MEMERLUKAN
AGQUR'AN * A?
HERMENE~K
Oleh: Ugi Suharto
' Makalah ini disampaikan pada Seminar Nasional Hermeneutika a/-Qur'an: Pergulatan Tentang Penafsiran Kitab Suci, di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tanggal 10 April 2003. Pemakalah adalah Assistant Professor di International
Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), International Islamic University Malaysia (IIUM), dan juga peneliti INSIST
(Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Pemakalah berlerima kasih kepada Sdr. Adnin Armas M.A.. peneliti
INSIST, yang memberikan rnasukan-masukan untuk kebaikan makalah ini.
' W. L. Reese, Dictionary o f Philosophy and Religions - Eastem and Western Thought (Sussex: The Harvester Press
Limited. 1980). 221.
Lihat, Aristotle in Twenty-Three Volumes, vol. I. ed. Harold P. Cooke (London: William Heinernann Ltd.. 1973). 114, first
printed 1938.
F. W. Zimrnerman, a/-Farabi's Commentary and Short Treatise on Aristotle's De lnterpretatione (London: The Oxford
University Press. 1981). 1.
Ugi Suharto; Apakah AI-qufan Memerlukan Hermeneutika
Anthony Thiselton, seorang Professor dalam bidang Teologi Kristen di Universitas Nottingham, pernah menyatakan: "His
[Aristotle's] work On lnterpretation remains less useful for hermeneutics, since his main concern i s about logic and rhetoric of
propositions. In biblical studies the significance of Aristotle's work regained recognition only with the advent of narrative theory
and reader-response criticism in biblical hermeneulicsaround the later 1970s." Lihat tulisannya "Biblical Studies and Theoretical
Hermeneutics" dalam The Cambridge Companion to Biblical Interpretation, ed. John Barlon (Cambridge: Cambridge University
Press, 2000; first print 1998), 96.
Lihat Roberl Audi (ed.), The Cambridge Dictionary of Philosophy (Cambridge: Cambridge University Press, 1995). 323;
Dalam satu kamus filsafat yang lain dinyatakan tiga urutan perkembangan makna hermeneutika: "Hermeneutics. 1. (in
theology) The interpretation of the spiritual truth of the Bible. 2 (in social philosophy) The term imported from theology by
Dilthey, used to denote the discipline concerned with investigation and interpretation of human behaviour, speech. institutions.
etc., as essentially intentional. 3. (in existentialism) Enquiry into the purpose of human existence." Lihat Antony Flew. A
DictionaryorPhilosophy, revised second edition (New York: St Marlin's Press, 1984), 146; first published in 1979 by Pan Book.
' Aref Ali Nayed, "lnterpretalion As the Engagement of Operational Artifacts: Operational Hermeneutics," (unpublisehd Ph.
D. Thesis, The University of Guelph, 1994). 3-4. Untuk pengetahuan pembaca, Prof. Dr. Aref Nayed pernah menjadi dosen
di ISTAC, dan pemakalah sempat mengikuti kuliah beliau selama satu semester.
Oleh sebab itu mereka merasa perlu untuk lafaz harfiahnya. Oleh sebab itu kaum
membaca Bible "between the line" demi Muslimin, berbeda dengan Yahudi dan
memahami firman Tuhan yang sebenarnya. Kristen, tidak pemah merasa bermasalah
Disinilah peranan hermeneutika dalam dengan lafaz-lafaz harfiah al-Qur'an.
membantu memahami Bible bagi para Perbedaan selanjutnya adalah,
teolog Kristen. bahwa Bible kini ditulis dan dibaca bukan
Keadaan itu berbeda dengan kaum lagi dengan bahasa asalnya. Bahasa asal
Muslimin, yang bisa memahami Kalam Bible adalah Hebrew untuk Perjanjian
Tuhan dari al-Qur 'an baik "on the line" atau Lama, Greek untuk Perjanjian Baru, dan
pun "between the line." Kaum Muslimin Nabi Isa sendiri berbicara dengan bahasa
sepakat bahwa al-Qur'an itu adalah Kalam Aramaic. Bible ini kemudian diterjemahkan
Allah yang ditanzilkan kepada Rasulullah keseluruhannya dalam bahasa Latin, lantas
Muhammad (s .a.w.). Kaum Muslimin juga ke bahasa-bahasa Eropah yang lain seperti
sepakat bahwa secara harfiah al-Qur7an Jerman, Inggris, Perancis dan lain-lain,
itu dari AUah. Juga, kaum M u s h i n sepakat, termasuklah bahasa Indonesia yang banyak
membaca al-Qur'an secara harfiah adalah mengambil dari Bible bahasa Inggris. Teks-
ibadah dan diberi pahala; menolak bacaan teks Hebrew Bible pula mempunyai
hafiahnya adalah kesalahan; membacanya masalah dengan isu originality,
- secara h d i a h dalam salat adalah syarat,
clan memahami al-Qur'an secara harfiah
sepertimana dinyatakan oleh seorang
pengkaji sejarah Bible:
juga dibenarkan, sementara terjemahan The Hebrew text now in ourpossession
harfiah dan allhbahasanya tidak dikatakan has one special peculiarity: notwith-
sebagai al-Qur'an. Ibnu Abbas misalnya standing its considerable age, it comes
pernah menyatakan bahwa diantara to us in relatively late manuscripts
pemahaman al-Qur7an itu adalah sejenis which are therefore far removed in time
tafsir yang semua orang dapat from the originals (sometimes by more
memahaminya (la ya'dziru a h a d fi than a thausandyears) ... none of these
fahmihi)." Pemahaman yang seperti ini manuscripts is earlier than the ninth
sudah tentu merujuk pada pemahaman century C.E.I2
"Protoptipe pemikiran yang menjadi ciri khas fundamentalisme ini adalah penafsiran lnjil dan seluruh teks agama secara Sieral
dan menolak secara utuh seluruh bentuk penakwilan atas teks-teks manapun, walaupun teks-teks itu berisikan metafor-
metafor rohani dan simbol-simbol sufistik, serta memusuhi kajian-kajian kritis yang ditulis atas lnjil dan Kitab Suci." Lihat,
Muhammad Imarah, Fundamentalismedalam PerspektifPemikiranBarat dan Islam (Jakarta: Gema lnsani Press. 1999), 10-11.
" Lihat Tafsir Ibn Kathir ketika menerangkan ayat 7 surah Ali 'Imran.
" J. Alberto Soggin, Introduction to the Old Testament: From its Origin to the Closening of the Alexandrian Canon (London:
SCM Press Ltd., 1976), 18-19; seperti yang dikutip oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, op. cit., 347.
Begitu juga Kitab Perjanjian Baru, the firm fmourite as the primary wit-
mempunyai masalah yang sama dengan ness to what that original language
Kitab Perjanjian Lama: must have looked like.14
The New Testament scriptures also re- Kita tahu bahwa bahasa Arab itu
flect similar problems as those of the hidup karena pengaruh yang Lhidupkan
Hebrew Bible. These scriptures, par- oleh al-Qur7anitu sendiri. Jadi al-Qur'an
ticularly the gospels, were written a$ lah yang menyelamatkan bahasa Arab,
ter the period of Jesus, in the Greek sedangkan dalam kasus Bible, mereka
language, that he most probably did mesti menyelamatkan dahulu bahasa He-
not speak. Moreover, it is acknowl- brew sebelum dapat menyelamatkan Bible.
edged by prominent Christian authori-
Oleh sebab itu dengan ketiadaan bahasa
ties that the purpose of the gospel writ-
asal Bible pada hari ini, maka wajarlah
ers was not to write objective history
but for evangelical purpose, which in kalau para teolog Yahudi dan Kristen
part led to the profusion of allegorical mencari jalan dan metodologi untuk
commentaries.' memahami kembali Bible melalui
hermeneutika. Dalam ha1 ini
Mengenai bahasa Hebrew Bible hermeneutika kemungkinannya dapat
pula, karena tidak ada seorangpunkini yang membantu suatu karya terjemahan, leblh-
native dalam bahasa Hebrew kuno, maka lebih lagi apabila bahasa asalnya sudah tidak
untuk memahami bahasa Hebrew Bible itu ditemukan lagi. Schleiermacher sendiri
para teolog Yahudi dan Kristen dikait-kaitkan dengan pendapat yang
memerlukan bantuan bahasa yang mengatakan bahwa diantara tugas
serumpun dengan Hebrew (Semitic lan- hermeneutika itu adalah untuk memahami
g u a g e s ) . Dan bahasa yang dapat teks "sebaik atau lebih baik daripada
memberikan harapan untuk dapat pengarangnya sendiri,"15 atau "to under-
mengungkap bahasa Hebrew kuno itu tidak stand the author better than he under-
lain adalah bahasa Arab, karena bahasa stood himself" l 6 Maka wajarlah apabila
Arab masih hidup hingga ke hari ini. Bible yang dkarang oleh banyak orang itu
...the search for the 'original Semitic memerlukan hermeneutika untuk
language ' was on ... and Arabic with memahaminya dengan cara yang leblh baik
its 'primitive' inflections soon became dari para pengarang Bible itu sendiri.
lS - .
Wan Mohd Nor Wan Daud. OD.cit... 347-348.
l4 William Johnstone, "BiblicalStudy and Linguistics."dalam The Carnbnlidge Companion toBiblical Interpretation,op. cit.,
132.
l5 Lihat E. Sumaryono, Hemeneutika: Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1999). 41
l6 Aref Ali Nayed, op. cit.. 35.
" Lihat, alJurjani, Kitab a/-Ta'rllat, ed. lbrahim al-Abyari (Dar al-Diyan al-Turath, n.d.). 72;
Mereka berbeda pendapat mengenai makna istilah taslir dan ta'wil, ada yang menyamakan kedua-duanya, ada yang
membedakannya, ada yang mengatakan tafsir lebih umum, dan lain-lain. Untuk melihat secara ringkas wacana ini, silahkan
rujuk, misalnya, Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Talir wa a/-Mufassimn, vol. 1: 19-22.
Disiplin ilmu yang pertama yang terkemuka, Syed Muhammad Naquib al-
banyak menggunakan hermeneutik Attas, secara jelas menyatakan perbedaan
adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab a t a r a tafsir dan hermeneutika:
semua karya yang mendapatkan
inspirasi Ilahi seperti al-Qur'an, kitab Indeed, it was because ofthe scientific
Taurat, kitab-kitab Veda, dun nature of the structure ofthe language
Upanishad supaya dapat dimengerti that the first science among the Mus-
memerlukan interpretasi atau lims - the science ofexegesis and com-
mentary (tafsir) became possible and
hermeneutik.Ig
actualized; and the kind of exegesis
Pendapatnya yang mengatakan and commentary not quite identical
bahwa al-Qur'an adalah "karya yang with Greek hermeneutics, nor indeed
mendapat inspirasi Ilahi" seperti juga with the hermeneutics ofthe Christians,
Bible, jelas tidak dapat diterima oleh kaum nor with any 'science' of interpreta-
Muslimin. Orang-orang Islam tidak pernah tion of sacred scripture of any other
memahami bahwa al-Qur'an itu sebuah culture and religion.20
"karya" sehingga memerlukan Singkatnya, hermeneutika yang
hermeneutika untuk memahami karya digunakan dalam teologi Kristen itu
tersebut. Sebaliknya, pemikiran itu datang mempunyai latar belakang yang tersendiri
dari kaum Orientalis yang mengecoh kaum yang berbeda dengan tafsir dalam tradisi
Muslimin agar menganggap bahwa al- Islam. Boleh jadi penemuan-penemuan
Qur'an itu karya Muhammad dail melalui hermeneutika Bible itu nantinya
menyatakan bahwa Islam juga agama akan lebih menunjukkan lagi kebenaran al-
buatan Muhammad alias Muhammadan- Qur'an. Sehmgga apa yang hilang pada
i s m . Padahal orang-orang Kristen Bible dapat ditemukan dalam al-Qur 'an.
sendiripun, yang masih mempunyai Kembali kepada makna istilah
masalah dengan teks-teks Bible, tidak hermeneutika, seperti yang dinyatakan
pernah mengatakan bahwa Injil itu karya sebelum ini, perpindahan makna
Nabi Isa. Jadi, tradisi tafsir dalam Islam hermeneutika dari ruang lingkup teologi
tidak sarna dengan tradisi hermeneutika kepada ruang lingkup filsafat hbidani oleh
dalarn Kristen. Seorang sarjana Muslim filosof berbangsa Jerman, Friedrich
"Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in /slam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1999), 4; Buku ini terbit
pertama kali pada tahun 1980 dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,.Parsi,danArab. Untukpenjelasan yang lebih
panjang mengenai perbedaan tafsirdan hermeneuticsdi atas, lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, The EducationalPhilosophyand
Practice of Syed MuhammadNaquib al-Affas: An Exposition of the Original Conceptof Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC. 1998).
343-362.
Ugi Suharto; Apakah Al-qut'an MernerlukanHerrneneutika
digagaskan oleh Eric D. EGrsch (1928- ) satu problem besar yang disebut "herme-
seorang pengkritik sastra berbangsa neutic circle", yaitu sejenis lingkaran setan
Amerika; ada Hermeneutics of Gadamer pemahaman objek-objek sejarah yang
yang digagaskan oleh Hans-Georg mengatakan bahwa "jika interpretasi itu
Gadamer (1900- ) seorang ahli filsafat dan sendirijuga berdasarkan interpretasi, maka
bahasa, dan ada lagi aliran-aliran lingkaran interpretasi itu tidak dapat
hermeneutika yang lain seperti aliran dielakkan." ~ k i b a t n adalah
~a pemahaman
Dilthey (m. 191l), Heidegger (m. 1976), seseorang tentang teks-teks dan kasus-
dan lain-lain. kasus sejarah yang tidak akan pernah
Jika hermeneutika-hermeneutika sampai, karena apabila seseorang dapat
itu ingin diterapkan untuk kajian al-Qur'an: memahami konteksnya, maka konteks
hermeneutika yang mana yang ingin sejarah itu pun adalah interpretasi juga.
diambil'? Lalu, mengapa hanya mengambil Apabila ha1 ini diterapkan untuk studi al-
hermeneutika tertentu dan menolak yang Qur'an, maka selama-lamanya al-Qur'an
lain'? Kemudian, apa jaminannya tidak akan pernah dapat dimengerti dan
hermeneutika yang diambil itu betul-betul difahami.
menunjukkan pengertian yang sebenarnya Hermeneutic circle: Theproblem in the
mengenai al-Qur 'an'? Bukankah apabila process of interpretation that arise
mengambil hermeneutika tertentu, berarti when one element,for instance in a text,
itu pun sudah masuk dalam "school o f can only be understood in terms of the
thoughtm tertentu? Kalau begitu dimana meanings ofothers or ofthe whole text,
objektifitasnya? Dan masih banyak lagi yet understanding these other ele-
persoalan-persoalan yang lain. ments, or the whole text, in turn pre-
Ambil contoh Fazlur Rahman. Dia supposes understanding of the origi-
lebih setuju kepada hermeneutika Betti nal element. Each can only be under-
ketimbang hermeneutika Gadamer. stood in the light ofthe others ... The
phenomenon haspreoccupied German
Namun dia juga tidak setuju dengan Betti
thinkers from Schleiermacher and
yang mengatakan bahwa makna asli suatu
Dilthey through Heidegger and
teks itu terletak pada aka1 pengarang teks.
Gadamer.24
Bagi Rahrnan, makna asli teks itu terletak
pada konteks sejarah ketika teks itu ditulis. Di dalam al-Qur'an ada ayat-ayat
Kalau begitu, apa pula pendapat Fazlur yang muhkamat, ada usul ajaran Islam, ada
Rahman mengenai kesimpulan filsafat hal-ha1 yang bersifat tsawabit, semua
hermeneutika yang mengesahkan adanya ayatnya adalah gat 'iyy al-tsubut / al-
24 Lihat Simon Blackburn, The Oxford Dictionary of Phlilosophy (Oxford: Oxford University Press, 1994). 172
'5 Lihat, Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Oldest Known Malay Manuscript: A 16IhCentury Malay Translation of the
Aqa'id of al-Nasafi (Kuala Lumpur: Department of Publicatrions University of Malaya, 1988), 101.
'6 Ibid., 48.
tidak ada yang setanding dengan Dia. Syi'ah, sebagai "textus receptus."
Walaupun terdapat perbedaan pendalaman Keinginan Muhammad Arkoun, misalnya,
pemahaman mengenai tauhid antara orang untuk men-"deconstruct" Mushaf Utsmani,
awam dan ulama, namun tidak ada seorang adalah pengaruh dari hermeneutika
Muslim-pun yang mengatakan Allah itu teologis ini, selain dari pengaruh Jacques
satu di antara yang tiga atau tiga di antara Derrida. Dalarn artinya yang filosofis,
yang satu. Seorang Muslim awam yang hermeneutika akan mementahkan kembali
memahami keesaan Allah dengan "math- akidah kaum Muslimin yang berpegang
ematical oneness" tidak keluar dari aqidah bahwa al-Qur'an adalah Kalam Allah.
Islam yang benar, walaupun kurang halus Pendapat almarhum Fazlur Rahman yang
pemahamannya. Untuk memperhalusnya, mengatakan bahwa al-Qur 'anadalah "both
Muslim tidak perlu pada hermeneutika. the Word of God and the word of
Sebaliknya, konsep trinity itu memerlukan Muhammadn2* adalah kesan dari
hermeneutika untuk memahaminya, hermeneutika filosofis ini. Semua itu tidak
karena pada tataran lafaz yang zahir menguntungkan kaum M u s h i n , dan hanya
sekalipun, trinity itu memang susah menurunkan derajat validitas al-Qur 'an
difahami .27 seolah-olah sama dengan kitab yang lain.
Sebagai kesimpulan, hermeneutika Sebenarnya memang ada kemungkinannya
itu berbeda dengan tafsir atau pun ta 'wil orang Kristen semakin. maju dengan
dalam tradisi Islam. Hermeneutika tidak hermeneutika, tetapi kaum Muslimin
sesuai untuk kajian al-Qur'an, balk dalam hampir pasti akan mundur ke belakang
arti teologis atau filosofis. Dalam arti dengan hermeneutika itu. Sepertimana
teoIogis, hermeneutika akan berakhir bahasa Arab telah menjadi standar bahasa
dengan mempersoalkan ayat-ayat yang Hebrew dan bahasa-bahasa Semit yang
zahir dari al-Qur'an dan menganggapnya Iain, maka al-Qur'an semestinya juga
sebagai problematik. Diantara kesan menjadi benchmark bagi kitab suci yang
hermeneutika teologis in adalah adanya lain, karena al-Qur'an adalah kitab suci
keragu-raguan terhadap Mushaf Utsmani yang terakhir dan yang authentic di antara
yang telah dlsepakati oleh seluruh kaum latab-kitab yang lain. Dengan perkataan
Muslimin, baik oleh Muslim Sunni ataupun lain, kajian al-Qur'an, terutamanya
Untuk melihat hubungan antara Trinitydan hermeneutika, lihat misalnya karya Benjamin C. Leslie, TrinitarianHermeneutics:
The Hermeneutical Signilicance of Karl Barth's Doctrine of the Trinity (New York: Peter lang Publishing, Inc.. 1999).
28 Ungkapan di atas adalah redaksi dari Yusuf Rahman, op. cit., 170. Adapun redaksi Fazlur Rahman sendiri adalah" It [i.e.
Muslim orthodoxy and all medieval thought] lacked the intellectualcapacity to say both that the Qur'an is entirely the Word of
God and, in an ordinary sense, also entirely the word of Muhammad." Lihat, Fazlur Rahman, Islam, 2"'ed. (Chicago: The
University of Chicago Press. 1979). 31.
Ugi Suharto; Apakah Al-qur'an Memerlukan Hermeneutika
"Lihat Sahih a/-Bukharl, "Kitabal-Anbiya'", no. 50 dan Sahih Muslim. 'Kitab al-'llm", no. 6. ,