Kelahiran Pancasila memiliki tujuan yang cukup besar yakni persatuan bangsa,
keadilan politik dan keadilan social. Gagasan dari Mohammad Hatta tentang pentingnya
kebijakan ekonomi Pancasila, baik untuk seluruh masyarakat Indonesia maupun secara
kelembagaan. Perekonomian harus disusun berdasar demokrasi ekonomi, kemakmuran
masyarakat lebih diutamakan daripada kemakmuran individu. Pancasila yang sudah menjiwai
bangsa, memiliki unsur moral, sistem nilai, semangat mendukung, memberikan dasar, dan
sistem kepada Ekonomi Pancasila. Moralitas Ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai
kesatuan ukuran, atau norma-norma.
Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 NRI sebagai landasan konstitusional serta
pemikiran dari Mohammad Hatta menjadi pijakan dasar yang dapat diformulasikan untuk
melahirkan model kebijakan ekonomi Pancasila terutama dalam proses internalisasi dan
Institusionalisasi untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi.
Lia Kian (2018) mempertegas bahwa pentingnya dua variabel politik dan agama, yang tetap
menjadi fokus perhatian bagi semua komponen bangsa Indonesia. Bekerjasama membangun
semangat politik demokrasi yang baik dan terhormat selalu mengedepankan norma- norma
dan aturan yang berlaku dengan dasar agama dan keyakinan
Rumusan dan formulasi strategis kebijakan yang dapat menjadi pertimbangan bagi para
pengambil kebijakan untuk mengaktifkan ruh dan semangat dalam menumbuh kembangkan
kebijakan sistem ekonomi Pancasila kedalam sistem perencanaan pembangunan
perekonomian nasional (makro ekonomi dan mikro ekonomi) secara fundamental adalah
sebagai berikut:
1. Perekonomian nasional disusun berdasar demokrasi ekonomi, sesuai amanah landasan
konstitusional adalah pasal 33 UUD 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab bagi para
pengambil kebijakan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan seluruh masyarakat Indonesia.
3. Adanya peraturan Pemerintah dan atau peraturan Presiden yang mengatur kebijakan
ekonomi nasional yang secara operasionalisasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
6. Membangun moralitas dalam tata kelola perekonomian untuk menjadi solusi renggangnya
hubungan antara ekonomi dan keadilan menjadi prioritas utama dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional.
10. Peningkatan manajemen kapasitas usaha dan pemberdayaan UMKM secara menyeluruh.
11. Membuat role model Inkubasi bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif.
MASALAH & SOLUSI
a) Jika koperasi modal terbatas baru saja didirikan, akan sulit untuk mengembangkan
modal. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain kurangnya
pembentukan ekuitas, kurangnya daya tarik sumber pendanaan dari luar organisasi,
kurangnya inisiatif dan upaya unik untuk mengumpulkan modal.
b) Daya saing yang lemah: Koperasi tidak dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan
ini dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya.
c) Rendahnya kesadaran anggota koperasi Tidak semua anggota koperasi mengetahui
sepenuhnya tentang koperasi. Langkah-langkah tersebut mungkin tampak tidak
membayar kontribusi wajib kepada koperasi.
d) Kemampuan tenaga profesional dalam pengelolaan koperasi. Sumber daya manusia
yang tersedia terkadang kurang memiliki keahlian sehingga menyebabkan kurangnya
kerja sama antara pengurus, pengawas, dan anggotanya
e) Pengenaan pajak terhadap koperasi tidak memenuhi rasa keadilan.
2. Perlunya meningkatkan manajemen kapasitas usaha dan pemberdayaan
UMKM secara menyeluruh
Membangun daya saing industri Indonesia perlu diawali dengan memperkuat daya
saingnya di pasar domestik melalui perkuatan pelaku usaha industri dalam negeri dan
menyediakan iklim usaha yang kondusif. Perkuatan daya saing di pasar domestik
memerlukan keterlibatan pelaku usaha, pemerintah, konsumen, dan masyarakat
Indonesia.
Perkuatan daya saing diawali dengan penguatan visi bisnis pelaku usaha. Visi bisnis
diartikan sebagai " Memiliki wawasan dan pandangan tentang bisnis apa yang ingin
dicapai di masa depan dan mampu menentukan ke mana arah yang harus ditempuh
untuk mewujudkannya.", untuk mencapai makna tersebut, maka orientasinya perlu
disertai dengan sikap proaktif, kreatif, serta bertindak cepat dan tepat.
Kekuatan bersaing industri Indonesia di pasar global memerlukan kebersamaan
pelaku usaha dan fasilitasi pemerintah untuk memperkuat ekspor dan pemasaran pada
umumnya. Diperlukan perubahan sikap pandang dan prioritas program yang
mendorong peningkatan daya saing berbasis pemasaran, khususnya untuk
meningkatkan pasar ekspor.
3. Cara mempertegas bahwa pentingnya dua variabel politik dan agama dalam
pembangunan ekonomi dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat
Agama dan negara merupakan dua variabel penting yang terkait dengan
perkembangan politik dan ekonomi suatu negara. Agama dan bangsa mengatur semua
bidang kehidupan manusia. Agama merupakan kerangka keyakinan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam membangun watak dan kepribadian manusia. Negara
merupakan tempat tinggal manusia hidup dimuka bumi. Negara lahir sebagai syarat
lahirnya suatu pemerintahan, melalui kedaulatan politik, maka Negara dan
pemerintahan dapat diakui dan sejalan dengan sinergistas dengan pengakuan Agama
sebagai kepercayaan ketuhanan masyarakat yang diakui oleh negara.
Hubungan antara agama / religiusitas dan nilai-nilai demokrasi merupakan topik
panas dalam ilmu politik. Di satu sisi, 'sekuler' memandang agama sebagai inheren
yang bertentangan dengan sikap demokratis (karena dogmatisme dan tertutup pikiran)
dan berpendapat bahwa religiusitas intens dapat menimbulkan hambatan bagi difusi
nilai-nilai demokrasi. Di sisi lain, beberapa sarjana telah menantang keyakinan dan
telah secara empiris menunjukkan bahwa agama tidak berarti dukungan yang lebih
rendah untuk demokrasi.
Di Indonesia hubungan agama dan politik telah didominasi menjadi salah satu
birokratisasi peraturan isu agama kebijakan terhadap agama dari institusi pelaksana
(yaitu, pengadilan atau birokrasi) dari modus delegasi (vertikal dibandingkan
horizontal) yang membentuk hubungan antara pembuat kebijakan dan lembaga
mengimplementasikannya. Pemahaman agama dan politik membatasi kapasitas ulama
dan aktor keagamaan sama-sama untuk merasakan pengaruh yang signifikan akan
tindakan dan ritual keagamaan dalam ranah politik. Kegiatan didominasi agama,
seperti shalat, zakat dan perhotelan untuk orang asing, dapat memiliki implikasi
politik yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang hal
demikian sebagai tindakan keagamaan mengambil makna politik.
Pemerintah dalam negara memiliki andil besar dalam membangun tatanan politik
sesuai dengan ajaran Agama. Sejarah politik islam dimana daerah Balkan misalnya
merupakan salah satu pusat budaya dan seni pada Kekaisaran Ottoman, yang
memberikan perhatian khusus dalam pengembangan wilayah ini dan membuat pusat
pertumbuhan investasi ekonomi dan juga menjadi pusat politik dan budaya. Sejarah
telah membuktikan bahwa politik dan agama meerupakan aspek penting dalam
memajukan perekonomian suatu negara, dan sebaliknya bilang muncul sifat negatif
dari dua aspek tersebut bisa membuat stagnan ekonomi suatu negara,
Selain itu juga, berbagai persoalan pentingnya merawat politik dan agama dalam
sosial masyarakat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu kawasan atau
suatu negara. Sebagai contoh yang dijelaskan oleh Irogbe, K. (2013), secara umum
menjelaskan bahwa perusahaan multinasional telah secara politik telah mempengaruhi
kedaulatan negara-negara berkembang,
Hal ini dijelaskan oleh Bin Hassan, M dalam studinya (2007) menjelaskan bahwa efek
dari kebangkitan agama (Islam) di seluruh dunia dalam persaingan kekuasaan politik
yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
perkembangan Islam dalam politik.
Politik dan agama merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional suatu
bangsa begitu juga di Indonesia. Kedua variabel ini merupakan variabel eksternal
dalam mempengaruhi kebijakan dan arah pembangunan ekonomi Negara Indonesia.
Semakin baik kondisi politik dan keyakinan serta ketaatan dalam beragama maka
akan semakin baik arah pembangunan ekonomi dalam menciptakan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan sebalik semakin tidak adanya sinergistas antara politik
dan agama maka akan sulit bagi suatu Negara dalam melakukan pembangunan
ekonominya.
Pentingnya dua variabel ini tetap menjadi fokus perhatian bagi semua komponen
bangsa Indonesia tanpa terkecuali pemerintah akan tetapi masyarakat, pengusaha dan
stakeholder lainnya bekerjasama dalam berafiliasi untuk menjalankan politik
demokrasi yang baik dan terhormat yang selalu mengkedapan norma-norma dan
aturan yang berlaku dengan dasar agama yang diyakini. Agama merupakan suatu
keyakinan dengan aturan yang harus ditaati bagi pemeluknya, bagi agama islam Al-
quran dan hadist merupakan pinjakan dan pedoman dalam membangun bangsa dan
Negara. Afiliasi dan singergistas dari konteks politik dan agama akan memberikan
kontribusi positif dalam pembangunan suatu bangsa, pinjakan politik dan keyakinan
agama yang baik maka Indonesia akan maju dalam mengembangkan dan
melaksanakan program pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkeadilan yang
didasari dasar Negara Pancasila yang juga mengatur tentang ketuhanan yang maha
esa.
Pendekatan dalam tulisan ini dengan melihat Pancasila sebagai landasan falsafah,
proses internalisasi dan Institusionalisasi dalam rumusan kebijakan ekonomi menjadi
landasan berpikir dengan melihat dan mengkaji pemikiran Soekarno, Mohammad
Hatta, Boediono dan Mubyarto. Ajaran Pancasila memiliki makna nilai-nilai dari
setiap Sila Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh menjadi suatu sistem dalam
bangunan kehidupan berbangsa, termasuk dalam hal ini untuk pengembangan
kebijakan ekonomi Pancasila di Indonesia, Revitalisasi internalisasi dan
instansional kebijakan ekonomi Pancasila menjadi amanah UUD 1945 hal ini juga
telah dipertegas oleh Mohammad Hatta salah satu gagasan ekonomi yang memiliki
spirit sosial tersirat pada pasal 33, 34, dan 37. Pada pasal tersebut mengandung nilai
kekeluargaan, kemakmuran rakyat, kesempatan kerja, kehidupan yang layak bagi
warga negara, dan tanggung jawab negara terhadap fakir miskin dan anak terlantar
Ekonomi Pancasila mengemukakan lima karakter khasnya. Kelima ciri diserap dari
UUD 1945 dan dari keseluruhan jiwa Pancasila itu sendiri. Kelimanya adalah sebagai
berikut:
1) Koperasi merupakan soko guru perekonomian. Koperasi merupakan usaha
bersama. Pada pasal 33 UUD 1945 menjelaskan perekonomian disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan.
2) Ekonomi Pancasila merupakan bagian yang mengatur tentang ekonomi, sosial, dan
moral. Ekonomi Pancasila mengajarkan perilaku ekonomi untuk melaksanakan nilai-
nilai moral, etika, dan keagamaan.
3) Kehendak yang dari seluruh masyarakat Indonesia ke arah keadaan pemerataan
sosial dengan semangat kekeluargaan dan solidaritas.
4) Nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi Indonesia baik dari aspek
ekonomi makro maupun mikro.
5) Ekonomi Pancasila dapat dijalankan dengan baik untuk memberikan keseimbangan
antara perencanaan nasional dengan desentralisasi.
Sistem ekonomi Pancasila secara terbuka mengakui perlunya tingkat yang sesuai
untuk nasionalisme ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, baik karena
pertimbangan politik dalam negeri menuntut kemandirian nasional dan karena
pengusaha dalam negeri tidak mampu bersaing dengan baik dengan perusahaan dalam
negeri maupun asing. pesaing kecuali mereka diberi dukungan untuk periode
konsolidasi. " Argumen ini tidak selalu merupakan masalah khusus Indonesia, tetapi
masalah pembangunan-ekonomi umum yang membahas apa yang disebut argumen
industri berkembang
Kebijakan ekonomi di Indonesia tentunya berbasis nilai-nilai ideologi Pancasila, hal
demikian sangat mendukung kultur Indonesia yang merupakan warisan leluhur,
seperti kepercayaan terhadap Tuhan dan berkemanusiaan, nilai-nilai yang sudah lama
menjadi kultur tersebut, kemudian oleh para pendiri bangsa dituangkan dalam bentuk
Pancasila, moralitas Ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai kesatuan ukuran, atau
norma-norma yang mengatur pola berpikir dan pola bertindak dari pelaku-pelaku
ekonomi dalam system ekonomi