Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.

1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Hubungan Panjang-Berat dan Faktor Kondisi


Ikan Gabus (Channa striata) di Danau Teluk Petai Provinsi
Riau

Monice Shasia*1, Eddiwan2, Ridwan Manda Putra3


1,2
Institusi/Afiliasi; alamat, telp/fax
1
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan,
Universitas Riau

e-mail: *moniceshasia6@gmail.com

Abstrak
Channa striata merupakan salah satu ikan air tawar yang dapat ditemukan di Danau
Teluk Petai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan panjang berat dan
mengevaluasi faktor kondisi ikan gabus di Danau Teluk Petai. Pengambilan ikan sampel
dilakukan dalam dalam interval waktu dua kali dalam sebulan sejak bulan Agustus
sampai Oktober 2020, menggunakan alat tangkap bubu, rawai dan pancing. Ikan sampel
yang tertangkap sebanyak 110 ekor, terdiri atas 63 ekor ikan jantan dan 47 ekor ikan
betina. Panjang total ikan jantan dan betina berkisar 172-500 mm dan 194-480 mm
dengan berat tubuh ikan jantan dan betina berkisar 41-1402 gram dan 68-1173 gram.
Hubungan panjang berat ikan gabus adalah W=5×10-6 L3,1001, W=6×10-6 L3,0580 (jantan),
W=5×10-6 L3,1044 (betina) dan faktor kondisi ikan berkisar 0,7033-1,6639 (jantan),
0,6203-1,3619 (betina). Hasil ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan gabus
bersifat alometrik positif dan kondisi ikan jantan lebih baik daripada ikan betina.
Parameter kualitas air Danau Teluk Petai adalah sebagai berikut: suhu 29-31 ºC,
kecerahan 72,5-99 cm, kedalaman 6,2-7,9 m, pH 5-6, DO 3,6-5,2 mg/L, CO2 16-23,9
mg/L, nitrat 0,0392-0,0750 dan fosfat 0,0450-0,0730.

Kata kunci : Alometrik positif, Channa striata, faktor kondisi, hubungan panjang berat

Abstract
Channa striata is one of the freshwater fishes that inhabit the Teluk Petai Lake. This
study aimed to determine the length-weight relationship and to evaluate the condition
factor of snakehead in Teluk Petai Lake. The fish collection was carried out monthly from
August to October 2020. Fish samples were captured using bubu, long line, and fishing
rod. A total of 110 fish consists of 63 males and 47 females. The total length of males and
females fish ranged from 172 to 500 mm and 194 to 480 mm with body weight ranged
from 41 to 1402 g, 68 to 1173 g, respectively. The length-weight relationship was
W=5×10-6L3,1001, W=6×10-6 L3,0580 (males), W=5×10-6 L3,1044 (females) and the
condition factor ranged from 0,7033 to 1,6639 (males), 0,6203 to 1,3619 (females). These
results indicate that the growth pattern of fish was positive allometric and the condition
of males fish was better than females. The water quality parameter of the Teluk Petai
Lake are as follows: temperature 29-31 ºC, transparency 72,5-99 cm, depth 6,2-7,9 m,
pH 5-6, DO 3,6-5,2 mg/L and CO2 16-24 mg/L.

Keywords: Positive allometric, Channa striata, condition factors, length-weight


relationship

241
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

1. PENDAHULUAN
Danau Teluk Petai adalah salah satu danau oxbow yang terdapat di Desa
Buluh Nipis Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Jenis ikan yang hidup di
Danau Teluk Petai salah satunya yaitu ikan gabus (Channa striata) yang termasuk
kedalam famili Channidae. Ikan ini mampu hidup pada perairan payau bahkan di
perairan yang ekstrim atau anaerob karena dilengkapi dengan sistem pernafasan
tambahan berupa labirin pada bagian atas insangnya (Kusmini, 2014). Ikan gabus
merupakan ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan digemari oleh masyarakat
untuk konsumsi. Harga ikan ini mencapai Rp.40.000 -60.000/kg. Selain
bernilai ekonomis tinggi ikan ini memiliki rasa yang enak dan gurih serta dapat
dijadikan sebagai produk olahan seperti kerupuk, pempek, ikan asin dan ikan
asapan. Berdasarkan hasil penelitian Chasanah et al. (2015) ikan gabus
mengandung protein dengan nilai 25,2 gram pada setiap 100 gram ikan gabus dan
juga mengandung albumin yang sangat tinggi dengan nilai 63-107 mg/g yang
berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya membantu
mempercepat penyembuhan luka.
Informasi tentang penelitian Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi
Ikan Gabus telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu di daerah lain yaitu,
Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Gabus di Rawa Lebak Sekayu
Provinsi Sumatera Selatan (Muthmainnah, 2013), hasil penelitian menunjukkan
bahwa pola pertumbuhan ikan gabus bersifat allometrik negatif, dimana nilai
b=2,81 dan nilai faktor kondisi (Kn)= 0,839. Demikian juga hasil penelitian
Murjiyanti dan Djumanto (2018) yang menunjukkan bahwa pola pertumbuhan
ikan gabus di Rawa Lebak Sekayu adalah allometrik negatif memiliki nilai b=2,95
dan nilai faktor kondisi (Kn)= 1,007. Secara umum, pola pertumbuhan dan faktor
kondisi dipengaruhi oleh kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad,
makanan, jenis kelamin dan umur ikan (Gustiarisanie, Rahardjo dan Ernawati.,
2016).
Penelitian tentang “Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan
Gabus di Danau Teluk Petai Kabupaten Kampar Provinsi Riau” sampai saat ini
belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian untuk menentukan hubungan
panjang-berat dan faktor kondisi ikan gabus (C. striata) penting dilakukan
sebagai upaya pelestarian untuk menunjang keberlangsungan populasi ikan
tersebut di alam. Penulis tertarik untuk meneliti di Danau Teluk Petai Kecamatan
Siak Hulu Kabupaten Kampar dan memilih ikan gabus sebagai objek penelitian
karena ikan tersebut adalah salah satu ikan yang cukup sering tertangkap di Danau
Teluk Petai oleh para nelayan. Data tentang hubungan panjang-berat dan faktor
kondisi ikan gabus (C. striata) ini dapat dikumpulkan, dan nantinya dapat
dimanfaatkan di kemudian hari sebagai upaya pengelolaan sumberdaya perikanan
di Danau Teluk Petai.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020. Pengambilan
sampel ikan gabus dan pengukuran kualitas air dilakukan di Danau Teluk Petai
Desa Buluh Nipis, Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

242
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Pengukuran panjang dan berat ikan gabus (C. striata) dilaksanakan di


Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggaris, timbangan,
bubu, rawai, dan pancing dengan ukuran mata pancing No. 11-13. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan gabus (C. striata) dan es batu
untuk mengawetkan.

Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana
Danau Teluk Petai dijadukan sebagai lokasi penelitian dengan melakukan
pengambilan, pengukuran dan pencatatan secra langsung ke lokasi penelitian,
seterusnya ikan gabus dijadikan sebagaiobjek penelitian. Metode yang digunakan
dalam pengambilan sampel ikan yaitu metode sensus.

Hubungan Panjang Berat


Hubungan panjang berat merupakan keterangan mengenai kondisi ikan dan
menentukan apakah pertumbuhannya isometrik atau allometrik (Sudarno,
Asriyana dan Arami., 2018). Menurut Effendie (2002) formulasi umum yang
digunakan untuk menghitung panjang berat adalah:
W = aLb
Keterangan :
W = berat ikan (g)
L = panjang total ikan (mm)
a dan b = konstanta.
Nilai b<3 artinya pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan
berat (allometrik negatif), sedangkan nilai b>3 artinya pertumbuhan berat ikan
lebih cepat daripada panjang ikan (allometrik positif). Sebaliknya jika nilai b=3
berarti pola pertumbuhan ikan bersifat isometrik yaitu pertumbuhan panjang
seimbang dengan berat badan ikan (Sudarno, Arisyana dan Arami., 2018).
Menurut Windarti (2020), jika nilai r mendekati 1 artinya ada hubungan
yang kuat antara panjang dan berat ikan, dan apabila nilai r tidak mendekati 1
berarti hubungan antara panjang dan berat ikan bersifat lemah. Korelasi kuat
berarti berat ikan akan bertambah seiring dengan bertambah panjang tubuh ikan.
Korelasi yang kuat juga diduga karena ketersediaan makanan yang cukup dan
keadaan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan ikan.

Faktor Kondisi
Faktor kondisi menggambarkan kemontokan ikan yang dinyatakan
berdasarkan data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik
dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Penggunaan nilai faktor kondisi secara komersil mempunyai arti penting dalam
menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan
(Wujdi, Suwarso dan Wudianto., 2012).
Rumus faktor kondisi yang digunakan (Effendie, 2002):

Kn =

243
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Keterangan :
W = berat tubuh ikan (g)
aLb = hubungan panajng-berat ikan
Effendie (2002) menyatakan bahwa ikan yang badannya agak pipih
memiliki nilai faktor kondisi berkisar antara 3-4 dan untuk ikan yang badannya
kurang pipih memiliki nilai faktor kondisi berkisar antara 1-3. Variasi nilai faktor
kondisi bergantung pada kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad,
makanan, jenis kelamin dan umur ikan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Ikan Gabus yang Tertangkap


Pada penelitian ini ikan gabus ditangkap menggunakan alat tangkap bubu,
rawai dan pancing dengan ukuran mata pancing No. 11-13. Ikan yang ditangkap
selama penelitian berjumlah 110 ekor, terdiri dari 63 ekor jantan dan 47 ekor
betina. Berdasarkan waktu pengambilan, ikan gabus lebih banyak tertangkap pada
bulan Agustus yaitu 47 ekor, sedangkan jumlah ikan gabus semakin menurun
pada bulan September dan Oktober yaitu 38 ekor dan 25 ekor. Perbedaan jumlah
tangkapan ikan gabus ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan pada
saat pengambilan sampel. Pada awal bulan Agustus hasil tangkapan cukup
banyak, karena saat pengambilan sampel kondisi cuaca sedang panas dan perairan
tidak begitu dalam sehingga ruang gerak ikan lebih sempit dan ikan akan
bersembunyi dibalik tumbuhan yang hidup disekitar danau sehingga ikan mudah
ditangkap. Pada bulan September dan Oktober hasil tangkapan semakin menurun
karena pengambilan sampel dilakukan setelah terjadinya hujan, sehingga area
tempat berenang ikan semakin luas dan ikan sulit ditangkap. Hal ini sesuai dengan
pendapat Putra (2017) yang menyatakan bahwa kedalaman (tinggi muka air) juga
menunjukkan suatu pola hubungan yang negative terhadap fluktasi ikan
tertangkap. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi muk air semakin sedikit
ikan yang tertangkap, sebaliknya semakin rendah tinggi muka air (dangkal)
semakin banyak ikan yang tertangkap.

Morfologi Ikan Gabus


Ikan gabus memiliki kepala seperti ular sehingga disebut dengan kepala ular
(snakehead), bentuk mulut yang non protactile dengan ukuran mulut yang lebar
dan agak runcing serta memiliki gigi yang tajam. Seluruh tubuh dan kepala
ditutupi sisik stenoid. Bentuk badan hampir bundar di bagian depan dan pipih
tegak ke arah belakang, panjang dan semakin ke belakang semakin pipih
(compressed). Ikan ini mempunyai warna tubuh cokelat kehitaman cokelat
kehitaman dengan kombinasi berupa barisan berwarna gelap berbentuk pita
(striata) posisi miring dan mengarah ke bagian depan tubuh yang berjumlah 10-12
garis, pada bagian punggungnya berwarna hijau gelap, sedangkan warna bagian
perutnya lebih terang atau berwarna putih. Karakter ikan gabus yang didapat pada
penelitian ini sesuai dengan karakter ikan gabus yang dideskripikan oleh Putra
(2009) dan Kottelat et al., 1993.

244
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Gambar 1. Morfologi Ikan Gabus (Channa striata)


Ikan gabus memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip
perut, sirip anus dan sirip ekor. Ikan gabus mempunyai sirip punggung dan sirip
anal yang panjang dan lebar, sririp ekor berbentuk setengah lingkaran, sirip dada
lebar dengan ujung membulat. Ikan gabus termasuk golongan ikan yang
mempunyai alat bantu pernafasan (breating organ) yaitu labirin, terletak di bagian
atas insang dan berfungsi untuk menghirup udara dari atmosfer. Ciri morfologi
ikan gabus seperti diatas sejalan dengan hasil penelitian Pertiwi, Zainuddin dan
Rahmi (2017).

Hubungan Panjang Berat Ikan Gabus di Danau Teluk Petai


Ikan gabus (C. striata) yang tertangkap pada bulan Agustus-Oktober
berjumlah 110 ekor dengan kisaran panjang total 172-500 mm dan kisaran berat
tubuh 41-1042 gram. Untuk melihat hubungan panjang berat ikan gabus
(C. striata) yang ada di Danau Teluk Petai pada bulan Agustus-Oktober dapat
dilihat pada Gambar 2.
Jantan Betina
Berat (gr)
Berat (gr)

1500 y= 6E-06x3,0580 1500 y = 5E-06x3,1044


1000 r = 0,9771 1000 r = 0,9752
500 500
0 0
0 200 400 600 0 200 400 600
Panjang Total (mm) Panjang Total (mm)

1500
y = 5E-06x3,1001
1000 R² = 0,9557
Berat (gr)

Series1

500
Power
(Series1)
0
0 200 400 600
Panjang (mm)
Gambar 2. Hubungan Panjang Berat Ikan Gabus (C. striata) Jantan, Betina dan
Gabungan di Danau Teluk Petai pada Bulan Agustus-Oktober
Berdasarkan grafik pada Gambar 2, dapat dilihat nilai b dari persamaan
panjang berat ikan gabus (C. striata) jantan yaitu 3,0580, betina yaitu 3,1044 dan
gabungan antara jantan dan betina yaitu 3,1001, artinya nilai b>3. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pertumbuhan atau pertambahan berat ikan jantan, betina dan

245
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

gabungan adalah allometrik positif dimana pertumbuhan berat lebih cepat


daripada panjang ikan. Hal ini sesuai dengan Ibrahim, Setyobudiandi dan
Sulistiono. (2017) yang menyatakan bahwa jika nilai b=3, maka pertambahan
berat seimbang dengan pertambahan panjang (Isometrik). Jika nilai b<3, maka
pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat
(allometrik negatif). Jika nilai b>3 maka pertambahan berat berat lebih cepat
dibandingkan pertambahan panjangnya (allometrik positif).
Pola pertumbuhan ikan gabus (C. striata) yang bersifat allometrik positif juga
ditemukan pada penelitian (Nainggolan, 2019) di Waduk Sei Paku Kecamatan
Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau dengan nilai b untuk ikan jantan
yaitu 3,0718 dan untuk ikan betina yaitu 3,1651. Namun tidak semua ikan gabus
(C. striata) memiliki pola pertumbuhan allometrik positif. Hasil penelitian
Muthmainnah (2013) yang menunjukkan bahwa ikan gabus di Rawa Lebak
Sekayu memiliki nilai b=2,81.
Adanya perbedaan tipe perairan menyebabkan ikan yang hidup di sungai
berarus lebih banyak menghabiskna energi untuk melakukan aktivitasnya mencari
makan daripada ikan yang hidup di danau dan waduk. Hal yang menyebabkan
ikan di sungai lebih kurus daripada ikan di danau (Muchlisisn, Musman and
Azizah., 2010). Dapat dilihat dari pola pertumbuhan ikan gabus di Danau Teluk
Petai yang memiliki pola allometrik positif cenderung gemuk dibandingkan
dengan ikan gabus yang ditangkap di Sungai Gangga bagian Utara India pada
penelitian Khan et al. (2011), dimana memiliki pola pertumbuhan allometrik
negatif yang cenderung lebih kurus dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan di Danau Teluk Petai Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Mulfizar, 2012) yang menyatakan bahwa ikan yang hidup di
perairan berarus deras memiliki nilai b yang lebih rendah sebaliknya ikan yang
hidup di perairan arus tenang menghasilkan nilai b lebih besar.
Hubungan panjang berat ikan gabus (C. striata) di Danau Teluk Petai pada
bulan Agustus-Oktober menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) untuk ikan gabus
jantan yaitu 0,9771, ikan gabus betina yaitu 0,9754 dan gabungan antara ikan
gabus jantan dan betina yaitu 0,9776. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
keeratan antara panjang dan berat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
keeratan antara panjang dan berat. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Windarti,
2020) yang menyatakan jika nilai r mendekati 1 artinya ada hubungan yang kuat
antara panjang dan berat ikan, dan apabilai nilai r tidak mendekati 1 berarti
hubungan antara panjang dan berat ikan bersifat lemah. Hubungan kuat atau erat
diduga karena ketersediaan makanan yang cukup dan juga keadaan lingkungan
yang mendukung untuk pertumbuhan ikan gabus.

Faktor Kondisi Ikan Gabus


Faktor kondisi menggambarkan kemontokan ikan yang dinyatakan
berdasarkan data panjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik
dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi.
Penggunaan nilai faktor kondisi secara komersil mempunyai arti penting
menentukan kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan
(Wujdi, Suwarso dan Wudianto., 2012). Hasil analisis faktor kondisi ikan gabus
(C. striata) dapat dilihat pada Tabel 1.

246
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Tabel 1. Faktor Kondisi Ikan Gabus (C. striata) di Danau Teluk Petai
Jantan Betina
Bulan
n Faktor Kondisi Rerata N Faktor Kondisi Rerata
Agustus 2020 26 0,8507-1,4838 1,0881 21 0,6822-1,2871 1,0474
September 2020 25 0,7033-1,6639 1,0403 13 0,8557-1,3619 1,0481
Oktober 2020 12 0,8408-1,0918 0,9903 13 0,6203-1,0918 0,9380

Berdasarkan Tabel 1, kisaran faktor kondisi ikan gabus jantan selama


penelitian adalah 0,7033-1,6639 dan ikan gabus betina adalah 0,6203-1,3619.
Nilai faktor kondisi terendah ikan gabus jantan (Kn=0,7033) ditemukan pada ikan
yang berukuran 258 mm dengan berat tubuh 100 gram dan faktor kondisi tertinggi
(Kn=1,6639) ditemukan pada ikan yang berukuran 245 mm dengan berat tubuh
202 gram. Ikan gabus betina mempunyai nilai faktor kondisi terendah
(kn=0,6203) ditemukan pada ikan yang berukuran 403 mm dengan berat tubuh
375 gram, dan faktor kondisi tertinggi (Kn=1,3619) ditemukan pada ikan
berukuran 398 mm dan berat tubuh 792 gram.
Perbedaan nilai faktor kondisi tersebut disebabkan oleh variasi dari kisaran
panjang dan berat dari ikan gabus itu sendiri. Adanya variasi ukuran tersebut baik
ukuran panjang maupun berat akan mempengaruhi ukuran ikan yang akan
memijah. Hal ini didukung oleh pernyataan Aisyah, Bakti dan Desrita (2017)
yang menyatakan bahwa pemijahan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
perubahan nilai faktor kondisi ikan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa faktor kondisi rata-rata ikan gabus jantan dan
betina selama penelitian pada bulan Agustus sampai Oktober 2020 masing-masing
berkisar 0,9903-1,0881 untuk ikan gabus jantan dan 0,9380-1,0481 untuk ikan
gabus betina. Faktor kondisi ikan jantan lebih tinggi daripada ikan betina. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa kondisi ikan gabus jantan lebih baik
dibandingkan ikan gabus betina selama periode penelitian.
Tingginya faktor kondisi ikan gabus jantan pada bulan Agustus dan mulai
menurun pada bulan September dan Oktober dapat dipahami karena masa
pemijahan ikan gabus terjadi pada bulan Agustus, kemudian pada bulan
September dan Oktober telah selesai memijah. Sementara pada ikan gabus betina
nilai faktor kondisi menurun pada bulan Oktober, hal ini diduga ikan gabus betina
melakukan pemijahan pada bulan Agustus dan September, kemudian selesai
memijah pada bulan Oktober. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim,
Setyobudiandi dan Sulistiono (2017) bahwa nilai faktor kondisi ikan akan
meningkat menjelang puncak musim pemijahan dan akan menurun setelah masa
pemijahan.
Nilai rata-rata faktor kondisi ikan gabus di Danau Teluk Petai yaitu 1,0134.
Nilai ini mengindikasikan bahwa kondisi ikan gabus di Danau Teluk Petai
memiliki badan yang montok, karena memiliki nilai Kn berkisar antara 1-3.
Menurut (Effendie, 2002), faktor kondisi bila berkisar 1-3 menunjukkan tubuh
ikan montok. Nilai faktor kondisi ikan gabus mengindikasikan bahwa ikan gabus
jantan dan betina dalam kondisi baik dan dapat digunakan untuk konsumsi.
Menurut (Gustiarisanie, Rahardjo dan Ernawati., 2016), perbedaan nilai faktor
kondisi dipengaruhi oleh kepadatan populasi, tingkat kematangan gonad,
makanan, jenis kelamin dan umur ikan.

247
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Pengukuran Kualitas Air


Berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan di lokasi penelitian tercatat,
untuk suhu 29-31 oC, kecarahan 72,5-99 cm, kedalaman perairan 6,2-8,5 m, pH 5,
oksigen terlarut 3,6-5,2 mg/L, karbondioksida bebas 16-24 mg/L. Dari parameter
yang di ukur, suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap nafsu makan
ikan dan pertumbuhan badan ikan (Ningsih, Elvyra dan Yusfiati., 2015).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Jumlah ikan gabus (C. striata) yang tertangkap selama penelitian yaitu 110
ekor yang terdiri dari 63 ekor ikan gabus jantan dan 47 ekor ikan gabus betina.
Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan berat ikan gabus dapat diketahui
bahwa ikan gabus jantan dan betina memiliki pola pertumbuhan allometrik positif
(b>3), artinya pertumbuhan berat lebih cepat daripada pertumbuhan panjang ikan.
Berdasarkan hubungan panjang berat diketahui bahwa ikan gabus memiliki
hubungan keeratan antara panjang dan berat.
Nilai rata-rata faktor kondisi ikan gabus jantan dan betina di Danau Teluk
Petai yaitu 1,0134, yang berarti mengindikasikan bahwa kondisi ikan gabus di
Danau Teluk Petai memiliki badan yang montok. Berdasarkan pengukuran
parameter kualitas air di Danau Teluk Petai didapatkan hasil bahwa kondisi air di
lokasi penelitian masih cukup baik dan mendukung kehidupan ikan gabus.

Saran
Perlu dilakukan penelitian tentang aspek biologi reproduksi ikan gabus di
Danau Teluk Petai untuk memperoleh data dan informasi lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

Aisya, S., D. Bakti dan Desrita. (2017). Pola Pertumbuhan dan Faktor Kondisi
Ikan Lemuduk (Barbodes schwanenfeldii) di Sungai Belumai Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan
Universitas Sumatera Utara. 4(1):8-12.

Chasanah, E., M. Nurilmala, A. R. Purnamasari & D. Fithriani. (2015). Komposisi


Kimia, Kadar Albumin dan Bioaktivasi Ekstrak Protein Ikan Gabus
(Channa striata) Alam dan Hasil Budidaya. Jurnal Kelautan dan
Perikanan. Bogor. 10(2): 123-132.

248
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Effendie, M. I. (2002). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.


Yogyakarta. 160 hal.

Gustiarisanie, A., M. F Rahardjo dan Y. Ernawati. (2016). Hubungan Panjang-


Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Lidah (Cynoglossus cynoglossus) di Teluk
Pabean Indramayu, Jawa Barat. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. 16(3): 337-
344.

Ibrahim, P. S., I. Setyobudiandi dan Sulistiono. (2017). Hubungan Panjang Berat


dan Faktor Kondisi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) di Perairan
Selat Sunda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Institut Pertanian
Bogor. 9(2): 577-584.

Khan, S., M. A. Khan, K. Miyan dan M. Mubark. (2011). Length-Weight


Relationship for Nine Freshwater Teleoosts Collected from River Gangga,
India. International Journal of Zoological Research. 7(6):401-405.

Kusmini, I. I., V. A. Prakoso dan F. P. Putri. (2014). Hubungan Panjang-Bobot


Dan Aspek Reproduksi Ikan Gabus (Channa Striata) Hasil Tangkapan Di
Perairan Parung, Jawa Barat. Jurnal. Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Tawar. 13(1):36-43.

Murjiyanti, A dan Djumanto. (2018). Hubungan Panjang Berat dan Faktor


Kondisi Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di Rawa Pening Kabupaten
Semarang. Jurnal Perikanan. Universitas Gadjah Mada.

Muthmainnah, D. (2013). Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan


Gabus (Channa striata Bloch) yang Dibesarkan di Rawa Lebak, Jurnal
Perikanan Perairan Umum. Palembang. 2(3):184-190.

Nainggolan. O. W., D. Efizon dan R. M. Putra. (2019). Morfometri, Meristik, dan


Pola Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata) di Waduk Sei Paku
Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.

Ningsih, T. S., R. Elvyra dan Yusfiati. (2015). Morfometrik dan Meristik Ikan
Buntal Mas (Tetraodon fluviatilis) di Muara Perairan Bengkalis Provinsi
Riau. Jurnal Online Mahasiswa. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau.

249
Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021
e-ISSN: 2722-6026

Muchlisin, Z. A., M. Musman and M. N. S. Azizah. (2010). Length-Weight


Relationships and Condition Factors of Two Threatened Fishes, Rasbora
tawarensis and Poropuntius tawarensis, Endemic to Lake Laut Tawar,
Aceh Province, Indonesia. Journal of Applied Ichthyology. 26(6):949-953.

Pertiwi, S. L., Zainuddin dan E. Rahmi. (2017). Gambaran Histologi Ekosistem


Respirasi Ikan Gabus (Channa strita). Jurnal. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala. 1(3):291-298.

Putra, R. M. (2017). Desain Pengelolaan Danau Tapal Kuda (Oxbow Lake)


Secara Berkelanjutan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Riau.
143 hal.

Sudarno., Asriyana dan H. Arami. (2018). Huungan Panjang Berat dan Faktor
Kondisi Ikan Baronang (Siganus sp.) di Perairan Tondonggeu Kecamatan
Abeli Kota Kendari. Jurnal Sains dan Inovasi Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo. Kendari, Indonesia.
2(1):30-39.

Windarti. (2020). Keterampilan Dasar Biologi Perikanan. Oceanum Press:


Pekanbaru, Riau.

Wujdi, A., Suwarso dan Wudianto. (2012). Hubungan Panjang Berat, Faktor
Kondisi dan Struktur Ukuran Ikan Lemuru (Sardinella lemuru Bleeker,
1853) di Perairan Selat Bali. Jurnal. Pusat Penelitian Pengelolaan
Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. 4(2):83-89.

250

Anda mungkin juga menyukai