Yunahar Ilyas
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pendahuluan
Tema utama surat al-H{ujura>t adalah mengenai akhlak, mulai dari akhlak
terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, akhlak terhadap diri sendiri, sampai akhlak
kepada orang lain, baik yang Muslim maupun yang non Muslim. Pembahasan ini
hanya dibatasi pada tuntunan akhlak terhadap Alah dan Rasulullah, sebagaimana
yang tercantum dalam sembilan ayat pertama dari surat ini. Ayat pertama sebagai
mukadimah meletakkan dasar dari semua nilai-nilai yang akan disampaikan dalam
keseluruhan isi surat, yaitu jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam segala
hal. Dalam konteks para sahabat, mereka tidak boleh memutuskan sesuatu, apalagi
masalah ibadah, sebelum ada petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya.
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
2 Yunahar Ilyas
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Akhlak terhadap Allah dan Rasul 3
ْ َ َ ْ َ ْ ُ ََّ ِّ َ اَ جَ ْ َ ُ ْ ه َ َ
“Memang.” Nabi bertanya lagi: “Tanah جه ِر ف ْوق َص ْو ِت انل يِب ول تهروا ل بِالقو ِل ك
apa ini?”. Kami menjawab: “Allah dan ْ َ ُ ُ ْ َ ْ َْ ح َ ْ ُ ْ
Rasul-Nya yang lebih tahu”. Beliau َبع ِضك ْم بِ َلع ٍض أن تبَ َط أع َمالك ْم َوأنتُ ْم
َ ْ َ َا
kembali diam sehingga kami kembali )2( ل تش ُع ُر ْون
mengira Nabi akan memberi nama lain. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
Setelah itu Nabi berkata: “Bukankah kamu meninggikan suaramu lebih dari
ini tanah suci?” Kami menjawab: suara Nabi, dan janganlah kamu berkata
“Memang.” Nabi bertanya lagi: “Hari kepadanya dengan suara keras sebagaimana
apa sekarang ini?” Kami menjawab kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap
seperti semula: “Allah dan Rasul- sebagian yang lain, supaya tidak hapus
Nya yang lebih tahu.” Nabi kembali (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak
diam sehingga kami mengira beliau menyadari.” (Q.S. al-H{ujura>t, 49:2)
akan memberi nama lain. Kemudian Ayat ini turun dilatarbelakangi
Nabi berkata: “Bukankah sekarang oleh perbedaan pendapat antara dua
Hari Qurban?” Kami menjawab: orang sahabat utama, Abu> Bakar al-
“Memang”….dst. S}iddi>q dan ‘Umar ibn Khat\t\a>b tentang
Sebenarnya para sahabat dapat siapa yang akan ditunjuk menjadi
menjawab langsung pertanyaan Nabi, pemimpin Banu> Tami>m yang datang
tapi karena sangat hati-hati mereka berkunjung ke tempat Nabi. Abu>
menjawabnya dengan menyatakan Bakar mengusulkan al-Aqra’ ibn H{ab > is,
Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. sementara ‘Umar mengusulkan al-
Demikianlah contoh sikap dalam Qa‘qa>‘ ibn Ma‘ba>d. Waktu itu Abu> Bakar
mengamalkan ayat ini. mengomentari pendapat ‘Umar dengan
emosi: “Engkau hanya mengatakan itu
Akhlak Berbicara di Hadapan sekadar untuk menentangku.” ‘Umar
Nabi balas menjawab: “Aku tidak ingin
Sebagai konkuensi dari iman menentangmu”. Lalu keduanya terlibat
kepada Rasulullah SAW, setiap mukmin pertengkaran mulut dengan suara keras
haruslah dapat mencintai, menghormati di hadapan Nabi SAW. Ibn Abi> Ma>likah,
dan memuliakan beliau, lebih daripada sahabat yang meriwayatkan kisah ini
menghormati dan memuliakan tokoh mengomentari: “ka>da> al-khaira>ni an
mana pun dalam sejarah umat manusia. yahlika>”(hampir saja dua orang terbaik
Di antara bentuk penghormatan dan itu celaka).
pemuliaan terhadap Nabi adalah tidak Sanksi bagi yang melanggar
berbicara keras atau meninggikan suara larangan Allah di atas sangat besar,
di hadapan Nabi, baik berbicara sesama, yaitu hilang lenyap seluruh pahala
apalagi berbicara dengan beliau sendiri. amal kebaikan yang telah dilakukan.
Allah SWT berfirman: Sanksi berat itu menyebabkan seorang
ُ َ َ َ َ َٰ َ ُّ َ ذَّ ْ َ َ َ ا sahabat Nabi yang bernama ╥a>bit ibn
امنُوا ل ت ْرف ُع ْوا أ ْص َواتك ْم الين ء
ِ ياأيها
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
4 Yunahar Ilyas
Qais putus asa karena dia meyakini ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S.
dirinyalah (yang terkenal bersuara al-H{ujura>t, 49:3).
keras) yang dituju oleh ayat tersebut. Bagi orang-orang yang selama ini
╥a>bit menguūrung dirinya di rumah mempunyai kebiasaan berbicara keras
karena yakin ia pasti masuk neraka di hadapan Rasullah SAW hendaklah
karena pahala seluruh amal kebaikannya segera bertobat dan memperbaiki diri
telah hilang. Setelah beberapa lama untuk membuktikan ketakwaannya.
tidak kelihatan salat berjama’ah di Bila mereka telah berhasil mengatasi
masjid, Rasulullah menanyakan kemana itu, dan kembali berbicara dengan suara
perginya ╥a>bit. Setelah diteliti oleh rendah di hadapan Nabi maka mereka
sahabat yang lain dan dilaporkan kepada itulah orang-orang yang telah lulus ujian
beliau apa penyebab ╥a>bit menghilang, ketakwaan. Untuk mereka disediakan
Rasulullah SAW menegaskan, bukan ampunan dan pahala yang besar.
dia yang dimaksud oleh ayat tersebut. Apakah larangan berbicara
“Kalau dia”, kata Nabi, “akan masuk keras di hadapan Rasulullah SAW
sorga.” Tentang ╥a> b it inilah Anas dalam ayat di atas tetap relevan setelah
berkomentar: Fa kunna> nara>hu yamsyi Rasulullah meninggal dunia? Sayyid
baina az}h u>rina> wa nah}nu na‘lamu annahu Quthub meūngutip dalam kitab
min ahli al-jannah (kami menyaksikannya tafsirnya bagaimana reaksi ‘Umar
berjalan di hadapan kami dan kami tahu ibn Khat\t\a>b tatkala mendengar suara
bahwa dia termasuk penghuni sorga). keras dua orang laki-laki di dalam
Demikian besar sanksi yang masjid Nabi. ‘Umar menegur mereka:
akan diterima oleh orang-orang yang “Sadarkah kalian di mana kalian berada
tidak dapat bersikap menunjukkan sekarang ini?” Sebelum mereka sempat
penghormatan dan kemuliaan terhadap menjawab, ‘Umar bertanya lagi: “Dari
utusan Allah yang terakhir. Sebaliknya, mana asal kalian?” Mereka menjawab
bagi orang-orang yang sang gup bahwa mereka berasal dari T| a bif.
berbicara dengan suara rendah di Mengetahui mereka bukan penduduk
hadapan Rasulullah SAW dijanjikan Madinah, ‘Umar berkata: “Seandainya
pula pahala yang besar. Allah berfirman kalian berdua dari Madinah, tentu akan
dalam lanjutan ayat tersebut: saya beri kalian hukuman berat dengan
ْ ُ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َ ْ ُّ ُ َ ْ َّإ َّن ذ
ِ الي َن يغضون أص َواتهم ِعند رسو ِل ا
هلل cambuk!”
ِ ِ
ْلت ْق َوى ل َ ُهم
َّ اهلل قُلُ ْو َب ُه ْم ل
ُ َ َ َ ْ َ ْ َُّ ئٰ َ ذ Dari sikap ‘Umar di atas, tampak
ِ الين امتحن ِ ولك ِ أ bahwa bagi khalifah kedua tersebut,
ٌ ْ َ ٌ ْ ََ ٌ َ ْ َ
)3( مغ ِفرة وأجر ع ِظيم larangan berbicara keras tetap berlaku
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan tatkala berbicara di masjid Nabi. Dengan
suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah cara berpikir seperti itu, menurut hemat
orang-orang yang telah diuji hati mereka penulis, sikap penghormatan terhadap
oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Akhlak terhadap Allah dan Rasul 5
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
6 Yunahar Ilyas
kamu dari luar kamarmu, kebanyakan mereka tidak hanya diterapkan kepada
mereka tidak berakal. Kalau sekiranya Rasulullah SAW tapi juga kepada ulama
mereka bersabar sampai kamu keluar dan para pemimpin lain yang dihormati.
menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik Pilihlah waktu bertamu yang tepat dan
bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lakukanlah dengan sebaik-baiknya.
lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-H{ujura>t,
Hindarilah bertamu pada waktu-waktu
49:4-5).
istirahat. Berbicaralah dengan sopan
Menurut al-Baid}aw> i>, sebagaimana dan seperlunya. Jangan berlama-
dikutip al-S} a bu> n i> dalam S} a fwat al- lama membuang waktu sehing ga
Tafa>si>r (III:233), yang berteriak-teriak menyusahkan tuan rumah. Gabungkan
memanggil nama Rasulullah SAW akhlak berbicara dan memanggil tuan
itu adalah ‘Uyainah ibn H{us\a in dan rumah dalam bertamu dengan akhlak
al-Aqra’ ibn H{a>bis dari Banu> Tami>m bertamu yang dijelaskan Allah SWT
yang membawa rombongan 70 orang dalam ayat lain (Q.S. al-Nu>r, 24:27).
menemui Rasulullah SAW. Siang itu
setelah zuhur, Nabi sedang tidur di Sikap Kritis dan Selektif
salah satu kamar isteri beliau --yang Menerima Informasi: Sebuah
oleh al-Qur’an disebut al-h}ujura>t itu-- Contoh dari Rasulullah
tiba-tiba dua orang ini berteriak- Kebenaran di samping di-
teriak memanggil: “Hai Muhammad, dapat dengan menyaksikan atau
keluarlah menemui kami.” Perbuatan membuktikannya langsung, juga bisa
tidak sopan itulah yang ditegur keras didapat melalui informasi, asal kejujuran
oleh al-Qur’an. Tingkah laku seperti itu pembawa informasi dapat dipercaya.
adalah tingkah laku orang-orang yang Oleh sebab itu dalam Surat al-H{ujura>t
tidak menggunakan akalnya. Sebab ayat 6 Allah SWT mengingatkan
kalau mereka menggunakan akalnya kepada orang-orang yang beriman
untuk berpikir, tentu mereka akan untuk bersikap kritis dan selektif
bersikap hormat terhadap pemimpin menerima informasi, terutama apabila
dalam berbicara, lebih-lebih lagi sumber informasi itu orang-orang ang
pemimpin itu adalah Rasulullah SAW. dikategorikan fasik atau diragukan
Mestinya mereūka harus bersabar kejujurannya. Allah berfirman:
menunggu sampai Rasulullah bangun
َ َ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ ْ َّٰ َ ُّ َ ذ
dari istirahatnya. Namun demikian, ٍ اس ٌق بِنبَأ
ِ اءكم ف الين ءامنوا إِن ج ِ ياأيها
Allah yang Maha Pengampun dan ََ َ َ َّ ُ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ ً َ َ َ َ ُ ْ ُ ْ لَى
فتبينوا أن ت ِصيبوا قوما جِبهال ٍة فتص ِبحوا ع
Maha Penyayang, mengampuni mereka
)6( ي َ َْما َف َعلْتُ ْم نَادم ن
ِِ
sehingga tidak menurunkan azab
menghukum mereka. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang
Sikap menghormati pemimpin, kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
dan tidak mengganggu waktu istirahat maka periksalah dengan teliti, agar kamu
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Akhlak terhadap Allah dan Rasul 7
tidak menimpakan suatu musibah kepada ‘Uqbah untuk memungut zakat dari
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya Bani Must\aliq melalui al-H{ari╦ di atas.
yang menyebabkan kamu menyesal atas Akan tetapi sebelum sampai di tujuan
perbuatanmu itu.” (Q.S. al-H{ujura>t, 49:6) dia melihat serombongan orang-orang
Setelah peperangan Bani Bani Must\aliq sedang bergerak ke arah
Must\aliq (5H/627 M) yang berakhir Madinah. Serta merta dia berbalik dan
dengan dikalahkan dan ditawannya melaporkan kepada Rasulullah SAW
kabilah itu oleh kaum muslimin, seluruh bahwa Bani Must\aliq telah berkumpul
anggota kabilah itu dibagi-bagi dan untuk memerangi Nabi.
diserahkan kepada kaum muslimin Mendengar laporan itu Nabi
Madinah sebaūgai budak. Nabi SAW segera menug askan Khali> d dan
lalu menikahi Juwariyah, putri bekas pasukanya berangkat ke perkampungan
kepala kabilah tersebut, al-H{a>ri╦ ibn Bani Must\aliq. Nabi berpesan kepada
Abi> D{arar. Pernikahan itu membuat Khali> d , untuk meneliti kebenaran
para sahabat merasa malu memiliki berita itu dan tidak terburu-buru.
budak-budak dari keluarga isteri Nabi Khali>d sampai di perkampungan Bani
sendiri, sehingga mereka membebaskan Must\aliq malam hari dan mengirim
anggota-anggota kabilah yang lain. mata-mataūnya untuk menyelidiki.
Ketika seluruh anggota kabilah Ternyata merekūa tetap setiap dengan
telah bebas, Nabi kemudian mengajak Islam. Mereka masih melaksanakan
al-H{ a > r i╦ masuk Islam, yang segera salat. Pagi hari Khali>d datang menemui
diterimanya dengan sungguh-sungguh. mereka dan tercengang ternyata yang
Kemudian Nabi memintanya untuk terjadi sama sekali tidak seperti yang
mengajak anggota kabilahnya yang lain dilaporkan oleh al-Wali>d. Lalu Khali>d
memeluk Islam dan mengumpulkan kembali ke Madinah dan melaporkan
zakat dari mereka. Al-H{ari╦ sepakat dan keadaan yang sebenarnya kepada
meminta Nabi mengirimkan seorang Rasulullah SAW. Berkenaan dengan
utusan untuk mengumpulkan zakat peristiwa itu turunlah ayat 6 Surat al-
pada waktu tertentu. H{ujura>t yang disebutkan di atas.
Ketika saatnya tiba, ternyata tidak Sayyid Quthub mengutip riwayat
juga ada utusan yang datang, sehingga di atas dari Ibn Ka╦i>r. Al-T|abari juga
al-H{ari╦ khawatir bahwa Nabi tidak menyebutkan riwayat yang sama dalam
senang kepada dirinya karena suatu kitab tafsirnya, di samping riwayat-
sebab, maka ia berunding dengan orang- riwayat lain dengan versi yang berbeda
orang kabilahnya dan mereka setuju tentang kenapa al-Wali>d kembali dan
mengirim sebuah delegasi kepada Nabi membuat kesimpulan bahwa Bani
untuk mencari tahu alasan penundaan Must\ a liq memberontak atau keluar
ini. Sementara itu Nabi Muhammad dari Islam. Satu riwayat menyebutkan
SAW telah mengutus al-Wali> d ibn bahwa dia kembali setelah mendengar
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
8 Yunahar Ilyas
kabar bahwa mereka telah murtad dan dalam kasus Bani Must\aliq ini, yang
menolak membayar zakat. Riwayat akan menanggung akibatnya bukan
yang lain menyebutkan al-Wali>d melihat hanya satu dua orang, tapi satu kabilah.
sendiri ada rombongan yang bergerak Sikap tabayyun Rasulullah SAW itulah
menuju Madinah seperti riwayat yang yang perlu dicontoh dan ditekankan
dikutip juga oleh Sayyid Quthub di atas. dalam ayat ini, apalagi bila sumber
Berbeda dengan Sayyid Quthub beritanya jelas-jelas orang yang diyakini
dan al-T|abari, al-ra>zi menolak peristiwa berpredikat fasik.
di atas sebagai sebab langsung turunnya Pesan ayat ini akan bertambah
ayat 6 ini, sekalipun dia tidak menolak terasa pentingnya dalam era globalisasi
bahwa peristiwa itu memang terjadi. informasi sekarang ini. Berita-berita
Ayat 6 ini menurut al-ra> z i bersifat yang kita serap dari media massa,
umum, artinya tuntutan umum untuk baik cetak, elektronik, apalagi audio
hati-hati menerima berita dari sumber visual, yang sebagian besar dimiliki
yang dikategorikan fasik. Al-ra>zi lebih oleh perorangan, yayasan, lembaga,
cenderung menafsirkan kata fasik perusahaan yang bukan milik orang-
deūngan kafir (bukan muslim). Oleh orang Islam, tidak akan pernah terbebas
karena al-Wali>d bukanlah seorang kafir, dari kepenūtingūan-kepentingan para
kataūnya, tentu tidak dapat diterima pemiliknya, baik yang bersifat bisnis,
kalau peristiwa itu dikatakan sebagai politik, ataupun ideologi. Sehingga
sebab turunnya ayat. Apalagi laporan dengan demikian, bias-bias kepentingan
yang diberikan oleh al-Wali> d tidak tersebut mau tidak mau akan selalu
lebih dari sekadar sebuah kesalahan, ada. Adakalanya secara sengaja media
atau salah menafsirkan sebuah fakta massa melakukan disinformasi untuk
yang betul-betul dilihatnya, yaitu tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu
serombongan Bani Must\ a liq yang sikap selektif, kritis, atau tabayyun sangat
bergerak ke arah Madinah. Kesalahan perlu dilakukan oleh setiap pengakses
seperti itu tidak dapat dikatakan sebuah informasi dari berbagai sumber.
kefasikan. Dalam konferensi Media Massa
Te r l e p a s a p a k a h a l -Wa l i > d Dunia Islam di Jakarta, awal tahun
termasuk kategori fasik atau bukan, 1980-an yang lalu, ayat keenam Surat
yang jelas dalam mensikapi informasi al-H{ u jura> t ini dituliskan sebagai
yang disampaikannya, Rasulullah SAW motto konferensi. Para jurnalis, yang
telah memberikan pelajaran yang sehari-hari bertugas mencari dan
sangat berharga, yaitu sikap hati-hati menyampaikan berita hendaklah betul-
memutuskan sesuatu berdasarkan betul dapat berpedoman kepada ayat
sebuah informasi, yang apabila salah- ini. Hendaklah melakukan tabayyun,
salah bertindak dapat menimbulkan check and recheck sebelum menurunkan
akibat yang fatal bagi orang lain. Apalagi suatu berita sehingga tidak merugikan
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Akhlak terhadap Allah dan Rasul 9
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
10 Yunahar Ilyas
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah Al-
Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M