Anda di halaman 1dari 15

VIII.

SURVEY DAN TAXONOMI TANAH

VIII. 1. PENGANTAR
Survey biasanya dihubungkan dengan pemetaan tanah, oleh
sebab itu disebut sebagai Survey dan Pemetaan Tanah, yang merupakan
cabang ilmu tanah yang khusus mempelajari cara-cara melakukan survey
atau pengamatan ciri-ciri atau sifat-sifat tanah di lapangan untuk
memperoleh data lapangan dan data laboratorium yang lengkap sebagai
bahan pembuatan peta tanah. Survey tanah yang dilakukan selain untuk
menentukan tingkat kapabilitas atau kemampuan lahan secara
keseluruhan, juga dilakukan sebagai bahan untuk pemetaan tanah dalam
hubungannya dengan penentuan kalsifikasi dan taxonomi tanah. Dengan
demikian kegiatan survey tanah, pemetaan tanah, klasifikasi dan taxonomi
tanah merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya karena saling melengkapi dan saling memberi manfaat bagi
peningkatan hasil gunanya. Berdasarkan macam keperluan pelaksanaan
survey, maka tujuan survey tanah dapat dipandang dari dua segi yaitu:
pertama untuk memberikan/menyediakan informasi kepada pemakai
tentang tanah, bentuk wilayah, dan keadaan lainnya, kedua untuk
menyediakan informasi yang akan membantu pengambilan keputusan
tentang penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah yang
akan di survey.

VIII. 2. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN


Dengan mempelajari Survey dan Taxonomi Tanah diharapkan
mahasiswa akan mempunyai pengetahuan tentang cara-cara dan metode
pengamatan tanah di lapangan dan laboratorium untuk klasifikasi dan
taxonomi tanah serta memahami teknik-teknik pembuatan peta-peta tanah
untuk analisis daya dukung lahan

VIII. 3. TUJUAN KHUSUS PEMBELAJARAN


Tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari bagian tulisan ini
adalah agar mahasiswa dapat:

114
115

1. menjelaskan dasar-dasar dan konsep dari survey tanah


2. menjelaskan teknik-teknik survey tanah
3. menjelaskan teknik-teknik kerja lapangan dan laboratorium
4. mengetahui teknik-teknik dalam taxonomi tanah
5. membuat peta-peta tanah untuk analisis daya dukung lahan
VIII. 4. a. KEGIATAN BELAJAR XI

SURVEYTANAH
Oleh: Ir.Yeniwarti Dalim, MS dan Dedi Hermon, MP

Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki


sebagian besar permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman, karena
memiliki sifat-sifat sebagai akibat pengaru iklim dan jasad hidup yang
bertindak terhadap batuan induk dalam keadaan topografi tertentu dan
dalam waktu tertentu. Berdasarkan defenisi di atas, maka tanah harus
ditentukan sifat-sifatnya dilapangan dalam keadaan yang sebenarnya,
yaitu melalui ciri-ciri profil tanah yang merupakan aplikasi dari proses
genesis tanah. Jadi, jenis tanah merupakan alat untuk mempermudah
untuk mengingat sifat dari tanah itu sendiri. Sebagai bagian dari
permukaan bumi setiap jenis tanah perlu diketahui tempat dan
penyebarannya. Untuk itu diperlukan suatu peta tanah yang dilengkapi
oleh tanda dan keterangan singkat tentang tanah. Survei tanah
memisahkan jenis-jenis tanah dan melukiskannya dalam suatu peta tanah.
Peta tanah merupakan alat pemberita visual suatu wilayah, yang
mengambarkan penyebaran beberapa satuan tanah dalam berbagai luas
lahan. Dengan skala tertentu, peta tanah akan memberitakan keadaan
tanah dan lahan sesuai dengan tujuan petanya. Berita tersebut dijelaskan
dalam legenda peta yang biasanya tertera di bagian bawah peta.
Perbedaan tiap satuan tanah dibedakan dengan warna atau arsiran dan di
dalam peta tanah terlihat nama-nama kota, sungai, dan data-data
geografis lainnya. Syarat-syarat peta tanah adalah: (1) dapat memberi
gambaran yang mudah dipandang dan dimengerti, (2) mengandung unsur-
unsur sifat yang dikehendaki tujuannya, (3) membedakan tegas antara dua
atau lebih satuan-satuan peta yang berlainan, (4) tidak membingungkan
116

yang melihat peta, dan (5) mampu menjadi sarana bekerja guna tujuan
penggunaan yang efisien.
Satuan peta tanah (soil mapping unit) tersusun dari unsur-unsur
yang pada dasarnya merupakan kesatuan dari tiga satuan, yaitu satuan
tanah, satuan bahan induk, dan satuan wilayah. Perbedaan satuan peta
dari berbagai kategori peta tanah terletak pada ketelitian masing-masing
unsur satuan peta. Penggunaan ke tiga unsur tersebut dimaksudkan untuk
dapat memberi gambaran yang jelas dari suatu wilayah tentang keadaan
tanah dan wilayahnya.
Peta tanah dapat dibedakan atas: (1) peta tanah bagan
mempunyai skala peta 1:250.000 - 1:500.000, mempunyai tingkat ketelitian
yang sangat kasar, (2) peta tanah explorasi mempunyai skala peta
1:100.000 - <1:250.000, peta ini merupakan hasil inventarisasi jenis-jenis
tanah utama dengan wilayah yang cukup luas, (3) peta tanah tinjau
mempunyai skala 1:50.000 - <1:100.000, (4) peta tanah tinjau mendalam
(semi-detil) mempunyai skala 1:1000 - <1:50.000, dan (5) peta tanah detil,
mempunyai skala < 1:1000.

Tahap-Tahap Survei Tanah


1) Persiapan
Sebagai landasan untuk dapat melakukan survei tanah dan
membantu kesempurnaan keja lapangan, seorang peneliti harus lebih dulu
memahami segala sesuatu mengenai klasifikasi tanah dan survei tanah.
Alat-alat perlengkapan yang perlu disiapkan untuk survei tanah adalah:
peta topografi, peta geologi, peta penggunaan lahan, dan peta- peta
pendukung lainnya, bor tanah, kompas, abney level, altimeter, buku
Munsell Soil Color Chart, pisau lapangan, rol meter, cangkul, sekop, daftar
isian, kertas label, plastik, ring sample, alat-alat tulis, dan perlengkapan
lainnya yang dibutuhkan dalam kerja lapangan.
2) Tahap Lapangan
117

Kerja lapang dimulai dengan melakukan orientasi (survei


pendahuluan), yang berguna untuk menyusun rencana kerja agar matang.
Kemudian dilakukan pelacakan terhadap batas-batas seri tanah melalui
pengeboran. Setiap seri tanah yang sama dibuat profil pewakil guna
mengambil data morfologi tanah dan sample tanah untuk dianalisi
dilaboratorium. Setelah itu dilakukan pengambilan data lahan, yaitu
tentang ketinggian lokasi profil, kemiringan daerah, data-data tentang
penggunaan lahan, vegetasi, cuaca, dan data-data lahan lainnya yang
mendukung tujuan penyelidikan.
3) Tahap Laboratorium
Kerja labolatorium dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif
tanah, mulai dari analisi tekstur tanah, bahan organik, bulk density, pH
tanah, N-total, KTK, Cole, dan lain sebagainya.
4) Tahap Akhir
Tahap ini dilakukan dengan pembuatan peta tanah lokasi
penyelidikan, berdasarkan data lapangan dan data laboratorium, sehingga
hasil penyelidikan ini dapat diamati secara visual tentang gambaran
penyebaran jenis tanah lokasi penyelidikan. Kemudian disusun suatu
laporan penyelidikan dengan bahasa yang dimengerti oleh pembaca.

VIII. 4. b. KEGIATAN BELAJAR XII


TAXONOMI TANAH
Oleh: Ir.Yeniwarti Dalim, MS dan Dedi Hermon, MP
Taxonomi tanah dikembangkan dalam waktu 25 tahun melalui
tujuh pendekatan (seven approximations). Dalam First Approximation
tahun 1951, Guy D.Smith mengemukakan dua hal, yaitu: (1) kelembaban
dan suhu tanah dianggap sifat-sifat tanah dan (b) kriteria tidak perlu
diterapkan secara konsisten dalam semua klas kategori tertentu, yang
selanjutnya memacu pembahasan untuk menjadi dasar pedoman. Dalam
Soil Conservation Service National Work Planning Conference, Agustus
1952 di University of Ghent Belgia, Guy D.Smith memperkenalkan bagan
118

klasifikasi tanah yang digunakan di USA sebagai Second Approximation


dengan membahas penggunaan A-B-C horizon nomenclature dengan
fokus pada horizon B. Pembahasan ini terus berlangsung dari tahun-
ketahun demi mencapai kesempurnaan dalam system taxonomi tanah.
Berdasarkan hal tersebut maka diterbitkanlah Soil Taxonomi tahun 1975
dan terus dilakukan revisi oleh masyarakat tanah internasional.

Pedon dan Polipedon


Usaha untuk menyusun klasifikasi tanah atas dasar sifat-sifat
tanah alami menghadapi kesulitan setempat dengan bentangan alam
(landscape). Pedon merupakan tubuh tanah asli yang berdimensi tiga
berupa profil tanah yang memperlihatkan semua horizon yang ada dan
saling berhubungan. Batas bawahnya adalah bidan permukaan yang kabur
di antara tanah dan bukan tanah. Dimensi lateral memungkinkan
pengkajian variabilitas horizon yang terjadi dalam luasan kecil antara satu
dan sepuluh meter persegi. Dengan demikian konsep pedon dapat
memenuhi sebagian persyaratan satuan tanah yang ideal, antara lain: (1)
dapat diamati dan diukur, (2) bebas dari semua system taxonomi, dan (3)
dibatasi oleh batas-batas alam yang nyata. Kumpulan banyak pedon
dalam suatu bentangan lahan disebut dengan polipedon.

Diagnostik Epipedon
Mollic Epipedon, merupakan horizon permukaan yang berwarna
kelam, kaya akan humus, relatif tebal, perkembangan struktur sedang
sampai kuat, dan lunak dalam keadaan kering. Epipedon ini terbentuk
karena dekomposisi bahan organic oleh adanya Ca dalam tanah. Sifat-sifat
epipedon ini adalah: (1) struktur tanah yang cukup berkembang sampai
kuat, sehingga lunak pada saat kering, (2) warna kelam dengan warna
munsell lebih kelam dari 3,5 basah dan 5,5 kering serta chroma <3,5 pada
saat basah, (3) kejenuhan basa 50% atau lebih, (4) kadar C-organik 2,5%
atau lebih dalam lapisan tanah teratas sedalam 18 cm, (5) ketebalan 10-75
cm) di atas lithic horizon, dan (6) mengandung P2O5 < 250 ppm.
119

Umbric Epipedon, dicirikan dengan horizon permukaan yang tebal,


berwarna kelam, kaya akan bahan organic, kejenuhan basa <50%, horizon
ini berkembang pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan yang
tinggi.
Anthropic Epipedon, epipedon ini terbentuk akibat aktifitas
manusia akibat pengolahan tanah dan pemupukan yang dilakukan secara
terus menerus pada daerah yang beririgasi, kaya akan P dan Ca, P2O5
>250 ppm, kejenuhan basa >50%, dan umumnya epipedon ini berwarna
agak cerah.
Plaggen Epipedon,epipedon ini juga terbentuk akibat kegiatan
manusia melalui pemberian pupuk organic yang terus-menerus ke dalam
tanah, umunya berwarna hitam, kaya akan bahan organic, dan dalam
epipedon biasanya ditemukan fosil-fosil dari sisa-sisa bahan organic yang
belum melapuk secara sempurna.
Ochric Epipedon, epipedon ini berwarna sangat cerah, kadar
bahan organic rendah, ketebalan epipedon sangat tipis, jika kering akan
keras dan mampat, dan umumnya terbentuk pada lahan-lahan yang
mengalami degradasi fisika, kimia, dan biologi tanah.
Melanic Epipedon, epipedon ini terbentuk dibawah vegetasi hutan
pada tanah- tanah yang berbahan induk vulkanik. Dicirikan dengan warna
yang cukup hitam, kaya akan bahan organik, kaya akan Al dan Ca,
sehingga sedikit P yang dikandung tanah
Histic Epipedon, terbentuk pada tanah-tanah yang jenuh air
selama sebulan berturut-turut atau lebih. C-organik berkisar antara 12-
60%, dan umumnya tersusun atas sisa-sisa tanaman yang telah melapuk
sempurna ataupun belum melapuk secara sempurna.
Regim Temperatur dan Kelembaban Tanah
Regim temperatur tanah merupakan temperatur tanah pada
kedalaman 0- 50cm, yaitu: (1) pergelic, merupakan temperatur tanah
tahunan <00 C, (2) cryic, temperatur rata-rata tahunan 0 0 - 80 C, temperatur
musim panas < 150C, (3) frigid, temperatur tanah rata-rata tahunan 0 0 -
120

80C, pada musim panas >15 0C, (4) mesic, temperatur rata-rata tanah
tahunan adalah 80 - 150C, (5) thermic, temperatur rata-rata tanah tahunan
adalah 150 - 220C, (6) hyperthermic, temperatur rata-rata tanah tahunan
>220C, (7) iso frigid, temperatur tanah rata-rata tahunan 0 0 - 80C, pada
musim panas >150C, perbedaan temperatur musim panas dan musim
dingin <50C, (8) iso mesic, temperatur rata-rata tanah tahunan adalah 8 0 -
150C, perbedaan temperatur musim panas dan musim dingin <5 0C, (9) iso
thermic, temperatur rata-rata tanah tahunan adalah 15 0 - 220C, perbedaan
temperatur musim panas dan musim dingin <5 0C, dan (10) iso
hyperthermic, temperatur rata-rata tanah tahunan >22 0C, perbedaan
temperatur musim panas dan musim dingin <50C.
Regim kelembaban tanah, yaitu kelembaban tanah antara 10-
90cm, yaitu: (1) aquic, tanah selalu jenuh air, sehingga terjadi reduksi, (2)
aridic atau torric, sangat kering, tidak pernah lembab 90 hari berturut-turut
setiap tahunnya, (3) perudic, curah hujan setiap bulan selalu melebihi
evapotranspirasi, (4) udic, tanah tidak pernah kering selama 90 hari
kumulatif setiap tahunnya, (5) ustic, tanah setiap tahun kering lebih dari 90
hari kumulatif tapi kurang dari 180 hari, dan (6) xeric, terdapat didaerah
iklim mediterania.

Kategori Sistem Taxonomi Tanah


Kategori system adalah seperangkat klas yang didefenisikan pada
generalisasi atau abstraksi tingkat sama dan terdiri atas semua tanah.
Dalam system taxonomi tanah tersusun atas 6 kategori, yaitu order, sub
order, great group, sub group, family, dan serie.
Taxonomi adalah proses pemilahan yang membedakan
karakteristik tanah yang memenuhi maksud dan tujuannya. Untuk
mengurangi heterogenitas, diperlukan pemilahan oleh kategori berikutnya
yang lebi rendah yaitu sub order. Dalam system ini tiap order memilahkan
paling banyak 7 sub order. Setiap anggota sub order dari satu order
mempunyai karakteristik yang sama dalam order dan karakteristik yang
digunakan dalam sub order. Heterogenitas dalam setiap sub order
121

dipilahkan lagi dalam greta group yang jumlahnya muda diingat dan
mudah dibedakan. Pemilahan dilanjutkan sampai ketegori serie. Tanah
dalam satu serie umumnya homogen dan mudah dimengerti maksud dan
tujuannya. 1) Order Tanah
Dalam Soil Taxonomi dibedakan atas 11 order tanah atas dasar
ada tidaknya horizon diagnostik atau ciri-cirinya sebagai hasil proses
genetik yang telah dialaminya. Perbedaan antara order didasarkan atas
tanda-bekas serangkaian proses genetik yang dominan dari iklim dan
jasad hidup terhadap batuan induk dalam topografi yang sama dan dalam
jangka waktu tertentu.
Alfisols, merupakan tanah yang mempunyai kandungan liat yang
tinggi di horizon B dan umumnya terbentuk pada derah lintang sedang.
Alfisols merupakan tanah yang relatif subur, banyak digunakan untuk
lahan pertanian, padang rumput, dan hutan. Tanah ini mempunyai
kejenuhan basa yang tinggi (> 35%) dan mempunyai horizon argilik di
horizon B.
Aridisols, merupakan tanah yang kering lebih dari 6 bulan setiap
tahunnya dan tidak pernah lembab 90 hari berturut-turut. Tanah ini sangat
kering sehingga tidak ada vegetasi yang mampu hidup diatasnya.
Kandungan bahan organik relatif rendah dan umumnya tidak terdapat
aktifitas mikroorganisme dalam mendekomposisi tanah. Pada solum tanah
umumnya dijumpai horizon salik atau natrik. Penggunaan tanah ini untuk
pertanian sangat terbatas akibat kekurangan air dalam tanah.
Entisols, merupakan tanah yang baru berkembang, umumnya
ditemukan epipedon antropik, terdapat akumulasi garam, besi oksida
dalam tubuh tanah. Tanah entisols ini berasal dari bahan alluvium dan
merupakan tanah yang cukup subur untuk mendukung pertumbuhan
tanaman, sehingga tanah ini banyak digunakan untuk lahan- lahan
pertanian.
Histosols, merupakan tanah organic (gambut), terbentuk apabila
proses dekomposisi bahan organic lebih cepat dari proses mineralisasinya.
122

Selalu jenuh air, pH <4, tidak menunjukan adanya horizon dalam solum
tanah, mempunyai daya memegang air yang sangat tinggi, kaya akan Al
dan Mn, dan mempunyai kandungan bahan organik >20%.
Inceptisols, merupakan tanah vulkanik yang mempunyai BV >0,85
gr/cm , tergolong pada tanah yang belum matang. Penggunaan inceptisols
3

sangat bagus digunkan sebagai lahan pertanian, mempunyai miniral alofan


dan fiksasi P yang relatif tinggi, kaya akan kation-kation basa dan bahan
organik.
Andisols, juga merupakan tanah vulkanik dengan bahan induk
adalah abu volkan, dicirikan oleh BV <0,85 gr/cm 3. Tanah ini umumnya
kaya akan bahan organik dan kation basa, mempunyai kemampuan
menyerap dan menahan air yang cukup tinggi, dan cocok untuk dijadikan
sebagai lahan pertanian. Mengandung mineral alofan dan fiksasi P yang
cukup tinggi.
Molisols, tanah ini jarang ditemukan di daerah tropika dan banyak
terdapat pada daerah lintang sedang dan lintang tinggi. Mempunyai
epipedon molik dalam solum tanah. Tanah ini juga mempunyai bahan
induk vulkanik, umumnya berwarna gelap dan kaya kan kation basa serta
bahan organik.
Oksisols, merupakan tanah mineral yang kaya akan seskuioxida,
telah mengalami pelapukan lanjut dan umumnya banyak tersebar di
daerah tropika. Tanah ini dicirikan oleh horizon oksik dalam solum tanah,
umumnya berwarna cerah (merah), mempunyai kadar liat yang tinggi dari
kadar debu dan pasir. Tanah ini banyak digunakan sebagai lahan
peladangan dan lahan pengembalaan, serta banyak juga digunakan
sebagai areal perkebunan.
Spodosols, dicirikan oleh lapisan pasir masam berwarna putih
abu-abu (horizon albik) diatas lapisan lempung berpasir yang berwarna
gelap. Miskin akan bahan organik akibat tercucinya bahan organik ke
lapisan bawah dan hilang dalam profil tanah, berwarna cukup terang dan
makin kebawah semakin gelap.
Ultisols, merupakan tanah dengan horizon argilik bersifat masam
dengan kejenuhan basa rendah (<35%). Tanah ini umumnya berkembang
123

dari batuan induk yang sudah tua. Top Soil miskin akan kation basa dan
bahan organik akibat tercuci ke lapisan bawah, umumnya berwarna cerah
(kuning) dan tergolong pada tanah masam. Kadar liat lebih besar dari
kadar pasir dan debu.
Vertisols, merupakan tanah yang masih tergolong muda, berwarna
gelap dan kaya akan bahan organik. Dalam tubuh tanah umumnya
terdapat bidang luncuran yang nyata terlihat. Tanah ini terbentuk dari
bahan induk yang bersifat alkalis (basa), sehingga dalam tanah kaya akan
kation-kation basa dan bahan organik. Umumnya vertisols ini digunakan
sebagai lading pengembalaan.
2) Sub Order
Pemilahan order berikutnya akan menghasilkan sub order yang
berbeda cara pemilahannya bagi masing-masing order. Sub order juga
merupakan bagian order yang menekankan homogen genesis. Faktor
pembedanya adalah keseragaman genetic, misalnya ada atau tidaknya
sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim
kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi, dan tingkat
pelapukan bahan organik.
Order : Ultisols
: Ultus=akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir
Sub Order : Udult
: Udult=udik, lembab, selalu basah 3 bulan berturut setiap
tahunnya
3) Great Group
Faktor pembeda pada kategori great group adalah kesamaan
jenis, tingkat perkembangan dan susunan horizon, kejenuhan basa, regim
temperatur, regim kelembaban, dan lapisan penciri lainnya.
Order : Ultisols, : Ultus=akhir, perkembangan tanah pada tingkat
akhir
Sub Order : Udult
: Udult=udik, lembab, selalu basah 3 bulan berturut
setiap tahunnya Great Group : Tropudult
124

: Tropikos= terus-menerus panas, temperatur tanah


>80C, perbedaan temperatur pada musim panas dan
dingin <50C
4) Sub Group
Faktor pembeda pada kategori ini adalah sifat-sifat inti dari great
group, yang mempunyai pengertian sentral dan ciri dari jenis lain
Order : Ultisols, : Ultus=akhir, perkembangan tanah pada tingkat
akhir
Sub Order : Udult
: Udult=udik, lembab, selalu basah 3 bulan berturut
setiap tahunnya Great Group : Tropudult
: Tropikos= terus-menerus panas, temperatur tanah
>80C, perbedaan temperatur pada musim panas dan
dingin <50C
125

Sub Group : Aquic Tropudult


: Aquic=air, kadang-kadang jenuh air atau selalu dipengaruhi
oleh air
5) Family
Sifat-sifat tanah yang digunakan sebagai factor
Ultisols, : Ultus=akhir, perkembangan tanah pada
tingkat akhir Udult
Udult=udik, lembab, selalu basah 3 bulan berturut
setiap tahunnya Tropudult
Tropikos= terus-menerus panas, temperatur tanah
>80C, perbedaan temperatur pada musim panas dan
dingin <50C Aquic Tropudult
Aquic=air, kadang-kadang jenuh air atau selalu
dipengaruhi oleh air Aquic Tropudult-berliat halus-
kaolinit-iso hipertermik Susunan besar butir= berliat
halus, didominasi oleh mineral liat, dan regim
temperatur iso hipertermik
pembeda adalah sebaran butir (liat) dan regim temperatur tanah.
Order Sub Order

Great Group

Sub Group Family

6) Serie
Kategori seri adalah kategori yang sangat detil dalam taxonomi
tanah. Faktor pembeda pada kategori ini adalah susunan horizon, warna
tanah, tekstur, struktur, konsistensi, pH, dan sifat kimia, serta mineral
masing-masing horizon. Order : Ultisols, : Ultus=akhir,
perkembangan tanah pada tingkat akhir
Sub Order : Udult
126

: Udult=udik, lembab, selalu basah 3 bulan berturut


setiap tahunnya Great Group : Tropudult
: Tropikos= terus-menerus panas, temperatur tanah
>8 C, perbedaan temperatur pada musim panas dan dingin <5 0C
0

Sub Group : Aquic Tropudult


: Aquic=air, kadang-kadang jenuh air atau selalu
dipengaruhi oleh air Family : Aquic Tropudult-berliat halus-kaolinit-
iso hipertermik
: Susunan besar butir= berliat halus, didominasi oleh
mineral liat, dan regim temperatur iso hipertermik Serie : Aquic
Tropudult-Berliat Halus-Kaolinit-Iso Hipertermik-Sitiung
: Sitiung=pertama kali di temukan di Sitiung
127

VIII. 5. SOAL-SOAL LATIHAN


1. Jelaskan konsep dasar dalam survey tanah
2. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan survey tanah
3. Jelaskan peranan peta dalam survey tanah
4. Jelaskan hubungan regim temperatur dengan regim kelembaban
dalam taxonomi tanah
5. Jelaskan faktor-faktor pembeda dalam taxonomi tanah pada tingkat
sub order
6. Jelaskan ciri-ciri dari order Andisols dan Inceptisols
7. Jelaskan perbedaan antara pedon dengan polypedon
8. Jelaskan perbedaan antara molic epipedon dengan melanic
epipedon

VIII. 6. RANGKUMAN
Survey tanah merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi sifat-sifat
tanah di lapangan untuk menghasilkan peta tanah. Peta tanah merupakan
alat pemberita visual suatu wilayah, yang mengambarkan penyebaran
beberapa satuan tanah dalam berbagai luas lahan. Syarat-syarat peta
tanah adalah: (1) dapat memberi gambaran yang mudah dipandang dan
dimengerti, (2) mengandung unsur-unsur sifat yang dikehendaki tujuannya,
(3) membedakan tegas antara dua atau lebih satuan-satuan peta yang
berlainan, (4) tidak membingungkan yang melihat peta, dan (5) mampu
menjadi sarana bekerja guna tujuan penggunaan yang efisien. Tahap-
tahap survey tanah adalah: (1) tahap persiapan, (2) tahap lapangan, (3)
tahap laboratorium, dan (4) tahap akhir. \Usaha untuk menyusun klasifikasi
tanah atas dasar sifat-sifat tanah alami menghadapi kesulitan setempat
dengan bentangan alam (landscape). Pedon merupakan tubuh tanah asli
yang berdimensi tiga berupa profil tanah yang memperlihatkan semua
horizon yang ada dan saling berhubungan. Kategori system adalah
seperangkat klas yang didefenisikan pada generalisasi atau abstraksi
tingkat sama dan terdiri atas semua tanah. Dalam system taxonomi tanah
tersusun atas 6 kategori, yaitu order, sub order, great group, sub group,
family, dan serie.
128

VIII. 7. Kepustakaan
Bemmelen, R.W. van. 1949. The Geology of Indonesia. Vol.I. Govermment
Printing Office. The Hague
Darmawijaya, 1.1990. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Foth, H.D dan L.M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science. Fifth Ed.
Jhon Willey & Sons, Inc
Hardjowigeno, S. 1986. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah
IPB. Bogor
Sarief, S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung
Soil Survey Staff USDA. 1952. Soil Survey Manual. Handbook Soil
Survey Staff No.18 with Revised Supplement. USA
Soil Survey Staff. 1998.Soil Taxonomy. USDA. USA
Wisaksono, M. 1953. Ilmu Tubuh Tanah. Kolff. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai