Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIFITAS MODEL DISCOVERY LEARNING

DI KELAS VIII MATERI RELASI DAN FUNGSI

Denni Ismunandar
Universitas Wiralodra, Jl. Ir. H. Djuanda KM.3, Indramayu;
e-mail: denni.ismunandar@unwir.ac.id

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas


penggunaan model Discovery Learning (DL) dalam mencapai ketuntasan
hasil belajar siswa kelas VIII. Sebelum melakukan penelitian, peneliti
melakukan wawancara kepada guru matematika di tingkat sekolah
menengah pertama. Beberapa hasil wawancara dengan guru SMP kelas
VIII adalah siswa masih kesulitan mengaplikasikan materi relasi dan
fungsi pada kehidupan sehari–hari dan siswa belum bisa membedakan
suatu hubungan termasuk relasi atau fungsi. Penelitian dilaksanakan di
SMPN 1 Indramayu pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berjumlah
126 siswa. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling oleh
guru pengajar. Hasil pemilihan sampel adalah kelas VIII B yang
berjumlah 30 siswa yang kemudian digunakan sebagai kelas yang dikenai
perlakuan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran
matematika di SMPN tersebut adalah 75. Hasil penelitian ini adalah
penggunaan model Discovery learning efektif untuk mencapai standar
minimum KKM.
Kata kunci: Efektif, KKM, Discovery Learning

Abstract. The purpose of this study was to know the effectiveness of using
the Discovery Learning (DL) model in achieving the completeness of the
result outcomes student in VIII class. Before doing the research,
researchers interviewed with mathematics teachers at the junior high
school level. Some of the results of interviews with teachers of class VIII
junior high school were students still having difficulty applying relations
and functions to their daily lives and students could not distinguish
between relationships or functions. This research was conducted at One
Indramayu Junior High School in the even semester of the 2018/2019
academic year. The population in this study is student learning outcomes
totaling 126 students. The sample selection was done purposive sampling
by the teacher. The results of the sample selection are class VIII B which
amounts to 30 students which are then used as observation classes. The
minimum completeness criterion (KKM) in mathematics at this school is
75. The results of this study are the use of effective Discovery learning
models to reach the minimum standards of KKM.
Keywords: Effective, KKM, Discovery Learning.

62
1. Pendahuluan
Model pembelajaran sangat diperlukan oleh seorang guru dalam mengajar.
Model pembelajaran yang menarik akan menentukaan keberhasilan seorang
guru dalam mengajar untuk mencapai standar kemampuan dan keterampilan
siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah diterbitkan oleh
Kemendikbud pada tahun 2016 tepatnya Permendikbud No 20 tahun 2016
tentang SKL berisi tentang standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
ketika lulus dari salah satu jenjang pendidikan. Permendikbud tersebut
mengharapkan lulusan memiliki kompetensi yang handal sehingga ketika
melanjutkan ke jenjang berikutnya, seorang siswa tidak kesulitan dalam
menerima dan mengolah informasi baru.

Salah satu penilaian kompetensi siswa di akhir masa belajar siswa adalah ujian
nasional. Meskipun Kemendikbud telah mengeluarkan peraturan, namun
hasil UN matematika siswa tingkat SMP masih kurang memuaskan.
Berdasarkan Kemendikbud (2017), hasil rata–rata nilai UN mata pelajaran
matematika adalah 50,31. Namun demikian, terjadi peningkatan integritas
pelaksanaan UN pada UNBK dan UNKP. Hasil rata–rata UN yang belum
memuaskan ini memerlukan pengkajian ulang baik dari model pembelajaran,
kemampun awal siswa, dan mungkin kemampuan guru dalam mengajar.

Pada penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran untuk memperbaiki


hasil belajar siswa. Menurut Baker dan Yacef berdasarkan survey beberapa
penelitian, model Discovery Learning lebih banyak dipakai dalam dunia
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia (Huang, Huang, &
Chuang, 2016: 3). Hal ini senada dengaan pendapat Xie, et. al., (2017: 1) yang
meyatakan bahwa Discovery Learning cocok untuk pembelajaran, karena
diperlukan kerja sama kelompok, merencanakan penyelesaian, menulis
laporan hasil diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi. Pendapat ini
didukung oleh hasil penelitian Khabibah, Masykuri, & Maridi (2017: 146) yang
menyatakan bahwa model Discovery Learning dapat meningkatkan
keterampilan generic sains siswa.

Menurut Syah, dalam mengimplementasikan model Discovery Learning di


kelas, tahap yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar yaitu
stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification, dan
generalization (Ismunandar, 2018: 195). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba

63
untuk menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sebagai salah
satu solusi untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Dalam penerapan model
Discovery Learning, Mubarok & Sulistyo (2014) menjelaskan pembelajaran ini
diawali dengan guru memberikan pertanyaan yang merangsang siswa untuk
berfikir dan mendorongnya untuk membaca buku serta melakukan aktivitas
belajar lainnya. Selanjutnya, siswa untuk mengidentifikasi masalah dan
merumuskannya dalam bentuk hipotesis. Lalu siswa mengumpulkan
informasi yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
telah diambil, dilanjutkan dengan pengolahan data. Kemudian, guru
melakukan pemeriksaan langkah siswa dalam membuktikan hipotesis.
Selanjutnya, guru dan siswa menarik kesimpulan rumusan untuk menjawab
pertanyaan berdasarkan hipotesis yang telah dibuktikan (Suminar & Meilani,
2016: 87).

Pada penelitian ini, peneliti bersama guru pengajar memilih materi relasi dan
fungsi. Hal ini dilakukan karena menyesuaikan materi yang akan diajarkan
pada siswa sesuai dengan urutan KI dan KD. Menurut peneliti, model
discovery learning cocok digunakan dalam materi relasi dan fungsi.
Berdasarkan hasil penelitian Vahlia, Rahmawati ES, & Anjar (2017) bahwa
nilai rata – rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model
Discovery Learning lebih baik daripada kelas eksperimen yang menggunakan
model Group Investigation. Hasil penelitian yang lain terkait dengan model
belajar Discoveri Learning yaitu penerapan model pembelajaran discovery
learning dengan strategi ARIAS pada materi relasi dan fungsi dapat
meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa (Khansa,
Pramudya, & Kuswardi, 2018). Dalam melaksanakan model Discovery Learning
di dalam kelas memerlukan suatu perencanaan pelaksanaan pembelajaran
supaya kelas yang dikenai perlakuan model pembelajaran ini dapat mencapai
hasil yang memuaskan. Jika pembelajaran menggunakan model Discovery
Learning berhasil melampaui nilai KKM maka dapat dikatakan model
pembelajaran Discovery Learning efektif pada kelas yang dikenai perlakuan
pembelajaran Discovery Learning. Menurut Rochmad (2012) komponen-
komponen indikator efektif dapat berbeda-beda antara penelitian satu dangan
lainnya. Bergantung pada pendefinisian efektif dalam penelitian tersebut. Hal
ini selaras dengan pendapat Senjaya (2017) sebuah perlakuan dikatakan
efektif jika setelah perlakuan dilaksanakan rerata hasil perlakuan mencapai
rerata skor/ nilai minimal yang ditargetkan. Senada dengan pendapat tersebut
Dwiyani dan Utami (2015: 74) menyatakan suatu model pembelajaran

64
dikatakan efektif jika lebih dari 70% nilai siswa telah berhasil mencapai nilai
KKM. Dalam penelitian ini, peneliti mendefinisikan pembelajaran berkriteria
efektif jika rerata nilai siswa telah berhasil mencapai nilai KKM yang telah
ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.

2. Metodologi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Indramayu. Populasi dalam penelitian ini
adalah hasil belajar siswa yang berjumlah 126 siswa. Menurut Senjaya (2017),
populasi adalah seluruh objek yang menjadi fokus amatan dan sebagai
sasaran pemberlakuan hasil penarikan dan sampel adalah sebagian dari
populasi yang datanya diambil, diamati dan dianalisis untuk menaksir
karakteristik populasi. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling
oleh guru. Hasil pemilihan sampel adalah kelas VIII B yang berjumlah 30
siswa yang kemudian digunakan sebagai kelas yang dikenai perlakuan.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran matematika di SMPN
tersebut adalah 75. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kuantitatif dengan desain quasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah
kelas VIII B yaitu kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Discovery Learning.
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sebanyak empat kali pertemuan.
Dengan rincian pertemuan pertama hingga ke tiga, peneliti mengajar di kelas
VIII B pada materi relasi dan fungsi. Pada pertemuan ke empat dilaksanakan
post-test. Hasil post-test inilah yang akan di uji statistik. Desain penelitian yang
dilaksanakan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

R: T O (Senjaya, 2017)
Keterangan:
R: Pengambilan sample
T: Treatment (perlakuan), yaitu penggunaan Model Discovery Learning
O: Observasi (pengumpulan data/ Post-test)
Peneliti menggunakan analisis data berbantuan software SPSS untuk menguji
normalitas, homogenitas dan uji One sample t test untuk menguji efektifitas.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil statistik hasil belajar siswa ditampilkan pada table berikut.

65
Tabel 1. Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B
Analisis Statistic Std. Error
nilaisiswa Mean 78.07 .685
95% Confidence Interval Lower Bound 76.67
for Mean Upper Bound 79.47
5% Trimmed Mean 77.98
Median 77.00
Variance 14.064
Std. Deviation 3.750
Minimum 71
Maximum 87
Range 16
Interquartile Range 6
Skewness .390 .427
Kurtosis -.371 .833

Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa rerata kelas VIII B adalah 78,07. Artinya
rerata kelaas VIII B telah melampaui nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah.
Namun demikian masih ada kemungkinan beberapa nilai siswa yang berada
di bawah KKM. Selanjutnya dilakukan uji normalitas. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Jika data berdistribusi
normal, maka dilanjutkan ke uji homogenitas. Hasil uji normalitas
menggunakan software SPSS adalah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Uji Normalitas


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Nilaisiswa .212 30 .001 .953 30 .203
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 2 di atas terdapat dua sisi pengujian yaitu menggunakan Kolmogorov-
Smirnov atau Shapiro-Wilk. Pada penelitian ini digunakan Shapiro-Wilk. Hal ini
disebabkan karena jumlah sampel yang diambil kurang dari 50 orang. Pada
tabel di atas, uji normalitas dengan analisis Liliefors pada taraf 𝛼 = 0,05
menunjukkan kelas VIII B berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari nilai sig =
0,203   = 0,05 . Setelah data dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dilakukan uji homogenitas.

66
Tabel 3. Uji Homogenitas
Anaisis Statistic Std. Error
Nilais siswa Mean 78.07 .685
95% Confidence Interval Lower Bound 76.67
for Mean
Upper Bound 79.47
5% Trimmed Mean 77.98
Median 77.00
Variance 14.064
Std. Deviation 3.750
Minimum 71
Maximum 87
Range 16
Interquartile Range 6
Skewness .390 .427
Kurtosis -.371 .833
Berdasarkan tabel 3 di atas, nilai kurtosis sama dengan − 0,371 . Menurut
Sukestiyarno (2012) nilai kurtosis yang berada di sekitar nilai 1,1
menunjukkan plot diagram yang cenderung runcing, sehingga data
bergerombol atau dapat diasumsikan data cenderung homogen. Dengan
demikian berdasarkan tabel 3, nilai kurtosis – 0,371 masih berada di sekitar
1,1, sehingga data hasil belajar matematis siswa kelas VIII B cenderung
homogen. Selanjutnya dilakukan uji efektifitas. Uji efektifitas dilakukan
menggunakan uji One sample t test. Hasil olah data uji One sample t test
menggunakan SPSS adalah sebagai berikut.

Tabel 4. Uji Statistik One sample t test


Test Value = 75

95% Confidence Interval of the


Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

nilaisisw .000
4.479 29 3.067 1.67 4.47
a

Interpretasi pembacaan output untuk proses uji banding satu sampel melalui
langkah–langkah sebagai berikut.

67
a. Bentuk hipotesis uji banding satu sampel pada penelitian ini adalah
H0 : 𝜇 − 75 = 0
Ha : 𝜇 − 75 > 0 (Senjaya, 2017)
b. Formulasi yang tepat untuk pengujian ini adalah uji dua pihak dengan taraf
kesalahan 0,05 atau 5%.
c. Analisis hasil: pada output, terlihat sig = 0,00  0,05 . Artinya tolak H0 dan
terima Ha. Dengan demikan dapat diartikan bahwa rata–rata hasil belajar
matematis siswa kelas VIII B telah melebihi KKM.
d. Untuk memperkuat analysis data, maka dapat dilakukan analisis
menggunakan t-student.
e. Berdasarkan tabel 4, hasil t observasi adalah 4,479. Dalam penelitian ini,
diambil nilai  = 0,05.
f. Dengan melihat t tabel, dapat dicari nilai t kritis pada taraf signifikan (  ).
Nilai tk = 𝑡(1−𝛼,𝑛−1) . Deraajat kebebasan (df) = 𝑛 − 1 = 30 − 1 = 29, akan
diperoleh tk = 𝑡(0,95,29) = 2,04523
g. Kriteria keputusan:
Tolak Ho, jika to > 2,04523 serta,
Gagal tolak Ho, jika to ≤ 2,04523
Karena to > tk, maka tolak Ho. Artinya terima Ha : 𝜇 − 75 > 0
h. Kesimpulan: Berdasarkan analisis hasil dan kriteria keputusan, maka
penggunaan model Discovery Learning efektif terhadap ketuntasan hasil
belajar siswa

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pada point b dan c analisis kriteria


keputusan menggunakan SPSS, pada point f dan g, menggunakan analisis t
student. Kedua hasil analisis tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan
model Discovery learning efektif terhadap ketuntasan hasil belajar siswa.
Peneliti melakukan penelitian di SMPN 1 Indramayu selama 4 kali pertemuan,
dengan 3 kali pembahasan materi, dan 1 kali pengambilan hasil belajar siswa.
Perlu disampaikan bahwa sebelum peneliti mengajar di kelas VIIIB,
sebelumnya peneliti sudah pernah bertemu dengan siswa melalui kegiatan
PPL yang dilaakukan oleh mahasiswa. Langkah pembelajaran menggunakan
model discovery learning menurut Syah (2010) adalah stimulus, identifikasi
masalah, pengumpulan data, mengolah data, memverifikasi, dan menarik
kesimpulan.
Pembelajaraan yang telah dilakukan peneliti adalah di kelas eksperimen
adalah sebagai berikut. (1) Guru membagi 30 siswa menjadi 5 kelompok.

68
Masing – masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Pada apersepsi, guru
memberikan stimulus berupa pertanyaan. Pertanyaan yang diberikan adalah
bila kalian sakit kepala, apa yang kalian lakukan? Obat apayang kalian
minum? Coba tuliskankan penyakit yang biasa kalian rasakan dan apakah
obatnya! Buatkah dua kolom, kolom pertama adalah nama penyakit dan
kolom kedua adalah obat dari penyakit tersebut. (2) Langkah selanjutnya
siswa mengidentifikasi masalah, yatu penyakit apa saja yang biasa mereka
rasakan. (3) Siswa bersama kelompoknya mengumpulkan data tentang
penyakit yang pernah dirasakan masing – masing anggota. (4) siswa
melakukan olah data dengan mengelompokkan nama-nama penyakit dan
nama-nama obat yang telah mereka data. (5) Pada langkah memverifikasi,
peneliti meminta satu kelompok dan meminta hasil diskus kelompoknya
dipresentasikan ke depan. Pada langkah ini, guru membuat diagram panah
dan menghubungkan antara nama penyakit dan nama obat. Selanjutnya guru
meminta salah satu kelompok yang lain untuk maju ke depan dan meminta
kelompok tersebut untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Guru membuat diagram panah kembali. Dari hasil dua buah diagram panah
yang ditampilkan, siswa diminta untuk menganalisis, manakah yang
termasuk relasi, dan manakah yang termasuk fungsi. (6) setelah menunggu
beberapa saat, guru dan siswa menyimpulkan bahwa ciri – ciri sebuah fungsi
adalah setiap anggota pada domain tidak bercabang dan selalu mempunyai
pasangan pada kodomain. Sedangkan ciri – ciri sebuah relasi adalah domain
boleh bercabang dan boleh tidak mempunyai pasangan pada kodomain. Salah
satu contoh hasil belajar post test siswa materi relasi dan fungsi siswa kelas VIII
B adalah sebagai berikut.

69
Tabel 1. Hasil belajar siswa

Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Handayani (2016 :53) model
pembelajaran Discovery Learning berbantu Cabri II Plus 1.4 dan alat peraga
lebih efektif dari model pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar
matematika siswa. Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Lestari (2017:
64) bahwa model pembelajaran guided discovery learning mempengaruhi hasil
belajar dan efektif digunakan sebagai model pembelajaran pada pokok
bahasan geometri.

4. Ucapan terima kasih


Terima kasih kepada Bapak Rosyadi, S.Pd., M.Pd selaku KaProdi Pendidikan
Matematika UNWIR dan Sudirman S.Pd., M.Pd selaku Kapuslit UNWIR yang
telah mengeluarkan surat tugas dan mengijinkan peneliti melakukan
penelitian. Terima kasih kepada Ketua MGMP Matematika SMP, Kepala
Sekolah dan guru–guru SMPN 1 Indramayu serta semua pihak yang telah
membantu penelitian ini.

70
5. Kesimpulan dan saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data menggunakan
software SPSS, kesimpulan hasil penelitian ini adalah model Discovery Learning
efektif untuk membantu siswa mencapai ketuntasan hasil belajar matematis
di Kelas VIII B materi relasi dan fungsi. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa yang melebihi KKM, uji one sample t test menujukkan bahwa terlihat sig
= 0,00  0,05 . Artinya tolak H0 dan terima Ha. Pada uji banding to > tk, artinya
penggunaan model Discovery Learning pada kelas eksperimen efektif terhadap
ketuntasan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan nilai rata – rata hasil belajar
kelas ekperimen melebihi KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Beberapa saran
peneliti untuk peneliti lanjutan, model Discovery Learning adalah model
pembelajaran yang disarankan oleh kemendikbud dan mudah untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti lain dapat melanjutkan penelitian
dengan membandingkan atau menguji pengaruh model ini dengan model
pembelajaran yang lain.

Daftar Pustaka

Dwiyani, M., Utami, N. W., & Pd, M. (2015). Efektivitas Pembelajaran


Matematika Dengan Model Quantum Teaching ( Qt ) Ditinjau Dari
Kreativitas Belajar Siswa Kelas VIII Smp N 2 Turi. Jurnal Derivat, 2(2), 65–
84.

Handayani, I. (2016). Efektifitas Model Pembelajaran Discovery Learning


dengan Think-Talk-Write (TTW) dengan Berbantuan Cabri II Plus 1.4 dan
Alat Peraga terhadap Hasil Belajar siswa pada Materi Segitiga dan Segi
Empat Kelas VII. Aksioma: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika,
7(2), 41–55. https://doi.org/10.26877/aks.v7i2.1418

Huang, T. C. K., Huang, C. H., & Chuang, Y. T. (2016). Change discovery of


learning performance in dynamic educational environments. Telematics and
Informatics(Vol. 33). Elsevier Ltd. https://doi.org/10.1016/j.tele.2015.10.005

Ismunandar, D. (2018). Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning


Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik. In SNMPM II UNSWAGATI
(pp. 193–201).

Kemendikbud. (2017). Konferensi Pers UN 2017 Jenjang SMP.


https://doi.org/10.1021/cm803457f

Khabibah, E. N., Masykuri, M., & Maridi, M. (2017). The Effectiveness of


Module Based on Discovery Learning to Increase Generic Science Skills.

71
Journal of Education and Learning (EduLearn), 11(2), 146.
https://doi.org/10.11591/edulearn.v11i2.6076

Khansa, S. L., Pramudya, I., & Kuswardi, Y. (2018). Penerapan Model


Pembelajaran Discovery Learning dengan Strategi ARIAS untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar pada Materi
relasi dan Fungsi. JPMM, 2(4), 259–272.

Lestari, W. (2017). Efektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning


terhadap Hasil Belajar Matematika. Sap, 2(1), 64–74.

Mubarok, C., & Sulistyo, E. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Discovery


Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV Pada Standar
Kompetensi Melakukan Instalasi Sound System Di SMK Negeri 2
Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(1), 215–221.
https://doi.org/10.1021/acs.orglett.7b02680

Rochmad, R. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Matematika. Jurnal Kreano, 3(1), 59–72.

Senjaya, A. J. 2017. Statistika Terapan Untuk Penelitian Bidang Pendidikan dan


Pengajaran. Indramayu: fkipunwirpress.

Sukestiyarno. 2012. Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS.Universitas Negeri


Semarang.

Suminar, S. O., & Meilani, R. I. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran Discovery


Learning dan Problem Based Learning Terhadap Prestasi Belajar Peserta
Didik. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 84–93.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Vahlia, I., Rahmawati ES, Y., & Anjar, T. (2017). Efektifitas Pendekatan
Saintifik Berbasis Group Investigation dan Discovery Learning Ditinjau dari
Minat Belajar Mahasiswa. Aksioma, 6(1), 128–135.

Xie, H., Zou, D., Wang, F. L., Wong, T. L., Rao, Y., & Wang, S. H. (2017).
Discover learning path for group users: A profile-based approach.
Neurocomputing, 1-15. https://doi.org/10.1016/j.neucom.2016.08.133.

72

Anda mungkin juga menyukai