Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi
 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
 Kementerian Pariwisata
 Kementerian Komunikasi dan Informatika
 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
 Kementerian Agraria dan Tata Ruang
 Kementerian Badan Usaha Milik Negara
 Kementerian Pemuda dan Olahraga

Lembaga Pemerintah Non Kementerian

 Arsip Nasional RepublikIndonesia


 Badan Intelijen Negara
 Badan Kepegawaian Negara
 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
 Badan Koordinasi Penanaman Modal
 Badan Informasi Geospasial
 Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
 Badan Narkotik Nasional
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana
 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
 Badan Pengawas Tenaga Nuklir

 Badan Pengawasan Obat dan Makanan


 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
 Badan Pertahanan Nasional
 Badan Pusat Statistik
 Badan SAR Nasional
 Badan Standarisasi Nasional
 Badan Tenaga Nuklir Nasional
 Lembaga Administrasi Nasional
 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
 Lembaga Ketahanan Nasional
 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
 Lembaga Sandi Negara
 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

TNI / Polri

 Markas Besar TNI


 Markas Besar Polri
Internasional

 International Parliament Union (IPU)


 Asian Parliamentary Assembly (APA)
 ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA)
 Asian Pacific Parliamentry Forum
 Global Centre for ICT in Parliament
 Global Legal Information Network (GLIN)

2. Struktur pemerintahan Pusat-Provinsi-kab/kota cari sumber anggarannya

Dari ketentuan tersebut dapat dimaknai bahwa :


1. Presiden mendelegasikan kekuasaan dalam pengelolaan keuangan negara ini kepada
Menteri Keuangan, Menteri dan Pimpinan Lembaga Negara, serta Kepala Daerah
(gubernur, bupati atau walikota). Dengan demikian, dalam pelaksanaannya, tidak akan
terjadi pemusatan kekuasaan pengelolaan keuangaan negara hanya di tangan Presiden.
2. Pengelolaan keuangan negara akan berjalan efektif dan efisien apabila terdapat
perencanaan yang baik. Oleh karena itu, Presiden Republik Indonesia selaku kepala
pemerintahan akan menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) setiap tahun. RAPBN tersebut kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk dibahas bersama dengan memperhatikan pendapat Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) untuk mata anggaran yang berkaitan dengan daerah. RAPBN
yang telah disetujui oleh DPR kemudian menjadi Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) yang dijadikan patokan oleh pemerintah dalam menjalankan berbagai program
pembangunan dalam jangka waktu satu tahun.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Presiden dalam menjalankan kekuasaan
mengelola keuangan negara tidak bertindak sendirian. Akan tetapi, Presiden harus
melibatkan lembaga lain yaitu DPR, DPD, Kementerian Negara dan Pemerintah Daerah.
Beberapa pejabat negara yang mendapatkan pelimpahan kewenangan dari Presiden dalam
mengelola keuangan negara antara lain sebagai berikut.
Pejabat
No. Tugas dalam Pengelolaan Keuangan Negara
Negara
1. Menteri 1. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;
Keuangan 2. Mnyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;
3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
4. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
5. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan
dengan undangundang;
6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara;
7. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN;
8. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal
berdasarkan ketentuan undang-undang.

2. Pimpinan 1. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang


Lembaga dipimpinnya;
Negara 2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
3. Melaksanakan anggaran kementerian negara /lembaga yang
dipimpinnya;
4. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara;
5. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
6. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab kementerian negara /lembaga yang dipimpinnya;
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya;
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.

3. Kepala 1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;


Daerah 2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
3. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
5. Menyusun laporan keuangan yang merupakan per-tanggungjawaban
pelaksanaan APBD.

3. MUI apakah organisasi kemasyarakatan atau bagian pemerintahan ?


Majelis Ulama Indonesia (MUI) merupakan organisasi yang dapat memberikan nasihat
dan saran mengenai masalah hukum, keagamaan dan sosial kemasyarakatan, melalui
produknya bernama fatwa. Meskipun fatwa MUI tidak sama posisinya dengan hukum positif
yang memiliki kekuatan mengikat bagi seluruh warga negara, namun fatwa MUI bisa atau
dapat memiliki kekuatan mengikat setelah terlebeih dahulu ditransformasi
ke dalam peraturan perundang-undangan. Majelis Ulama Indonesia disingkat dengan MUI
merupakan lembaga swadaya masyarakat yang mewadahi para ulama, zu’ama, dan
cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum
muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395
Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, Indonesia.1 MUI merupakan
mitra pemerintah dalam penyelenggaraan program pembangunan pengembangan kehidupan
yang Islami.

4. Perubaan pilar Standar Akuntansi Pemerintah? SAK ETAP perubahannya ?

Pada bulan Juni 2019, DSAK IAI menyetujui untuk merevisi SAK ETAP dengan
mengacu pada IFRS for SMEs 2015, yang kemudian disusul p ada tanggal 29 Juli 2019
DSAK IAI mengesahkan Draf Eksposur SAK Entitas Privat (SAK EP). Public Hearing DE
SAK EP dilakukan pada 31 Agustus 2020 dan masa tanggapan publik sampai 31 Maret 2021.
Pengesahan SAK EP direncanakan akan dilakukan pada quartal 2 tahun 2021. Serta
pemberlakuan SAK EP direncanakan pada tahun 2025 nanti. 

Kehadiran SAK EP ini layak untuk kita ikuti dan perhatikan, mengapa ? sebab SAK EP ini
nanti akan menjadi salah satu pilar SAK di Indonesia disamping SAK dan SAK EMKM,
serta SAK Syariah. Yang lebih menarik lagi adalah SAK EP ini akan menggantikan pilar
SAK lainnya, yaitu SAK ETAP. 
Sejak Indonesia memutuskan untuk melakukan konvergensi SAK ke IFRS, konfigurasi SAK
di Indonesia mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dimana SAK terbagi kedalam
beberapa pilar utama yaitu SAK yang diperuntukan bagi entitas berakuntabilitas publik
signifikan, lalu SAK ETAP untuk entitas yang tidak berakuntabilitas publik signifikan yang
disahkan pada tanggal 19 Mei 2009, dan SAK EMKM untuk entitas mikro kecil dan
menengah yang disahkan pada tanggal 24 Oktober 2016. Selain itu untuk entitas yang
menjalankan transaksi syariah mengacu pada SAK Syariah. 

Nanti pasca SAK EP diberlakukan maka pilar SAK di Indonesia akan berubah lagi, dimana
SAK EP akan menjadi salah satu pilar utama tier 2 SAK di Indonesia menggantikan SAK
ETAP. SAK EP akan lebih sederhana dari SAK tier 1 dan lebih komprehensif dari SAK
ETAP. Entitas yang sebelumnya menggunakan SAK ETAP dapat beralih ke SAK EP, namun
entitas sudah menggunakan SAK maka dilarang untuk meralih ke SAK EP.

Perbedaan SAK EP dan SAK ETAP

Salah satu alasan SAK ETAP diganti dengan SAK EP karena SAK ETAP dianggap
terlalu sederhana untuk digunakan oleh entitas privat. SAK EP disusun lebih
komprehensif dari SAK ETAP namun lebih sederhana dari SAK Berbasis IFRS. Berikut
ini adalah 21 perbedaan SAK EP dengan SAK ETAP  sebagaimana tertera pada DE SAK
EP :

1. Ruang lingkup

Secara garis besar definisi entitas privat dalam [draf] SAK Entitas Privat sama dengan
defiisi ETAP dalam SAK ETAP, namun tanpa kata ‘signifian pada ‘akuntabilitas publik’
dalam menjelaskan definisi tersebut. [Draf] SAK Entitas Privat paragraf 1.4 juga
memberikan klarifiasi dan contoh bahwa entitas yang memiliki aset dalam kapasitas
fiusia tidak secara otomatis memiliki akuntabilitas publik

2. Konsep dan Prinsip Pervasif

[Draf] SAK Entitas Privat memperkenalkan dan menjelaskan secara detail mengenai:

 konsep biaya atau usaha yang berlebihan (undue cost or effrt) dibandingkan
dengan SAK ETAP yang hanya menjelaskan secara ringkas tentang
keseimbangan antara biaya dan manfaat;
 aset kontinjensi dan liabilitas kontinjensi yang sebelumya tidak diatur tersendiri
dalam SAK ETAP;
 total penghasilan komprehensif yang tidak diatur dalam SAK ETAP; dan
 konsep pengukuran pada pengakuan awal untuk aset dan liabilitas entitas dan
pengukuran selanjutnya untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan, aset
nonkeuangan, serta liabilitas selain liabilitas keuangan, yang hanya dibahas secara
ringkas dalam SAK ETAP.

3. Penyajian Laporan Keuangan


Dalam [draf] SAK Entitas Privat mencakup pengaturan berikut yang tidak diatur dalam
SAK ETAP:

 penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan tanggung jawab


manajemen;
 identifiasi cakupan laporan keuangan apakah untuk entitas individual atau
kelompok entitas;
 memperkenalkan laporan penghasilan komprehensif yang merupakan bagian
persyaratan dari laporan keuangan lengkap; dan
 menjelaskan penyajian informasi yang tidak disyaratkan oleh [draf] SAK Entitas
Privat.

4. Laporan Keuangan Lengkap


Terdapat beberapa hal yang diatur dalam [draf] SAK Entitas Privat namun tidak diatur
dalam SAK ETAP antara lain dalam:
a. Laporan posisi keuangan

 i. pos laporan posisi keuangan minimum antara lain: aset keuangan dan liabilitas
keuangan, aset biologis, investasi pada entitas asosiasi dan pengendalian bersama
entitas, aset pajaktangguhan dan liabilitas pajak tangguhan, serta kepentingan
nonpengendali.
 ii. informasi yang disajikan dalam laporan posisi keuangan atau dalam catatan
atas laporan keuangan, yakni utang usaha atau utang lain-lain disajikan terpisah
jumlah yang terutang pada pemasok, pihak istimewa, pendapatan ditangguhkan
dan akrual.
 iii. terkait modal entitas, yakni saham entitas yang dimiliki oleh entitas atau
entitas anak atau entitas asosiasi dan saham yang dicadangkan untuk diterbitkan
berdasarkan opsi dan kontrak untuk penjualan saham, termasuk persyaratannya
dan jumlahnya.
 iv. pengungkapan mengenai deskripsi aset atau kelompok aset dan liabilitas, fakta
dan keadaan penjualan atau rencana penjualan dan jumlah tercatat aset atau
kelompok aset dan liabilitas, jika pada tanggal pelaporan entitas memiliki
perjanjian penjualan yang mengikat atas pelepasan besar aset atau kelompok aset
dan liabilitas.

b. Laporan penghasilan komprehensif dan laporan laba rugi


[Draf ] SAK Entitas Privat mengatur mengenai penghasilan komprehensif lain dan pos
terkait, serta laporan penghasilankomprehensif untuk disajikan dalam satu laporan
penghasilan komprehensif atau dalam dua laporan (laporan laba rugi dan laporan
penghasilan komprehensif) yang terpisah. [Draf] SAK Entitas Privat juga mengatur
pengungkapan alokasi laba rugi dan total penghasilan komprehensif kepada kepentingan
nonpengendali dan pemilik entitas induk.

c. Laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba 
[Draf] SAK Entitas Privat mengatur penyajian total penghasilan komprehensif yang dapat
diatribusikan pada pemilik entitas induk dan kepentingan nonpengendali.
d. Laporan arus kas
Selain penyajian arus kas dari aktivitas operasi dengan metode tidak langsung, [draf]
SAK Entitas Privat memberikan opsi dan menjelaskan penyajian arus kas dari aktivitas
operasi dengan menggunakan metode langsung. [Draf] SAK Entitas Privat juga
menambahkan contoh arus kas dari aktivitas investasi dengan penerimaan (pengeluaran)
kas dari futures contract, forward contract, option contract, dan swap contract kecuali jika
kontrak tersebut dimiliki untuk jual beli atau penerimaannya (pembayarannya)
diklasifiasikan sebagai aktivitas pendanaan, dan mengatur lebih detail mengenai arus kas
valuta asing, baik dari transaksi entitas dalam valuta asing, maupun dari translasi arus kas
entitas anak luar negeri.

5. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

Dalam hal suatu transaksi, kejadian atau kondisi lain tidak diatur secara spesifik, SAK
ETAP memperkenankan manajemen untuk mempertimbangkan persyaratan dan panduan
dalam PSAK nonETAP serta pengaturan terkini dari badan penyusun standar lain yang
menggunakan kerangka serupa untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur
akuntansi lain dan praktik industri yang diterima umum sepanjang tidak bertentangan
dengan persyaratan maupun dalam konsep dan prinsip pervasif dalam SAK ETAP.
Dalam hal tersebut, [draf] SAK Entitas Privat hanya memperkenankan entitas untuk
mempertimbangkan persyaratan dan panduan dalam SAK.

[Draf] SAK Entitas Privat menambahkan beberapa kondisi yang termasuk sebagai
perubahan kebijakan akuntansi dan bagaimana penerapan perubahan tersebut, serta jika
entitas sulit untuk membedakan apakah perubahan tersebut merupakan perubahan dalam
kebijakan akuntansi atau perubahan dalam estimasi akuntansi, maka perubahan tersebut
diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi akuntansi.

6. Instrumen keuangan

SAK ETAP mengatur perlakuan akuntansi untuk efek utang dan efek ekuitas yang
dimiliki entitas, yang pada saat perolehan harus diklasifiasikan ke dalam salah satu
kategori berikut ini: 

 (a) dimiliki hingga jatuh tempo (disajikan pada biaya perolehan setelah amortisasi
premi atau diskonto),
 (b) diperdagangkan (diukur pada nilai wajar, dengan perubahan nilai wajar yang
belum direalisasi diakui dalam laba rugi), dan (c) tersedia untuk dijual (pada nilai
wajar, dengan perubahan nilai wajar yang belum direalisasi diakui sebagai
komponen ekuitas terpisah).

[Draf] SAK Entitas Privat mengatur secara lebih detail dan kompleks perlakuan
akuntansi untuk instrumen keuangan (aset keuangan dan liabilitas keuangan) dan
memberikan opsi kepada entitas untuk menerapkan:

 a. persyaratan dalam Bab 11 Instrumen Keuangan Dasar dan Bab 12 Isu Terkait
Intrumen Keuangan Lain (keduanya) secara keseluruhan, atau
 b. persyaratan pengakuan dan pengukuran PSAK 55 Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran (efektif 1 Januari 2018) dan persyaratan
pengungkapan dalam Bab 11 dan Bab 12 [draf] SAK Entitas Privat.

[Draf] SAK Entitas Privat menjelaskan apa saja yang termasuk sebagai instrumen
keuangan dasar beserta contohnya, instrumen keuangan lain, perlakuan akuntansi untuk
instrumen keuangan termasuk pengukuran awal dan pengukuran selanjutnya (biaya
perolehan/biaya perolehan diamortisasi dan nilai wajar pada laba rugi), penurunan nilai
aset keuangan dan penghentian pengakuan aset keuangan atau liabilitas keuangan, serta
mengatur mengenai lindung nilai.

7. Persediaan

Secara garis besar pengaturan mengenai persediaan dalam Bab 13 [draf] SAK Entitas
Privat sama dengan dalam SAK ETAP, namun [draf] SAK Entitas Privat secara tegas
mengecualikan aset biologis dan persediaan yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual melalui laba rugi yang dimiliki oleh (a) produsen produk agrikultur dan
kehutanan dan mineral, dan (b) pialang dan pedagang komoditas, untuk menerapkan Bab
13 ini.

[Draf] SAK Entitas Privat juga menambahkan biaya lain dalam persediaan terkait
komoditas.

8. Investasi pada Entitas Anak, Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama

SAK ETAP mengatur pengukuran investasi pada entitas anak dengan menggunakan
metode ekuitas, dan investasi pada entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas
menggunakan metode biaya (biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian penurunan
nilai).

[Draf] SAK Entitas Privat mengatur antara lain bahwa entitas induk mengonsolidasikan
entitas anak yang dikendalikannya dengan menyajikan laporan keuangan konsolidasian,
sedangkan investasi pada entitas asosiasi atau pengendalian bersama entitas dicatat
dengan menggunakan salah satu metode berikut: (a) model biaya, (b) metode ekuitas,
atau (c) model nilai wajar, dan mengatur perlakuan akuntansi untuk entitas yang tidak
memiliki pengendalian bersama, atau jika memiliki pengaruh signifian, dalam ventura
bersama. [Draf] SAK Entitas Privat juga mengatur persyaratan pencatatan investasi
dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama entitas dalam laporan
keuangan tersendiri entitas induk yang disajikan sebagai informasi tambahan laporan
keuangan konsolidasian.

9. Properti Investasi

[Draf] SAK Entitas Privat mengatur lebih detail mengenai definisi, pengukuran pada
pengakuan awal dan pengukuran selanjutnya, serta pengungkapan properti investasi.
Pengukuran properti investasi dapat menggunakan nilai wajar dengan perubahan dalam
nilai wajar diakui dalam laba rugi atau menggunakan model biaya, sedangkan dalam
SAK ETAP pengukuran properti investasi hanya menggunakan model biaya.

10. Aset Tetap

Dalam [draf] SAK Entitas Privat antara lain diatur bahwa entitas dapat memilih model
biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansi untuk kelas aset tetapnya,
termasuk perlakuan atas peningkatan (penurunan) nilai tercatat aset tetap akibat revaluasi
serta pengungkapan terkait aset tetap yang menggunakan model revaluasi, sedangkan
dalam SAK ETAP entitas menggunakan model biaya untuk aset tetap dan penyimpangan
dari model ini (revaluasi) hanya diizinkan berdasarkan ketentuan pemerintah.

11. Aset Takberwujud selain Goodwill


[Draf] SAK Entitas Privat menegaskan prinsip umum pengakuan aset takberwujud
dengan menambahkan syarat bahwa aset takberwujud hanya dapat diakui jika aset tidak
dihasilkan dari pengeluaran yang yang timbul secara internal untuk item takberwujud,
serta mengatur perlakuan akuntansi untuk aset takberwujud yang diperoleh dari suatu
kombinasi bisnis dan dari hibah pemerintah, yang tidak diatur dalam SAK ETAP.

12. Sewa

[Draf] SAK Entitas Privat menegaskan (a) ruang lingkup sewa termasuk perjanjian yang
secara substansi merupakan sewa dan (b) pengecualian ruang lingkup penerapan sewa,
serta menambahkan indikator situasi di mana suatu sewa diklasifiasikan sebagai sewa
pembiayaan. [Draf] SAK Entitas Privat juga mengatur lebih detail perlakuan akuntansi
baik untuk sewa pembiayaan maupun sewa operasi dalam laporan keuangan pesewa

13. Provisi dan Kontinjensi

Secara garis besar persyaratan tentang provisi dan kontinjensi dalam [draf] SAK Entitas
Privat sama dengan dalam SAK ETAP, namun [draf] SAK Entitas Privat mengatur
pengakuan liabilitas kontinjensi dan persyaratan pengakuan aset kontinjensi.

14. Liabilitas dan Ekuitas

SAK ETAP hanya menjelaskan secara ringkas klasifiasi instrumen keuangan sebagai
liabilitas jika pada awal transaksi penyerahan suatu instrumen keuangan mengandung
kewajiban kontraktual untuk menyerahkan uang tunai atau sejenisnya di masa yang akan
datang dan mengatur akuntansi ekuitas entitas. Namun, [draf] SAK Entitas Privat
mengatur persyaratan tentang klasifiasi instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas
secara lebih detail, penjualan opsi, hak dan waran, kapitalisasi saham, penerbitan saham
bonus atau pemecahan saham, pengakhiran liabilitas keuangan dengan instrumen ekuitas,
serta kepentingan nonpengendali dan transaksi dalam saham pada entitas anak yang
dikonsolidasikan.

15. Penurunan Nilai Aset

Beberapa hal yang diatur dalam [draf] SAK Entitas Privat selain yang diatur dalam SAK
ETAP antara lain:

a. Prinsip umum penurunan nilai aset selain persediaan, termasukdefiisi jumlah


terpulihkan dan nilai pakai serta pengukuran jumlah terpulihkan dan nilai pakai,

b. Pengakuan dan pengukuran kerugian penurunan nilai unit penghasil kas,


c. Pengaturan tambahan untuk penurunan nilai goodwill,

d. Pemulihan kerugian nilai termasuk ketika jumlah terpulihkan diestimasi untuk unit
penghasil kas

16. Imbalan Kerja

[Draf] SAK Entitas Privat mengatur tentang (a) imbalan yang vesting dan belum vesting
dalam pengukuran kewajiban imbalan pasti dan (b) pengakuan dan pengukuran beban
imbalan kerja untuk entitas anak, dalam hal entitas induk memberikan imbalan kerja
kepada pekerja dari satu atau lebih entitas anak, serta pengungkapannya, yang
sebelumnya tidak diatur dalam SAK ETAP.

17. Pajak Penghasilan

SAK ETAP mengatur secara ringkas pajak penghasilan entitas (berdasarkan peraturan
perpajakan), sedangkan [draf] SAK Entitas Privat selain mengatur mengenai pajak
penghasilan tersebut juga antara lain mengatur mengenai pajak tangguhan dan hal terkait
seperti prinsip pengakuan pajak tangguhan, dasar pengenaan pajak atas aset dan liabilitas,
perbedaan temporer, pengukuran pajak tangguhan, serta saling hapus pajak kini dan pajak
tangguhan.

18. Penjabaran Valuta Asing

[Draf] SAK Entitas Privat mengatur antara lain mengenai investasi neto dalam kegiatan
usaha luar negeri dan penjabaran kegiatan usaha luar negeri ke dalam mata uang
penyajian entitas (investor), yang belum diatur dalam SAK ETAP.

19. Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan

[Draf ] SAK Entitas Privat menegaskan definisi peristiwa setelah periode pelaporan
termasuk seluruh peristiwa terbaru ketika laporan keuangan diotorisasi untuk terbit,
walaupun peristiwa tersebut terjadi setelah pengumuman publik atas laba rugi atau
informasi keuangan lainnya, dan menambahkan contoh peristiwa nonpenyesuai yang
dibuat pengungkapannya antara lain tentang kombinasi bisnis signifikan, penerbitan atau
pembelian kembali utang atau instrumen ekuitas entitas, dan perubahan tarif pajak atau
peraturan perpajakan yang berpengaruh signifian pada aset dan liabilitas pajak kini dan
tangguhan.

20. Pengungkapan Pihak Berelasi


[Draf] SAK Entitas Privat mengecualikan persyaratan pengungkapan tertentu sehubungan
dengan (a) kekuasaan pemerintah yang mempunyai pengendalian, pengendalian bersama,
atau pengaruh signifian terhadap entitas pelapor dan (b) entitas lain yang merupakan
pihak berelasi karena pemerintah yang sama mempunyai pengendalian, pengendalian
bersama, atau pengaruh signifian terhadap entitas pelapor dan entitas lain tersebut, yang
sebelumnya tidak diatur dalam SAK ETAP

21. Lain-lain

Hal-hal yang diatur dalam [draf] SAK Entitas Privat dan tidak diatur dalam SAK ETAP
sebagai berikut:

a. Laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri

b. Instrumen keuangan tentang lindung nilai

c. Kombinasi bisnis dan goodwill

d. Hibah pemerintah

e. Pembayaran berbasis saham

f. Hiperinflsi

g. Aktivitas khusus yang mencakup agrikultur, eksplorasi dan evaluasi sumber daya
mineral, dan perjanjian konsesi jasa

Dalam [draf] SAK Entitas Privat juga termasuk lampiran laporan keuangan ilustratif dan
tabel persyaratan penyajian dan pengungkapan, yang tidak terdapat pada SAK ETAP

5. Basis kas dan basis akrual untuk pencatatan transaksi apa saja dipemerintahan?

Basis akrual (accrual basis) yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yang
pencatatannya dilakukan saat terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima.
Sementara itu, Basis kas (cash basis) yakni sebuah metode pencatatan di dalam
akuntansi, yang hanya mencatat transaksi, jika ada penerimaan atau pengeluaran kas.

Jadi dilihat dari pengertiannya, perbedaan utama basis kas dan basis akrual adalah
pencatatan akuntansi yang dilihat pada keluar masuk kas. Sebagai contoh, bila suatu
instansi pemerintahan membeli mobil dengan cara utang dan belum ada uang yang
keluar. Maka dalam akuntansis basis akrual, transaksi tersebut tetap dicatat karena telah
timbul kewajiban instansi pemerintah dalam bentuk utang. Sementara dalam akuntansi
basis kas, tidak ada pencatatan apapun, karena uang milik instansi pemerintah tersebut
belum keluar.

Perbedaan lain antara akuntansi basis kas dan basis akrual antara lain:

Akuntansi Basis Kas Akuntansi Basis Akrual


Pendapatan diakui hanya ketika uang telah Pendapatan diakui ketika terjadi transaksi
diterima dan masuk ke kas negara / daerah meskipun uang belum diterima dan belum
masuk ke kas negara / daerah
Beban (dalam Basis Kas / CTA dikenal Beban diakui ketika telah timbul tagihan
sebagai Belanja) diakui hanya ketika uang meskipun uang belum dikeluarkan dari kas
telah keluar dari kas negara / daerah negara / daerah
Tidak dikenal istilah utang d an piutang Dikenal istilah utang dan piutang
Informasi keuangan kurang akurat karena Informasi keuangan lebih akurat karena setiap
posisi keuangan hanya pada periode itu saja transaksi dicatat secara detil

PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACRUAL


Paragraf 25 Kerangka Konseptual: Paragraph 28 Kerangka Koseptual :
Laporan Keuangan Pokok Keungan pokok
- Laporan Realisasi - Laporan Realisais
Anggran(LRA) Anggran(LRA)
- Neraca - Laporan Perubahan SAL
- Laporan Arus Kas (LAK) (LPSAL)
- Catatan atas Laporan - Neraca
Keuangan (CaLK) - Laporan Operasional (LO)
Paragraf 26 Kerangka Konseptual : - Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan yang bersifat optional - Laporan Perubahan
- Laporan Kinerja Ekuitas(LPE)
Keuangan(LKK) - Catatan atas Laporan
- Laporan Perubahan Ekuitas Keuangan( Calk)
(LPE)

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual
untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas.
Basis akrual untuk LO berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh
pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang
mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan
seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun
berdasar basis kas, berarti pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui saat kas diterima
di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; serta belanja, transfer
dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Namun, jika anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis akrual, maka
LRA disusun berdasarkan basis akrual.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada
saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Namun demikian dalam IPSAP Nomor 02 tentang Pengakuan Pendapatan yang
Diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah, dimungkinkan tidak semua pendapatan
dalam bentuk kas diterima pada RKUN/RKUD, terdapat pendapatan kas yang diterima oleh
entitas selain Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD), bahkan ada yang langsung
digunakan oleh Satuan Kerja (Satker)/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Demikian
pula dalam IPSAP Nomor 03 tentang Pengakuan Penerimaan Pembiayaan yang Diterima Kas
Umum Negara/Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan yang Dikeluarkan dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah, sehingga memungkinkan adanya pengakuan penerimaan pembiayaan
ditentukan oleh BUN/BUD sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/
RKUD sebagai salah satu tempat penampungan.

6. Kodim dibawah naungan siapa ?


Komando Distrik Militer (disingkat Kodim) adalah satuan kewilayahan yang berada dibawah
Komando Resor Militer (Korem). Kodim membawahi beberapa Komando Rayon Militer
(Koramil) di Indonesia. Kodim beroperasi di wilayah Daerah Tingkat II, baik kota maupun
kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai