Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303303793

Pemetaan Total Electron Content di Lapisan Ionosfer Menggunakan Data


Global Positioning System: Tinjauan Teori [Total Electron Content (TEC)
Mapping using Global Positioning System...

Article · December 2005

CITATION READS

1 661

1 author:

Djedi S. Widarto
Universitas Pertamina
46 PUBLICATIONS   152 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Yunus Daud View project

Numerical modeling of geothermal system based on SP survey results View project

All content following this page was uploaded by Djedi S. Widarto on 18 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JURNAL GEOFISIKA 2005/2

Pemetaan Total Electron Content di Lapisan Ionosfer


Menggunakan Data Global Positioning System: Tinjauan Teori

Djedi S. Widarto

Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI, Jl. Sangkuriang, Bandung 40135, Indonesia

Abstrak
Sinyal radio frekuensi-ganda yang dipancarkan dari satelit Global Positioning System (GPS) memungkinkan
pengukuran jumlah total elektron, disebut sebagai total electron content (TEC), di lapisan ionosfer sepanjang
berkas sinyal antara satelit dan penerima GPS. Makalah ini terutama memperkenalkan salah satu prosedur untuk
memperoleh nilai TEC mutlak di ionosfer berdasarkan kombinasi pengukuran differential pseudorange dan
differential carrier phase yang terekam oleh penerima GPS. Makalah ini juga memberikan contoh hasil
pemetaan TEC global di ionosfer yang dilakukan menggunakan data jaringan global GPS. Peta variasi anomali
TEC ini dapat digunakan untuk mempelajari dinamika dan struktur ionosfer.

Abstract
The dual frequency radio signals of the Global Positioning System (GPS) allow measurements of the total
number of electrons, called total electron content (TEC), along a ray path from GPS satellite to receiver. This
paper, in particular, introduces a procedure to obtain absolute TEC value as based on the combination of
measurements of differential pseudorange and differential carrier phase as recorded by genetic GPS receivers.
This paper also describes an example of global ionospheric GPS TEC map that was reconstructed from global
GPS network data. This TEC anomaly map can be employed to examine the ionospheric dynamic and structure.

1 Pendahuluan harus dihilangkan.


Beberapa teknik untuk menentukan nilai
Global Positioning System (GPS) merupakan
mutlak TEC telah diperkenalkan oleh peneliti
salah satu wahana untuk mempelajari fenomena
terdahulu. Sardon et al. (1994) dan Komjathy (1997)
yang terjadi di ionosfer, melalui suatu sinyal
menerapkan teknis tapis Kalman untuk menentukan
gelombang mikro yang menjalar dari satelit
secara tepat, baik itu bias instrumen maupun nilai
pemancar ke stasiun penerima GPS di permukaan
TEC, dengan menganggap distribusi TEC vertikal
atau dekat permukaan bumi. Stasiun penerima GPS
(VTEC) adalah linier secara spasial di sekitar zenith
dengan sinyal frekuensi ganda memungkinkan
stasiun penerima. Bishop et al. (1996)
pengukuran jumlah elektron total, yang dikenal
mengembangkan teknik SCORE (self-calibration of
sebagai total electron content (TEC), di sepanjang
pseudorange errors) yang kemudian divalidasi
jalur perambatan sinyal antara kedua stasiun
melalui pengukuran secara terpisah oleh Bishop et al.
tersebut.
(1997) dan pemodelan oleh Lunt et al. (1999a dan
Sampai saat ini, jumlah satelit GPS terdiri dari
1999b). Lanyi dan Roth (1988) dan Coco et al.
24 (+5) satelit yang tersebar ke dalam 6 bidang orbit
(1991), berdasarkan pada analisis data dari stasiun
(4 satelit dalam setiap orbit) dan beredar
tunggal, menentukan nilai VTEC dengan teknik
mengelilingi bumi pada ketinggian sekitar 20.200
pendekatan polinomial. Wilson et al. (1992)
km, dengan membentuk sudut inklinasi 55° dan menggunakan data stasiun GPS dari jaringan global
perioda orbit adalah 11h 58m 02sec (sidereal hours). untuk memodelkan VTEC dengan teknik ekspansi
Intensitas sinyal yang sampai di stasiun penerima harmonik sferis. Makalah ini memperkenalkan suatu
GPS di permukaan bumi sangat dipengaruhi prosedur untuk memperoleh nilai VTEC di ionosfer
terutama oleh jarak satelit dan stasiun penerima, berdasarkan kombinasi pengukuran pseudorange
pengaruh troposferik/ionosferik, beda waktu (clock dan carrier phase yang terekam oleh penerima GPS
offsets) antara satelit dan stasiun penerima, frekuensi-ganda. Salah satu contoh hasil pemetaan
ambiguitas fasa, dan bias instrument pada satelit dan VTEC di ionosfer global yang dilakukan oleh
stasiun penerima, yang selanjutnya kita sebut Universitas Bern, Swiss digunakan untuk
sebagai bias instrumen diferensial (differential mempelajari dinamika dan struktur ionosfer.
instrumental bias). Bias tersebut akan muncul pada Makalah ini merupakan makalah pertama dari
kedua frekuensi GPS dan beda antar keduanya, yang satu seri makalah yang terdiri dari dua makalah.
kemudian menghasilkan kesalahan instrumen secara Aplikasi pengukuran TEC untuk memperkirakan
sistematik. Untuk menentukan nilai TEC secara prekursor gempa bumi akan dibahas pada makalah
akurat dan mutlak, maka bias turunan instrumen ini berikutnya.

32
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

2 Ionosfer dan GPS menyerap, maka lapisan ionosfer dapat dibagi ke


dalam suatu deretan wilayah atau lapisan secara
2.1 Ionosfer
tegas. Lapisan itu diberi tanda dengan huruf-huruf D,
Beberapa laporan yang menjelaskan E, F 1 dan F 2 . Secara kasar, lapisan D berada lebih
proses-proses fisika dan kimia yang terjadi di rendah dari 90 km, lapisan E memiliki puncak
ionosfer secara rinci dapat ditemukan di antaranya sekitar 105 km, F 1 berpuncak antara 160-180 km,
dalam McNamara (1994) dan Davies (1990). Secara dan lapisan F 2 berpuncak antara 200-600 km. Pada
umum, ketinggian terendah ionosfer adalah sekitar waktu malam hari, lapisan D dan E menghilang,
50 km sampai mencapai ketinggian sekitar 1000 km sedangkan lapisan F 1 dan F 2 bergabung membentuk
(lihat Gambar 1). Dalam kenyatannya, batas atas lapisan F. Kedrapatan elektron maksimum terjadi
ionosfer tidak dapat ditentukan dengan tepat karena pada lapisan F 2 .
diduga bahwa kerapatan elektron semakin menipis Secara umum seluruh lapisan tersebut secara
atau mengecil menuju plasmafer atau protonosfer kelompok disebut sebagai bagian bawah ionosfer
dan sesudah itu adalah lapisan plasma antar planet (bottomside). Bagian dari ionosfer antara lapisan F 2
(Langley, 1996). Plasmafer merupakan suatu lapisan dengan batas atas ionosfer disebut sebagai bagian
di atas ketinggian sekitar 1000 km dimana kerapatan atas ionosfer (topside). Di dalam lapisan F 2 dimana
atmosfer netral sangat kecil dan ion positif berupa umumnya kerapatan elektron maksimum terjadi
proton sangat besar jumlahnya, sehingga disebut sebagai konsekuensi dari penyerapan sinar ultra
juga sebagai lapisan protonosfer. violet ekstrim (extreme ultraviolet, EUV) dan
Berdasarkan terdapatnya perbedaan molekul- meningkatnya kerapatan atmosfer netral seiring
molekul dan atom-atom di dalam atmosfer dan menurunnya ketinggian.
tingkat perbedaan mereka dalam kemampuan

Gambar 1.
Gambaran umum profil tegak ionosfer dan pembagian lapisannya (atas); dan kerapatan elektron dan atom netral
(bawah) sebagai fungsi ketinggian (Davies, 1990).

33
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

2.2 GPS frekuensi tersebut, nilai TEC sepanjang jalur sinyal


antara satelit GPS dan stasiun penerima GPS di
Publikasi yang membahas masalah GPS dan
permukaan bumi dapat dihitung. TEC didefiniskan
aplikasinya telah banyak tersedia. Prinsip-prinsip
sebagai jumlah total elektron di dalam plasma
dasar tentang GPS dijelaskan secara rinci, misalnya
terionisasi dalam bentuk tabung imajiner (dalam
oleh Kleusberg dan Teunissen (1996), Parkinson et
bentuk sayatan 1 m2) antara satelit dan penerima
al. (1996), Leick (1995), dan Hoffmann-Wellenhoff
GPS. Kerapatan plasma di ionosfer selalu berubah
et al. (1997). Teori dan informasi praktis tentang
terhadap waktu dalam bentuk variasi harian, musim
GPS dapat diakses melalui Langley (1997).
dan adanya aktivitas matahari. Karena itu, variasi
Satelit-satelit GPS memancarkan sinyal
TEC terhadap waktu mencerminkan dinamika
gelombang radio dengan frekuensi-ganda, yakni
antariksa dekat Bumi.
f1=1575,42 MHz dan f2=1227,60 MHz. Sinyal
pembawa (carrier signals) kemudian dimodulasikan
fasanya ke dalam bentuk coarse/acquisition code 3.1 Indek Bias Fasa dan TEC
(C/A-code) dan precise code (P-code) dengan siklus Perambatan sinyal GPS sangat dipengaruhi
perulangan code adalah masing-masing sebesar oleh kondisi lingkungan di ionosfer dan jenis
1,023 MHz (sekitar 1 msec=300 km) dan 10,23 peralatan yang digunakan. Liu et al. (1996)
MHz (sekitar 0,1 msec=30 km). C/A-code menjelaskan konsep kelambatan ionosferik
dimodulasikan hanya terhadap sinyal L1-carrier dan (ionospheric delay), dimana jarak pseudorange GPS
P-code dimodulasikan terhadap sinyal L1 dan L2. Pi dan jarak fasa pembawa (carrier phase) Li untuk
Informasi navigasi dengan tingkat cuplikan rendah, frekuensi i=1 atau 2, masing-masing dinyatakan
yakni 50 Hz, juga dimodulasikan terhadap L1 dan sebagai berikut:
L2 (lihat Gambar 2).
Kedua sinyal, yakni pseudorange dan carrier ( )
P i = s0 + d ion i + d trop i + c τ sat − τ res + dqi + dqi + d ot
sat res

phase, merupakan dua data dasar yang diamati oleh (1a)


stasiun penerima GPS. Stasiun penerima GPS
membuat replika dari kedua frekuensi L-band yang ( )
Li = λ i φ i = s0 − d ion i + d trop i + c τ sat − τ res − λ i bi
dipancarkan oleh satelit-satelit dan kemudian
membedakan keduanya dengan sinyal tergeser (1b)
Doppler (Doppler shifted signals) yang datang untuk
dimana superskrip sat dan res masing-masing
menghasilkan sebuah frekuensi denyut (a beat
frequency). menyatakan sebagai satelit pemancar dan stasiun
penerima, s 0 adalah jarak sebenarnya antara satelit
dan penerima, d ion dan d trop masing-masing adalah
efek ionosfer dan troposfer, c adalah kecepatan
cahaya, τ adalah clock offset antara satelit dan
stasiun penerima, d q bias instrumen dari satelit atau
stasiun penerima, d ot adalah bias lainnya, λ adalah
panjang gelombang pembawa (carrier wave length),
φ adalah carrier phase total antara satelit dan stasiun
penerima, dan b adalah slip siklus dari phase
carrier.
Namun demikian, efek ionosfer terhadap
gelombang elektromagnetik (EM) tidak dapat
dijelaskan menggunakan konsep dispersi sederhana.
Untuk menjelaskan secara tepat perilaku lengkap
gelombang radio di ionosfer, kita harus memahami
Gambar 2. bahwa ionosfer merupakan plasma berlapis secara
Modulasi sinyal satelit GPS ke dalam C/A-code dan sferis dan terionisasi sebagian, dengan
P-code ketidakberaturan dan ketidakseragaman antariksa,
bahkan ketidakseragaman medan magnetik akibat
gangguan dari angin matahari (Hunsucker, 1991).
3 Metoda Penentuan TEC Formulasi indek bias fasa komplek pada
Lebih dari dua dekade terakhir ini, bising ionosfer sebagai suatu medium magnetoionik
ionosfer (ionospheric noise) pada pengamatan GPS dijelaskan oleh beberapa peneliti. Tetapi yang paling
frekuensi-ganda telah digunakan untuk mendapatkan sering dihubungkan dengan teori tersebut adalah Sir
informasi tentang ionosfer dan sebagai bahan dalam Edward Appleton (Hunsucker, 1991). Pada 1931,
penelitian lanjutan untuk mempelajari ionosfer. Dari Hartree memasukkan istilah polarisasi Lorentz ke
perbedaan antara hasil pengukuran dalam dua dalam formulasi indek bias komplek tersebut,

3
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

sehingga formulasi itu dikenal sebagai formula elektron m=9.1095 x 10-31 kg, permitivitas pada
Appleton-Hartree. ruang hampa ε o =8.8542 x 10-12 F/m, maka indek
Penurunan formula Appleton-Hartree secara bias dapat dinyatakan pula sebagai,
rinci dapat ditemukan terutama dalam Davies (1990),
1 N
Langley (1996), dan Hunsucker (1991). Indek bias ≅ 1 + 40.28 2 (11)
komplek n diberikan oleh persamaan dispersi n f
magnetoionik Appleton-Hartree sebagai berikut:
Dengan memasukkan persamaan (6) dan (7) ke
X
n = 1− dalam persamaan (8), maka diperoleh nilai waktu
2
(2)
2 pelambatan ionosfer (ionospheric delay time) T ion (f)
YT ± Y T4
1− + 2
2 YL (dalam detik) sebagai berikut,
2(1 − X ) 4 (1− X )

( ) ∫ Nds =
40.28 40.28 (12)
2 T ion ( f ) = t g − t = • TEC *
ωP = ωH
f
2
f
2
dimana X = , Y , Y T = Y sinθ , S

ω ω dimana TEC* (elektron/m2) adalah efek ionosfer


Y L = Y cosθ , dan bila Y ≅ 0 , maka dalam bentuk kandungan elektron total sepanjang
garis penglihatan antara stasiun penerima dan satelit
n2 = 1 - X (3) GPS.
Persamaan (12) tersebut dikenal juga sebagai
Sementara itu, kecepatan fasa gelombang (phase waktu pelambatan ionosfer hasil pendekatan orde
carrier) diberikan sebagai, pertama dari persamaan Appleton-Hartree. Dengan
ω c demikian, selisih waktu pelambatan untuk frekuensi
υp = k
=
n
(4) L1 dan L2 dapat ditentukan berdasarkan persamaan
berikut,

∆T ion = T ion ( f L 2 ) − T ion ( f L1)


dan kecepatan gelombang terhadap Bumi (group
delay/pseudorange) diberikan sebagai,
∂ω 1 c c  1 1  (13)
υg = = = = = 40.28 • TEC *  2 − 2 
(5)
∂k ∂k ∂
(nω ) n + ω ∂  
∂ω
∂ω ∂ω  f L 2 f L1 
dimana c adalah kecepatan cahaya dan k adalah atau disederhanakan menjadi,
bilangan gelombang pada plasma. Persamaan (4)
dan (5) dapat disederhanakan menjadi,  
1  f L1 • f L 2 
2 2

TEC * = •  ∆T (14)
υ p ⋅υ g = c
2
40.28 
f L 2 
(6) 2 dan
ion


f 2
L1

υ g = cn (7)
dimana f L1 =1575.42 MHz, f L2 =1227.6 MHz.
Untuk ruang heterogen, waktu tempuh gelombang t g
dengan jarak perjalanan s dinyatakan sebagai,
3.2 Slant dan Vertical TEC
tg = ∫ ∫
dS 1 dS
= (8) Penentuan nilai kandungan elektron total atau
υ
S g
c n
S
TEC di ionosfer terbagi ke dalam dua jenis, yakni
slant TEC dan vertical TEC. Slant TEC (STEC)
Sementara itu waktu tempuh untuk ruang hampa adalah jumlah kandungan elektron di ionospheric
dinyatakan sebagai, Pierce point yang diamati dari stasiun penerima GPS
dengan posisi membentuk sudut inklinasi E terhadap
t = ∫ c = c ∫ dS
dS 1
(9) satelit GPS (lihat Gambar 3). Sementara itu, vertical
S S TEC (VTEC) adalah jumlah kandungan total
elektron yang diamati secara vertikal dari titik
Selanjutnya, untuk frekuensi tinggi, hubungan indek sub-ionosferik (sub-ionospheric point) terhadap
bias n, konsentrasi elektron N (dalam jumlah ionospheric Pierce point. Gambar 4 menunjukkan
elektron/m3), dan frekuensi sudut ω dinyatakan oleh konstelasi antara satelit, stasiun penerima GPS dan
fungsi, lapisan ionosfer yang dianggap sebagai lapisan
tunggal, serta titik-titik pengamatan (Rothacher dan
N e2 Mervart, 1996).
n = 1− (10)
m ε oω2 Beberapa simbol alfabet yang digunakan dalam
Gambar 3 tersebut yakni, O adalah titik pusat Bumi,
Bila pengisian elektron e=1.6 x 10-19C, massa R adalah jejari Bumi, r adalah titik penerima GPS, h

34
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

adalah ketinggian ionosfer, E adalah sudut inklinasi Rothacher dan Mervart, 1996).
yang dibentuk antara stasiun penerima dan satelit,
dan i adalah titik pertemuan antara sinyal dari satelit Dari persamaan (19) itu, nilai VTEC dapat
dengan lapisan ionosfer. Dari Gambar 3 tersebut ditentukan dari nilai STEC melalui persamaan
Rothacher dan Mervart (1996) menurunkan berikut,

( )
beberapa persamaan penting yang berkaitan dengan 1/ 2
 R 2 2 
penentuan STEC dan VTEC sebagai berikut, VTEC = STEC 1 − cos E 
 R+h
 
Z ≤ Oir, sehingga didapatkan Z=90° – (A+E) (15) (20)
cos2 E
= STEC 1 −
(1+ h R)
Untuk sinyal tegak, maka komponen Z harus 2
dikalikan dengan cos z. Karena A ≤ rOi dan A adalah
sudut yang dibentuk oleh jejari Bumi terhadap titik
sub-ionosferik, maka dari segitiga Oir dapat Nilai STEC pada persamaan (20) ditentukan
diperoleh persamaan berikut, berdasarkan perkalian antara nilai TEC* pada
persamaan (14) dengan fungsi slant S(e) yang
sin(90° − E ) sin 90° − ( A + E ) diberikan oleh Sover dan Fanselow (1987):
= (16)
R+h R

S ( e) =
1  R 2 sin 2 ( e) − R 2 + ( R + h ) 2
h1− h 2 
1
cos E cos( A + E )
= (17)
R+h R
2
− R 2 sin 2 ( e) − R 2 + ( R + h 2 )  (21)

cos( A + E ) =
R
cos E (18) 
R+h sehingga STEC = TEC * • S ( e) . Jika jejari rerata
Jika cos z = sin( A + E ) , maka: Bumi R=6378 km dan ketinggian ionosfer Indonesia
h=350 km, maka nilai VTEC dapat diperoleh
(
sin( A + E ) = 1 − cos( A + E ) 2 )1/ 2
berdasarkan persamaan berikut:

( )
1/ 2 (19)
 R 2  VTEC = STEC 1− 0.89 cos E
2
(22)
= 1 − cos E 
2

 R+h  Satuan VTEC dinyatakan dalam TECU (atau TEC


Unit) dimana 1 TECU=1 x 1016 elektron/m2.

4 Contoh Aplikasi Metode


Gambar 4 menunjukkan salah satu contoh hasil
aplikasi metode pemetaan distribusi nilai mutlak
GPS TEC global yang dilakukan oleh Universitas
Bern, Swiss (http://www.cx.aiub/). Peta tersebut
disusun berdasarkan data seluruh GPS dalam
jaringan global dengan tingkat cuplikan 30 detik.
Pemetaan dilakukan untuk data yang diambil pada
hari ke-215 sistem kalender Julian (Julian date) atau
3 Agustus 2005 pukul 16:00UT, yang merupakan
periode musim panas.
Anomali tinggi TEC, lebih besar dari 50 TECU,
terlihat muncul di dua lokasi di bagian barat Afrika.
Anomali pertama yang lebih lebar tepat muncul di
atas garis ekuator magnetik 0°. Sementara itu,
anomali yang luasnya lebih kecil muncul di bagian
utaranya, sekitar 30°Lintang Utara. Keadaan ini
merupakan suatu fenomena umum, dimana anomali
Gambar 3.
tinggi umumnya selalu muncul berpasangan di
Konstelasi titik-titik imajiner yang menjelaskan wilayah ekuator magnetik. Selain itu, anomali tinggi
tentang hubungan antara satelit dan stasiun penerima ini pada umumnya muncul pada saat tengah atau
GPS, lapisan ionosfer yang dianggap sebagai lapisan siang hari dan menjadi rendah di malam hari. Hal
tunggal, dan titik pengamatan (diambil dari lain yang berperan dalam penentuan konsentrasi

35
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

TEC di ionosfer adalah keadaan ruang antara satelit penulis untuk bergabung dalam Proyek Riset iSTEP
dan stasiun penerima. (integrated Search for Taiwan Earthquake
Precursors) antara Agustus 2004 sampai dengan Juli
2005. Dalam kurun waktu itu, penulis
berkesempatan untuk mempelajari beberapa hal
yang berkaitan dengan fenomena
seismo-elektromagnetik, baik yang terjadi di litosfer
maupun di ionosfer. Terima kasih yang tulus
disampaikan pula kepada Kepala Pusat Penelitian
Geoteknologi LIPI yang telah memberi keleluasaan
bagi penulis untuk bergabung dengan kelompok riset
tersebut.

Daftar Pustaka
Bishop, G.J., Mazzella, A.J., Holland, E., and Rao,
Gambar 4. S., 1996. Algorithms that use the ionosphere to
Peta distribusi TEC pada ionosfer global yang control GPS errors, in Proceedings of the IEEE
diambil pada hari ke-215 (kalender Julian) tahun 1996 Position Location and Navigation
2005 pukul 16:00UT (diambil dari http:// Symposium (PLANS), IEEE Press, Piscataway,
www.cx.aiub/). N.J., pp. 145-152.
Bishop, G.J., Coco, D.S., Lunt, N., Coker, C.,
Mazzella, A.J., and Kersley, L., 1997.
5 Penutup Application of SCORE to extract
Formulasi penurunan persamaan untuk protonospheric electron content from
menentukan nilai mutlak TEC, baik itu slant maupun GPS/NNSS observations, in Proceedings of
vertical TEC, berdasarkan data GPS frekuensi ganda ION GPS ’97, Inst. of Navig., Alexandria, Va.,
telah diberikan secara rinci. Berdasarkan formulasi pp. 207-216.
tersebut, pemetaan anomali TEC di ionosfer dapat
dilakukan secara global maupun lokal, sesuai dengan Coco, D. S., C. Coker, S. R. Dahlke, and J. R.
kebutuhan atau keperluan yang ada. Distribusi Clynch, 1991. Variability of GPS satellite
dan/atau variasi TEC di ionosfer sebagai fungsi differential group delay biases, IEEE Trans.
posisi geografi dan fungsi waktu dapat digunakan Aeros. and Electr. Syst., AES-27, 931–938.
untuk mempelajari dinamika dan struktur ionosfer, Davies, K., 1990. Ionospheric Radio, Peter
yang berkaitan dengan iklim dan cuaca global. Peregrinus Ltd., 580pp.
Selain itu, dalam kurun waktu 10 tahun belakangan
ini, fenomena kemunculan anomali TEC sebelum Hofmann-Wellenhof, B., Lichtenegger, H., Collins,
terjadinya gempa-gempa besar, telah menjadi bagian J., 1997, GPS - Theory and Practice, 4th
dari riset prediksi gempa yang dilakukan di beberapa revised edition, Springer, Wien - New York.
negara, seperti Jepang, Taiwan, Rusia dan Amerika. Hunscucker, R. D., 1991. Radio Techniques for
Beberapa perangkat lunak untuk menghitung Probing the Ionosphere, Springer-Verlag
GPS TEC yang telah beredar di kalangan pengguna Berkin Heidelberg New York.
adalah GAMIT (MIT & Scripps, Amerika),
BERNESE (Universitas Bern, Swiss) dan GIPSY Kleusberg, A. and Teunissen, P. (eds), 1996. GPS
(Jet Propulsion Lab., Amerika). Beberapa universitas, for Geodesy, International School, Delft, The
seperti Institute of Space Science, National Central Netherlands, 26 march – 1 April 1995,
University (Taiwan) dan STELAB Universitas Springer Verlag, New York.
Nagoya (Jepang), juga mengembangkan perangkat Komjathy, A., 1997. Global Ionospheric Total
lunak semacam itu berdasarkan kepada beberapa Electron Mapping Using the Global
perkembangan terakhir sistem instrumentasi satelit Positioning System, PhD Thesis, The Univ. of
dan penerima GPS. New Brunswick, 248 pp.
Langley, R.B., 1996. Propagation of the GPS
Ucapan Terima Kasih Signals, in GPS for Geodesy, International
Ucapan terima kasih terutama disampaikan School, Delft, The Netherlands, 26 march – 1
kepada Dr. Jann-Yenq Liu dari Institute of Space April 1995, Springer Verlag, New York.
Science, National Central University (ISS-NCU), Langley, R.B., 1997. NAVSTAR GPS Internet
Taiwan, yang telah memberi kesempatan kepada Connections, http://gauss.gge.unb.ca/

36
JURNAL GEOFISIKA 2005/2

gps.internet.services.html. a global network of GPS receivers, the


Internatl. Beacon Satellite Symp., MIT,
Lanyi, G.E. and Roth, T., 1988. A comparison of
Cambridge, MA, July 6-12.
mapped and measured total ionospheric
electron content using global positioning
system and beacon satellite observations, Radio
Sci., 23 (4), 483-492.
Leick, A., 1995. GPS satellite surveying, John Wiley,
New York, 560 pp.
Liu, J.Y., Tsai, H.F., and Jung, T.K., 1996. Total
electron content obtained by using the global
positioning system, J. Terr. Atmos. and
Oceanic Sci. (TAO), 7(1), 107-117.
Lunt, N., Kersley, L., Bishop, G.J., Mazzella, A.J.,
and Bailey, G.J. 1999a. The effect of the
protonosphere on the estimation of GPS total
electron content: Validation using model
simulations, Radio Sci., 34, 1261-1271.
Lunt, N., Kersley, L., and Bailey, G.J., 1999b. The
influence of the protonosphere on GPS
observations: Model simulations, Radio Sci.,
34, 725-732.
McNamara, L.F., 1994. Radio Amateurs Guide to
the Ionosphere, Krieger Publ. Comp., Malabar,
FL.
Otsuka,Y. Ogawa,T. Saito,A. Tsugawa,T. Fukao,S.
Miyazaki,S., 2002. A new technique for
mapping of total electron content using GPS
network in Japan, Earth Planets Space, 54,
63-70.
Parkinson, B.W., Spilker, J.J., Axelrad, P., and Enge,
P. (eds), 1996. Global Positioning System:
Theory and Applications, Vol. 163, Progress in
Austronautics and Aeronautics, Am. Inst. Aero.
Astro., Washington, D.C.
Rothacher, M., and Mervart, L., 1996. Bernese GPS
Software Ver. 4.0, Astronomical Institute,
University of Bern.
Sardon, E., Rius, A., and Zarraoa, N., 1994.
Estimation of the transmitter and receiver
differential biases and the ionospheric total
electron content from Global Positioning
System observations, Radio Sci., 29 (3),
577-586.
Sover, O.J., and Fanselow, J.L., 1987. Observation
model and parameter partials for the JPL VLBI
parameter estimation software
MASTERFIT-1987, Jet Propulsion Lab. Publ.,
83-89, Rev. 3, 1-60.
Website: http://www.cx.aiub/ dan http://www.
gsi.go.jp/
Wilson, B.D., Mannucci, A.J., Edwards, C.D., and
Roth, T., 1992. Global ionospheric maps using

37

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai