Anda di halaman 1dari 12

&AKA.

MEMERLUKAN
AGQUR'AN * A?
HERMENE~K
Oleh: Ugi Suharto

Hermeneutika, yang meminjam sebagai De Interpretatione yang lantas


perkataan Inggris hermeneutics, dan yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan
juga berasal dari perkataan Greek sebagai On the Interpretation. Namun,
hermeneutikos2 bukan merupakan suatu jauh sebelum terjemahan dalam bahasa
istilah netral yang tidak bermuatan Latin, al-Farabi (w. 339/950), seorang ahli
pandangan hidup (world-view; weltans- filsafat Muslim terkemuka, telah menerje-
chauung). Apabila perkataan ini dikaitkan mahkan dan memberi komentar karya
dengan al-Qur'an, ataupun dengan Bibli- Aristotle itu terlebih dahulu ke dalam
cal Studies, arti hermeneutika telah bahasa Arab dengan judul Fi al- ' l b ~ r a h . ~
berubah dari pengertian bahasa semata Aristotle sendiri ketika mengguna-
menjadi istilah yang memiliki makna kan perkataan hermeneias tidak ber-
tersendiri. Oleh sebab itu, sebelum luta maksud mengemukakan arti istilah seperti
membahas lebih lanjut mengenai herme- yang berkembang di zaman modem kini.
neutika al-Qur'an, lebih baik kita bahas Hermeneias yang dia kemukakan, menyu-
dahulu perbedaan arti bahasa (linguistic suli karyanya Kategoriai, sekedar mem-
meaning) dan arti istilah (technical mean- bahas peranan ungkapan dalam men~ahami
ing) hermeneutika itu sendiri. Dari segi pemikiran, dan juga pembahasan tentang
bahasa misalnya Aristotle pemah meng- satuan-satuan bahasa seperti kata benda
gunakan perkataan itu untuk judul karyanya (noun), kata kerja (verb), kalimat (sen-
Peri Hermeneias3 yang kemudian tence), ungkapan (proposition), dan lain-
diterjemahkan kedalam bahasa Latin lain yang berkait dengan tata bahasa.

' Makalah ini disampaikan pada Seminar Nasional Hermeneutika a/-Qur'an: Pergulatan Tentang Penafsiran Kitab Suci, di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tanggal 10 April 2003. Pemakalah adalah Assistant Professor di International
Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), International Islamic University Malaysia (IIUM), dan juga peneliti INSIST
(Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization). Pemakalah berlerima kasih kepada Sdr. Adnin Armas M.A.. peneliti
INSIST, yang memberikan rnasukan-masukan untuk kebaikan makalah ini.
' W. L. Reese, Dictionary o f Philosophy and Religions - Eastem and Western Thought (Sussex: The Harvester Press
Limited. 1980). 221.
Lihat, Aristotle in Twenty-Three Volumes, vol. I. ed. Harold P. Cooke (London: William Heinernann Ltd.. 1973). 114, first
printed 1938.
F. W. Zimrnerman, a/-Farabi's Commentary and Short Treatise on Aristotle's De lnterpretatione (London: The Oxford
University Press. 1981). 1.
Ugi Suharto; Apakah AI-qufan Memerlukan Hermeneutika

Ketika Aristotle membicarakan herme- Hermeneutics ...Originally concerned


neias, dia tidak mempermasalahkan teks more narrowly with interpreting sacred
atau membuat kritikan terhadap teks. Jadi texts, the term acquireda much broader
topik yang dibahas oleh Aristotle adalah signijcance in its historical develop-
mengenai bidang interpretasi itu sendiri, ment andjnally became aphilosophi-
cal position in twentieth century Ger-
tanpa mempersoalkan teks yang diinter-
man philosophy.
pretaslkan itu. Dari segi bahasa, al-Farabi
sangat tepat mengalihbahasakan herme- Sebuah thesis Ph.D. mengenai herme-
neuias sebagai 'ibarah yang memberi neutika juga menyatakan ha1 itu:
konotasi ungkapan bahasa dalam menun- Originally,the term 'Hermeneutics'was
jukkan makna-makna tertentu. Begitulah employed in reference to the field of
pengertian h e r m e n e u t i k a yang pada study concerned with developing rules
asalnya hanya merujuk kepada makna and methods that can guide biblical
bahasanya semata. exegesis. During the early years of the
Perpindahan makna hermeneutika nineteenth century, 'Hermeneutics' be-
dari pengertian bahasa kepada pengetian came 'General Hermeneutics' at the
istilah merupakan satu perkembangan hands of philosopher and Protestant
kemud~an.' Sumber-sumber perkamusan theologian Friedrich Schleierrnacher
sepakat bahwa peralihan makna istilah itu Schleierrnacher transformed Herme-
neutics into a philosophical jield of
dimulai dari usaha para ahli teologi Yahudi
study by elevating it from the conjines
dan Kristen dalam mengkaji ulang secara
of narrow specialization as a theologi-
kntis teks-teks dalam l t a b suci mereka. cal jeld to the higher ground of gen-
Sebuah kamus filsafat, misalnya, eralphilosophical concerns about lan-
menyatakan : guage and its understanding.'

Anthony Thiselton, seorang Professor dalam bidang Teologi Kristen di Universitas Nottingham, pernah menyatakan: "His
[Aristotle's] work On lnterpretation remains less useful for hermeneutics, since his main concern i s about logic and rhetoric of
propositions. In biblical studies the significance of Aristotle's work regained recognition only with the advent of narrative theory
and reader-response criticism in biblical hermeneulicsaround the later 1970s." Lihat tulisannya "Biblical Studies and Theoretical
Hermeneutics" dalam The Cambridge Companion to Biblical Interpretation, ed. John Barlon (Cambridge: Cambridge University
Press, 2000; first print 1998), 96.
Lihat Roberl Audi (ed.), The Cambridge Dictionary of Philosophy (Cambridge: Cambridge University Press, 1995). 323;
Dalam satu kamus filsafat yang lain dinyatakan tiga urutan perkembangan makna hermeneutika: "Hermeneutics. 1. (in
theology) The interpretation of the spiritual truth of the Bible. 2 (in social philosophy) The term imported from theology by
Dilthey, used to denote the discipline concerned with investigation and interpretation of human behaviour, speech. institutions.
etc., as essentially intentional. 3. (in existentialism) Enquiry into the purpose of human existence." Lihat Antony Flew. A
DictionaryorPhilosophy, revised second edition (New York: St Marlin's Press, 1984), 146; first published in 1979 by Pan Book.
' Aref Ali Nayed, "lnterpretalion As the Engagement of Operational Artifacts: Operational Hermeneutics," (unpublisehd Ph.
D. Thesis, The University of Guelph, 1994). 3-4. Untuk pengetahuan pembaca, Prof. Dr. Aref Nayed pernah menjadi dosen
di ISTAC, dan pemakalah sempat mengikuti kuliah beliau selama satu semester.

TARJIH, Edisi ke 6, Juh 2003 21


ugiSuharto; Apakah ALquf an MernerlukanHerrneneutika

Jadi istilah 'hermeneut&a' kemudlan Literal interpretation asserts that a


telah beralih makna dari sekedar makna biblical text is to be interpreted ac-
bahasa, menjadi makna teologi, dan kini cording to the 'plain meaning" con-
menjadi makna filsafat. Menarik untuk veyed by its grammatical construction
menelusuri sedkit latar belakang mengapa and historical context. The literal
meaning is held to correspond to the
hermeneutika digunakan oleh para teolog
intention of the authors. This type of
Yahudi dan Kristen untuk memahami teks-
hermeneutics is often, but not neces-
teks Bible. Encyclopaedia Britannica
sarily, associated with belief in the ver-
menyatakan dengan jelas bahwa tujuan bal inspiration of the Bible, according
utama hermeneutika adalah untuk mencari to which the individual words of the
"nilai kebenaran Bible." divine message were divinely chosen.
For both Jews and Christians through- Extremeforms of thisview are criticized
out their histories, theprimatypurpose on the ground that they do not account
of hermeneutics, and of the exegetical adequately for the evident individual-
methods employed tn interpretatton, ity of style and vocabularyfozrnd in the
has been to discover the truths andval- various biblical author^.^
ues of the Bible.* Perhatikan frasa terakhir yang
Mengapa dengan hermeneutlka itu berbunyi "individuality o f style and vo-
para teolog tersebut bertujuan mencari nilai cabulary found i n the various biblical
kebenaran Bible? Jawabannya adalah authors" (gaya dan kosakata masing-
karena mereka memiliki sejumlah masalah masing yang ditemukan pada berbagai
dengan teks-teks kitab suci mereka. pengarang mengenai Bible). Adanya
Mereka mempertanyakan apakah secara perbedaan pengarang itulah yang
harfiah Bible itu bisa dianggap Kalam menyebabkan Bible tidak bisa dikatakan
Tuhan atau perkataan manusia. Aliran yang Kalam Tuhan (the Word o f God) secara
meyakini bahwa lafaz Bible itu Kalam harfiah (literal). Oleh sebab itu para teolog
Tuhan mendapat kritikan keras dan Kristen memerlukan hermeneutika untuk
dianggap ekstrim dalam memahami Bible. memahami Kalam Tuhan yang sebenamya.
Encyclopaedia Britannica menyatakan Mereka hampir sepakat bahwa Bible
lagi: secara harfiahnya bukan Kalam Tuhan.Io

Encyclopaedia Britannica, edisi ke 15 (1995), 5: 874. l b .


' Ibid. . 5: 874. l c .
'" Saya katakan "hampir sepakat" karena masih ada golongan Kristen yang menganggap bahwa harfiah Bible itu juga
adalah Kalam Tuhan. Tapi golongan ini dianggap ekstrim. Encyclopaedia Britannica memasukkan golongan ini dalam kelompok
"literal hermeneutics." Dari kelompok ini juga nanti lahirnya golongan "Fundamentalis Kristen." Dengan menggunakan golongan
ini juga dunia Barat mengekspor perkataan "fundamentalisme" untuk dunia Islam. Dr. Muhammad lmarah pernah menyatakan:
Ugi Suharto; Apakah Al-qur/an Memerlukan Hermeneutika

Oleh sebab itu mereka merasa perlu untuk lafaz harfiahnya. Oleh sebab itu kaum
membaca Bible "between the line" demi Muslimin, berbeda dengan Yahudi dan
memahami firman Tuhan yang sebenarnya. Kristen, tidak pemah merasa bermasalah
Disinilah peranan hermeneutika dalam dengan lafaz-lafaz harfiah al-Qur'an.
membantu memahami Bible bagi para Perbedaan selanjutnya adalah,
teolog Kristen. bahwa Bible kini ditulis dan dibaca bukan
Keadaan itu berbeda dengan kaum lagi dengan bahasa asalnya. Bahasa asal
Muslimin, yang bisa memahami Kalam Bible adalah Hebrew untuk Perjanjian
Tuhan dari al-Qur 'an baik "on the line" atau Lama, Greek untuk Perjanjian Baru, dan
pun "between the line." Kaum Muslimin Nabi Isa sendiri berbicara dengan bahasa
sepakat bahwa al-Qur'an itu adalah Kalam Aramaic. Bible ini kemudian diterjemahkan
Allah yang ditanzilkan kepada Rasulullah keseluruhannya dalam bahasa Latin, lantas
Muhammad (s .a.w.). Kaum Muslimin juga ke bahasa-bahasa Eropah yang lain seperti
sepakat bahwa secara harfiah al-Qur7an Jerman, Inggris, Perancis dan lain-lain,
itu dari AUah. Juga, kaum M u s h i n sepakat, termasuklah bahasa Indonesia yang banyak
membaca al-Qur'an secara harfiah adalah mengambil dari Bible bahasa Inggris. Teks-
ibadah dan diberi pahala; menolak bacaan teks Hebrew Bible pula mempunyai
hafiahnya adalah kesalahan; membacanya masalah dengan isu originality,
- secara h d i a h dalam salat adalah syarat,
clan memahami al-Qur'an secara harfiah
sepertimana dinyatakan oleh seorang
pengkaji sejarah Bible:
juga dibenarkan, sementara terjemahan The Hebrew text now in ourpossession
harfiah dan allhbahasanya tidak dikatakan has one special peculiarity: notwith-
sebagai al-Qur'an. Ibnu Abbas misalnya standing its considerable age, it comes
pernah menyatakan bahwa diantara to us in relatively late manuscripts
pemahaman al-Qur7an itu adalah sejenis which are therefore far removed in time
tafsir yang semua orang dapat from the originals (sometimes by more
memahaminya (la ya'dziru a h a d fi than a thausandyears) ... none of these
fahmihi)." Pemahaman yang seperti ini manuscripts is earlier than the ninth
sudah tentu merujuk pada pemahaman century C.E.I2

"Protoptipe pemikiran yang menjadi ciri khas fundamentalisme ini adalah penafsiran lnjil dan seluruh teks agama secara Sieral
dan menolak secara utuh seluruh bentuk penakwilan atas teks-teks manapun, walaupun teks-teks itu berisikan metafor-
metafor rohani dan simbol-simbol sufistik, serta memusuhi kajian-kajian kritis yang ditulis atas lnjil dan Kitab Suci." Lihat,
Muhammad Imarah, Fundamentalismedalam PerspektifPemikiranBarat dan Islam (Jakarta: Gema lnsani Press. 1999), 10-11.
" Lihat Tafsir Ibn Kathir ketika menerangkan ayat 7 surah Ali 'Imran.
" J. Alberto Soggin, Introduction to the Old Testament: From its Origin to the Closening of the Alexandrian Canon (London:
SCM Press Ltd., 1976), 18-19; seperti yang dikutip oleh Wan Mohd Nor Wan Daud, op. cit., 347.

TARJIH,msi ke 6, Juli 2003 23


Ugi Suharto; Apakah ALqufan Mernerlukan Herrneneutika

Begitu juga Kitab Perjanjian Baru, the firm fmourite as the primary wit-
mempunyai masalah yang sama dengan ness to what that original language
Kitab Perjanjian Lama: must have looked like.14
The New Testament scriptures also re- Kita tahu bahwa bahasa Arab itu
flect similar problems as those of the hidup karena pengaruh yang Lhidupkan
Hebrew Bible. These scriptures, par- oleh al-Qur7anitu sendiri. Jadi al-Qur'an
ticularly the gospels, were written a$ lah yang menyelamatkan bahasa Arab,
ter the period of Jesus, in the Greek sedangkan dalam kasus Bible, mereka
language, that he most probably did mesti menyelamatkan dahulu bahasa He-
not speak. Moreover, it is acknowl- brew sebelum dapat menyelamatkan Bible.
edged by prominent Christian authori-
Oleh sebab itu dengan ketiadaan bahasa
ties that the purpose of the gospel writ-
asal Bible pada hari ini, maka wajarlah
ers was not to write objective history
but for evangelical purpose, which in kalau para teolog Yahudi dan Kristen
part led to the profusion of allegorical mencari jalan dan metodologi untuk
commentaries.' memahami kembali Bible melalui
hermeneutika. Dalam ha1 ini
Mengenai bahasa Hebrew Bible hermeneutika kemungkinannya dapat
pula, karena tidak ada seorangpunkini yang membantu suatu karya terjemahan, leblh-
native dalam bahasa Hebrew kuno, maka lebih lagi apabila bahasa asalnya sudah tidak
untuk memahami bahasa Hebrew Bible itu ditemukan lagi. Schleiermacher sendiri
para teolog Yahudi dan Kristen dikait-kaitkan dengan pendapat yang
memerlukan bantuan bahasa yang mengatakan bahwa diantara tugas
serumpun dengan Hebrew (Semitic lan- hermeneutika itu adalah untuk memahami
g u a g e s ) . Dan bahasa yang dapat teks "sebaik atau lebih baik daripada
memberikan harapan untuk dapat pengarangnya sendiri,"15 atau "to under-
mengungkap bahasa Hebrew kuno itu tidak stand the author better than he under-
lain adalah bahasa Arab, karena bahasa stood himself" l 6 Maka wajarlah apabila
Arab masih hidup hingga ke hari ini. Bible yang dkarang oleh banyak orang itu
...the search for the 'original Semitic memerlukan hermeneutika untuk
language ' was on ... and Arabic with memahaminya dengan cara yang leblh baik
its 'primitive' inflections soon became dari para pengarang Bible itu sendiri.

lS - .
Wan Mohd Nor Wan Daud. OD.cit... 347-348.
l4 William Johnstone, "BiblicalStudy and Linguistics."dalam The Carnbnlidge Companion toBiblical Interpretation,op. cit.,
132.
l5 Lihat E. Sumaryono, Hemeneutika: Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1999). 41
l6 Aref Ali Nayed, op. cit.. 35.

24 TARJIH,Edisi ke 6 , Juh 2003


Ugi Suharto; Apakah Al-qur'an MernerlukanHerrneneutika

Adapun al-Qur'an, bagaimana dalamnya, apabila makna yang


mungkin terfikir oleh kaum Muslimin mungkin itu sesuai dengan [sernangat]
bahwa mereka dapat memahami al-Qur'an Kitab dun Sunnah. Contohnya seperti
lebih bak dari Allah s.w.t. atau Rasulullah jrman Allah "Dia mengeluarkan yang
s.a.w.? Oleh sebab itu, dalam upaya hidup dari yang mati" (al-Anbiya ': 93,
apabila yang dimaksudkan disitu
pemahaman yang lebih mendalam
adalah mengeluarkan burung dari
mengenai al-Qur'an, kaum Muslimin
telur, maka itulah tafsir: Tetapi apabila
sebenarnya hanya memerlukan tafsir, dan yang dimaksudkan disitu adalah
bukan hermeneutika, karena mereka telah mengeluarkan orang beriman dari or-
menerirna kebenaran harfiah al-Qur'an ang ka$r; atau orang berilmu dari or-
sebagai Kalam Allah. Kalau diperlukan ang yang bodoh, maka itulah ta'wil."
pemahaman yang lebih mendalam lagi,
contohnya untuk ayat-ayat yang Dari keterangan di atas jelaslah
muta.syahihat, yang diperlukan adalah bahwa ta k i l itu lebih dalam dari tafsir, dan
ta 'wil. Perlu ditegaskan bahwa dalam tafsir itu berdasarkan kepada makna zahir
tradlsi Islam, ta k i l juga tidak sama dengan lafaz harfiah ayat-ayat al-Qur'an.
hermeneutika, karena ta 'wil mestilah Walaupun ada perbedaan pendapat di
berdasarkan dan tidak bertentangan dengan kalangan para ulama mengenai makna

- t a f i r , dan tafsir berdiri di atas lafaz harfiah


al-Qur'an. Jadi sebagai suatu istilah, ta k i l
tafsir dan t a ' ~ i 1 , 'namun
~ mereka tidak
pernah mempersoalkan teks al-Qur'an
dapat berarti pendalaman makna (intensi- sebagai Kalam Allah. Tegasnya, "textual
Jication of meaning) dari tafsir. criticism" untuk al-Qur 'an tidak ada dalam
tradisi Islam. Oleh sebab itu, dalam ha1 ini,
Al-Jurjani (w. 8 1611413), misalnya,
dalam kamus istilahnya yang terkenal, tetap tidak bisa disamakan antara tafiir
Kitab al-Ta 'rlfat, menyatakan hubungan ataupun ta k i l dengan hermeneutika yang
makna tafsir dan ta k i l sebagai berikut: berangkat dari "textual criticism" pada
Bible. Sebuah buku hermeneutika terbitan
Ta'wil secara asalnya bermakna Kanisius Yogyakarta, misalnya, sempat
kembali. Namun secara syara' ia menyamakan al-Qur'an dengan Bible dan
bermakna memalingkan lafaz dari
kitab agama yang lain, dan menyatakan
maknanya yang zahir kepada makna
bahwa tafsir sama dengan hermeneutika.
yang mungkin terkandung di
Penulis buku tersebut mengatakan:

" Lihat, alJurjani, Kitab a/-Ta'rllat, ed. lbrahim al-Abyari (Dar al-Diyan al-Turath, n.d.). 72;
Mereka berbeda pendapat mengenai makna istilah taslir dan ta'wil, ada yang menyamakan kedua-duanya, ada yang
membedakannya, ada yang mengatakan tafsir lebih umum, dan lain-lain. Untuk melihat secara ringkas wacana ini, silahkan
rujuk, misalnya, Dr. Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Talir wa a/-Mufassimn, vol. 1: 19-22.

TARJIH,Edisi ke 6, Juli 2003 25


Ugi Suharto; Apakah Al-qut'an Mernerlukan~errneneutika

Disiplin ilmu yang pertama yang terkemuka, Syed Muhammad Naquib al-
banyak menggunakan hermeneutik Attas, secara jelas menyatakan perbedaan
adalah ilmu tafsir kitab suci. Sebab a t a r a tafsir dan hermeneutika:
semua karya yang mendapatkan
inspirasi Ilahi seperti al-Qur'an, kitab Indeed, it was because ofthe scientific
Taurat, kitab-kitab Veda, dun nature of the structure ofthe language
Upanishad supaya dapat dimengerti that the first science among the Mus-
memerlukan interpretasi atau lims - the science ofexegesis and com-
mentary (tafsir) became possible and
hermeneutik.Ig
actualized; and the kind of exegesis
Pendapatnya yang mengatakan and commentary not quite identical
bahwa al-Qur'an adalah "karya yang with Greek hermeneutics, nor indeed
mendapat inspirasi Ilahi" seperti juga with the hermeneutics ofthe Christians,
Bible, jelas tidak dapat diterima oleh kaum nor with any 'science' of interpreta-
Muslimin. Orang-orang Islam tidak pernah tion of sacred scripture of any other
memahami bahwa al-Qur'an itu sebuah culture and religion.20
"karya" sehingga memerlukan Singkatnya, hermeneutika yang
hermeneutika untuk memahami karya digunakan dalam teologi Kristen itu
tersebut. Sebaliknya, pemikiran itu datang mempunyai latar belakang yang tersendiri
dari kaum Orientalis yang mengecoh kaum yang berbeda dengan tafsir dalam tradisi
Muslimin agar menganggap bahwa al- Islam. Boleh jadi penemuan-penemuan
Qur'an itu karya Muhammad dail melalui hermeneutika Bible itu nantinya
menyatakan bahwa Islam juga agama akan lebih menunjukkan lagi kebenaran al-
buatan Muhammad alias Muhammadan- Qur'an. Sehmgga apa yang hilang pada
i s m . Padahal orang-orang Kristen Bible dapat ditemukan dalam al-Qur 'an.
sendiripun, yang masih mempunyai Kembali kepada makna istilah
masalah dengan teks-teks Bible, tidak hermeneutika, seperti yang dinyatakan
pernah mengatakan bahwa Injil itu karya sebelum ini, perpindahan makna
Nabi Isa. Jadi, tradisi tafsir dalam Islam hermeneutika dari ruang lingkup teologi
tidak sarna dengan tradisi hermeneutika kepada ruang lingkup filsafat hbidani oleh
dalarn Kristen. Seorang sarjana Muslim filosof berbangsa Jerman, Friedrich

'? E. Sumaryono, op. cit., 28.

"Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in /slam (Kuala Lumpur: ISTAC, 1999), 4; Buku ini terbit
pertama kali pada tahun 1980 dan sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,.Parsi,danArab. Untukpenjelasan yang lebih
panjang mengenai perbedaan tafsirdan hermeneuticsdi atas, lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, The EducationalPhilosophyand
Practice of Syed MuhammadNaquib al-Affas: An Exposition of the Original Conceptof Islamization (Kuala Lumpur: ISTAC. 1998).
343-362.
Ugi Suharto; Apakah Al-qut'an MernerlukanHerrneneutika

Schleiennacher. Filosof yang berfahaman Sudah tentu ketlka teks-teks Bible


Protestan ini dianggap sebagai pendiri menjadi masalah, maka interpretasi-nya
'hermeneutika umum' yang dapat pun akan lebih bermasalah. Tidak
diaplikasikan kepada semua bidang kajian. mengherankan dalam ha1 ini jika Werner
Namun, seperti dinyatakan oleh Aref G. Jeanroad pernah berbicara mengenai
Nayed, perpindahan hermeneutika dari "krisis interpretasi Bible" dan berharap
teologi ke filsafat itu pun tidak terlepas dari bahwa hermeneutika dapat memberikan
motif teologi Kristen yang dianut oleh andil dalam mengatasinya. Dia katakan:
Schleiemacher. "He founded general Hermeneutics, the study of proper
hermeneutics for theological r e a ~ o n s . ' ~ ~ means of text-interpretation, is not the
Schleiennacher yang Protestan sudah tentu cause of the current biblical studies,
tidak setuju dengan intqretasi-interpretasi rather it may point indirectly to some
Katolik terhadap Bible yang didominasi ways out of this
oleh Gereja dan lembaga kepausannya.
Apabila kemudian hermeneutika
Baginya interpretasi Protestan terhadap
menjadi subjek filsafat, maka lahirlah
Bible itu lebih mendekati ajaran Nabi Isa
berbagai macam aliran pemikiran.
yang sebenamya.
Walaupun Schleiermacher (1768-1 834)
The theological concerns that made merupakan sarjana pertama yang
Schleiermacher undertake the project membawa hermeneutika dari tataran
of general hermeneutics are made very teologi ke tataran filsafat, namun
clear in his: Brief Outline of the Study
hermeneutika Schleiermacher pada
of Theology ... In his work, General
akhimya hanyalah menjadi salah satu aliran
Hermeneutics is supposed to supply the
hermeneutics yang ada. Disana ada
basis for a biblical hermeneutics that
would make knowledge of primitive Hermeneutics of Betti yang digagaskan
Christianity possible, and vindicate oleh Emilio Betti (1 890- 1968) seorang
Protestant claims to being u
more faith- sarjana hukum Romawi berbangsa Itali;
ful to the original teachings of Christn ada Hermeneutics o f H i r s c h yang

'' Aref Ali Nayed, op. cit..


24.
Ibid., 212-213.
23 Lihat Yusuf Rahman. The HermeneuticalTheoryofNasr HamidAbuZayd(Ph.D. Thesis. McGill University, 2001). 43. Dia
mengutip tulisan Jeanroad "Afler Hermeneutics: The Relationship between Theology and Biblical Studies" dalam The Open
Text New Direcbbns for Biblical Studies? (London: SCM Press Ltd., 1993). Dalam tesis di atas Yusuf Rahman setuju dengan
pendapat Nasr Abu Zayd. Dia juga mengakui bahwa tesis yang dibuatnya itu berseberangan dengan tesis Muhammad Ata al-
Sid yang lebih awal mengenai henneneutikajuga, yaitu "The Hermeneutical Problem of the Qur'an in Islamic History" (Ph.D.
Dissertalion.Temple University, 1975). Al-Sid menyatakan bahwa penafsiran al-Qur'an mempunyai perbedaan yang rnendasar
dengan apa yang berlaku dalam agama Kristen. Oleh itu prinsip-pnnsip tertentu yang digunakan dalam interpretasi Bible tidak
bisa digunakan untuk al-Qur'an. Sebaliknya. Yusuf Rahman setuju dengan dengan Nasr Abu Zayd bahwa al-Qur'an itu
merupakan a work of literature (karya saslra) yang bisa didekati dengan pendekatan apa saja. Lihat, h. 30.

TARJIH,Edisi Ice 6, Juli 2003 27


Ugi Suharto; Apakah Al-quJan Mernerlukan Hermeneutika

digagaskan oleh Eric D. EGrsch (1928- ) satu problem besar yang disebut "herme-
seorang pengkritik sastra berbangsa neutic circle", yaitu sejenis lingkaran setan
Amerika; ada Hermeneutics of Gadamer pemahaman objek-objek sejarah yang
yang digagaskan oleh Hans-Georg mengatakan bahwa "jika interpretasi itu
Gadamer (1900- ) seorang ahli filsafat dan sendirijuga berdasarkan interpretasi, maka
bahasa, dan ada lagi aliran-aliran lingkaran interpretasi itu tidak dapat
hermeneutika yang lain seperti aliran dielakkan." ~ k i b a t n adalah
~a pemahaman
Dilthey (m. 191l), Heidegger (m. 1976), seseorang tentang teks-teks dan kasus-
dan lain-lain. kasus sejarah yang tidak akan pernah
Jika hermeneutika-hermeneutika sampai, karena apabila seseorang dapat
itu ingin diterapkan untuk kajian al-Qur'an: memahami konteksnya, maka konteks
hermeneutika yang mana yang ingin sejarah itu pun adalah interpretasi juga.
diambil'? Lalu, mengapa hanya mengambil Apabila ha1 ini diterapkan untuk studi al-
hermeneutika tertentu dan menolak yang Qur'an, maka selama-lamanya al-Qur'an
lain'? Kemudian, apa jaminannya tidak akan pernah dapat dimengerti dan
hermeneutika yang diambil itu betul-betul difahami.
menunjukkan pengertian yang sebenarnya Hermeneutic circle: Theproblem in the
mengenai al-Qur 'an'? Bukankah apabila process of interpretation that arise
mengambil hermeneutika tertentu, berarti when one element,for instance in a text,
itu pun sudah masuk dalam "school o f can only be understood in terms of the
thoughtm tertentu? Kalau begitu dimana meanings ofothers or ofthe whole text,
objektifitasnya? Dan masih banyak lagi yet understanding these other ele-
persoalan-persoalan yang lain. ments, or the whole text, in turn pre-
Ambil contoh Fazlur Rahman. Dia supposes understanding of the origi-
lebih setuju kepada hermeneutika Betti nal element. Each can only be under-
ketimbang hermeneutika Gadamer. stood in the light ofthe others ... The
phenomenon haspreoccupied German
Namun dia juga tidak setuju dengan Betti
thinkers from Schleiermacher and
yang mengatakan bahwa makna asli suatu
Dilthey through Heidegger and
teks itu terletak pada aka1 pengarang teks.
Gadamer.24
Bagi Rahrnan, makna asli teks itu terletak
pada konteks sejarah ketika teks itu ditulis. Di dalam al-Qur'an ada ayat-ayat
Kalau begitu, apa pula pendapat Fazlur yang muhkamat, ada usul ajaran Islam, ada
Rahman mengenai kesimpulan filsafat hal-ha1 yang bersifat tsawabit, semua
hermeneutika yang mengesahkan adanya ayatnya adalah gat 'iyy al-tsubut / al-

24 Lihat Simon Blackburn, The Oxford Dictionary of Phlilosophy (Oxford: Oxford University Press, 1994). 172

28 TARJIH,EQsike 6, Juli 2003


Ugi Suharto; Apakah Al-qur'an Mernerlukan Herrneneutika

wurud, dan bahagian-bahagiannya ada orangnya, maka hasil pemahaman (under-


yang menunjukkan gat 'iyy al-dilalah, ada standing, verstehen) itu pun menjadi
perkara-perkara yang termasuk dalam al- subjektif. Dengan perkataan lain, tidak ada
ma'lum min al-din bi al-darurah, ada orang yang dapat memahami apa pun
sesuatu yang ijma ' mengenai al-Qur'an, dengan secara objektif.
dan ada yang difahami sebagai al-Qur'an Aqidah al-Nasaj, misalnya, pada
yang disampaikan dengan jalan mutawatir, paragraf pertamanya menyatakan: haqa 'iq
yang semuanya itu dapat difahami dan al-asya' thabitatun wa al-'ilmu hiha
dimengerti oleh kaum Muslimin dengan mutahhaqqiqun, khilafan li al-
derajat yakin bahwasannya itu adalah sufata'iyyah (semua hakikat segala
ajaran al-Qur'an yang dikehendaki oleh perkara itu tsabit adanya, dan pengetahuan
Allah. Apabila filsafat hermeneutika akan dia [adalah yang] sebenarnya,
digunakan kepada al-Qur'an maka yang bersalahan dengan [pendapat] kaum
muhkamat akan menjadi mutasyabihat, sufasta ' i y y ~ h ) Salah
. ~ ~ satu golongan
yang usul menjadi furu ', yang thawabit sufasta'iyyah (sophist) itu adalah
menjadi mutaghayyirat, yang gat 'iyy golongan 'indiyyah (epistemological sub-
menjadi zanniyy, yang ma 'lum menjadi jectivist) yang menganut faham bahwa
majhul, yang ijma ' menjadi ikhtilaf; yang tidak ada kebenaran objektif dalam ilmu;
- mutawatir menjadi ahad, dan yang yaqin
akan menjadi zann, bahkan syakk.
semua ilmu adalah subjektif; dan kebenaran
mengenai sesuatu hanyalah semata-mata
Alasannya sederhana saja, yaitu filsafat pendapat ~ e s e o r a n gApabila
.~~ semua ini
hermeneutika tidak membuat penge- dikaitkan dengan kajian al-Qur'an, maka
cualian terhadap hal-hal yang axiomatic d~ akibatnya tidak ada kaum Muslimin yang
atas. mempunyai pemahaman yang sama
Dalarn posisi yang lebih ekstrim, mengenai al-Qur'an, karena semua
filsafat hermeneutika telah memasuki pemahaman itu tergantung pada interpretasi
dataran epistemologis yang berakhir pada masing-masing. Tentu kaum Muslimin tidak
pemahaman sophist yang bertentangan bermaksud begitu apabila manafsir atau
dengan pandangan hidup Islam (Islamic mena'wil al-Qur'an.
weltanschauung). Filsafat hermeneutika Surat al-Ikhlas dalam al-Qur'an,
berujung pada kesimpulan universal bahwa misalnya, dapat difahami dengan mudah
"all understanding is interpretation" dan oleh kaurn Muslirnin bahwa Allah itu Esa,
karena interpretatsi itu tergantung kepada Allah tidak beranak dan diperanakkan, dan

'5 Lihat, Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Oldest Known Malay Manuscript: A 16IhCentury Malay Translation of the

Aqa'id of al-Nasafi (Kuala Lumpur: Department of Publicatrions University of Malaya, 1988), 101.
'6 Ibid., 48.

TARJIH,Ed~sike 6, Juli 2003 29


Ugi Suharto; Apakah Al-qut'an Memerlukan Hermeneutika

tidak ada yang setanding dengan Dia. Syi'ah, sebagai "textus receptus."
Walaupun terdapat perbedaan pendalaman Keinginan Muhammad Arkoun, misalnya,
pemahaman mengenai tauhid antara orang untuk men-"deconstruct" Mushaf Utsmani,
awam dan ulama, namun tidak ada seorang adalah pengaruh dari hermeneutika
Muslim-pun yang mengatakan Allah itu teologis ini, selain dari pengaruh Jacques
satu di antara yang tiga atau tiga di antara Derrida. Dalarn artinya yang filosofis,
yang satu. Seorang Muslim awam yang hermeneutika akan mementahkan kembali
memahami keesaan Allah dengan "math- akidah kaum Muslimin yang berpegang
ematical oneness" tidak keluar dari aqidah bahwa al-Qur'an adalah Kalam Allah.
Islam yang benar, walaupun kurang halus Pendapat almarhum Fazlur Rahman yang
pemahamannya. Untuk memperhalusnya, mengatakan bahwa al-Qur 'anadalah "both
Muslim tidak perlu pada hermeneutika. the Word of God and the word of
Sebaliknya, konsep trinity itu memerlukan Muhammadn2* adalah kesan dari
hermeneutika untuk memahaminya, hermeneutika filosofis ini. Semua itu tidak
karena pada tataran lafaz yang zahir menguntungkan kaum M u s h i n , dan hanya
sekalipun, trinity itu memang susah menurunkan derajat validitas al-Qur 'an
difahami .27 seolah-olah sama dengan kitab yang lain.
Sebagai kesimpulan, hermeneutika Sebenarnya memang ada kemungkinannya
itu berbeda dengan tafsir atau pun ta 'wil orang Kristen semakin. maju dengan
dalam tradisi Islam. Hermeneutika tidak hermeneutika, tetapi kaum Muslimin
sesuai untuk kajian al-Qur'an, balk dalam hampir pasti akan mundur ke belakang
arti teologis atau filosofis. Dalam arti dengan hermeneutika itu. Sepertimana
teoIogis, hermeneutika akan berakhir bahasa Arab telah menjadi standar bahasa
dengan mempersoalkan ayat-ayat yang Hebrew dan bahasa-bahasa Semit yang
zahir dari al-Qur'an dan menganggapnya Iain, maka al-Qur'an semestinya juga
sebagai problematik. Diantara kesan menjadi benchmark bagi kitab suci yang
hermeneutika teologis in adalah adanya lain, karena al-Qur'an adalah kitab suci
keragu-raguan terhadap Mushaf Utsmani yang terakhir dan yang authentic di antara
yang telah dlsepakati oleh seluruh kaum latab-kitab yang lain. Dengan perkataan
Muslimin, baik oleh Muslim Sunni ataupun lain, kajian al-Qur'an, terutamanya

Untuk melihat hubungan antara Trinitydan hermeneutika, lihat misalnya karya Benjamin C. Leslie, TrinitarianHermeneutics:
The Hermeneutical Signilicance of Karl Barth's Doctrine of the Trinity (New York: Peter lang Publishing, Inc.. 1999).
28 Ungkapan di atas adalah redaksi dari Yusuf Rahman, op. cit., 170. Adapun redaksi Fazlur Rahman sendiri adalah" It [i.e.

Muslim orthodoxy and all medieval thought] lacked the intellectualcapacity to say both that the Qur'an is entirely the Word of
God and, in an ordinary sense, also entirely the word of Muhammad." Lihat, Fazlur Rahman, Islam, 2"'ed. (Chicago: The
University of Chicago Press. 1979). 31.
Ugi Suharto; Apakah Al-qur'an Memerlukan Hermeneutika

mengenai penafsirannya, tidak memerlukan Saya akan mengakhiri makalah ini


hermeneutika. EGta khawatir akhir-akhir dengan satu peringatan dari Hadis
ini kita begitu bergairah mengmpor istilah Rasulullah s .a.w.yang berbunyi:
hermeneutika untuk kajian al-Qur'an tanpa Kamu akan mengikuti jalan-jalan
menyelidiki dahulu latar belakang istrlah itu kaum sebelum kamu, sehasta demi
sendiri yang mempunyai muatan sehasta, sejengkal demi sejengkal,
pandangan hidup berlainan dengan sehingga apabila mereka masuk
pandangan hldup Islam. Sebenarnya jika lubang biawak sekali pun kamu akan
akan digunakan bahasa asing juga, maka mengikutinya juga. Kemudian
istilah exegesis atau pun commentary yang Rasulullah s.a.w. ditanya: "Apakah
selama ini digunakan sudah cukup memadai mereka [yang diikuti] itu kaum Yahudi
untuk al-Qur'an. Kenapa kini exegesis atau dun Nasara?" Rasulullah menjawab:
commentary mesti ditukar dengan herme- "Siapa lagi [kalau bukan mereka]. "
(H.R. Bukhari, Muslim, Ibnu Mujah,
neutics'?
Ahmad)I9
Wallahu a'lam bi al-sawab

"Lihat Sahih a/-Bukharl, "Kitabal-Anbiya'", no. 50 dan Sahih Muslim. 'Kitab al-'llm", no. 6. ,

TARJIH,Edisi ke6, Juli 2003 31

Anda mungkin juga menyukai