Anda di halaman 1dari 6

BANK ISLAM: PRODUK, SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA

21208011018

Sarmilah

Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

A. PRODUK PERBANKAN SYARIAH

Produk dan jasa yang ditawarkan oleh perbankan syariah lebih luas cakupannya dari pada

perbankan konvesional. Dimana perbankan syaraih juga menawarkan produk berupa pembiayaan

yang biasanya dilakukan oleh lembaga keuangan non bank. Bahkan produk dan jasa perbankan

syariah juga menwarkan pembiayan yang ditawarkan dalam invesment banking misalnya,

penyertaan modal investasi pada usaha-usaha yang riil. dalam hal ini terdapat 3 kategori produk

dalam perbankan syariah, yaitu antara lain:

1. Produk Penghimpunan Dana

Dalam produk penghimpunan dana, bank syariah melakukan penghimpunan dana dalam

bentuk giro, tabungan dan deposito dengan menggunakan prinsip akad wadi’ah dan mudharabah

sehingga diperlukan perhatian khusus ketika melakukan transaksi pada bank syariah karena

sangat terkait dengan imbalan yang akan diberlakukan pada pemilik dana atau pemodal. Ketika

produk penghimpunan dananya menggunakan prinsip mudharabah, maka pemilik modal akan

memperoleh imbalan dana tetapi sebaliknya ketika prinsipnya menggunakan akad wadi’ah, maka

pemilik modal tidak akan memperoleh imbalan kecuali bank syariah memberlakukan dalam

bentuk bonus atas dasar kebijakan dari perbankan syariah itu sendiri.

a) Wadi’ah
Akad wadi’ah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain untuk dijaga dan dikembalikan

kapan saja si penyimpan menghendakinya.

b) Mudharabah

Akad mudharabah yaitu akad antara dua pihak di mana salah satunya memberikan modal

(shahibul maal), sedangkan pihak lainnya memberikan keahlian (mudharib) dan keuntungan

akan dibagi sesuai kesepakatan. Apabila terjadi kerugian maka pemilik modal menanggung

kerugian tersebut.

2. Produk Penyaluran Dana (Dana Pembiayaan

bank khususnya bank syariah sebagai lembaga intermediasi selain melakukan kegiatan

penghimpunan dana dari masyarakat bank juga akan menyalurkan dana tersebut ke

masyarakat dalam bentuk pembiaayaan

a. Pembiyaan dengan prinsip jual beli (sale based)

Pembiayaan jenis ini dilakukan atas dasar adanya pemindahan kepemilikan barang atau

benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan terlebih dahulu untuk kemudian dijadikan

sebagai harga atas barang yang dijual. transkasi jual beli dibedakan berdasakan pada waktu

penyerahannya dan bentuk pembayarannya, yaitu:

1) Pembiayaan murabahah

Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank berperan sebagai penjual dan

menjaul barangnya dengan mengikut sertakan keuntungan yang diperoleh kepada

nasabah yang membutuhkan.

2) Pembiayaan salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barang yang diperjualbelikan belum ada.

Oleh karenanya, barang diserahkan secara tangguh dan pembayarannya dilakukan secara

tunai.

3) Pembiayaan istishna’

Produk istishna’ meyerupai produk salam, namun dalam pembiayaanya dapat

dilakukan beberapa kali.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah)

Transaksi ini terjadi karena perpindahan manfaat. Pada dasarnya transaksi ini mirip

dengan jual beli hanya saja yang membedakannya adalah terletak pada objek transaksinya

yangn berupa pelayanan (jasa atau manfaat), ketika berakhir masa sewa, bank dapat menjual

barang yang disewakan kepada nasabah dan ini dikenal dengan istilah ijarah muntahiya

bittamlik (IMBT) yaitu sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Harga sewa dan

harga jual disepakati pada saat perjanjian di awal. (

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

1) Pembiayaan mudharabah

Mudharabah adalah bentuk kerjasama antar dua orang, dimana salah satunya sebagai

pemilik modal dan yang lainnya sebagai pengelola modal atau dengan kata lain pemilik

modal (shaibul mall) memanfaatkan keahlian dari pengelola modal. (Ayup, 2007)

2) Pembiayaan musyarakah

Musyarakah adalah pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati,

sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak sebesar partisipasi modal yang disertakan

dalam usaha

d. Pembiayaan dengan akad pelengkap

1) Wakalah (Perwakilan)

Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari lembaga atau seseorang kepada pihak

lain sebagai wakil dalam pelaksanaan transaksi. Segala hal yang ditangguhkan oleh wakil

harus mengatasnamakan yang memberikan kepercayaan. tertentu, seperti pembukaan L/C

dan pemindahan uang.

2) Hiwalah (alih hutang piutang)

Perjanjian atas pinjaman dari bank untuk membantu supplier agar dapat melanjutkan

usahanya. Bank memperoleh ganti biaya atas pelayanan yang telah dilakukan. Dan untuk

menghindari kerugian yang akan timbul, bank memberlakukan kriteria-kriteria tertentu

agar tidak terjadi kredit macet.

3) Rahn (gadai)

Rahn adalah bentuk perjanjia yang dilakukan dengan bank atas barang jaminan, misal

ketika emas digadaikan maka nasabah (rahin) tersebut menyerahkan emasnya kepada

bank (murtahin) dan memperoleh dana pinjaman dan ketika properti sebagai barang

jaminan cukup menyerahkan surat atau sertifikat sebagai bukti bahwa barang yang

digadaikan merupakan milik pribadi.

4) Kafalah (garansi bank)


3. Produk Pelayanan (Services)

Bank syariah bukan hanya berfungsi sebagai penghubung antar pihak yang kelebihan dana

dengan yang kekurangan dana, tetapi ia juga bisa sebagai pehubung dalam perolehan imbalan

yang berasal jual beli valas (sharf) dan ijarah (sewa).

A. SUMBER DANA BANK SYARIAH.

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai. Uang

tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu

sendiri, tetapi juga berasal dari titipan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu dapat

ditarik sekaligus atau secara berangsur-angsur.

sumber dana bank syariah, terdiri atas:

1. Modal inti (core capital)

Modal inti adalah dana modal sendiri, di mana dananya berasal dari para pemegang

saham bank (pemilik bank)..

2. Mudharabah (mudharabah account)

Mudharabah yaitu akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dan

pengusaha (mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama. Pemilik dana tidak boleh

mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Keuntungan yang diperoleh dibagi di antara

keduanya dengan perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumnya. Kerugian

finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak memperoleh imbalan

atas usaha yang dilakukan.

3. Titipan (wadi’ah) atau simpanan tanpa imbalan (non-remunerated deposit)


Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya

berupa tabungan atau giro di bank umum. tabungan wadi’ah menggunakan prinsip

wadi’ah al yad adhamanah, yaitu simpanan dari nasabah yang memerlukan jasa penitipan

dana dengan tingkat keleluasaan tertentu untuk menariknya kembali. Bank memperoleh

izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank.

Anda mungkin juga menyukai