Anda di halaman 1dari 9

Terminologi :

1. Nilai : memiliki arti segala sesuatu yang dianggap baik dan buruk di dalam
masyarakat. Nilai bisa kita jadikan sebuah dasar pertimbangan untuk menentukan
sikap dan juga dalam mengambil sebuah keputusan. 

Hipotesa

4. Apa saja sistem nilai dan norma yang ada di masyarakat secara umum?

Ada beberapa jenis dari nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi tubuh manusia. Entah itu
makanan atau obat-obatan. 
2. Nilai vital, adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melaksanakan
aktivitasnya. Contohnya, buku untuk belajar, motor untuk ngojek, dan lain-lain
3. Nilai kerohanian, merupakan segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani)
manusia. Nilai ini terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

 Nilai kebenaran 
 Nilai keindahan
 Nilai moral 
 Nilai religious

Norma yang ada di masyarakat :

1. Norma Agama
Akan bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sifat mutlak dan harus
ditaati oleh setiap pemeluk agama. Seperti ajaran agama untuk bersedekah.
2. Norma Kesusilaan
Memiliki sumber dari hati nurani manusia untuk menentukan mana yang baik
dan mana yang buruk. Bisa membentuk akhlak atau budi pekerti seseorang,
seperti sikap jujur.
3. Norma Kesopanan
Norma ini didasari dari kebiasaan, kepatutan, dan kepantasan yang berlaku di
masyarakat. Contohnya bersikap hormat kepada orang tua, sopan dan santun
kepada semua orang, dan lain-lain.
4. Norma Kebiasaan: Peraturan sosial yang berisi petunjuk atau perusahaan yang
dibuat secara sadar. Membawa oleh-oleh apabila pulang dari suatu tempat dan
bersalaman.
6. Apa fungsi sitem nilai dan norma dalam masyarakat?
Sistem nilai dan norma memiliki fungsi bagi individu dan masyarakat: mengarahkan
cara berfikir dan berperilaku, alat pengawas dan penekan seseorang agar berperilaku
baik.
Fungsi sistem nilai dan norma dalam masyarakat :
 sebagai pedokan dalam berperilaku sesuai ketentuan yang telah disepakati
bersama dimasyarakat. Melalui sistem nilai dan norma inilah nanti kita dapat
mengetahui tindakan yang harus dilakukan dan perbuatan yang harus
dihindari. Jika coba melanggar, maka akan mendapatkan sanksi baik hukum
ataupun sosial.
 norma berfungsi sebagai pencegah benturan kepentingan dalam kehidupan
masyarakat, karena dengan adanya norma menjamin tatanan kehidupan
bersama yang teratur dan menjamin hak masing-masing individu dalam
kehidupan bermasyarakat.
 Norma juga melindungi masyarakat, terutama dari penyimpangan perilaku dan
melindungi masyarakat dari perampasan kepentingan-kepentingan pihak yang
lemah oleh pihak yang merasa kuat.
 Nilai dan norma menciptakan ketertiban dan ketentaraman jika masyarajat
tertib terhadap aturan nilai dan norma yang berlaku dan ditaati bersama.

10.Bagaimana cara mengidentifikasi masalah perilaku kesehatan?


Analisis situasi
Kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang suatu situasi yang berguna
dalam menetapkan masalah kesehatan di wilayah tersebut. Sehingga memudahkan
tenaga kesehatan dalam menentukan prioritas maslaah dan memudahkan dalam
mencari alternative dalam pemecahan masalah di sana.

13.Apa hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku masyarakat terhadap


kesehatan?

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup
sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat
memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam
pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup sehat.
LEARNING OBJECTIVE

Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunanai asal kata “anthropos” berarti “manusia”, dan
“logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah “antropologi” berarti ilmu tentang manusia.
Jadi antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman tentang
mahluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat, dan
kebudayaannya.

Secara makro ilmu antropologi dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni antropologi fisik dan
budaya.
1) Antropologi fisik
mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia
menurut evolusinya, dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (species). Para
ahli antrolpologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia untuk mengetahui
bagaimana, kapan, dan mengapa kita menjadi mahkluk seperti sekarang ini. Sedangkan
antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara
hidupnya dalam masyarakat.
Menurut Havland (1999: 12) cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga
bagian, yakni; arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.
Untuk memahami pekerjaan para ahli antropologi budaya, kita harus tahu tentang;
 hakikat kebudayaan yang menyangkut tentang konsep kebudayaan dan karakteristik-
karakteristiknya,
 bahasa dan komunikasi, menyangkut; hakikat bahasa, bahasa dalam kerangka
kebudayaan, serta
 kebudayaan dan kepribadian.
2) Antropologi budaya
mengkaji tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa,
dimana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan masyarakat.

Secara makro ilmu antropologi dapat dibagi ke dalam2 bagian, yakni antropologi fisik dan
budaya :
1. Antropologi Fisik
 Paleoantrologi adalah ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi
manusia dengan meneliti fosil-fosil.
 Somatologi adalah ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan
mengamati ciri-ciri fisik.
2. Antropologi Budaya
 Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan
budaya manusia mengenal tulisan.
 Etnolinguistik antrologi adalah ilmu yang mempelajari sukusuku bangsa yang ada di
dunia/bumi.
 Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam
kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
 Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan
individu pada bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal
dengan berpegang pada konsep psikologi.
3. Cabang ilmu antropologi terapan dan antropologi spesialisasi contohnya seperti
antropologi politik, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, antropologi psikologi, dll

LO NO 2
Pengertian Nilai

Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan ataupun yang tidak diinginkan, atau
tentang apa yang boleh atau tidak boleh. Bidang yang berhubungan dengan nilai adalah etika
(penyelidikan nilai dalam tingkah laku manusia) dan estetika (penyelidikan tentang nilai dan seni).
Nilai dalam masyarakat tercakup dalam adat kebiasaan dan tradisi yang secara tidak sadar diterima
dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat.

Nilai adalah sebuah konsep yang menunjukkan sesuatu yang berharga dalam kehidupan, nilai
sering dianggap sebagai hal-hal yang baik.

Fungsi Nilai Sosial

1. Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan "harga" sosial


dari suatu kelompok.
2. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
3. Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan
sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan
peranannya.
4. Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok.
5. Sebagai alat pengawas perilaku manusia.

4 jenis  nilai social menurut Spranger, antara lain :

1. Nilai keilmuan merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang


mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang bekerja
terutama atas dasar pertimbangan rasional. Nilai keilmuan ini
dipertentangkan dengan nilai agama.
2. Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa sesuatu itu dipandang
benar menurut ajaran agama.
2. Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan
seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan ada tidaknya keuntungan finansial
sebagai akibat dari perbuatannya itu. Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni.
3. Nilai Seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang mendasar perbuatan
seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan rasa keindahan atau rasa seni yang
terlepas dari berbagai pertimbangan material.
4. Nilai Solidaritas ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan
seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan akibat yang mungkin timbul terhadap
dirinya sendiri, baik itu berupa keberuntungan maupun ketidakberuntungan. Nilai solidaritas
ini dikontraskan dengan nilai kuasa.
5. Nilai Kuasa adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari perbuatan
seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan baik buruknya untuk kepentingan
dirinya atau kelompoknya.

LO NO 4

Pengertian

 Ketidaksetaraan gender adalah kondisi dimana terdapat ketidaksetaraan antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
 Kesetaraan gender merupakan suatu kondisi yang ada dan setara dalam hubungan kerjasama
antara laki-laki dan perempuan sedangkan ketidaksetaraan gender adalah sebaliknya yaitu
sifat, perbuatan, perlakuan yang berat sebelah atau sesuatu yang memihak pada jenis kelamin
tertentu yang dapat menyebabkan kesenjangan sosial antar individu
 Ketidaksetaraan gender terjadi akibat telah melekatnya peran gender yang telah dibentuk oleh
masyarakat. Pembedaan peran merupakan sekumpulan aktivitasaktivitas yang sesuai
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam suatu interaksi sosial

Faktor Penyebab

 Pelabelan sifat-sifat tertentu (stereotipe)


Perempuan cenderung mendapat stereotipe yang merendahkan seperti: perempuan adalah
mahkluk yang lemah, emosional, cengeng, tidak tahan banting.
 Pemiskinan ekonomi terhadap perempuan.
Pemiskinan ekonomi banyak dialami oleh perempuan desa yang berprofesi sebagai petani, hal
ini berawal dari asumsi bahwa petani identik dengan profesi laki-laki. Di luar pekerjaan petani,
pekerjaan perempuan dianggap lebih rendah, sehingga berimbas pada perbedaan gaji yang
diterima perempuan dan laki-laki
 Subordinasi pada salah satu jenis kelamin yaitu perlakuan menomorduakan perempuan.
Pemimpin masyarakat hanya pantas dipegang oleh lelaki, perempuan hanya dapat menjadi
pemimpin hanya sebatas pada kaumnya (sesama perempuan).
 Tindak kekerasan (violence) terhadap perempuan.

Contoh

 Akses ke perawatan kesehatan


Wanita cenderung memiliki akses yang lebih buruk ke sumber daya perawatan kesehatan
daripada pria.  Kesenjangan dalam akses ke perawatan kesehatan ini sering diperparah oleh
norma budaya dan ekspektasi yang dikenakan pada wanita. Misalnya, masyarakat tertentu
melarang perempuan meninggalkan rumah tanpa ditemani kerabat laki-laki, sehingga
mempersulit perempuan untuk menerima layanan kesehatan dan sumber daya saat mereka
sangat membutuhkannya.
Faktor gender, seperti status dan pemberdayaan perempuan (yaitu,
dalam pendidikan, pekerjaan, hubungan pasangan intim, dan kesehatan reproduksi), terkait
dengan kapasitas perempuan untuk mengakses dan menggunakan layanan kesehatan ibu,
komponen penting dari kesehatan ibu. Namun, keluarga berencana biasanya dipandang sebagai
tanggung jawab perempuan, dengan program yang menargetkan perempuan dan mengabaikan
peran laki-laki — meskipun dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan, termasuk
penggunaan kontrasepsi, memiliki implikasi yang signifikan terhadap keluarga berencana dan
akses hingga pelayanan kesehatan reproduksi.
Untuk mempromosikan kesetaraan dalam akses ke perawatan kesehatan reproduksi, program
dan layanan kesehatan harus melakukan analisis untuk mengidentifikasi ketidaksetaraan
gender dan hambatan kesehatan, dan menentukan implikasi programatik. Analisis tersebut akan
membantu menginformasikan keputusan tentang bagaimana merancang, melaksanakan, dan
meningkatkan program kesehatan yang memenuhi kebutuhan berbeda antara perempuan dan
laki-laki.

 Terjadinya KDRT dalam berumah tangga

Karena tidak adanya kesetaraan gender dalam berumah tangga, Wanita sering
mengalami kekerasan, biasanya disebabkan pasangannya memiliki pandangan bahwa
pria harus mengendalikan rumah dan hubungan, sementrawanita harus menyediakan
baginya secara fisik dan emosional.

Pria yang terlibat dalam KDRT  kemungkinan marah karena pasangannya yang hamil
kurang mampu melakukan pekerjaan rumah tangga atau bahkan dalam melayani secara
seksual atau emosional untuk mereka.

Bentuk-bentuk kekerasan yang dialami perempuan diantaranya yaitu kekerasan fisik, meliputi
tindakan memukul, menampar, menendang, mendorong, mencengkram dengan keras pada
tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik lainnya.Kekerasan emosional atau psikologis,
bentuknya meliputi tindakan mengancam, memanggil dengan sebutan yang tidak pantas dan
mempermalukan pasangan, menjelek-jelekan dan lainnya.Sedangkan untuk kekerasan ekonomi,
dapat berupa meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya seperti
memanfaatkan atau menguras harta pasangan.

Dampaknya :
 Kekerasan pada ibu hamil dapat berdampak langsung maupun tidak langsung pada ibu dan
janinnya. Akibat langsung yang berdampak pada ibu adalah luka, kecacatan fisik ibu,
perdarahan, syok, meninggal dunia. Sedangkan akibat tidak langsung pada ibu adalah: infeksi,
infertilitas/kemandulan, meningkatnya kecemasan, depresi, kondisi ibu menjadi lebih buruk
(anemia ringan menjadi anemia berat, tidak ada peningkatan berat badan bahkan berat
badannya menurun, dan lain-lain) mungkin ibu menjadi perokok, peminum alkohol, pengguna
obat-obat terlarang, tidak ada akses terhadap pelayanan kebidanan, adanya keinginan untuk
mengakhiri kehidupan janin/aborsi dan mengakhiri kehidupan dirinya/bunuh diri. Dampak
pada janin adalah dapat terjadi abortus/keguguran, abratio placenta/ari-ari terlepas dari rahim
sebelum persalinan, persalinan prematur, janin mengalami kecacatan, kematian janin dalam
kandungan.
 Dampak KDRT pada ibu hamil menyebabkan perilaku maladaptif ibu setelah melahirkan yang
memengaruhi interaksi ibu dan bayi seperti kurangnya pemenuhan ASI bagi bayi akibat ibu
tidak mau menyusui bayinya, bayi tidak terawat, bayi ditelantarkan, dibuang bahkan ada yang
secara sengaja dibunuh oleh ibunya sendiri. Melalaikan bayi dan keengganan ibu dalam
memberikan asuhan kepada bayi berkaitan erat dengan kegelisahan, kecemasan dan penolakan
ibu untuk dekat dengan bayinya.

 Dalam pemenuhan gizi


Beberapa budaya menganggap perempuan sebagai masyarakat nomor dua yang menyebabkan
timbulnya perbedaan perlakuan dari orang tua sejak kecil dalam hal penyediaan makanan untuk
anak perempuan. Pembagian makanan yang tepat kepada setiap orang dalam keluarga adalah
penting untuk mencapai gizi yang baik. Makanan harus juga dibagikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi seimbang setiap orang dalam keluarga. Secara tradisional dalam masyarakat ada
aturan dimana ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam
keluarga, sedangkan anggota keluarga lain mendapat prioritas berikutnya.
Dan perempuan makan bagian yang terakhir setelah suami, orang tua dan anak-anaknya (anak
laki-laki).

Ketidaksetaraan gender juga berkontribusi terhadap kekurangan gizi dan pangan yang tidak
memadai dikalangan perempuan dan anak-anak. Sebagai contoh, dibanyak rumah tangga di
negara berkembang, perempuan tidak memiliki kekuatan untuk memutuskan bagaimana
makanan dan sumber daya lain harus didistribusikan diantara anggota rumah tangganya

Beberapa negara bahkan gadis remaja dibesarkan dengan pandangan bahwa mereka kurang
penting (kurang berharga) dibandingkan dengan anak laki-laki. Mereka dididik untuk merasa
malu terhadap tubuhnya sendiri dan karena dilahirkan sebagai perempuan. Mereka bahkan
belajar menerima jatah makanan yang lebih sedikit sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya tidak tepat dan anemia, pendidikan yang kurang, tetapi menerima tindakan
kekerasan dan kerja yang lebih banyak daripada kakak/adik laki-lakinya. Keadaan ini tidak
hanya langsung memengaruhi derajat kesehatannya dan status gizinya, tetapi membuat mereka
merasa kurang berharga dan sukar membuat keputusan yang benar menuju hidup lebih sehat di
masa depan

Beberapa negara bahkan gadis remaja dibesarkan dengan pandangan bahwa mereka kurang
penting (kurang berharga) dibandingkan dengan anak laki-laki. Mereka dididik untuk merasa
malu terhadap tubuhnya sendiri dan karena dilahirkan sebagai perempuan. Mereka bahkan
belajar menerima jatah makanan yang lebih sedikit sehingga pertumbuhan dan
perkembangannya tidak tepat dan anemia, pendidikan yang kurang, tetapi menerima tindakan
kekerasan dan kerja yang lebih banyak daripada kakak/adik laki-lakinya. Keadaan ini tidak
hanya langsung memengaruhi derajat kesehatannya dan status gizinya, tetapi membuat mereka
merasa kurang berharga dan sukar membuat keputusan yang benar menuju hidup lebih sehat di
masa depan.

 Beban Ganda
Perempuan mempunyai peran produktif, peran reproduktif dan peran sosial. Adanya anggapan
bahwa kaum perempuan memiliki sifat rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah
tangga, mengakibatkan semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggungjawab kaum
perempuan. Begitu juga dengan remaja perempuan yang memiliki pekerjaan yang sama dengan
ibunya untuk membantu pekerjaan ibunya dirumah atau ketika seorang ibu pergi keluar rumah,
selain sekolah, remaja perempuan mempunyai pekerjaan yang lain di rumah seperti
membereskan rumah, mencuci, memasak dan menjaga adik jika memiliki adik. Seringkali
pekerjaan tersebut hanya dilakukan oleh anak perempuan sedangkan anak laki-laki tidak
sehingga anak perempuan lebih dominan mengalami lelah yang berlebihan yang berdampak
terjadinya anemia. Bukan hanya itu, pekerjaan rumah yang dilakukan remaja perempuan di
rumah terkadang juga membuat kaum perempuan lupa akan mengkonsumsi makanan
dikarnakan kerja yang banyak (over).

LO NO 5

 Perilaku Masyarakat lebih mempercayai dukun daripada bidan


Dukun adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapat
kepercayaan serta memiliki keterampilan dalam menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun temurun, belajar secara praktis atau
dengan cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan bidan serta melalui petugas
kesehatan.
Peran dukun bayi
 Peran dukun bayi sebagai penolong persalinan.
 Peran dukun bayi dalam memberikan perawatan kepada bayi dan ibu.
 Peran Paraji sebagai Pemimpin Jalannya Upacara Slametan.

Perspektif Masyarakat Mengenai Dukun Bayi

Masyarakat memandang dukun bayi sebagai seorang yang memiliki kemampuan lebih atau
supranatural dalam menekuni profesinya. Secara-sosio kultural, kelahiran bagi orang Jawa
dianggap sebagai krisis kehidupan yang harus diseimbangkan antara Tuhan dan alam sehingga
adanya ritual dan upacara adalah mutlak dilakukan adanya Menjadi dukun bayi adalah pilihan
yang tidak semua orang dapat melakukannya sehingga memberikan pertolongan persalinan
dan serangkaian kegiatan yang menyertainya adalah suatu pekerjaan mulia yang telah
menyelamatkan manusia dari bahaya magis dan nonmagis.

Tanggapan Masyarakat Mengenai Peranan Dukun Bayi dalam proses persalinan:


1) Masyarakat berasumsi, keberadaan dukun bayi dan praktiknya berarti telah
melestarikan budaya yang secara turun-temurun dijalankan pada peristiwa
diseputar kelahiran seorang bayi.
2) Dengan tetap melakukan upacara-upacara selametan di seputar peristiwa kehamilan dan
kelahiran masyarakat terikat oleh aturan-aturan para leluhur mereka. Banyak
masyarakat yang memahami bahwa peristiwa di seputar kehamilan dan kelahiran adalah
sesuatu yang sifatnya magis, percaya setiap tahapannya diperlukan perlakuan khusus
yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu, dalam hal ini adalah dukun bayi.

Faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap dukun dan tenaga kesehatan:

1. Kemiskinan
Biasanya, Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih
besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun
harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai
dan ditambah barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan
desa. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil.
2. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
3. Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada
bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih melekat pada kebanyakan kaum
perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah
yang bukan ditentukan manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang
tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis
laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di
padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko
sangat tinggi.
4. Pelayanan yang dapat diberikan oleh dukun
Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para dukun, seperti
dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup
lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).

Anda mungkin juga menyukai