Anda di halaman 1dari 15

MERANGKUM, MENCARI MASALAH, DAN MEMBERIKAN SOLUSI

PADA OPINI DAN ARTIKEL MAKALAH DENGAN TEMA


“REAKTUALISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PEREKONOMIAN NASIONAL BERPARADIGMA PANCASILA”

DOSEN PENGAMPU : Romi Faslah, S.Pd.I., M.Si

RAFLI NOER EFENDI


NIM. 210501110201
KELAS : E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
RANGKUMAN

Kelahiran Pancasila memiliki tujuan yang cukup besar yakni persatuan bangsa,
keadilan politik dan keadilan social. Gagasan dari Mohammad Hatta tentang pentingnya
kebijakan ekonomi Pancasila, baik untuk seluruh masyarakat Indonesia maupun secara
kelembagaan. Perekonomian harus disusun berdasar demokrasi ekonomi, kemakmuran
masyarakat lebih diutamakan daripada kemakmuran individu. Pancasila yang sudah menjiwai
bangsa, memiliki unsur moral, sistem nilai, semangat mendukung, memberikan dasar, dan
sistem kepada Ekonomi Pancasila. Moralitas Ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai
kesatuan ukuran, atau norma-norma.

Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 NRI sebagai landasan konstitusional serta
pemikiran dari Mohammad Hatta menjadi pijakan dasar yang dapat diformulasikan untuk
melahirkan model kebijakan ekonomi Pancasila terutama dalam proses internalisasi dan
Institusionalisasi untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi.

Model pendekatan Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi dapat


diturunkan dan terejawantahkan kepada semua komponen masyarakat, perguruan tinggi dan
pelaku usaha serta Institusionalisasi kebijakan ekonomi tentunya oleh pemerintah melalui
kementerian dan lembaga terkait

Lia Kian (2018) mempertegas bahwa pentingnya dua variabel politik dan agama, yang tetap
menjadi fokus perhatian bagi semua komponen bangsa Indonesia. Bekerjasama membangun
semangat politik demokrasi yang baik dan terhormat selalu mengedepankan norma- norma
dan aturan yang berlaku dengan dasar agama dan keyakinan

Rumusan dan formulasi strategis kebijakan yang dapat menjadi pertimbangan bagi para
pengambil kebijakan untuk mengaktifkan ruh dan semangat dalam menumbuh kembangkan
kebijakan sistem ekonomi Pancasila kedalam sistem perencanaan pembangunan
perekonomian nasional (makro ekonomi dan mikro ekonomi) secara fundamental adalah
sebagai berikut:
1. Perekonomian nasional disusun berdasar demokrasi ekonomi, sesuai amanah landasan
konstitusional adalah pasal 33 UUD 1945 dengan penuh rasa tanggung jawab bagi para
pengambil kebijakan dapat diwujudkan sesuai dengan harapan seluruh masyarakat Indonesia.

2. Internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui peraturan perundangan-undangan sebagai


kesatuan ukuran, atau norma-norma yang mengatur pola berpikir dan pola bertindak bagi
pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem ekonomi nasional.

3. Adanya peraturan Pemerintah dan atau peraturan Presiden yang mengatur kebijakan
ekonomi nasional yang secara operasionalisasi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

4. Institusionalisasi kebijakan ekonomi Pancasila melalui kementerian dan lembaga terkait.

5. Nilai-nilai persatuan nasional, keadilan politik, keadilan sosial untuk mencapai


kesejahteraan social antara Pemerintah dan pelaku usaha dalam berjalan secara sinergis.

6. Membangun moralitas dalam tata kelola perekonomian untuk menjadi solusi renggangnya
hubungan antara ekonomi dan keadilan menjadi prioritas utama dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional.

7. Model pendekatan Internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi dapat


diturunkan dan terejawantahkan kepada semua komponen masyarakat, perguruan tinggi dan
pelaku usaha.

8. Perlunya rumusan model terbarukan untuk menghidupkan kembali sistem perkoperasian di


Indonesia dengan berbagai segmen dan tingkatannya.

9. Reformasi aksesibilitas modal UMKM secara proporsional dan berkeadilan.

10. Peningkatan manajemen kapasitas usaha dan pemberdayaan UMKM secara menyeluruh.

11. Membuat role model Inkubasi bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif.
MASALAH & SOLUSI

1. Cara menghidupkan kembali sistem perkoperasian di Indonesia dengan


berbagai segmen dan tingkatannya

Berdirinya koperasi di Indonesia berawal dari keinginan masyarakat untuk


bebas dari kemiskinan pada masa penjajahan Belanda. Sejak tahun 1908, rakyat
Indonesia telah mengkampanyekan perluasan gerakan koperasi untuk kepentingan
rakyat. Pembangunan koperasi di Indonesia cukup mengalami kemajuan yang
signifikan, jika diukur dengan jumlah unit usaha koperasi, jumlah anggota, aktiva dan
volume usaha.
Dari dasar hukum operasi memiliki hak untuk hidup dan berkembang di Indonesia,
sebagaimana diukur dalam UUD 1945. Pembinaan koperasi sebenarnya merupakan
proses yang berkesinambungan dan sistematis yang menggunakan prinsip koperasi,
pedoman yang digunakan anggota koperasi untuk mempraktikkan nilai-nilai mereka.
Pemberdayaan koperasi secara terstruktur dan berkelanjutan juga menyelaraskan
struktur perekonomian, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, menurunkan
pengangguran terbuka, mengurangi kemiskinan, menguasai dunia usaha, dan
masyarakat. , reformasi sejati sulit dicapai dan ketimpangan dalam pengelolaan
sumber daya produktif masih sangat tinggi.Bila realistis, keadilan hukum sulit
dicapai.
Jika masih banyak koperasi yang tumbuh dan tidak dapat mencapai tujuan bersama
anggotanya, maka diperlukan pendidikan, pelatihan dan insentif untuk memperkuat
kemampuannya dalam memahami dan menerapkan identitasnya. Di sini peran pihak
ketiga, termasuk pemerintah, adalah membangun mereka untuk mencapai tujuannya,
baik sebagai fasilitator, fasilitator, maupun koordinator. Oleh karena itu,
pengembangan koperasi terus dilakukan karena merupakan suatu proses yang
membutuhkan waktu, kesabaran dan keselarasan dalam pelaksanaannya agar dapat
terus menerus mengatasi segala permasalahan yang muncul, seperti kemiskinan dan
pengangguran yang semakin meningkat.
Pemberdayaan koperasi harus didukung oleh sistem pendidikan yang terorganisir dan
dilaksanakan secara konsisten dalam rangka mengembangkan organisasi dan bisnis
serta bersaing dengan pelaku ekonomi lainnya. Didukung dengan berbagai
pemberdayaan tersebut di atas dan manfaat dari koperasi itu sendiri, sangat
meyakinkan bahwa koperasi dapat berkembang dan berkembang di masa yang akan
datang.

Kelebihan koperasi adalah :

a) Prinsip Bisnis bertujuan untuk menghasilkan keuntungan untuk kepentingan


anggota kami. Misalnya, koperasi pertanian mendirikan penggilingan padi
agar keuntungan/sisa hasil yang dihasilkan koperasi dapat dibagi di antara
anggota.
b) Koperasi bertindak sebagai konsumen dan produsen, dan koperasi harus
memainkan peran ganda. Singkatnya, kita perlu proaktif dalam menyimpan
dana koperasi dan meminjamkan kepada koperasi.
c) Orang-orang secara sukarela berkumpul dalam koperasi atau secara sukarela
menjadi anggota. Artinya seseorang yang menjadi atau sudah menjadi anggota
koperasi, bukan karena paksaan tetapi karena keinginannya untuk
meningkatkan perekonomian.
d) Koperasi mempunyai prinsip kekeluargaan untuk kesejahteraan bersama,
sehingga anggota koperasi menitikberatkan pada kepentingan anggotanya,
bukan individu.

Penyebab lemahnya koperasi :

a) Jika koperasi modal terbatas baru saja didirikan, akan sulit untuk mengembangkan
modal. Hal ini disebabkan oleh beberapa penyebab, antara lain kurangnya
pembentukan ekuitas, kurangnya daya tarik sumber pendanaan dari luar organisasi,
kurangnya inisiatif dan upaya unik untuk mengumpulkan modal.
b) Daya saing yang lemah: Koperasi tidak dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan
ini dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya.
c) Rendahnya kesadaran anggota koperasi Tidak semua anggota koperasi mengetahui
sepenuhnya tentang koperasi. Langkah-langkah tersebut mungkin tampak tidak
membayar kontribusi wajib kepada koperasi.
d) Kemampuan tenaga profesional dalam pengelolaan koperasi. Sumber daya manusia
yang tersedia terkadang kurang memiliki keahlian sehingga menyebabkan kurangnya
kerja sama antara pengurus, pengawas, dan anggotanya
e) Pengenaan pajak terhadap koperasi tidak memenuhi rasa keadilan.
2. Perlunya meningkatkan manajemen kapasitas usaha dan pemberdayaan
UMKM secara menyeluruh

Keberadaan UMKM tidak bisa dikesampingkan atau dihindari dari kehidupan


masyarakat nasional saat ini. Kehadirannya sangat membantu dalam berbagi
pendapatan masyarakat. Selain itu juga dapat menciptakan kreativitas yang selaras
dengan upaya melindungi dan mengembangkan unsur-unsur tradisi dan budaya lokal.
Di sisi lain, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar, UMKM dapat
menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan UMKM padat karya dengan menggunakan
teknologi sederhana dan mudah dipahami dapat menjadi wadah bagi masyarakat
untuk berkarya.
Peningkatan daya saing UMKM harus dilakukan secara bertahap. Singkatnya,
peningkatan daya saing dimulai dengan upaya memenangkan persaingan.
Menemukan tingkat persaingan yang berbeda untuk UMKM memerlukan beberapa
bentuk pembangunan berkelanjutan untuk meningkatkan standar hidup dari UMKM
di negara ini. Penyesuaian dan fokus kompetensi UMKM perlu ditingkatkan. Karena
mengaktifkan mencakup akses mudah ke fungsi perusahaan dan penyediaan
kemampuan dukungan, UMKM menerapkan aturan umum yang berlaku untuk bisnis
secara konsisten, konsisten, dan efisien. Salah satu inisiatif yang mungkin adalah
membangun jaringan bisnis yang kuat. Jaringan bisnis merupakan salah satu elemen
terpenting dari bisnis UMKM untuk mencapai skala ekonomi, manajemen bisnis yang
efisien dan peningkatan pangsa pasar. Dengan jaringan usaha yang kuat, UMKM akan
menjadi modal bagi untuk menjalankan kegiatan usaha secara efektif dan efisien, dan
jaringan usaha juga dapat menjadi modal kompetitif perusahaan.

Upaya Menjadikan UMKM Berdaya Saing


Mengembangkan lingkungan usaha yang menguntungkan bagi usaha mikro dan kecil
dan menengah (UMKM) menciptakan peluang usaha seluas-luasnya dan memastikan
mekanisme pasar yang sehat bagi UMKM. Tujuannya untuk meningkatkan daya
saing. Banyak kebijakan pembangunan makroekonomi, sektor dan daerah yang saling
melengkapi, terkoordinasi dan sinergis untuk memperkuat UMKM dalam rangka
menciptakan iklim usaha yang menguntungkan bagi UMKM.
Oleh karena itu, diperlukan upaya terpadu agar UMKM lebih berdaya saing. Upaya
tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi kelemahan UMKM
Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan manajemen usaha
b) Mengutamakan pembangunan di sektor-sektor utama
c) Produktivitas
d) Memperkuat daya saing pasar domestik
e) Meningkatkan pemasaran daya saing berbasis teknologi
f) Pembangunan ekonomi berbasis teknologi
Pelaku usaha yang mempunyai wawasan bisnis baik, akan dapat dengan cepat mampu
menangkap dan memanfaatkan peluang yang ada secara efektif. Kemampuan
berusaha ini tidak dapat ditingkatkan dengan cepat, tetapi melalui proses bertahap,
apalagi jika terkait dengan kebudayaan masyarakat.
Upaya peningkatan wawasan bisnis serta pengetahuan pengelolaan usaha, dapat
dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan pembelajaran melalui pendidikan dan
pelatihan dengan dua sub judul penguasaan materi, yaitu:
a) Peningkatan daya saing melalui penguatan wawasan bisnis dan tata kelola usaha
b) Peningkatan daya saing melalui prioritas produk unggulan yang berkualitas.

Membangun daya saing industri Indonesia perlu diawali dengan memperkuat daya
saingnya di pasar domestik melalui perkuatan pelaku usaha industri dalam negeri dan
menyediakan iklim usaha yang kondusif. Perkuatan daya saing di pasar domestik
memerlukan keterlibatan pelaku usaha, pemerintah, konsumen, dan masyarakat
Indonesia.
Perkuatan daya saing diawali dengan penguatan visi bisnis pelaku usaha. Visi bisnis
diartikan sebagai " Memiliki wawasan dan pandangan tentang bisnis apa yang ingin
dicapai di masa depan dan mampu menentukan ke mana arah yang harus ditempuh
untuk mewujudkannya.", untuk mencapai makna tersebut, maka orientasinya perlu
disertai dengan sikap proaktif, kreatif, serta bertindak cepat dan tepat.
Kekuatan bersaing industri Indonesia di pasar global memerlukan kebersamaan
pelaku usaha dan fasilitasi pemerintah untuk memperkuat ekspor dan pemasaran pada
umumnya. Diperlukan perubahan sikap pandang dan prioritas program yang
mendorong peningkatan daya saing berbasis pemasaran, khususnya untuk
meningkatkan pasar ekspor.
3. Cara mempertegas bahwa pentingnya dua variabel politik dan agama dalam
pembangunan ekonomi dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan
masyarakat

Agama dan negara merupakan dua variabel penting yang terkait dengan
perkembangan politik dan ekonomi suatu negara. Agama dan bangsa mengatur semua
bidang kehidupan manusia. Agama merupakan kerangka keyakinan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dalam membangun watak dan kepribadian manusia. Negara
merupakan tempat tinggal manusia hidup dimuka bumi. Negara lahir sebagai syarat
lahirnya suatu pemerintahan, melalui kedaulatan politik, maka Negara dan
pemerintahan dapat diakui dan sejalan dengan sinergistas dengan pengakuan Agama
sebagai kepercayaan ketuhanan masyarakat yang diakui oleh negara.
Hubungan antara agama / religiusitas dan nilai-nilai demokrasi merupakan topik
panas dalam ilmu politik. Di satu sisi, 'sekuler' memandang agama sebagai inheren
yang bertentangan dengan sikap demokratis (karena dogmatisme dan tertutup pikiran)
dan berpendapat bahwa religiusitas intens dapat menimbulkan hambatan bagi difusi
nilai-nilai demokrasi. Di sisi lain, beberapa sarjana telah menantang keyakinan dan
telah secara empiris menunjukkan bahwa agama tidak berarti dukungan yang lebih
rendah untuk demokrasi.
Di Indonesia hubungan agama dan politik telah didominasi menjadi salah satu
birokratisasi peraturan isu agama kebijakan terhadap agama dari institusi pelaksana
(yaitu, pengadilan atau birokrasi) dari modus delegasi (vertikal dibandingkan
horizontal) yang membentuk hubungan antara pembuat kebijakan dan lembaga
mengimplementasikannya. Pemahaman agama dan politik membatasi kapasitas ulama
dan aktor keagamaan sama-sama untuk merasakan pengaruh yang signifikan akan
tindakan dan ritual keagamaan dalam ranah politik. Kegiatan didominasi agama,
seperti shalat, zakat dan perhotelan untuk orang asing, dapat memiliki implikasi
politik yang signifikan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang hal
demikian sebagai tindakan keagamaan mengambil makna politik.
Pemerintah dalam negara memiliki andil besar dalam membangun tatanan politik
sesuai dengan ajaran Agama. Sejarah politik islam dimana daerah Balkan misalnya
merupakan salah satu pusat budaya dan seni pada Kekaisaran Ottoman, yang
memberikan perhatian khusus dalam pengembangan wilayah ini dan membuat pusat
pertumbuhan investasi ekonomi dan juga menjadi pusat politik dan budaya. Sejarah
telah membuktikan bahwa politik dan agama meerupakan aspek penting dalam
memajukan perekonomian suatu negara, dan sebaliknya bilang muncul sifat negatif
dari dua aspek tersebut bisa membuat stagnan ekonomi suatu negara,
Selain itu juga, berbagai persoalan pentingnya merawat politik dan agama dalam
sosial masyarakat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu kawasan atau
suatu negara. Sebagai contoh yang dijelaskan oleh Irogbe, K. (2013), secara umum
menjelaskan bahwa perusahaan multinasional telah secara politik telah mempengaruhi
kedaulatan negara-negara berkembang,
Hal ini dijelaskan oleh Bin Hassan, M dalam studinya (2007) menjelaskan bahwa efek
dari kebangkitan agama (Islam) di seluruh dunia dalam persaingan kekuasaan politik
yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi terhadap
perkembangan Islam dalam politik.
Politik dan agama merupakan faktor penting dalam pembangunan nasional suatu
bangsa begitu juga di Indonesia. Kedua variabel ini merupakan variabel eksternal
dalam mempengaruhi kebijakan dan arah pembangunan ekonomi Negara Indonesia.
Semakin baik kondisi politik dan keyakinan serta ketaatan dalam beragama maka
akan semakin baik arah pembangunan ekonomi dalam menciptakan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan sebalik semakin tidak adanya sinergistas antara politik
dan agama maka akan sulit bagi suatu Negara dalam melakukan pembangunan
ekonominya.
Pentingnya dua variabel ini tetap menjadi fokus perhatian bagi semua komponen
bangsa Indonesia tanpa terkecuali pemerintah akan tetapi masyarakat, pengusaha dan
stakeholder lainnya bekerjasama dalam berafiliasi untuk menjalankan politik
demokrasi yang baik dan terhormat yang selalu mengkedapan norma-norma dan
aturan yang berlaku dengan dasar agama yang diyakini. Agama merupakan suatu
keyakinan dengan aturan yang harus ditaati bagi pemeluknya, bagi agama islam Al-
quran dan hadist merupakan pinjakan dan pedoman dalam membangun bangsa dan
Negara. Afiliasi dan singergistas dari konteks politik dan agama akan memberikan
kontribusi positif dalam pembangunan suatu bangsa, pinjakan politik dan keyakinan
agama yang baik maka Indonesia akan maju dalam mengembangkan dan
melaksanakan program pembangunan ekonomi jangka panjang yang berkeadilan yang
didasari dasar Negara Pancasila yang juga mengatur tentang ketuhanan yang maha
esa.

4. Pendekatan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan ekonomi

Eksistensi Ekonomi Pancasila sudah ada dengan Pancasila sebagai landasan


idealnya dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya dan juga terjabarkan
dalam ketetapan MPR tentang politik ekonomi dalam demokrasi ekonomi. Untuk
mewujudkan kebijakan ekonomi Pancasila diperlukan reformulasi kebijakan ekonomi
Pancasila melalui Kementerian dan Lembaga yang diperuntukkan bagi Masyarakat,
Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha. Internalisasi dan Institusionalisasi kebijakan
ekonomi adalah upaya untuk mengatasi permasalahan pembangunan karakter
kebangsaan tentunya dapat diperkuat guna menangkal pengaruh dari luar negeri
maupun dari dalam negeri di antaranya adalah globalisasi, radikalisme, intoleran,
transnasional, transformasi budaya asing, kesenjangan ekonomi dan praktik-praktik
monopoli.

Pendekatan dalam tulisan ini dengan melihat Pancasila sebagai landasan falsafah,
proses internalisasi dan Institusionalisasi dalam rumusan kebijakan ekonomi menjadi
landasan berpikir dengan melihat dan mengkaji pemikiran Soekarno, Mohammad
Hatta, Boediono dan Mubyarto. Ajaran Pancasila memiliki makna nilai-nilai dari
setiap Sila Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh menjadi suatu sistem dalam
bangunan kehidupan berbangsa, termasuk dalam hal ini untuk pengembangan
kebijakan ekonomi Pancasila di Indonesia, Revitalisasi internalisasi dan
instansional kebijakan ekonomi Pancasila menjadi amanah UUD 1945 hal ini juga
telah dipertegas oleh Mohammad Hatta salah satu gagasan ekonomi yang memiliki
spirit sosial tersirat pada pasal 33, 34, dan 37. Pada pasal tersebut mengandung nilai
kekeluargaan, kemakmuran rakyat, kesempatan kerja, kehidupan yang layak bagi
warga negara, dan tanggung jawab negara terhadap fakir miskin dan anak terlantar
Ekonomi Pancasila mengemukakan lima karakter khasnya. Kelima ciri diserap dari
UUD 1945 dan dari keseluruhan jiwa Pancasila itu sendiri. Kelimanya adalah sebagai
berikut:
1) Koperasi merupakan soko guru perekonomian. Koperasi merupakan usaha
bersama. Pada pasal 33 UUD 1945 menjelaskan perekonomian disusun sebagai usaha
bersama atas asas kekeluargaan.
2) Ekonomi Pancasila merupakan bagian yang mengatur tentang ekonomi, sosial, dan
moral. Ekonomi Pancasila mengajarkan perilaku ekonomi untuk melaksanakan nilai-
nilai moral, etika, dan keagamaan.
3) Kehendak yang dari seluruh masyarakat Indonesia ke arah keadaan pemerataan
sosial dengan semangat kekeluargaan dan solidaritas.
4) Nasionalisme menjiwai setiap kebijaksanaan ekonomi Indonesia baik dari aspek
ekonomi makro maupun mikro.
5) Ekonomi Pancasila dapat dijalankan dengan baik untuk memberikan keseimbangan
antara perencanaan nasional dengan desentralisasi.

Sistem ekonomi Pancasila secara terbuka mengakui perlunya tingkat yang sesuai
untuk nasionalisme ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, baik karena
pertimbangan politik dalam negeri menuntut kemandirian nasional dan karena
pengusaha dalam negeri tidak mampu bersaing dengan baik dengan perusahaan dalam
negeri maupun asing. pesaing kecuali mereka diberi dukungan untuk periode
konsolidasi. " Argumen ini tidak selalu merupakan masalah khusus Indonesia, tetapi
masalah pembangunan-ekonomi umum yang membahas apa yang disebut argumen
industri berkembang
Kebijakan ekonomi di Indonesia tentunya berbasis nilai-nilai ideologi Pancasila, hal
demikian sangat mendukung kultur Indonesia yang merupakan warisan leluhur,
seperti kepercayaan terhadap Tuhan dan berkemanusiaan, nilai-nilai yang sudah lama
menjadi kultur tersebut, kemudian oleh para pendiri bangsa dituangkan dalam bentuk
Pancasila, moralitas Ekonomi Pancasila didefinisikan sebagai kesatuan ukuran, atau
norma-norma yang mengatur pola berpikir dan pola bertindak dari pelaku-pelaku
ekonomi dalam system ekonomi

Deskripsi ekonomi yang bernilai Pancasila itu sebagai berikut:


1) Suasana usaha bersama harus berasaskan kekeluargaan. Dan itulah
koperasi. Di Indonesia, komitmen pemerintah untuk mengembangkan usaha koperasi
terbilang cukup tinggi.
2) Ekonomi Pancasila mengedepankan rangsangan moral dan sosial. Kalau
ekonomi klasik dan neoklasik mendasarkan rangsangan ekonomi untuk
menggerakkan perekonomian, Ekonomi Pancasila justru mengakomodasi dimensi
moral dan sosial. Untuk penguatan dimensi moral dan sosial ini, peran agama menjadi
cukup signifikan. Agama adalah menjaga dan sumber utama nilai-nilai moral. Oleh
sebab itu, nilai-nilai tersebut harus mengental dalam diri setiap produsen dan
konsumen.
3) Nasionalisme harus menjiwai semua pelaku ekonomi. Perasaan
nasionalisme harus berada dalam jiwa setiap koperasi maupun pelaku usaha,
perusahaan negara, dan juga para pejabat yang menjalankan perusahaan. Konsep
nasionalisme memiliki kaitan kuat dengan ketahanan negara. Identifikasi Pemikiran
EkonomiPancasila sebagai ciri kepribadian bangsa mampu menghubungkan asas
keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Koperasi yang dikembangkan adalah bentuk dari realisasi ekonomi, namun
fungsi koperasi itu sendiri harus sesuai dengan tujuan ekonomi. Oleh karena itu,
hanya dalam sistem ekonomi Pancasila inilah koperasi dapat tumbuh dan berkembang
yang penuh isi dan integritas. Ekonomi Pancasila memiliki sistem sebagai berikut:
1. Sila pertama, setiap warga negara digerakkan oleh ekonomi, sosial dan moral.
2. Sila kedua, adanya tekad seluruh bangsa untuk mewujudkan pemerataan sosial.
3. Sila ketiga, nasionalisme ekonomi.
4. Sila keempat, demokrasi politik
5. Sila kelima, desentralisasi dan otonomi daerah.
5. Reformasi aksesibilitas modal UMKM secara proporsional dan berkeadilan.

Pelaku bisnis di Indonesia di dominasi oleh usaha mikro, usaha kecil,


dan usaha menengah (UMKM). Hingga akhir tahun 2013 jumlah UMKM di
Indonesia tercatat sebanyak 57.895.721, atau naik 2,41% dari 56.534.592
Perkembangan secara signifikan tersebut didukung dengan data dari Badan Pusat
Statistik apabila di lihat dari indikator jumlah UMKM dari tahun 1997 sampai dengan
tahun 2012 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi atas berbagai faktor,
salah satunya dengan kemitraan. Kemitraan UMKM diatur dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2008 bab VIII, menyebutkan kemitraan memiliki bermacam pola. Pola-
pola tersebut adalah inti-plasma; subkontrak; waralaba; perdagangan umum; distribusi
dan keagenan; dan bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama
operasional, usaha patungan atau joint venture, dan penyumberluaran atau
outsourching.
Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga
disebutkan mengenai kemitraan berupa pengembangan penanaman modal bagi usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Secara umum kemitraan merupakan hubungan
timbal balik antara UMKM dengan mitranya. Peranan pemerintah sebagai pelindung
dan pengawas UMKM sangat mempengaruhi keberhasilan UMKM dalam bermitra.
Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah terciptanya masyarakat adil
dan makmur, berdasarkan demokrasi ekonomi pancasila, dengan mengembangkan
sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan dan
pembangunan yang berkesinambungan, untuk mewujudkan tujuan pembangunan
ekonomi nasional yang pro terhadap ekonomi kerakyatan maka sistem perekonoman
nasional harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan seluruh
sektor perekonomian yang ada. umkm dewasa ini menjadi perhatian pemerintah
karena berkaitan dengan pembangunan ekonomi masyarakat sebagaimana diatur
dalam undang-undang nomor 20 tahun 2008 tentang umkm dan peraturan pemerintah
republik indonesia nomor 17 tahun 2013 tentang pelaksanaan undang-undang nomor
20 tahun 2008 tentang umkm.
Berbicara tentang pengembangan umkm tentunya tidak terlepas dari akses
permodalan. penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri (pmdn) maupun
penanaman modal asing (pma) seharusnya dapat memberi kemudahan bagi pelaku
umkm dalam mengembangkan usahanya. ditetapkannya ketentuan penanaman modal
melalui undang-undang tentang penanaman modal nomor 25 tahun 2007 sebagimana
penganti undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan
undang-undang nomor 6 tahun 1967 tentang penanaman modal dalam negeri telah
mengakhiri dualisme pengaturan tentang penanaman modal baik itu dalam negeri
maupun penanaman modal asing. selain itu, kehadiran undang-undang yang baru ini
sekaligus mempertegas dan memperjelas pengaturan penanaman modal di indonesia.
Untuk dapat mengakses permodalan tersebut setidaknya harus memperhatikan
legal certainty atau (kepastian hukum). kepastian hukum salah satu aspek yang sangat
penting, sesuai dengan amanat pasal 13 undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal yaitu pemerintah wajib menetapkan bidang usaha yang
dicadangkan untuk usaha mikro, kecil dan menengah (umkm) serta melakukan
pembinaan dan pengembangan usaha melalui kemitraan, peningkatan daya saing dan
perluasan pasar. umkm memiliki peran yang sangat penting dan merupakan salah satu
sasaran utama dalam undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal
di indonesia. adanya kepastian hukum mengenai sumber-sumber modal yang dapat
diakses oleh pelaku umkm dengan cepat dan tidak diskriminatif diharapkan dapat
meningkatkan peran dan potensi umkm dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi
nasional.
UMKM terdapat beberapa dukungan dari pemerintah seperti pemberian
subsidi bunga atau penjaminan terhadap kredit yang diberikan lembaga keuangan atau
perbankan. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah UMKM dalam
melakukan pengembangan dikarenakan keterbatasan modal. Pengembangan UMKM
akan mendorong terciptanya lapangan kerja baru sebagai salah satu upaya untuk
mengatasi masalah kemiskinan. Bagi pemerintah usaha ini dapat menjadi salah satu
cara untuk membantu percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Adapun beberapa
alternatif kerja sama dapat dilakukan dengan cara kerjasama bank, asuransi dan
Pemda sebagai pemberi dana. Sumber dana yang digunakan untuk melakukan
penjaminan bersumber dari APBD. Target penjaminan kredit bisa individu,
perusahaan, atau, asosiasi UMKM di daerah yang mempunyai usaha yang potensial
namun terkendala akses kredit dari bank, Pemberi pinjaman ini bisa saja semua
lapisan masyarakat yang merasa memiliki uang lebih untuk dipinjamkan. Sementara
peminjam ini bisa saja semua lapisan masyarakat atau pun UMKM yang
membutuhkan dana untuk perkembangan usahanya
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai