Anda di halaman 1dari 85

PEDOMAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

Peresmian Gedung Baru FKIP Universitas Syiah Kuala


Kopelma Darussalam Banda Aceh, 23111
KATA PENGANTAR

Alhamdullih, dengan rahmat Allah S.W.T., buku pedoman penulisan karya tulis
ilmiah telah selesai disusun. Buku pedoman ini dimaksudkan sebagai rujukan bagi
mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala dalam melaksanakan kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Di samping itu, buku
pedoman ini juga menjadi rujukan bagi staf pengajar yang ditugasi sebagai pembimbing/Co-
pembimbing dan sebagai penguji. Selain sebagai pedoman, buku ini juga menjelaskan tata
cara penulisan karya tulis ilmiah seperti penulisan proposal tesis, makalah, dan artikel jurnal
maupun artikel prosiding seminar ilmiah.

Buku pedoman ini sebagian besar merujuk kepada buku pedoman penulisan karya
ilmiah yang ditulis oleh Tim Sekolah Pascasarjana UPI Bandung dan buku pedoman
penulisan skripsi yang ditulis oleh Tim Penyusun FKIP Universitas Syiah Kuala. Hal ini untuk
mempermudah staf pengajar dalam membimbing penyusunan karya tulis ilmiah mahasiswa.
Oleh karena itu, kami selaku tim penyusun buku ini menyampaikan ucapan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada pihak Sekolah Pascasarjana UPI Bandung dan kepada FKIP
Unsyiah. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada staf sekretariat dan caraka di
lingkungan Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala yang telah membantu mengumpulkan referensi. Semoga semua bantuannya
mendapat balasan dari Allah S.W.T. Amiin..!

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Kedudukan Karya Tulis Ilmiah di Uunsyiah ................................................ 1
1.2 Ketentuan Umum ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penyusunan Buku Pedoman ......... ................................................ 3
1.4 Isi Buku Pedoman ...................................... ................................................ 4
BAB II PENULISAN MAKALAH, REVIU BUKU, RESEARCH APPRAISAL, DAN ANOTASI
BIBLIOGRAFI ................................................................................................ 5
2.1 Penulisan Makalah ................................... ................................................ 5
2.2 Penulisan Reviu Buku/Artikel .................... ................................................ 7
2.3 Penulisan Research Appraisal .................................................................... 7
2.4 Penulisan Anotasi Bibliografi ................... ................................................ 8
BAB III PENULISAN TESIS ........................................................................................... 9
3.1 Pengertian .................................................................................................. 9
3.2 Sistematika Tesis . ..................................................................................... 9
BAB IV ISU ORIJINALITAS DAN PLAGIARISME........................................................... 22
4.1 Orijinalitas .................................................. ................................................ 22
4.2 Plagiarisme ........... ..................................................................................... 22
BAB V TEKNIK PENULISAN TESIS ............................................................................ 24
5.1 Teknik Pengetikan ...................................................................................... 24
5.2 Sampul Luar .............................................................................................. 25
5.3 Sampul Dalam ............................................................................................ 25
5.4 Halaman Pernyataan ............................................................................... 25
5.5 Halaman Pengesahan ............................................................................... 26
5.6 Cara Penulisan Kutipan dan Sumber Kutipan ............................................ 26
5.7 Tabel dan Gambar .................................................................................... 38
LAMPIRAN .................................. ............................................................................ 41
1. Contoh Halaman Sampul Tesis .................................................................... 41
2. Contoh Lembar Pengesahan Pembimbing dan Dewan Penguji................... 42
3. Contoh Lembar Pengesahan Penelaah Proposal Tesis ............................... 44
4. Contoh Lembar Pernyataan tentang Keaslian Karya Ilmiah ........................ 45
5. Contoh Penulisan Abstrak .. ........................................................................ 46
6. Contoh Penulisan Daftar Isi Tesis................................................................. 47
7. Contoh Penulisan Daftar Tabel ................................................................. 49
8. Contoh Penulisan Daftar Gambar ............................................................... 50
9. Contoh Penulisan Lampiran ........................................................................ 51
10. Contoh Penulisan Daftar Pustaka ................................................................ 52
11. Contoh Penulisan Riwayat Hidup ................................................................ 53
12. Contoh Artikel Hasil Penelitian untuk Jurnal dan Prosiding Seminar (Ina)... 54
13. Contoh Artikel Hasil Penelitian untuk Jurnal dan Prosiding Seminar (Eng).. 65
14. Contoh Artikel Reviu Literatur (Bukan Hasil Penelitian) untuk Prosiding
Seminar Ilmiah............................................................................................. 74

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kedudukan Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah di perguruan tinggi memiliki peranan dan kedudukan yang sangat
penting dan merupakan bagian dari tuntutan formal akademik. Ditinjau dari jenisnya, karya
tulis ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa terdiri dari makalah, reviu buku, artikel publikasi
jurnal/prosiding, research appraisal, anotasi bibliografi, skripsi, tesis, dan disertasi. Ditinjau
dari tujuan penulisannya, karya tulis dibedakan dalam dua jenis. Pertama, karya tulis ilmiah
yang dibuat untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan, meliputi makalah, artikel publikasi
jurnal/prosiding, reviu buku, research appraisal, dan anotasi bibliografi. Kedua, karya tulis
ilmiah yang dibuat sebagai syarat penyelesaian akhir studi, meliputi skripsi (untuk S1), tesis
(untuk S2), dan disertasi (untuk S3).

1.2 Ketentuan Umum


Ketentuan umum ini diharapkan dapat menjadi acuan/rujukan bagi mahasiswa dan
dosen pembimbing/co-pembimbing dalam penulisan dan pembimbingan, serta penguji pada
penilaian ujian tesis. Ketentuan umum tersebut adalah sebagai berikut.
1.2.1 Ketentuan Akademik
Setiap mahasiswa yang menulis tesis diharuskan/diwajibkan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
1) Mahasiswa aktif (terdaftar pada semester yang bersangkutan) yang dibuktikan dengan
keterangan prestasi akademik terakhir (transkrip nilai) dan bukti administrasi akademik
lainnya yang ditentukan;
2) Telah lulus minimal sebanyak 19 SKS dengan indeks prestasi (IPK) minimal 2,75;
3) Rekomendasi dari dosen wali dan diprogramkan dalam Kartu Rencana Studi (KRS) pada
semester yang dilaksanakan, dan
4) Mengajukan draft proposal tesis untuk ditelaah dan ditetapkan calon pembimbing/co-
pembimbing.

3
1.2.2 Ketentuan Proposal Tesis
Ketentuan dan prosedur pengajuan proposal tesis adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa memilih masalah dan judul tesis yang berkaitan dengan bidang keahlian yang
ditekuninya setelah berkonsultasi dengan dosen wali dan/atau Ketua Program Studi
untuk mendapatkan masukan awal.
2) Menyusun sistematika draft proposal tesis mengikuti pedoman umum yang terdiri atas:
a. Cover
b. BAB I terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan
penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis, dan Definisi Operasional/definisi
Istilah.
c. BAB II terdiri atas : Landasan Teori atau Kajian Pustaka yang terkait dengan
Teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan.
d. BAB III terdiri atas : Tempat dan Waktu penelitian, Populasi dan sampel/subjek
penelitian, jenis instrumen penelitian, prosedur penelitian, metode analisis dan
teknik pengolahan data, serta Bagan Alir Penelitian.
e. Daftar Pustaka
f. Lampiran terdiri atas : Silabus, RPP, dan Instrumen Penelitian
3) Menyampaikan draft proposal tesis yang sudah disusun kepada Ketua Program Studi
untuk ditelaah awal dan dikaji terlebih dahulu tentang calon-calon pembimbing yang
diperkirakan tepat untuk membimbing draft proposal tersebut. Selanjutnya, Ketua
Program Studi menunjuk calon penelaah draft proposal tesis yang diperkirakan dapat
dilanjutkan sebagai calon pembimbingnya.
4) Menyerahkan draft proposal tesis kepada masing-masing calon pembimbing yang telah
ditunjuk untuk menelaah terlebih dahulu kelayakan permasalahan dan metodologi
penyelesaian masalah yang ditulis pada draft proposalnya.
5) Merevisi draft proposal tesis sesuai dengan masukan dan arahan yang disampaikan oleh
ke dua calon pembimbingnya. Jika hasil revisi sudah dikonsultasikan kembali dengan ke
dua calon pembimbingnya, maka diminta untuk menuliskan rekomendasi dari masing-
masing calon pembimbing untuk dapat diseminarkan.

4
1.2.3 Alur Seminar Proposal Tesis
Proposal yang telah ditulis oleh mahasiswa selanjutnya diseminarkan dengan
mengikuti tahapan berikut ini:
1) Menunjukkan draf proposal tesis yang sudah direkomendasikan oleh ke dua calon
pembimbingnya kepada Ketua Program Studi untuk ditelaah lagi dan ditunjuk calon
dosen penguji untuk seminar proposal.
2) Meminta borang estimasi waktu kepada staf sekretariat untuk diisi tim penelaah yang
ditunjuk dan selanjutnya diajukan kepada mereka masing-masing untuk mengisi waktu
lowongnya (minimal 3 waktu alternatif yang disediakan).
3) Pendaftaran Seminar Proposal Tesis dengan ketentuan:
a. Menyerahkan draf proposal hasil telaah oleh pembimbing dan co-pembimbing
sebanyak 4 eksemplar dengan melampirkan borang estimasi waktu, sehingga
Ketua/Sekretaris Prodi dapat menetapkan jadwal waktu yang sesuai untuk
semua tim penelaah untuk hadir pada seminar proposal.
b. Menyerahkan/memperlihatkan resit tanda penyetoran biaya seminar proposal
kepada staf sekretariat.
4) Berdasarkan penetapan jadwal seminar pada borang estimasi waktu oleh Ketua Prodi,
maka Staf sekretariat membuat dan mencetak surat undangan kepada tim penguji dan
selanjutnya diminta tanda tangan Ketua/Sekretaris Prodi.
5) Surat undangan dan 1 (satu) eksemplar draft proposal tesis yang lengkap dengan lembar
pengesahan atau rekomendasi calon pembimbing/co-pembimbingnya diserahkan kepada
masing-masing tim penelaah paling lambat 5 (lima) hari sebelum jadwal seminar
dilaksanakan.
6) Mahasiswa berkewajiban mengingatkan kembali jadwal pelaksanaan seminar proposal
tesis paling lambat pada malam tanggal tersebut.

1.3 Tujuan Penyusunan Buku Pedoman


Buku ini disusun untuk memberikan pedoman umum kepada mahasiswa Prodi
Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Unsyiah dalam menulis karya ilmiah.
Hadirnya buku pedoman ini diharapkan akan menciptakan kesamaan persepsi dalam
membuat karya karya tulis ilmiah baik dari segi ruang lingkup, karakteristik, sistematika dan

5
format penulisannya yang seragam dikalangan sivitas akademika Program Studi Magister
Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

1.4 Isi Buku Pedoman


Buku pedoman ini terdiri atas 6 Bab. Bab I memaparkan kedudukan karya tulis
ilmiah di Unsyiah, ketentuan umum, tujuan penyusunan buku pedoman, dan isi buku
pedoman. Bab II berisi pedoman penulisan karya makalah, reviu buku, research appraisal,
dan anotasi bibliografi. Bab III menguraikan pedoman penulisan tesis. Bab IV berisi tentang
isu orijinalitas dan plagiarisme, dan Bab V memaparkan teknik penulisan karya tulis ilmiah.
Pada akhir pedoman disajikan sejumlah contoh penulisan beberapa bagian dari tesis dan
dilampirkan contoh-contoh artikel untuk jurnal ilmiah dan artikel prosiding seminar ilmiah.

6
BAB II
PENULISAN MAKALAH, REVIU BUKU, RESEARCH APPRAISAL, DAN
ANOTASI BIBLIOGRAFI

2.1 Penulisan Makalah


Makalah adalah karya tulis ilmiah ihwal topik tertentu yang tercakup dalam ruang
lingkup suatu perkuliahan. Makalah biasanya merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan suatu perkuliahan.
Makalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Merupakan hasil kajian pustaka dan atau laporan pelaksanaan suatu kegiatan lapangan
yang sesuai dengan cakupan permasalahan suatu perkuliahan.
2) Mengilustrasikan pemahaman mahasiswa tentang permasalahan teoretis yang dikaji
atau kemampuan mahasiswa dalam menerapkan suatu prosedur, prinsip, atau teori
yang berhubungan dengan perkuliahan.
3) Menunjukkan kemampuan pemahaman mahasiswa terhadap isi dari berbagai sumber
yang digunakan.
4) Mendemonstrasikan kemampuan mahasiswa meramu berbagai sumber informasi dalam
satu kesatuan sintesis yang utuh.
Pada dasarnya makalah yang harus ditulis oleh mahasiswa di tingkat universitas
merupakan makalah argumentatif yang menuntut penulisnya untuk menyatakan posisi atau
stance, judgment, serta evaluasi tentang isu atau topik yang ditulisnya. Ditinjau dari
jenisnya, makalah yang ditulis oleh mahasiswa bisa dibagi menjadi 3 jenis.

2.1.1 Exposition (eksposisi)


Makalah eksposisi berusaha untuk mengemukakan pendapat penulis secara eksplisit
mengenai suatu isu dan membujuk pembaca untuk meyakini pendapatnya dengan
mengungkapkan berbagai argumen yang didukung oleh data, fakta, referensi terhadap
otoritas dalam topik atau isu yang dibahas atau pengalaman pribadi penulis. Ada dua jenis
makalah eksposisi (lihat Martin, 1985; Derewianka, 1990; Gerot, 1998), yakni eksposisi
analitis, penulis membujuk pembaca untuk meyakini bahwa suatu isu itu benar atau tidak,
penting atau tidak. Sementara itu, eksposisi hortatori adalah eksposisi untuk membujuk
pembaca melakukan sesuatu seperti yang disarankan oleh penulis.

7
Makalah eksposisi terdiri atas tiga bagian sebagai berikut:
1) Kalimat pendahuluan (thesis statement) berisi pernyataan atau pendapat atau
pandangan penulis mengenai suatu isu atau topik yang ditulis.
2) Argumen, memaparkan argumen penulis untuk mendukung pernyataan atau pendapat
atau keyakinan yang diungkapkan dalam kalimat pendahuluan (thesis statement).
3) Pernyataan penutup atau kesimpulan yang merupakan penekanan kembali pendapat
yang dinyatakan pada bagian pendahuluan (restatement of thesis).

2.1.2 Discussion (diskusi)


Makalah diskusi berusaha untuk mengemukakan pendapat atau argumen mengenai
suatu isu atau topik dari berbagai perspektif tentang sesuatu, minimal dua perspektif, yakni
yang konvergen dan yang divergen, diakhiri dengan rekomendasi penulis.
Makalah diskusi terdiri atas empat bagian berikut:
1) Penjelasan singkat mengenai isu yang dibahas
2) Argumen yang konvergensi
Penulis mengemukakan beberapa argumen yang memiliki kesamaan dan persamaan
tentang isu yang dibahas (argumen yang mendukung isu yang dibahas), didukung
dengan fakta, data, hasil penelitian, referensi terhadap otoritas dari isu yang dibahas
atau pengalaman pribadi.
3) Argumen yang divergen
Penulis mengemukakan argumen yang menunjukkan perbedaan-perbedaan tentang isu
yang dibahas (argumen yang menentang isu yang dibahas), didukung oleh fakta, data
atau hasil penelitian, referensi terhadap otoritas dari isu yang dibahas dan atau
pengalaman pribadi.
4) Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bagian ini penulis harus mengungkapkan argumennya dan memberikan
rekomendasi mengenai isu yang dibahas atau mengatasi isu yang dibahas tersebut.

2.1.3 Explanation (Penjelasan)


Makalah Explanasi berusaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu beroperasi atau
berjalan (Sequence Explanation Hon) atau mengungkapkan alasan dan dampak terjadinya
suatu fenomena (Consequential Explanation-Explaining Why) atau gabungan dari kedua
jenis explanation itu.

8
Explanation terdiri atas dua bagian utama, yakni:
1) Identifikasi Fenomena: mengidentifikasi apa yang akan diterangkan atau dijelaskan.
2) Urutan Kejadian (Sequential Explanation):
Menggambarkan rangkaian kejadian yang relevan dengan fenomena yang digambarkan
atau alasan (dampak) dari suatu fenomena (Consequential Explanation).

2.2 Penulisan Reviu Buku/Artikel


Penulisan Reviu buku/artikel berusaha untuk memperlihatkan pemahaman penulis
terhadap isi sebuah buku atau artikel (biasanya artikel jurnal hasil penelitian). Struktur
organisasi reviu buku/artikel, seperti dikemukakan oleh Crasswell (2005:117) biasanya
terdiri atas beberapa bagian berikut.
1) Pendahuluan: berisi identifikasi buku atau artikel (penulis, judul, tahun publikasi, dan
informasi lain yang dianggap penting).
2) Ringkasan atau uraian pendek mengenai isi argumen dari buku /artikel mungkin hanya
beberapa paragraf dari reviu keseluruhan.
3) Inti dari reviu: inti pembahasan buku/artikel yang merupakan analisis kritis dari aspek
pokok yang dibahas dalam buku/artikel itu. Dalam bagian ini, penulis mendukung apa
yang dikatakannya berdasarkan apa yang ada dalam buku sebagai bukti dan sumber
ilmiah lain. Pada bagian ini penulis bisa mengungkapkan kelebihan serta kekurangan
buku yang direviu dengan mengacu pada sumber lain.
4) Kesimpulan: berisi evaluasi ringkas dari kontribusi buku/artikel secara keseluruhan
terhadap perkembangan topik yang dibahas, terhadap pemahaman reviewer, dan
perkembangan keilmuan.

2.3 Penulisan Research Appraisal


Kata Appraisal dalam bahasa Inggris berarti penilaian. Jadi, tujuan Research
Appraisal adalah memberi penilaian terhadap penelitian yang dilaporkan oleh seseorang.
Penulis menganalisis secara kritis berbagai aspek penelitian, mulai dari latar belakang,
tujuan, cakupan penelitian, kemaknawian (signifikansi) penelitian kajian pustaka, metode
penelitian, pembahasan data serta kesimpulan, kelemahan penelitian yang diidentifikasi
oleh peneliti, serta saran.
Seperti dalam reviu buku, penulis melihat kekuatan serta kelemahan setiap aspek
penelitian yang dilaporkan dengan mengacu pada apa yang dikatakan dalam laporan

9
penelitian dan sumber ilmiah lain. Penulis memaparkan apa yang sudah bagus dan apa yang
sebaiknya dibahas.
Struktur organisasi Research Appraisal biasanya terdiri atas:
1) Pendahuluan: berisi uraian mengenai judul artikel, penulis, dan penerbitan laporan
penelitian.
2) Uraian mengenai laporan penelitian yang dinilai. Pada bagian ini penulis memaparkan
setiap aspek laporan penelitian dengan melihat sisi kelebihan serta aspek yang
sebaiknya dibahas dalam penelitian dengan mengacu pada sumber ilmiah lain.
3) Kesimpulan: evaluasi ringkas dari kontribusi penelitian secara keseluruhan terhadap
perkembangan topik yang dibahas dalam penelitian, pemahaman penilaian penelitian,
dan perkembangan keilmuan.

2.4 Penulisan Anotasi Bibliografi


Penulisan anotasi bibliografi berusaha untuk menyajikan kajian atau ringkasan dari
beberapa buku dan artikel yang berkaitan dan menggambarkan pemahaman penulis
terhadap buku dan artikel yang dibahas. Anotasi Bibliografi memuat judul buku atau artikel,
nama pengarang, tahun terbit, nama penerbit, kata-kata kunci, dan pokok-pokok isi
buku/artikel jurnal tersebut. Bagian akhir anotasi bibliografi berisi pendapat mahasiswa
tentang buku/artikel tersebut.

10
BAB III
PENULISAN TESIS

3.1 Pengertian
Tesis adalah karya tulis ilmiah akhir yang dibuat oleh mahasiswa sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi jenjang/strata Program Magister (S2). Tesis yang dibuat
menggambarkan kemampuan akademik mahasiswa dalam merancang, melaksanakan, dan
melaporkan hasil penelitian. Penulisan tesis merupakan persyaratan akademik yang paling
sulit yang harus dipenuhi oleh mahasiswa dalam masa studinya. Berbeda dengan penulisan
karya ilmiah lain yang telah dipaparkan pada Bab II, penulisan tesis merupakan kolaborasi
antara mahasiswa dan pembimbing. Ketika mahasiswa menulis Tesis, dia menyajikan
pemahaman hasil bacaan berkenaan dengan topik yang diteliti dan melaporkan hasil
penelitiannya berdasarkan bimbingan yang diberikan oleh para pembimbing. Proses
penulisan tesis, mengingat kedalaman serta kompleksitasnya, seyogyanya mengarah agar
penulis menjadi salah satu ahli di bidang yang ditulis serta ditelitinya.
Cara penulisan serta unsur-unsur yang ada dalam tesis pada dasarnya sama dengan
skripsi dan disertasi. Perbedaan antara ketiga karya ilmiah itu adalah kedalaman serta
kompleksitas dalam setiap aspek yang dibahas, khususnya aspek-aspek yang berkaitan
dengan teori, metode penelitian, dan pemaparan serta analisis data. Skripsi cenderung
sederhana, tesis lebih dalam dan kompleks, dan disertasi lebih mendalam dan paling
kompleks dalam membahas berbagai aspek seperti teori, metode penelitian, pemaparan,
serta analisis data.

3.2 Sistematika Tesis


Sistematika penulisan tesis terdiri atas bagian awal, bagian inti dan bagian akhir.
3.2.1 Bagian Awal Tesis
1) Judul
Judul tesis dirumuskan secara ringkas, komunikatif, dan dengan menggunakan bahasa
ilmiah yaitu bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam halaman judul dituliskan juga
maksud penulisan tesis dan identitas penulis dan tempat studinya.
2) Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan dimaksudkan untuk memberikan legalitas bahwa semua isi dari
tesis telah disahkan oleh pembimbing dan Pengelola Program Studi. Halaman

11
pengesahan berisi nama dan kedudukan tim pembimbing. Untuk tesis S2 dapat
digunakan istilah Tim Pembimbing dengan kedudukan sebagai Pembimbing Utama dan
Co-pembimbing.
3) Pernyataan tentang keaslian Tesis dan Bebas Plagiarisme
Pernyataan tentang keaslian tesis menegaskan bahwa tesis adalah benar-benar asli
karya mahasiswa yang bersangkutan, dan bukan plagiarisme. Oleh sebab itu, pernyataan
tersebut harus ditandatangani oleh penulis
4) Ucapan Terima Kasih
Halaman ini berisi ucapan terima kasih dan apresiasi kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian karya tulis ilmiahnya. Ucapan terima kasih disampaikan
secara singkat, sebaiknya ditujukan kepada orang-orang yang paling berperan dalam
penyelesaian tesis.
5) Abstrak
Abstrak merupakan uraian singkat dan lengkap yang memuat beberapa hal berikut.
Judul, Hakikat penelitian menyangkut tentang apa, dimana, dan siapa, Tujuan dilakukan
penelitian, Metode penelitian yang dipakai dan teknik pengumpulan data, dan Hasil
temuan dan rekomendasi. Abstrak ditulis dalam satu halaman dan diketik dengan “satu
spasi” menggunakan dua bahasa yakni “bahasa Indonesia” dan “bahasa Inggris”. Dalam
abstrak dicantumkan kata kunci
6) Daftar Isi
Daftar isi merupakan penyajian sistematika isi secara rinci dari tesis. Daftar isi berfungsi
untuk mempermudah para pembaca mencari judul atau subjudul bagian yang ingin
dibacanya. Oleh sebab itu, judul dan subjudul yang ditulis dalam daftar isi harus
langsung ditunjukkan nomor halamannya.
Nomor-nomor halaman awal sebelum BAB I menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii,
dst.), dan dari halaman pertama BAB I sampai dengan halaman terakhir dari karya tulis
ilmiah menggunakan angka Arab (1, 2, 3, dst.).
7) Daftar Tabel
Daftar tabel menyajikan tabel secara berurutan mulai dari tabel pertama sampai dengan
tabel terakhir yang tercantum dalam tesis. Nomor tabel pada daftar tabel ditulis dengan
dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing menyatakan nomor
urut bab dan nomor urut tabel di dalam tesis.
Contoh: Tabel 3.5., artinya tabel nomor 5 pada Bab III.

12
8) Daftar Gambar
Daftar gambar sama seperti fungsi daftar-daftar lainnya, yakni menyajikan gambar
secara berurutan mulai dari gambar pertama sampai dengan gambar terakhir yang
tercantum dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Nomor gambar pada daftar gambar ditulis
dengan dua angka Arab, dicantumkan secara berurutan yang masing-masing
menyatakan nomor urut bab dan nomor urut gambar di dalam tesis.
Contoh: Gambar 1.3., artinya gambar nomor 3 pada Bab I.
9) Daftar Lampiran
Daftar lampiran meyajikan lampiran secara berurutan mulai dari lampiran pertama
sampai dengan lampiran terakhir yang tercantum dalam tesis. Nomor lampiran
didasarkan pada kemunculannya dalam tesis. Lampiran yang pertama kali disebut
dinomori Lampiran 1 dst.
Contoh:
Lampiran 1. artinya lampiran nomor 1 dan muncul paling awal dalam tesis.

3.2.2 Bagian Inti Tesis


3.2.2.1 BAB I: Pendahuluan
Bab I tesis berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari tesis.
Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian, hipotesis, dan definisi istilah/definisi operasional. Berikut ini
disajikan uraian tiap bagian pendahuluan.

1) Latar Belakang Masalah


Bagian ini dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti,
pentingnya masalah itu diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah tersebut, baik
dari sisi teoritis maupun praktis.
Latar belakang masalah berisi:
Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
berdasarkan fakta-fakta, data referensi, dan temuan penelitian sebelumnya.
Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk
memunculkan permasalahan dan bagaimana penelitian mengisi rumpang yang
berkaitan dengan topik yang diteliti. Kompleksitas masalah apabila masalah itu

13
dibiarkan dan akan menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat,
mengganggu bahkan mengancam. Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi
kebijakan dan teoritis. Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang
diteliti dalam ruang lingkup bidang studi yang ditekuni oleh peneliti.

2) Rumusan Masalah
Bagian ini berisi rumusan dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel
penelitian beserta definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk
kalimat tanya setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-variabel
yang diteliti, dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

3) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai
dilakukan. Oleh sebab itu, rumusan tujuan harus konsisten dengan rumusan masalah
dan mencerminkan proses penelitiannya. Rumusan penelitian bukan merupakan
rumusan maksud penulisan tesis seperti yang ditulis pada halaman sampul luar dan
halaman sampul dalam.
Tujuan penelitian dirumuskan dengan kata-kata kerja operasional, seperti:
mengidentifikasi, menemukan model, memperoleh gambaran tentang…,
mengeksplorasi…, menganalisis…, mengevaluasi…, mengkaji…, memverifikasi…dan
sebagainya.

4) Manfaat Penelitian
Manfaat/signifikansi penelitian bisa dilihat dari salah satu atau beberapa aspek berikut:

a) Dari segi teori (mengatakan apa yang belum atau kurang diteliti dalam kajian
pustaka yang merupakan kontribusi penelitian).
b) Dari segi kebijakan (membahas perkembangan kebijakan formal dalam bidang yang
dikaji memaparkan data yang menunjukkan betapa seringnya masalah yang dikaji
muncul dan betapa mahalnya masalah atau dampak yang ditimbulkannya).
c) Dari segi praktik (sama dengan argumen untuk signifikan terhadap kebijakan.
Argumen didasarkan pada pembahasan atau masalah yang dikemukakan dalam
kajian pustaka, melibatkan kutipan dari para ahli, referensi penelitian sebelumnya,
dan data yang ada).

14
d) Dari segi isu serta aksi sosial (penelitian mungkin bisa dikatakan sebagai alat untuk
memberi pencerahan pengalaman hidup dengan memberikan gambaran dan
mendukung adanya aksi) (lihat Marshall & Rossman, 2006: 34-38).
5) Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam
penelitian atau submasalah yang diteliti. Hipotesis dijabarkan dari landasan teori atau
tinjauan pustaka. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis perlu dirumuskan, sedangkan
dalam penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yang bermaksud mendeskripsikan
masalah yang diteliti, hipotesis tidak diperlukan. Hipotesis penelitian dirumuskan dalam
kalimat pernyataan deklaratif.
Rumusan hipotesis yang baik hendaknya:
1) Menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
2) Dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
3) Dirumuskan secara singkat, padat dan jelas.
4) Dapat diuji secara empiris
Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif atau penelitian yang
lebih bernuansa kualitatif tidak membutuhkan hipotesis, dan seringkali diganti dengan
pertanyaan penelitian, yang rumusannya dalam bentuk kalimat tanya (tidak perlu diuji).

6) Defisini Istilah
Definisi istilah diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau
kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan.

3.2.2.2 BAB II: Kajian Pustaka


Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka
ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah
penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan
teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis (bagi penelitian
yang memerlukan hipotesis).
Kajian pustaka berisi:
1) Konsep-konsep/teori-teori/dalil-dalil/hukum-hukum/model-model/rumus/rumus utama
dan turunannya dalam bidang yang dikaji.
2) Penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur,
subjek, dan temuannya.

15
3) Posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan
dalam subjudul (untuk penelitian yang memerlukan hipotesis).
Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan
kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang
diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti menjelaskan posisi/pendirian peneliti
disertai alasan-alasannya. Telaah teoritis dimaksudkan untuk menampilkan “mengapa
dan bagaimana” teori dan hasil penelitian para pakar terdahulu diterapkan oleh peneliti
dalam penelitiannya, misalnya, dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitiannya.
4) Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan
hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antar variabel penelitian. Artinya, setelah
hubungan variabel tersebut didukung oleh teori yang dirujuk, barulah hipotesis dapat
dirumuskan.

3.2.2.3 BAB III: Metode Penelitian


Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa
komponen berikut. Lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, cara pemilihan
sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi serta penggunaan sampel. Desain
penelitian dan justifikasi pemilihan desain penelitian itu. Metode penelitian dan
justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut.
Definisi istilah yang telah dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan indikator-
indikator dari setiap variabel yang diteliti dan kemudian akan dijabarkan dalam
instrumen penelitian.
Instrumen penelitian misalnya tes, lembar observasi, angket, dan atau skala
sikap/pendapat/pandangan. Tujuan serta cara melakukan atau menggunakan instrumen
serta justifikasinya perlu diungkapkan. Proses pengembangan instrumen antara lain:
pengujian validitas, reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan karakteristik lainnya.
Teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya. Teknik yang dipilih misalnya melalui
tes tulis/lisan dan atau tes tindakan, angket, wawancara, observasi partisipatif dan
observasi nonpartisiatif. Justifikasi untuk setiap teknik pengumpulan data perlu
dikatakan.
Analisis data; melaporkan secara rinci tahap-tahap analisis data, serta teknik yang
dipakai dalam analis data itu.

16
Untuk penelitian kuantitatif analisis data dilakukan dengan beberapa tahap, mungkin
menggunakan alat atau perangkat lunak tertentu dan menggunakan formula yang
dipakai. Hasil analisis kemudian diinterpretasi, dihubungkan dengan teori dan penelitian
sebelumnya.
Untuk penelitian kualitatif, analisis data dipaparkan secara rinci berdasarkan tahap-
tahap analisis yang dilakukan untuk data dari setiap teknik pengumpulan data, sesuai
dengan tema-tema utama penelitian. Data yang diperoleh dari setiap sumber data
ditriangulasi untuk meyakinkan bahwa semua data dari semua sumber mengarah pada
kesimpulan yang sama sehingga kesimpulan yang ditarik bias kuat. Seperti data
kuantitatif, data kualitatif juga diinterpretasi, dihubungkan dengan teori yang dipakai
dalam penelitian sebelumnya.

3.2.2.4 BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan


Bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni:
Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau
analisis temuan.
Pengolahan data dapat dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kuantitatif atau
penelitian kualitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan dalam bagian
sebelumnya dari skripsi, tesis, atau disertasi. Uji hipotesis, khususnya untuk penelitian
kuantitatif, dilakukan sebagai bagian dari analisis data.
Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan
dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab Kajian Pustaka atau temuan
sebelumnya. Dalam penelitian kuantitatif hasil pengujian hipotesis akan
memperlihatkan konsekuensi temuan terhadap landasan teori yang dirujuk. Demikian
pula dalam penelitian kualitatif hasil pembahasan temuan merupakan bahasan yang
terkait dengan teori yang digunakan dalam Bab Kajian Pustaka. Pembahasan merupakan
refleksi terhadap teori yang dikembangkan peneliti atau peneliti sebelumnya. Dalam
pembahasan tidak dikemukakan lagi data statistik.
Berikut dijelaskan secara singkat pemaparan dan pembahasan data kualitatif dan
kuantitatif secara panjang lebar.

17
Pemaparan Data
Pemaparan data kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menggambarkan temuannya secara rinci
berkaitan dengan hipotesis yang diformulasikan. Hal ini biasanya melibatkan pemaparan
statistik, means dan standar deviasi dari seluruh sampel dari skor untuk masing-masing
individu (Burton, 2002). Data kuantitatif sering lebih mudah dipresentasikan dalam bentuk
tabel, grafik, gambar, daripada dengan pemaparan. Data kuantitatif bisa dipaparkan dengan
cara yang standar, seperti menggunakan Statitcal passage for social science (SPSS).
Dalam memaparkan data kuantitatif, biasanya penulis memaparkan hasil multiple analysis
dari data. Masing-masing analisis bisa dipecah menjadi beberapa pernyataan yang
menerangkan temuan utama penelitian. Sebagian dari temuan mungkin dipaparkan dalam
bentuk grafik atau tabel. Ada empat pernyataan yang bisa dibuat dalam memaparkan dan
menganalisis data kuantitatif (lihat Rudestam dan Newton, 1992). Keempat pernyataan itu
adalah sebagai berikut:
Pernyataan jenis pertama: membimbing pembaca kepada tabel atau gambar dan
menggambarkan apa yang diukur atau dipaparkan, yang sebagiannya mungkin dipaparkan
dalam bentuk tabel atau grafik.
Contoh 1: Menggambarkan tabel korelasi
Korelasi antara…digambarkan dalam Tabel…
Contoh 2: Menggambarkan persentase dalam tabel.
Tabel …menyajikan persentase dari…
Contoh 3: Menggambarkan tabel nilai rata-rata atau means.
Tabel … menyajikan rata-rata serta standar deviasi berdasarkan…
Pernyataan jenis kedua: Menggambarkan temuan utama yang diperlihatkan dalam
tabel atau gambar. Perbandingan nilai rata-rata, standar deviasi, frekuensi dan nilai
r antara berbagai kondisi dan contoh. Sering pernyataan jenis ini digabungkan
dengan pernyataan jenis ketiga yang dijelaskan berikut ini.
Contoh 1: Gambaran mengenai tabel dan gambar korelasional
Dari …korelasi, bisa dilihat bahwa…positif dan …di atas nilai r =…
Contoh 2: Gambaran sesuai eksperimen
Siswa laki-laki menggunakan lebih banyak kata kerja action daripada perempuan
dalam menulis.

18
Contoh 3: Gambaran gambar (figure)
Seperti diperlihatkan dalam Gambar …jumlah angka yang diketik mengalami
kenaikan, dari 0,7 kata per menit menjadi 1,5 kata per menit selama perlakuan.
Pernyataan jenis ketiga: memaparkan hasil dari tes statistic dan referensial, seperti
E atau t. Pernyataan ini biasanya digabungkan dengan pernyataan jenis 2 di atas.
Contoh 1: Menggambarkan korelasi
Korelasi antara jumlah pekerjaan rumah yang dikerjakan dengan IPK adalah positif
dan signifikan dengan nilai p < 0,05.
Contoh 2: Menggambarkan eksperimen
The retention of communication content was found to vary significantly as a
function of the time and method of measurement, E (2,80)= 34,45, p<01.
Contoh 3: The image instructed groups were significantly faster (E1,60)_7.34,p<01.)
and made fewer errors (E(1,60)=9.94,p<01) than the no image groups.
Menggabungkan Pernyataan Jenis Kedua dan Ketiga
Contoh 1: Menggambarkan Korelasi
Terdapat korelasi yang signifikan antara rata-rata IQ orangtua dan rata-rata IQ anak,
dengan r (190)=0.87, p<0.05).
(The correlation between mean Parent IQ and child IQ was statistically significant, r
(190)= 0.87, p <0.05).
Contoh 2: Menggambarkan Eksperimen
The mean score of females (75.5) was significantly greater than the mean score for
males (70.7), E (1,28)=23.1, p<0.05.
Pernyataan Jenis Keempat: Pernyataan ringkasan dari temuan-temuan atau
kesimpulan sebelumnya.
Contoh 1: the result suggest that students who reported very heavy drug use had
significantly higher maladjustment scores than other students.

Pernyataan-pernyataan di atas, menurut Rudestam dan Newton (1992:84) memberi


contoh tentang berbagai komentar yang mungkin digunakan dalam
menggambarkan hasil dari sebuah penelitian empiris. Ketika menggambarkan hasil
penelitian, kita sebaiknya menghindari pemakaian kalimat editorial seperti “
Unfortunately, the findings were not significant…” (sayangnya, temuan ini tidak
signifikan…) atau “thisresult was quite surprising…”(temuan ini cukup

19
mengejutkan…). Pernyataan-pernyataan seperti itu, kurang membantu pemahaman
pembaca terhadap hasil penelitian dan mungkin membuat tulisan kita tampak
kurang bagus.

Pemaparan data Kualitatif


Bagian pemaparan data sebaiknya membahas bagaimana peneliti menganalisis data
yang dikumpulkan dalam penelitian, temuan utama yang dihasilkan dari analisis data dan
apakah temuan mendukung pertanyaan penelitian yang diajukan (Burton, 2002:71). Setelah
itu, bab pemaparan data sebaiknya dimulai dengan ringkasan singkat mengenai temuan
penelitian, dengan mengatakan kembali tujuan penelitian. Penelitian kualitatif biasanya
menggunakan metode diskriptif secara observasi, wawancara, dan studi kasus untuk
menggambarkan perilaku daripada menggunakan data yang bisa dianalisis secara statistik
(Burton, 2002:71).
Tidak seperti data kuantitatif, yang bisa dipaparkan dengan cara standar, seperti
menggunakan SPSS, pemaparan dan analisis data kualitatif mengharuskan peneliti untuk
membuat alat atau metode untuk memaparkan dan menganalisis datanya (Rudestam dan
Newton, 1992). Dalam memahami data kualitatif, seperti dikatakan oleh Lincoln dan Guba
(dikutip oleh Rudestam dan Newton (1992), peneliti harus melakukan analisis induktif, dan
dalam analisis ini, ada dua kegiatan yang dilakukan, yakni unitizing: kegiatan memberi kode
yang mengidentifikasi unit informasi yang terpisah dari teks, dan categorizing yakni
menyusun dan mengorganisasikan data berdasarkan persamaan makna. Proses ini
memerlukan revisi, modifikasi dan perubahan yang berlangsung terus menerus sampai unit
baru dapat ditempatkan dalam kategori yang tepat dan pemasukan unit tambahan menjadi
suatu kategori dan tidak memberi informasi baru.
Dalam pemaparan data, menurut Rudestam dan Newton (1992:111) penulis
penelitian kualitatif sangat perlu untuk menggambarkan konteks suatu kejadian terjadi.
Perlu diperhatikan bahwa penulis tesis seyogianya memperhatikan bahwa data tidak sama
pentingnya. Dengan demikian, data juga sebaiknya dipaparkan berdasarkan tingkat
signifikansinya dalam penelitian yang dilakukan. Penulis, seperti disarankan oleh Crasswell
(2005:99) perlu bertanya beberapa hal berikut:
Apa yang paling penting tentang temuan penelitian secara umum dan mengapa?
Temuan mana yang tampaknya lebih penting dan kurang penting dan mengapa?
Apakah temuan khusus yang harus saya perhatikan secara khusus pula dan mengapa?

20
Apakah ada sesuatu yang aneh atau tidak biasa dalam temuan penelitian yang perlu
disebutkan dan mengapa?
Apakah metodologi yang dipakai atau faktor lain telah mempengaruhi interpretasi saya
tentang temuan penelitian saya dan apakah ini merupakan sesuatu yang perlu dibahas,
misalnya, bias yang biasa muncul dalam desain penelitian? (lihat saran Crasswell, 2005:199).
Perlu diperhatikan bahwa dalam memaparkan data penulis sering memaparkan
data yang terlalu banyak, tetapi tidak dibahas dengan baik dan analitis. Dengan
memperhatikan kelima pertanyaan di atas, penulis bisa menghindari pemaparan data yang
terlalu banyak.

Pembahasan Data
Menurut Paltridge dan Sternberg (1988:53), dalam membahas data, baik data
kuantitatif maupun kualitatif, ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:
1) Menjelaskan bagaimana data cocok dengan hipotesis awal (penelitian kuantitatif) atau
bagaimana data bisa menjawab pertanyaan penelitian (penelitian kualitatif).
2) Membuat pernyataan kesimpulan; dan
3) Membahas atau mendiskusikan data dengan menghubungkannya dengan teori dan
implikasi hasil penelitian (kalau kemungkinan).
Selain itu, menurut Paltridge dan Stairfield (2007:147), struktur organisasi atau elemen
yang biasanya ada dalam pembahasan data bisa digambarkan sebagai berikut:
1) Latar belakang penelitian (informasi mengenai latar belakang penelitian);
2) Pernyataan hasil penelitian (statement of results);
3) Hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan (unexpected outcomes);
4) Referensi terhadap penelitian sebelumnya;
5) Penjelasan mengenai hasil penelitian yang tidak diharapkan: mengemukakan alasan atas
munculnya hasil atau data yang tidak diduga atau tidak diharapkan (kalau memang ini
benar) atau data yang berbeda dengan temuan penelitian sebelumnya;
6) Pemberian contoh: memberi contoh untuk mendukung penjelasan yang diberikan dalam
tahap no. 5 di atas;
7) Deduksi atau pernyataan-membuat pernyataan yang lebih umum yang muncul dari hasil
penelitian, misalnya, menarik kesimpulan, menyatakan hipotesis;
8) Dukungan dari penelitian sebelumnya: mengutip penelitian sebelumnya untuk
mendukung pernyataan yang dibuat;

21
9) Rekomendasi- membuat rekomendasi untuk penelitian yang akan datang; dan
10) Pembenaran penelitian yang akan datang: memberikan argumentasi mengapa
penelitian yang akan datang direkomendasikan.
Perlu diperhatikan bahwa kesalahan yang umum ditemukan dalam menulis bab
pembahasan adalah penulis gagal untuk kembali kepada kajian pustaka yang telah ditulis
dalam Bab II atau dalam kajian pustaka untuk mengintegrasikan hasil penelitian dengan
penelitian empiris lain yang meneliti topik fenomena yang sama (lihat Rudestam dan
Newton, 1992 dan Emilia, 2008). Pembahasan atau diskusi yang baik melekatkan masing-
masing temuan penelitian dengan konteks teori yang dipaparkan dalam kajian pustaka.
Dengan demikian, dalam bagian pembahasan, penulis perlu mengutip penelitian yang
relevan yang dibahas sebelumnya, dan kembali ke kajian pustaka untuk memahami lebih
baik temuan penelitian dan mencari bukti yang menginformasikan atau yang bertentangan
dengan data atau hasil penelitian yang ada. Dalam bagian pembahasan data, pernyataan
berikut ini, seharusnya sering muncul:

“(tidak) seperti penelitian yang dilakukan oleh…, yang menggunakan…, penelitian ini
menemukan bahwa…”.
Dalam membahas data, penulis sebaiknya bertanya dalam hal apa atau sejauh
mana temuan penelitiannya sesuai atau mendukung temuan penelitian lain, persisnya
dalam hal apa, dan kalau tidak, mengapa dan aspek apa yang mungkin diteliti lebih lanjut
untuk memperbaiki pengetahuan yang ada sekarang.

3.2.2.5 BAB V: Penutup


Bab penutup menyajikan kesimpulan berupa penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan,
yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.
Untuk karya tulis ilmiah seperti skripsi, terutama untuk tesis, dan disertasi, maka
penulisan kesimpulan dengan cara uraian padat lebih baik daripada dengan cara butir demi
butir. Selain itu, kesimpulan tidak mencantumkan lagi angka-angka statistik hasil uji statistik,
tetapi dalam bentuk kalimat pernyataan yang menjawab rumusan setiap variabel masalah
yang disusun di bab I.
Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditunjukkan kepada
para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada

22
peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, kepada
pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.
Dalam menawarkan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya saran
atau rekomendasi dipusatkan pada dua atau tiga hal yang paling utama yang ditemukan
oleh peneliti. Akan lebih baik kalau penulis menyarankan penelitian yang melangkah satu
tahap ke depan dari penelitian yang dilakukan.
Dalam beberapa kasus bab terakhir dari skripsi, tesis, dan disertasi mengemukakan
keterbatasan penelitian, khususnya kelemahan berkaitan dengan metode penelitian, teknik
pengumpulan data, dan sampel yang terlibat.

3.2.3 Bagian Akhir Tesis


3.2.3.1 Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel, jurnal, dokumen
resmi, atau sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, Video, film, atau kaset)
yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Semua sumber
tertulis atau tercetak yang tercantum dalam uraian harus dicantumkan dalam daftar
pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh peneliti, tetapi tidak pernah
digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah tersebut atau tidak dikutip, tidak boleh
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis tanpa nomor urut. Sumber
tertulis/tercetak yang memakan tempat lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar baris
satu spasi; sedangkan jarak antara sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah dua
spasi. Cara menulis daftar pustaka tergantung pada sistem yang dipakai (misalnya APA- the
American Psychological Association).
Contoh cara menulis daftar pustaka secara khusus dijelaskan pada Bab IV.

3.2.3.2 Lampiran-lampiran
Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan
penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan pembaca,
setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya dan diberi judul.
Contoh: Lampiran 1. Artinya lampiran yang muncul pertama kali dalam tesis.

23
BAB IV
ISU ORIJINALITAS DAN PLAGIARISME

4.1 Orijinalitas
Orijinalitas merupakan kriteria utama dan kata kunci dalam hasil karya akademik
terutama pada tingkat doctoral (Murray, 2002:52-53). Karya akademik, khususnya tesis atau
disertasi, harus memperlihatkan bahwa hasil karya itu dalam aspek tertentu original. Sebuah
skripsi, tesis, atau disertasi bisa dikatakan original kalau memenuhi beberapa dari kriteria
berikut.
1) Penulis mengatakan sesuatu yang belum pernah dikatakan oleh orang lain.
2) Penulis melakukan karya empiris yang belum dilakukan sebelumnya.
3) Penulis mensintesis hal yang belum pernah disintesis sebelumnya.
4) Penulis membuat interpretasi baru dari gagasan atau hasil karya orang lain.
5) Penulis melakukan di negaranya sesuatu yang baru dilakukan di Negara lain.
6) Penulis mengambil teknik yang ada untuk mengaplikasikannya dalam bidang atau area
yang baru.
7) Penulis bekerja dalam berbagai disiplin ilmu dengan menggunakan berbagai metodologi.
8) Penulis meneliti topik yang belum diteliti orang lain dalam bidang ilmu yang ditekuninya.
9) Penulis menguji pengetahuan yang ada dengan cara original.
10) Penulis menambah pengetahuan dengan cara yang belum dilakukan sebelumnya.
11) Penulis menulis informasi baru untuk pertama kali.
12) Penulis memberi eksposisi terhadap gagasan orang lain.
13) Penulis melanjutkan hasil sebuah karya yang original (dikutip dari Murray, 2002:53; lihat
juga Philips dan Pugh, 1994:61-62).
Selain kriteria di atas, mungkin ada banyak lagi criteria lain tentang orijinalitas bagi
penulis skripsi, tesis, atau disertasi yang bisa ditemukan dalam literatur.

4.2 Plagiarisme
Plagiarisme adalah mengatakan kata-kata atau gagasan orang lain seolah-olah kata-
kata atau gagasan itu milik penulis, atau menggunakan hasil karya orang lain tanpa memberi
kredit kepada sumber aslinya (Thody, 2006:226, lihat juga Burton, 2002; Kamler dan
Thomson, 2006). Tidak etis dan menyalahi hukum mengenai hak cipta. Plagiarisme juga
merupakan pelanggaran yang serius dalam dunia akademik (Burton, 2002:10).

24
Cara terbaik menghindari plagiarism, seperti disarankan oleh Thody (2006:226)
adalah menekankan sumber dengan jelas yang bukan merupakan hasil karya penulis
makalah, skripsi, tesis, dan disertasi dengan menggunakan tanda kutip, penulisan yang
menjorok dalam teks, penulisan dengan huruf miring dan cara lain dan memberikan kutipan
yang tepat terhadap sumber aslinya.
` Untuk menghindari plagiarisme, bisa dipakai dua cara berikut, seperti disarankan
oleh Thody (2006:94) sebagai berikut:
1) Ketika mencatat bahan bacaan, penulis mencatat atau menulis dengan kata-kata sendiri.
Dengan cara ini penulis bisa menghindari plagiarisme dan mulai berinteraksi dengan
informasi, yang merupakan pendahuluan dari analisis dan kritik yang berhasil.
2) Kalau mencatat kata-kata yang ditulis di buku atau bahan bacaan, maka catatan itu
harus diberi tanda kutip, dan dengan demikian, penulis akan ingat bahwa dia akan perlu
memarafrase catatan itu ketika menulis versi terakhir dari makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi. Kalau penulis mau mempertahankan bahan bacaan itu verbatim (persis kata
per kata seperti di dalam sumbernya), maka sumber tulisan harus ditulis.

25
BAB V

TEKNIK PENULISAN TESIS

5.1 Teknik Pengetikan


Tesis ditulis dengan menggunakan kertas HVS 80 gram dengan ukuran A4. Pengetikan
tesis harus mengikuti aturan-aturan berikut:

1) Diketik dengan menggunakan komputer, huruf jenis Times New Roman ukuran 12 pt,
dicetak dalam quality letter, dengan jarak dua spasi.
2) Penulisan daftar isi diketik dalam dua spasi untuk judul bab, sedangkan judul subbab,
bagian pendahuluan dan bagian penyudah diketik dengan jarak satu spasi. Daftar isi
dapat juga diformat menggunakan fasilitas yang ada dalam komputer. Jika format ini
digunakan, maka jarak spasi dalam daftar isi akan diatur secara otomatis oleh komputer.
3) Margin batas tepi kiri 4 cm, tepi atas 4 cm, tepi bawah 3 cm, dan tepi kanan 2,5 cm.
4) Pengetikan paragraf baru dimulai dengan awal kalimat yang menjorok masuk ke dalam
dengan 8 (delapan) pukulan tik dari tepi kiri atau delapan huruf (1 tab) bila dengan
komputer. Pengetikan paragraf baru bisa juga dengan memberikan jarak antara satu
paragraf dengan paragraf lainnya tanpa awal kalimat yang menjorok, yang penting
penggunaannya konsisten.
5) Penulisan judul bab menggunakan HURUF KAPITAL SEMUA, tanpa garis bawah dan
tanpa titik. Nomor bab menggunakan angka ditulis dengan HURUF KAPITAL, kecuali kata
sambung dan kata depan. Nomor urut bagi judul paragraf menggunakan angka Arab
atau abjad.
6) Cara penomoran dapat menggunakan cara berikut ini:
Cara : 1.1
1.2
1.2.1
1.2.2
1.3
2.1
2.1.1
2.2.2
2.2.2
2.2
2.3
Dan setterusnya

26
Dalam tesis, cara penomoran harus digunakan secara konsisten, tidak boleh
dicampuradukkan.

7) Perpindahan dari satu butir ke butir berikutnya tidak harus menjorok, melainkan dapat
diketik lurus/simetris agar tidak mengambil terlalu banyak tempat dan demi keindahan
format dengan menuliskan penomoran 1), 2), 3), dan seterusnya.
8) Penggunaan nomor urut sebagaimana disebutkan di atas sebaiknya dibatasi dan jangan
berlebihan karena pada prinsipnya karya tulis ilmiah lebih banyak menggunakan uraian
bukan dalam bentuk pointer.
9) Judul tabel ditulis di sudut kiri sebelah atas tabel, sedangkan judul untuk gambar ditulis
di tengah-tengah sebelah bawah.

5.2 Sampul Luar


Sampul luar tesis berisi hal-hal sebagai berikut:

1) Judul dicetak dengan HURUF KAPITAL dan tidak boleh menggunakan singkatan, jika ada
subjudul, maka yang ditulis dengan huruf kapital hanya huruf awal dari setiap kata;
2) Maksud penulisan tesis;
3) Logo universitas;
4) Nama penulis;
5) Nomor induk;
6) Nama jurusan, Fakultas/Program Pascasarjana dan Universitas
7) Tahun penulisan.
Rumusan maksud penulisan Tesis ditulis:

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat guna memperoleh

gelar Magister Pendidikan

27
5.3 Sampul Dalam
Isi sampul dalam persis sama dengan yang ditulis pada sampul luar

5.4 Halaman Pernyataan


Halaman ini disediakan untuk pernyataan keaslian tesis. Pernyataan ini adalah sebagai
berikut:

“Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “…………………” ini beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan
yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini”.
Tempat, tanggal, tahun
Yang membuat pernyataan,
Ttd

(Penulis)

5.5 Lembar Pengesahan


Halaman ini disediakan khusus untuk tanda tangan persetujuan dari para pembimbing/
co-pembimbing dan Ketua Program Studi serta Direktur program Pascasarjana sebagai
tanda mengetahui atas tesis yang bersangkutan.

Nama pembimbing/co-pembimbing ditulis lengkap dengan gelar akademiknya dengan


menggunakan huruf kecil, kecuali untuk huruf pertamanya setiap kata nama. Misalnya,
Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd., Dr. Abdul Gani Haji, M.Si., dan lain-lain.

5.6 Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan


Daftar pustaka atau daftar rujukan adalah daftar sumber bacaan suatu karya tulis
ilmiah yang dicantumkan pada akhir suatu karya ilmiah. Daftar rujukan sebaiknya diambil

28
yang tahun penerbitannya 5 (lima) tahun terakhir dan porsi jurnal dan hasil penelitian
mencapai 60% dari keseluruhan rujukan yang dipergunakan.

Sumber rujukan dapat berupa buku, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, majalah, buletin,
makalah, surat kabar, bank data, microfilm, dan internet. Semua rujukan yang terdapat
dalam daftar pustaka harus dapat ditemukan dalam teks tesis atau sebaliknya semua
rujukan yang ditulis dalam teks tesis harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

Aturan penulisan daftar pustaka menganut sistem American Psychological


Association (APA). Beberapa aturan-aturan yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1) Daftar pustaka ditempatkan pada lembar bagian penutup tesis


2) Daftar pustaka diketik dengan huruf kapital semua, diletakkan di tengah sehingga jarak
margin kiri dan margin kanan seimbang.
3) Sumber rujukan yang hendak dicantumkan dalam daftar rujukan disusun menurut abjad
nama-nama pengarang atau lembaga yang menerbitkan jika tidak ada nama
pengarangnya.
4) Jarak antara DAFTAR PUSTAKA dan baris pertama adalah 4 (empat) spasi.
5) Jika data sumber bacaan lebih dari satu baris, baris-baris berikutnya diketik 1 (satu) spasi
dan dimulai setelah ketukan ke 8 (delapan) dari margin kiri.
6) Setiap baris akhir suatu sumber bacaan diakhiri dengan tanda titik.
7) Jarak antara baris akhir suatu sumber bacaan dan baris pertama sumber bacaan
berikutnya adalah 2 (dua) spasi.
8) Tidak dibenarkan mengubah karakter (huruf) Latin seperti tanda tanya (?) menjadi alfa,
beta, gamma dan lain-lain dari judul asli sumber rujukan.

5.6.1 Menulis Kutipan dan Rujukan


Kutipan adalah penulisan kembali sebagian teks dari suatu sumber bacaan atau
rujukan. Rujukan adalah sumber bacaan tempat suatu kutipan atau informasi diperoleh.
Kutipan yang diungkapkan dengan bahasa dan gaya pengutip disebut kutipan tidak langsung
atau parafrase, sedangkan kutipan yang sama benar dengan sumber aslinya disebut kutipan
langsung.

29
Di dalam penulisan kutipan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Kutipan langsung kurang dari lima baris


Kutipan ditempatkan di dalam teks di antara dengan jarak spasi sama dengan jarak dalam
teks yaitu dua spasi. Penulisannya ada dua cara yaitu:
a) Nama pengarang dituliskan secara terpadu di dalam teks.
Alwasilah (2013:135) mengatakan dalam tradisi penelitian eksperimental pertanyaan
penelitian harus menjanjikan generalisasi.
Menurut Sulaiman dan Mukhlisin (1999:135), baik buruknya tingkah laku seseorang sangat
bergantung pada....
Sundari dkk. (1999:135) mengatakan baik buruknya tingkah laku seseorang sangat
bergantung pada....
b) Nama pengarang dituliskan bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman
Skala rasio adalah suatu skala yang mempunyai rentangan konstan dan mempunyai angka 0
mutlak (Armando, 2010:20).

Jika pengutipan diambil dari lebih satu halaman maka cara penulisannya yaitu:
....memanfaatkan alat teknologi yang canggih, yaitu komputer untuk mengolah data
(Sihotang, 1980:357-364).
2) Kutipan langsung yang terdiri dari lima baris atau lebih
Kutipan ditempatkan di bawah baris terakhir teks yang mendahuluinya. Kutipan itu
diketik tanpa tanda petik, dengan jarak satu spasi dan menjorok masuk tujuh ketukan
dari margin kiri.
3) Kutipan tidak langsung: nama pengarang dapat ditulis terpadu dalam teks, atau ditulis
dalam kurung bersama tahun penerbitnya.
Contoh:
Robinson (1997:6) mengemukakan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh dua kelompok
yang berbeda terhadap suatu kejadian dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda.

Cara lain dapat juga dituliskan sebagai berikut:


Pengamatan yang dilakukan oleh dua kelompok yang berbeda terhadap suatu kejadian
dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda (Robinson, 1997:6).
4) Jika sumber acuan dari dalam bahasa asing, sebaiknya bagian yang dikutip diterjemahkan
secara bebas ke dalam bahasa Indonesia sebagai kutipan tidak langsung. Jika terpaksa

30
harus dikutip langsung, pernyataan di dalam bahasa asing itu dikutip sesuai dengan
aslinya dan semua unsur bahasa asing itu diberi garis bawah atau diketik kursif.

Contoh: Pengaruh sastra di dalam kehidupan manusia seperti terlihat di dalam


pernyataan Soerenson (1977:2), the analogy between women and the eart as sources of
life has always inspired the myths and poems of men.

Beberapa teknik penulisan rujukan atau catatan pustaka yang lazim digunakan
adalah sebagai berikut:

1) Di dalam teks yang nama pengarangnya dinyatakan, ditulis nama akhir jika nama itu lebih
dari dua kata, langsung diikuti tahun terbit dan nomor halaman pustaka yang diacu dan
ditempatkan di dalam tanda kurung. Nomor halaman dipisahkan dengan tanda titik dua
dari tahun terbit, tanpa jarak satu ketukan. Jika nomor halaman tidak diacu, itu berarti
pernyataan yang diacu terdapat merata di dalam pustaka tersebut.
Contoh:
Abdullah (1998:27) menyatakan bahwa sinar gamma dapat .....
2) Jika di dalam teks nama pengarang tidak dinyatakan, dicantumkan nama akhir pengarang
dan tahun terbit pustaka yang diacu serta nomor halaman (kalau dikutip pada halaman
tertentu) di dalam kurung pada akhir pernyataan yang dikemukakan sebelum tanda titik
akhir kalimat pernyataan itu. Diantara nama pengarang dan tahun terbit ditempatkan
tanda koma, dan diantara tahun terbit dan nomor halaman ditempatkan tanda titik dua.
Contoh:
a) Penelitian etnografi seringkali tidak hanya melibatkan etnografer dan informasi saja
(Spradley, 1977:18).
b) Penelitian kualitatif menggunakan data secara induktif (Moleong, 2000:5).
c) ...memanfaatkan alat teknologi yang canggih, yaitu komputer untuk mengolah data
(Koentjaraningrat, 1080:357-364).
Contoh 2.c) di atas menyatakan bahwa pendapat Koentjaraningrat dikutip di dalam halaman
357 sampai dengan halaman 364.

3) Jika ada dua pengarang, dicantumkan kedua nama itu yang dipisahkan dengan kata dan,
serta tahun terbitnya. Jika pengarang lebih dari dua orang, digunakan singkatan dkk. (dan
kawan-kawan) sesudah nama akhir nama pengarang yang pertama. Kata dan singkatan
dkk. tidak digarisbawahi.

31
Contoh:
a) Surat edaran ialah surat yang di luar kantor/instansi yang bersangkutan (Soemarno dan
Thahlil, 1999:17).
b) Menurut Aminuddin dkk. (1978:63), hemoglobin adalah pigmen merah pembawa
oksigen pada butir darah merah.
c) Sulaiman dkk. (2011:135) mengemukakan bahwa baik buruknya tingkah laku seseorang
sangat tergantung pada ......
4) Jika ada beberapa karya terbitan tahun yang sama dari seseorang pengarang, sebagai
pembeda digunakan huruf a, b, dan c, di belakang tahun terbit di dalam kurung.
Contoh:
a) Selanjutnya, Haris (2001a) berpendapat bahwa .......
b) Pendapatnya itu diperkuatnya dengan mengatakan bahwa .... (Haris, 2001b).
5) Jika beberapa sumber informasi diacu bersama, nama-nama pengarang dan tahun terbit
ditempatkan di dalam satu kurung). Penempatannya mengikuti urutan tahun terbit.
Tanda titik koma (;) memisahkan sumber informasi yang satu dengan yang lain.
Contoh:
.... pembelajaran bahasa Indonesia masih dianggap bermasalah (Chaer, 1981; Badudu, 1985;
Suyono, 1995).
6) Jika buku rujukan tidak mempunyai tahun terbit, dituliskan tanpa tahun di dalam kurung
sesudah penyebutan nama pengarang.
Contoh:
......dana moneter internasional (Wardhana, 2015)

5.6.2 Buku Sebagai Sumber Rujukan


Urutan penyebutan keterangan tentang buku sebagai berikut.

a. nama pengarang
b. tahun terbit
c. judul buku
d. tempat terbit
e. nama penerbit
Tiap-tiap penyebutan keterangan, kecuali penyebutan tempat terbit, diakhiri
dengan tanda titik. Sesudah tempat terbit diberi tanda titik dua (:). Jika yang dicantumkan

32
bukan nama pengarang, melainkan nama lembaga yang menerbitkan, urutan penyebutan di
dalam daftar pustaka menjadi

a. nama lembaga/badan/instansi yang menerbitkan


b. tahun terbit
c. judul terbitan
d. tempat terbit
Jika yang dicantumkan bukan nama pengarang dan bukan nama lembaga yang
menerbitkan, urutan penyajiannya adalah

a. kata pertama judul buku/karangan


b. tahun terbit
c. judul buku/karangan lengkap
d. tempat terbit
e. nama penerbit
Berikut penjelasan lebih rinci penulisan tiap-tiap butir tersebut di atas:

1) Penulisan Nama Pengarang


a. Nama pengarang ditulis selengkap-lengkapnya, tanpa mencantumkan gelar
akademik pengarang yang bersangkutan.
b. Penulisan nama pengarang dilakukan dengan menyebutkan nama akhir lebih
dulu, baru kemudian nama pertama. Nama akhir yang ditulis lebih dahulu itu
dipisahkan dengan tanda koma (,) dari nama pertama yang ditulis di belakang
nama akhir sebagai berikut:
Contoh:
Banta Beuransah menjadi Beuransah, B.
Fuad Hasan menjadi Hasan, F.
Juanita H. William menjadi William, J.H.
Murniati binti Sofyan menjadi Sofyan, M.
Michael van Debour menjadi van Debour, M.
Raden Poltak Gambiet Simajuntak menjadi Simajuntak, R.P.G.

Cara penulisan nama pengarang seperti itu tidak berlaku bagi nama-nama
Tionghoa atau yang serumpun dengan mereka, karena pada nama Tionghoa

33
unsur nama pertama merupakan nama famili. Jadi, nama-nama pengarang
Tionghoa di dalam daftar rujukan tidak perlu dibalik urutannya.

Contoh:
Liem Swi King ditulis Liem, S.K.
Tan Joe Hok ditulis Tan, J.H.
Untuk itu, nama Liem Swi King ditempatkan di dalam urutan huruf L dan nama
Tan Joe Hok ditempatkan di dalam urutan huruf T.
c. Jika di dalam buku yang diacu itu yang tercantum nama editor, penulisannya
dilakukan dengan menambahkan singkatan (Ed.) di belakang nama. Singkatan
(Eds.) digunakan jika editornya lebih dari satu. Singkatan Ed. atau Eds. diawali
dengan huruf kapital dan diakhir dengan titik, ditempatkan di dalam tanda
kurung dengan jarak satu ketukan dari nama editor.
Contoh:

Letheridge, S. & C.R. Cannon (ed.). (2010). Bilingual Education: Teaching English as
a Second Language. New York: Preager.

Aminuddin (ed.). (2015). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang

Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang.

d. Jika pengarang terdiri dari tiga orang atau lebih, dituliskan nama pengarang
pertama saja sesuai dengan ketentuan butir 2) yaitu dituliskan nama akhir lebih
dahulu, sedangkan nama pengarang kedua dituliskan menurut urutan biasa. Di
antara kedua nama pengarang itu digunakan kata penghubung dan (tidak
digarisbawahi).
Contoh:
Banta Beuransah dan Abdul Manaf Munir ditulis Beuransah, B. dan A.M. Munir

e. Jika pengarang terdiri dari tiga orang atau lebih, dituliskan nama pengarang
pertama saja sesuai dengan ketentuan butir 2) lalu ditambahkan singkatan dkk.
(bentuk lengkapnya adalah dan kawan-kawan) dan tidak digarisbawahi.
Contoh: Abubakar Hasbi, Muslim, dan Muhammad Nasir ditulis Hasbi dkk.

34
f. Jika beberapa buku yang diacu itu ditulis oleh seorang pengarang, nama
pengarang disebutkan sekali saja pada buku yang disebut pertama, sedangkan
untuk selanjutnya cukup dibuat garis sepanjang sepuluh ketukan yang diakhiri
dengan tanda titik.
Contoh:
Muhammad Hasan Albanna ditulis Albanna, M.H.
Untuk buku beliau selanjutnya ditulis ------------------

2) Penulisan Tahun Terbit


a. Penulisan tahun terbit dituliskan sesudah nama pengarang dan dibubuhkan tanda
titik sesudah tahun terbit.
Contoh:
Aminuddin (ed.). 2014.
b. Jika beberapa buku yang dijadikan bahan pustaka ditulis oleh seorang pengarang
dan diterbitkan di dalam tahun yang sama, penempatan urutannya didasarkan pada
urutan abjad judul bukunya. Kriteria pembedaannya adalah tahun terbit, yaitu
dibubuhkan huruf a, b, dan c sesudah tahun terbit, tanpa spasi.
Contoh:
Albanna, M.H. 2012a.
.................... . 2014b.
c. Jika beberapa buku yang dijadikan bahan rujukan itu ditulis oleh seorang pengarang,
tetapi tahun terbitnya berbeda, penyusunan daftar pustaka dilakukan dengan
urutan berdasarkan urutan terbitan (dari yang paling lama sampai yang paling baru).
d. Jika buku yang dijadikan bahan rujukan itu tidak menyebutkan tahun terbitnya, di
dalam penyusunan daftar pustaka disebut Tanpa Tahun. Kedua kata ini diawali
dengan huruf kapital dan tidak digarisbawahi.
Contoh:
Johan. Tanpa Tahun.
Amin, M. Tanpa Tahun.
3) Judul Buku
a. Judul buku ditempatkan sesudah tahun terbit dan diberi garis bawah tiap-tiap
katanya atau diketik miring (kursif). Judul ditulis dengan huruf kapital pada
setiap awal kata yang bukan kata tugas seperti di, ke, dari, pada, daripada,

35
untuk, bagi, dan, yang, dengan, yang tidak terletak pada posisi awal. Di
belakang judul ditempatkan tanda titik.
Contoh:
Setiarso, B. 1997. Penerapan Teknologi Informasi dalam Sistem Dokumentasi
dan Perpustakaan. Surabaya: Erlangga.
Duke, D.M. & R.L. Canady. 2009. School Policy. New York: McGraw-Hill, Inc.
1) Laporan penelitian, disertasi, tesis, skripsi, atau artikel yang belum diterbitkan atau
dipublikasikan, di dalam daftar pustaka ditulis dengan diawali dan diakhiri tanda
petik. Jadi yang dicetak miring untuk sumber tersebut adalah nama majalah,
laporan, jurnal, skripsi, tesis, disertasi dan makalah.
Contoh:
Alamsyah, T. 1997. Karakter Bahasa Guru dalam Interaksi Belajar-Mengajar
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Tesis tidak dipublikasikan. Malang:
PPs IKIP Malang.
Yansen, B. 2009. Management Information System: A preliminary study for
developing a model of a management information system in the area
of a tertiary academic administration and studentship, unpublished
Thesis. Melbourne: School of Education La Trobe University.
2) Unsur-unsur keterangan, seperti jilid, cetakan atau edisi, ditempatkan sesudah
judul. Penulisan keterangan itu ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, kecuali
kata tugas dan diakhiri dengan titik.
Contoh:

Mochtar, A. 2013. Pengantar Ekonomi. Cetakan Kedua

3) Jika sumber acuan merupakan karya terjemahan, hal itu dinyatakan seperti di dalam
contoh berikut.
Spradley, J.P. 1997. Metode Etnografi. Terjemahan oleh Misbah Zulfa Elizabeth
dari The Etnographic Interview (Tanpa Tahun). Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya.

Catatan: tahun 1997 pada data di atas adalah tahun terbit buku terjemahan,
sedangkan judul aslinya dalam buku terjemahan itu tidak disebutkan tahun
terbitnya sehingga dituliskan Tanpa Tahun.

36
Contoh penulisan buku terjemahan yang ada tahun terbit:

Schimmel, A.F. 1986. Dimensi Mistik dalam Islam. Terjemahan oleh Sapardi Djoko
Damono dkk. dari Mystical Dimension of Islam (1975).

4. Tempat Terbit dan Nama Penerbit


a. Tempat terbit sumber rujukan/acuan, baik buku maupun rujukan lainnya
ditempatkan sesudah judul atau keterangan judul (misalnya: edisi, jilid).
Sesudah tempat terbit dituliskan nama penerbit dengan dipisahkan oleh tanda
titik dua dari tempat terbit dengan jarak satu ketukan.
Contoh:

Berlin, B. & Kay, P.C. 2001. Basic Color Term. Los Angeles: University of California
Press.

Koentjaraningrat (Ed.) 1980. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


Gramedia.

Slavin, R.E. 1997. Educational Psychology: Theory and Practice (5th ed.) Johns
Hopkins University, Singapore: John Wiley & sons.

b. Sesudah penyebutan nama penerbit ditempatkan tanda titik.


c. Rujukan dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga tersebut, nama penerbit
adalah nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbit karangan tersebut.
Contoh:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Pedoman Penulisan


Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

d. Jika lembaga penerbit dijadikan pengarang (ditempatkan pada jalur pertama),


nama penerbit tidak perlu disebutkan lagi.
Contoh:

Biro Pusat Statistik. 1993. Statistical Pocketbook of Indonesia. Jakarta.

37
5.6.3 Artikel dalam Majalah/Jurnal atau Koran sebagai Sumber Acuan
Jika sumber acuan berasal dari artikel dalam majalah/jurnal, urutan yang perlu
disebutkan dalam daftar rujukan adalah sebagai berikut:

1) nama pengarang
2) tahun terbit
3) judul artikel
4) nama majalah/jurnal
5) terbitan ke berapa (kalau ada)
6) nomor majalah atau bulan terbitan
7) nomor halaman
Tiap-tiap penyebutan keterangan nama pengarang, tahun terbit, dan judul artikel
diakhiri dengan titik. Nama majalah/jurnal dan tahun terbit dipisahkan oleh satu ketukan,
sedangkan nomor majalah/jurnal ditempatkan di dalam tanda kurung. Nomor halaman
dipisahkan dengan tanda titik dua dari nomor majalah/jurnal.

Contoh:

Suprapto, R.A. 1989. Perubahan Sosial dan Perkembangan Bahasa. Jurnal


Humaniora Indonesia, 6(2): 114-120.

Gardner, G.E., & J.M. Gail. 2011. Science Instructors’ Perceptions of the Risks of
Biotechnology: Implications for Science Education. International Journal
Science Education. 41:512-520.

Jika sumber acuan berasal dari artikel dalam surat kabar, urutan penyebutan
keterangannya adalah sebagai berikut:

1) nama pengarang,
2) tahun terbit.
3) judul artikel,
4) nama surat kabar,
5) tanggal terbit.
Tiap-tiap penyebutan keterangan, kecuali penyebutan nama surat kabar, diakhiri
dengan tanda titik. Nama surat kabar dan tanggal terbit dipisahkan oleh tanda koma.

Contoh:

Tabah, A. 2015. Polwan Semakin Efektif dalam Penegakan Hukum. Suara


Pembaharuan, 20 April 2015.

38
5.6.4 Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Lokakarya, atau Penataran sebagai
Sumber Acuan
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul makalah ditulis
dalam tanda petik ganda, kata makalah dicetak miring, kemudian diikuti pernyataan
“Makalah disajikan dalam....” nama pertemuan, lembaga penyelenggara, dan tanggal serta
bulan penyelenggaraan.

Contoh:

Aman, M.F. 2006. Trik Penulisan Proposal Penelitian Kualitatif yang baik. Makalah
disajikan dalam Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah bagi Guru-guru se-Provinsi
Aceh, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Banda Aceh, 12 s.d 17 Juli 2006.

5.6.5 Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti oleh tahun, judul
karya (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor,
dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan
diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Khumaidi, M. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya.


Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), volume 5, no. 4, (http://www.fpips_
ikip_malang. ac.id., diakses 20 Januari 2000).

5.6.4.1 Informasi Website/Internet

Landon, P. 2006. An Introduction to Inflow Prevention, Pump and System, (Online),


(http://pumpzone.com/articles/An_Intro.pdf, diakses 6 Maret 2006.

5.6.4.2 Artikel dalam website/Internet

Judy, G. & K.U. Therrien. 1993. “The Syllabus Reevaluated: Creating a Tool for Effectie
Learning”. About Teaching, no. 44, April 1993. (http://learn.quinnipiac.edu/
teaching/betterteaching/seminars/documents/4.Syllabusrevisited-Gree.pdf,
diakses 5 Juli 2014)

39
5.6.6 Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim (jika ada) disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail
pengirim), diikuti oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang
dikirim disertai keterangan dalam kurung (alamat E-mail yang dikirim).

Contoh:

Davis, A. (abudavis@yahoo.co.id.). 10 Juni 2014. Learning to Use Web Authoring


Tolls. Email kepada Alison Hunter (ahunter76@yahoo.co.id).

5.6.7 Antologi sebagai Sumber Acuan


Urutan penyebutan keterangan tentang karangan di dalam antologi adalah sebagai
berikut:

1) nama pengarang
2) tahun terbit pengarang
3) judul karangan
4) nama penghimpun/editor
5) tahun terbit antologi
6) judul antologi
7) nomor halaman
8) tempat terbit
Tiap-tiap penyebutan keterangan, kecuali penyebutan tempat terbit, diakhiri
dengan tanda titik. Sesudah tempat terbit diletakkan tanda titik dua. Penjelasan nama
pengarang buku, tempat buku, nama penerbit berlaku juga bagi pengarang karangan di
dalam antologi. (periksa ketentuan mengenai buku sebagai sumber acuan).

Contoh:

Martodirdjojojo, M.S. 2007. Metode Penggunaan Bahan Nabati, dokumen Dalam


Kontjaraningrat (ed.) 1980. Metode-metode Penelitian Berbasis Masyarakat,
hal. 67-92. Jakarta: Gramedia.

40
5.7 Tabel dan Gambar
Tabel dimaksudkan untuk menyajikan data dan informasi dalam bentuk yang lebih
ringkas. Gambar juga merupakan jenis penyajian data atau informasi dalam bentuk grafik,
peta, diagram, sketsa, foto, dan rumus-rumus bidang ilmu tertentu yang kompleks. Tabel
atau gambar yang baik dapat mengungkapkan informasi lebih efektif dan efisien daripada
menggunakan serangkaian kalimat.

5.7.1 Tabel
Penggunaan tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang sistematis untuk
menyajikan data statistik dalam kolom-kolom dan lajur sesuai dengan klasifikasi masalah.
Dengan menggunakan tabel, pembaca akan dapat memahami dan menafsirkan data secara
cepat, dan mencari hubungan-hubungannya.

Tabel yang baik seharusnya sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide.
Memasukkan terlalu banyak data dalam suatu tabel dapat mengurangi nilai penyajian tabel.
Lebih baik menggunakan banyak tabel daripada menggunakan sedikit tabel yang isinya
terlalu padat. Tabel yang baik harus dapat menyampaikan ide dan hubungan-hubungannya
secara efektif.

Jika suatu tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), tabel harus ditempatkan
pada halaman tersendiri. Jika tabel cukup pendek (kurang dari setengah halaman) sebaiknya
diintegrasikan dengan teks.

Pedoman Penulisan Tabel

1) Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) yang ditempatkan di atas
tabel. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan perujukan. Jika tabel lebih dari satu
halaman, bagian kepala tabel (termasuk teksnya) harus diulang pada halaman
berikutnya. Akhir tabel pada halaman pertama tidak perlu diberi garis horizontal. Pada
halaman berikutnya, ditulislah Lanjutan Tabel .... pada tepi kiri, tiga spasi dari garis
horizontal teratas tabel.
2) Huruf pertama kata tabel ditulis dengan huruf kapital

41
3) Kata “Tabel” ditulis di pinggir, diikuti nomor dan judul tabel. Judul tabel ditulis dengan
huruf besar pada huruf pertama setiap kata kecuali kata penghubung.
4) Jika judul tabel lebih dari satu baris, baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan
huruf awal judul dengan jarak satu spasi.
5) Judul tabel tidak diakhiri tanda titik.
6) Berilah jarak 3 spasi antara teks sebelum dan teks sesudah tabel.
7) Nomor tabel ditulis dengan angka Arab yang menunjukkan bab tempat tabel itu dimuat
dan nomor urutannya dalam bab tersebut. Dengan demikian, untuk setiap bab nomor
tabelnya dimulai dari nomor 1. Misalnya Tabel 1.1 berati tabel tersebut adalah tabel
pertama pada bab I. Tabel 2.3 berarti tabel tersebut adalah tabel ketiga pada bab II.
8) Data yang terdapat di dalam tabel diketik dengan jarak 1 spasi.
9) Tabel yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan mengenai nama akhir
penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman tabel asli di bawah tabel dengan jarak tiga
spasi dari garis horizontal terbawah, mulai dari tepi kiri.
Contoh:

Tabel 2.2 Literacy Skills Learning Outcomes

(Sumber: Morisson & Garman, 2011:375)

42
5.7.2 Gambar

Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, chart, peta, sket, diagram, bagan, dan
gambar lainnya. Gambar dapat menyajikan data dalam bentuk-bentuk visual yang dapat
dipahami dengan mudah. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk membangun deskripsi,
tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan tertentu yang signifikan. Gambar juga
dapat digunakan untuk menyajikan data berupa grafik.

Beberapa pedoman penggunaan gambar dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Judul gambar ditempatkan di bawah gambar, bukan di atasnya. Cara penulisan judul
gambar sama dengan penulisan judul tabel.
2) Gambar harus sederhana untuk dapat menyampaikan ide dengan jelas dan dapat
dipahami tanpa harus sisertai penjelasan tekstual.
3) Gambar yang membutuhkan tempat lebih dari setengah halaman harus ditempatkan
pada halaman tersendiri.
4) Gambar diacu dengan menggunakan angka, bukan dengan menggunakan kata gambar
di atas atau gambar di bawah.
5) Gambar dinomori dengan menggunakan angka Arab seperti pada penomoran tabel.
6) Gambar yang dikutip dari sumber lain wajib diberi keterangan mengenai nama akhir
penulis, tahun publikasi, dan nomor halaman gambar setelah penulisan nama gambar.
Contoh:

80
69
70
60
Skor pemahaman(%)

60 52
50
35 36 37
40
Eksperimen
30
Kontrol
20
10
0
Tes Awal Tes Akhir % Ngain

Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Skor Rata-rata Tes Awal, Tes Akhir dan Ngain
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Ramadhan, 2014:68)

43
Lampiran 1. Contoh Halaman Sampul Tesis

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DISKOVERI


UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA METERI LARUTAN PENYANGGA

Tesis

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Magister Pendidikan

Oleh

MUHAMMAD BAHAGIA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2015

44
Lampiran 2. Contoh Lembar Pengesahan Pembimbing dan Dewan Penguji

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN


DISKOVERI UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA METERI
LARUTAN PENYANGGA

Nama Penulis : Muhammad Bahagia

Nomor Mahasiswa : 1309200170049

Program Studi : Pendidikan IPA

Konsentrasi : Pendidikan Kimia

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Co-Pembimbing,

.............................................. .....................................................
NIP ....................................... NIP ...............................................

Diketahui oleh:

Ketua Program Studi Pendidikan IPA, Direktur Program Pascasarjana,

.............................................. .....................................................
NIP ....................................... NIP ...............................................

Tanggal Lulus: ...............

45
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

Tesis oleh Muhammad Bahagia ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada
hari Senin tanggal 20 April 2015.

Dewan Penguji:

1. Ketua ..............................................
NIP. .....................................

2. Anggota ...........................................
NIP....................................

3. Anggota ...........................................
NIP. ...................................

4. Anggota .............................................
NIP. ...................................

46
Lampiran 3. Contoh Lembar Pengesahan Penelaah Proposal Tesis

LEMBAR PENGESAHAN PENELAAH

Judul : PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN


DISKOVERI UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA METERI
LARUTAN PENYANGGA

Nama Penulis : Muhammad Bahagia

Nomor Mahasiswa : 1309200170049

Program Studi : Pendidikan IPA

Konsentrasi : Pendidikan Kimia

Tanggal Seminar : .............................

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Co-Pembimbing,

.............................................. .....................................................
NIP ....................................... NIP ...............................................

Penguji I, Penguji II,

.............................................. .....................................................
NIP ....................................... NIP ...............................................

Diketahui oleh:
Ketua Program Studi Pendidikan IPA,

...........................................
NIP.................................

47
Lampiran 4. Contoh Lembar Pernyataan tentang Keaslian Karya Ilmiah

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Model Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) Berorientasi Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pembelajaran Laju

Reaksi dengan Metode Praktikum” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar

karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan

cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya ini.

Banda Aceh, ................

Penulis

Materai 6000

Muhammad Bahagia

48
Lampiran 5. Contoh Penulisan Abstrak

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penggunaan model siklus belajar
hipotetikal deduktif 7E pada konsep pembiasan cahaya untuk mendapatkan gambaran
efektivitasnya dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains
siswa SMA, serta tanggapan siswa dan guru terhadap model tersebut. Metode
penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain the randomized
pretest-posttest control group design yang dilaksanakan di kelas X salah satu SMA di
Kota Palembang pada tahun pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel
dengan metode cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
pretest dan posttest untuk penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, lembar
observasi untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran, angket untuk mengetahui
tanggapan guru dan siswa terhadap penerapan model siklus belajar hipotetikal
deduktif 7E. Pengolahan data dilakukan dengan statistik uji t untuk beda rerata. Hasil
penelitian diperoleh rata-rata N-gain penguasaan konsep 0,563 untuk kelas
eksperimen dan 0,375 untuk kelas kontrol, keterampilan proses sains 0,510 untuk
kelas eksperimen dan 0,297 untuk kelas kontrol. N-gain tertinggi penguasaan konsep
kelas eksperimen sebesar 0,595 pada subkonsep pembiasan cahaya pada lensa
cembung dan terendah sebesar 0,343 pada subkonsep hubungan kecepatan, frekuensi,
panjang gelombang dan indeks bias suatu medium. N-gain tertinggi penguasaan
konsep kelas kontrol sebesar 0,390 pada subkonsep hukum pembiasan cahaya dan
terendah sebesar 0,144 pada subkonsep pembiasan cahaya pada kaca planparalel. N-
gain tertinggi keterampilan proses sains kelas eksperimen sebesar 0,563 pada
indikator kemampuan komunikasi dan terendah sebesar 0,408 pada indikator
menerapkan konsep atau prinsip. N-gain tertinggi keterampilan proses sains kelas
kontrol sebesar 0,259 pada indikator melakukan pengamatan dan terendah sebesar
0,190 pada indikator kemampuan mengajukan hipotesis. Guru dan siswa memberikan
tanggapan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotetikal deduktif 7E.
Model siklus belajar hipotetikal deduktif 7E secara signifikan dapat lebih
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMA
dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Kata kunci: siklus belajar hipotetikal deduktif 7E, penguasaan konsep, keterampilan
proses sains, pembiasan cahaya

49
Lampiran 6. Contoh Penulisan Daftar Isi Tesis

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ............................................................... ii
PERNYATAAN ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 4
1.5 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 5
1.6 Definisi Istilah ....................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI (TINJAUAN PUSTAKA).................................................... 7
2.1 ............................................................................................................... 7
2.2 .............................................................................................................. 9
2.3 ............................................................................................................... 11
2.4 ................................................................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................... 17
3.1 Metode dan Desain Penelitian…………………………….............................. 17
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………......................... 17
3.3 Prosedur Penelitian ………………………………………………............................ 18
3.4 Alur Penelitian …………………………………….............................................. 19
3.5 Instrumen Penelitian ….……………………………………….............................. 21

50
3.6 Analisis Instrumen ........................................................................... 23
3.7 Hasil uji coba instrumen .………………………………………….......................... 25
3.8 Teknik analisis data ............................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 29


4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 29
4.1.1 Hasil penelitian1............................................................................. 29
4.1.2 Hasil penelitian2............................................................................. 34
4.1.3 Hasil penelitian2............................................................................. 39
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 46
4.2.1 Pembahasan hasil penelitian1....................................................... 46
4.2.2 Pembahasan hasil penelitian2....................................................... 55
4.2.3 Pembahasan hasil penelitian3....................................................... 63
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 69
5.1 Simpulan ............................................................................................... 69
5.2 Saran ..................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 71
LAMPIRAN ............................................................................................................... 73

51
Lampiran 7. Contoh penulisan Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Sintak Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E


..... dan Pembelajaran Konvensional ..................................................... 21

Tabel 2.2 Indikator Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya ............ 27

Tabel 2.3 Perjanjian Tanda yang Digunakan dalam Persoalan Lensa Tipis.... 42

Tabel 3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 48

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 53

Tabel 3.3 Kategori Validitas Butir Soal .......................................................... 55

Tabel 3.4 Kategori Reliabilitas Tes ................................................................. 56

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran ............................................................... 57

Tabel 3.6 Kategori Daya Pembeda .................................................................. 58

Tabel 3.7 Kategori Tingkat N-gain.................................................................. 59

Tabel 3.8 Hasil Ujicoba Soal Penguasaan Konsep pembiasan Cahaya dan
Keterampilan proses Sains Siswa .................................................... 62

52
Lampiran 8. Contoh Penulisan Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Diagram Spiral Siklus Belajar .................................................. 16

Gambar 2.2 Model Siklus Belajar 7E.......................................................... 17

Gambar 2.3 Skema Pembiasan Cahaya....................................................... 30

Gambar 2.4 Geometri untuk Menurunkan Hukum Snellius tentang Pembiasan


Cahaya dari Prinsip Fermat.......................................................... 31

Gambar 2.5 Geometri untuk Menghitung Waktu Minimum dalam


Penurunan Hukum Snellius dari Prinsip Fermat ...................... 32

Gambar 2.6 Bentuk lensa cembung.............................................................. 35

Gambar 2.7 Berkas-berkas Paralel Difokuskan oleh Lensa Cembung …… 36

Gambar 2.8 Sinar Istimewa pada Lensa Cembung ...................................... 37

Gambar 2.9 Diagram Sinar untuk Lensa Cembung dengan Sinar Utama.... 37

Gambar 3.1 Alur Penelitian......................................................................... 49

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Pretest, Posttest,


dan N-gain Penguasaan Konsep Siswa Kedua Kelas............... 51

53
Lampiran 9. Contoh Penulisan Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Perangkat Pembelajaran............................................................. 104

Lampiran B. Instrumen Penelitian .................................................................. 128

Lampiran C. Hasil Uji Coba Instrumen .......................................................... 189

Lampiran D. Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket......................... 193

Lampiran E. Pengolahan Data.......................................................................... 222

Lampiran F. Dokumen Pendukung .................................................................. 226

54
Lampiran 10. Contoh Penulisan Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, S. & Sankahar, J.H. 2005. The effect of learning cycle on college studens’
understanding of different aspects in resistive DC circuits. Prosiding The
International Seminar on The ASEAN Education Community 2014, Penang,
Malaysia, 28 Nopember 2014, hal. 276-284

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

Cheng, K.K. 2004. Using an online homework system enhances students’ learning of
physics consepts in an introdutory physics course. Journal American
Association of Physic Teacher, 4:1447–1453.

Depdiknas. 1994. Kurikulum Penddikan Dasar Garis-garis Besar Program


Pengajaran Sekolah lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2004. Silabus Kurikulum 2013. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat


Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas Republik Indonesia

Dimyati & M. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eisenkraft, A., C. Kubo, H. Marshal, M.A. Dahniel, & A. Faster. 2003. Expanding
the 5E models. Journal of Science Education, 5(1): 54-59.

Fraenkel, J. R. & N.E. Wallen (ed.). 2007. How to Design and Evaluate Research in
Education (sixth ed.). New York: McGraw-Hill Book Co.

Haji, A.G., Safriana, & R. Safitri. 2015. The use of problem based learning to
increase students’ learning independent and to investigate students’ concept
understanding on rotational dynamic at students’ of SMA Negeri 4 Banda
Aceh. Indonesian Journal of Science Education, 4(1):67-72

Khumaidi, M. 1998. Pengukuran bekal awal belajar dan pengembangan tesnya.


Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), vol. 5, no. 4, (http://www.malang.ac.id.,
diakses 20 Januari 2015).

Rajagukguk, R.W. 2013. Kesiapan Guru Mengajar Di Seklah Dasar Ditinjau Dari
Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains. Tesis tidak dipublikasikan.
Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

55
Lampiran 11. Contoh Penulisan Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Nama Penulis Tesis, lahir di Banda Aceh pada tanggal


............., putri dari pasangan ............ dan ..........
Pasfoto warna
Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun ......... di SDN I
ukuran 4 x 6 cm
Banda Aceh. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan
pada tahun .............. di SLTP Negeri I Banda Aceh.
Sekolah Menengah Umum di SMU Bina Bangsa
Bangsa Aceh diselesaikan pada tahun ..........

Gelar Sarjana Pendidikan diperoleh pada tahun ....... di Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP Universitas ................. Pada tahun ........ melanjutkan studi di Program
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pada Program Studi Magister Pendidikan IPA
dengan Konsentrasi Pendidikan .......... dan diselesaikan pada tahun ........ Pendidikan
Informal yang ditempuh antara lain: .................................................................

Pengalaman penelitian yaitu .................. Karya ilmiah yang dipublikasikan


yaitu ....................................... Partisipasi sebagai pemakalah pada seminar antara
lain: (1) .........................................., (2) ............................. (3)................................

56
Lampiran 12. Contoh Artikel Hasil Penelitian untuk Jurnal Ilmiah atau Prosiding
Seminar Ilmiah (Bahasa Indonesia)

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kritis Dan Sikap Sosial
Siswa SMA Pada Pembelajaran Materi
Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Yenny Mariana1, Abdul Gani Haji 2, dan Saiful3

1
Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111
2
Program Studi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111
3
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111
e-mail: yennymariana@gmail.com; aganihaji@unsyiah.ac.id; s.saiful@unsyiah.net

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir


kritis dan sikap sosial siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan setelah
siswa belajar melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode penelitian yang
digunakan adalah ekperimen semu dengan desain pretest-posttest control group
design. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Random Sampling. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya
Kabupaten Aceh Besar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes
keterampilan berpikir kritis, tes sikap sosial, observasi dan angket. Hasil olahan data
dengan uji N-gain, diperoleh persentase nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen
sebesar 25,88 dan kelas kontrol sebesar 25,00. Selanjutnya, persentase nilai rata-rata
tes akhir pada kelas eksperimen sebesar 75,29, sedangkan kelas kontrol sebesar
61,25. Rata-rata gain yang dinormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen termasuk
kategori sedang. Untuk gain yang dinormalisasi diperoleh thitung = 3,44 dengan
signfikansi p = 0,002, karena signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
peningkatan keterampilan berpikir kritis materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dibandingkan dengan keterampilan berpikir kritis materi kelarutan dan hasil kali
kelarutan pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Hasil uji
hipotesis menunjukkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan sikap sosial siswa dengan nilai sig. (0,000) < α
(0,05), maka Ha yang diterima. Model pembelajaran inkuiri terbimbing juga
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai
sig. (0,001) < α (0,05), maka Ha yang diterima. Hasil analisis angket siswa
menunjukkan 17 orang siswa memberikan tanggapan yang positif (sangat baik)
terhadap penggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada pembelajaran
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Kata Kunci : Inkuiri Terbimbing, Berpikir Kritis, Sikap Sosial, Ksp

57
PENDAHULUAN

Kimia sebagai bagian yang terintegrasi dengan pembelajaran sains


mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami konsep-
konsep kimia secara sistematis melalui pengalaman belajar yang lebih mendalam.
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang masih dianggap sulit bagi
kebanyakan siswa (Suyanti, 2010). Oleh karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan materi IPA khususnya kimia, antara lain model
pembelajaran langsung, kooperatif, inkuiri, kontekstual, dan model pembelajaran
berbasis masalah (Nur, 2011).
Hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1
Krueng Barona Jaya Aceh Besar, menunjukkan bahwa proses pembelajaran kimia
masih berpusat pada guru sehingga proses pembelajaran, khususnya pelajaran kimia
masih kurang maksimal. Guru masih menggunakan metode ceramah secara
menyeluruh dalam penyampaian materi, sedangkan materi kimia yang dipelajari
berupa konsep-konsep dan rumus-rumus, yang mungkin saja membuat siswa kurang
termotivasi dalam mempelajari dan memahami materi kimia. Berdasarkan informasi
yang diberikan oleh salah seorang guru kimia di sekolah tersebut, nilai untuk mata
pelajaran kimia masih rendah, terutama pada materi kimia yang bersifat abstrak dan
yang menggunakan perhitungan, sehingga guru tidak berani menetapkan nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang tinggi untuk pelajaran kimia, karena khawatir
siswa tidak mampu mencapainya.
Berdasarkan data UN tahun 2013 pada mata pelajaran kimia, di SMA Negeri 1
Krueng Barona Jaya Aceh Besar tersebut, khususnya pada Ksp, masih memperoleh
daya serap sebesar 55,21% sedangkan tingkat Kabupaten sebesar 78,02%. Hal ini
membuktikan bahwa banyak siswa yang tidak memahami materi kimia tersebut,
siswa hanya berusaha untuk menghafal rumus-rumus dan pengertian tertentu untuk
mengerjakan soal hitungan tanpa memahami makna dari pembelajaran tersebut
sehingga berdampak pada rendahnya retensi (daya ingat) siswa. Mengingat konsep ini
sangat penting, maka diperlukan cara penyajian pembelajaran yang lebih baik untuk
memotivasi dan memfasilitasi siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir
kritis, guna meningkatkan hasil belajarnya.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembang-
kannya keterampilan berpikir kritis siswa pada materi Ksp yaitu dengan penerapan
model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang
dipertanyakan (Suyanti, 2010). Model pembelajaran inkuiri yang dipilih adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing, yang merupakan jenis inkuiri yang paling
sederhana, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa yang belum terbiasa
menggunakan model pembelajaran inkuiri.

58
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, model pembelajaran inkuiri
terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Wahyudi dan Supardi,
2013; Sofiani, 2011; Sukamsyah, 2012). Model pembelajaran inkuiri juga dapat
meningkatkan keterampilan proses sains (Siska dkk., 2013). Demikian juga, dengan
Mahmudatussa`adah (2011) dan Wulandari dkk. (2013) yang menyatakan adanya
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelajaran inkuiri
terbimbing, serta Dewi dkk. (2013) mengatakan pembelajaran inkuiri terbimbing juga
dapat meningkatkan sikap ilmiah pada pembelajaran IPA. Selain itu, pembelajaran
inkuiri terbimbing juga dapat meningkatkan kemampuan metakognitif regulasi-diri
siswa (Syarifuddin dan Sugiarto, 2012; Singh, dkk., 2014). Berdasarkan uraian
sebelumnya, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis dan Sikap Sosial Siswa pada Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan (Ksp)”.
Penelitian yang dilakukan oleh Boaventura dan Faria (2015) jenis inkuiri yang
cocok digunakan untuk tingkat SMA adalah inkuiri terbimbing, dikarenakan inkuiri
terbimbing menyediakan lebih banyak arahan untuk para siswa yang belum siap
untuk menyelesaikan masalah dengan inkuiri tanpa bantuan karena kurangnya
pengalaman dan pengetahuan atau belum mencapai tingkat perkembangan kognitif
yang diperlukan untuk berpikir abstrak. Melalui inkuiri terbimbing guru dapat
memeberikan bimbingan dan arahan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan. bimbingan yang diberikan kepada siswa berupa beberapa pertanyaan
pengarah yang dapat membuat siswa mampu menemukan sendiri tindakan yang harus
dilakukan untuk memecahkan suatu masalah. Berdasarkan permasalahan di atas,
banyak metode yang telah diterapkan oleh pakar pendidikan dan pembelajaran.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dan


deskriptif. Pada penelitian eksperimen kuasi, peneliti tidak memiliki keleluasaan
memanipulasi subjek, artinya random kelompok biasanya dipakai sebagai dasar untuk
menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan kontrol. Penelitian eksperimen kuasi
dipilih karena peneliti ingin mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan
berpikir kritis dan sikap sosial antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional
melalui hasil pretest, posttest dan lembar observasi. Metode deskriptif digunakan
untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Desain eksperimen yang digunakan adalah pretest-posttest control group
design (Setyosari, 2010). Desain penelitian ini adalah sebuah desain eksperimen (true
experiment design) kerena kedua kelompok dipilih sesuai dengan kriteria yang
dipersyaratkan penelitian. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

59
Tabel 1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 O4
(Sumber: Setyosari, 2010)
Keterangan:
O1 = Pretest pada kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan
O2 = Posttest pada kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan
O3 = Pretest pada kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan
O4 = Posttest pada kelompok kontrol setelah diberi perlakuan
X = Perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Krueng
Barona Jaya Kabupaten Aceh Besar. Di sekolah ini terdapat empat kelas XI IPA
(rombongan belajar) yang diasumsikan memiliki kesataraan yang sama, untuk itu
pemilihan sampel dapat dilakukan secara random.
Pada penelitian ini akan mengambil dua kelas secara acak dari empat kelas
yang ada yaitu kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA1 sebagai
kelas kontrol, tanpa mengacak siswa tiap kelasnya. Pengelompokkan sampel terdiri
dari satu kelas sebagai kelas eksperimen berjumlah 17 siswa, yang akan mendapat
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan satu kelas sebagai kelas kontrol
berjumlah 16 siswa yang akan mendapat pembelajaran konvensional.
Pengumpulan data digunakan tiga jenis instrumen, yakni soal tes, lembar
observasi keterampilan berpikir kritis dalam diskusi inkuiri, lembar observasi sikap
sosial siswa, angket respon siswa. Soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan penguasaan keterampilan berpikir kritis
siswa baik sebelum maupun setelah implementasi pembelajaran. Analisis data hasil
pre test, pos test, lembar observasi untuk mengetahui peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa dan sikap sosial siswa. Analisis deskriptif dilakukan untuk data
angket respon siswa terhadap pembelajaran model inkuiri terbimbing.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa


Hasil keterampilan berpikir kritis siswa terhadap materi kelarutan dan hasil
kali kelarutan (Ksp) diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 10 soal. Data
perbandingan nilai rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain (dalam persen) antara kelas
ekperimen dan kelas kontrol. Diagram persentase perbandingan skor rata-rata tes
awal, tes akhir dan N-gain antara kelas kontrol dan kelas ekperimen ditunjukkan pada
Gambar 1.

60
80 75,29
66,58

Rata-rata Skor Keterampilan


70 61,25
60 48,52
50

Berpikir Kritis
40
30 25,88 25,00 Ekperimen
20 Kontrol
10
0
Tes Awal Tes Akhir N-gain

Gambar 1. Perbandingan Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain

Berdasarkan Gambar 1 diperoleh persentase nilai rata-rata tes awal kelas


eksperimen sebesar 25,88 dan kelas kontrol sebesar 25,00. Selanjutnya persentase
nilai rata-rata tes akhir pada kelas eksperimen sebesar 75,29 sedangkan kelas kontrol
sebesar 61,25. Skor rata-rata N-gain keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen
sebesar 66,58% dan kelas kontrol 48,52%. Rata-rata N-gain kelas kontrol dan kelas
eksperimen termasuk kategori sedang. Meskipun N-gaini termasuk kategori sedang
tetapi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Ditinjau
secara individual maka kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol. Perbandingan N-gain secara individual siswa dapat dilihat pada Gambar 2.

120
100
100
% N-gain

80 58,82
60
41,18 Eksperimen
40
20 Kontrol
0 0 0
0
Tinggi
Sedang Rendah
Kriteria Penilaian

Gambar 2. Perbandingan Persentase N-gain Tiap Individual Siswa

Gambar 2 menunjukkan bahwa persentase gain yang dinormalisasi secara


individu siswa kelas eksperimen gain dinormalisasi termasuk kategori tinggi
sebanyak 7 orang (41,18%), kategori sedang sebanyak 10 orang (58,82%) dan tidak
ada gain rendah pada kelas eksperimen. Kelas kontrol tidak terdapat gain tinggi,
kategori sedang sebanyak 16 orang (100%) dan tidak terdapat kategori rendah.

61
Selanjutnya dilakukuan uji normalitas distribusi dan homogenitas data keterampilan
berpikir kritis pada materi Ksp siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan
dengan menggunakan uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test Levene
Test (Test Of Homogeneity Of Variance).
Hasil uji normalitas dan homogenitas tes awal, tes akhir dan N-gain data
keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
signifikansi > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor tes awal, tes
akhir dan N-gain data keterampilan berpikir kritis kedua kelas berdistribusi normal
dan homogen.Setelah diperoleh data tingkat keterampilan berpikir kritis pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) berdistribusi normal dan homogen maka
selanjutnya dilakukan uji-t, dengan menggunakan Independennt Sampel Test.

Tabel 2. Uji Beda Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Komponen Kelas Nilai Standar t-test Sig. Keputusan
Rata-rata Deviasi
Tes Awal Ekperimen 25,3 9,43 Perbedaan
Kontrol 25,00 9,66 0,88 0,930 Tidak
Signifikan
Tes Akhir Ekperimen 74,11 7,12 Berbeda
Kontrol 63,75 7,18 4,160 0,000 Secara
Signifikan
N-gain Ekperimen 0,65 0,95 Berbeda
Kontrol 0,51 0,76 4,532 0,000 Secara
Signifikan

Berdasarkan Tabel 2 terlihat skor tes awal pada kedua kelas besarnya thitung =
0,88 dengan signifikansi p = 0,930, karena signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kritis Ksp
antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol sebelum penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Untuk skor tes akhir diperoleh thitung = 4,160 dengan
signifikansi p = 0,000, karena signifikansi < 0,005, maka dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam keterampilan berpikir kritis antara siswa
kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol setelah penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
Untuk N-gain diperoleh thitung = 4,532 dengan signfikansi p = 0,000, karena
signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan keterampilan berpikir
kritis materi Ksp pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan
berpikir kritis Ksp pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.

62
2. Hasil Observasi Sikap Sosial Siswa
Data sikap sosial siswa kelas eksperimen dan kelas konrol diperoleh dengan
melakukan pengamatan (observasi) kepada siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada penelitian ini juga diamati sikap sosial siswa yang dikembangkan
menjadi delapan indikator, yang diobservasi selama pembelajaran berlangsung.
Pengamatan dilakukan pada kelas kontrol dan eksperimen. Data nilai rata-rata sikap
sosial siswa masing-masing indikator digambarkan dalam Tabel 3 Gambar 3.

Tabel 3. Nilai Sikap Sosial Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Beberapa Indikator Pada Nilai Rata-rata Kelas


No
Sikap Sosial Eksperimen Kontrol
1 Siswa mampu mengutarakan pendapat dengan sopan 4,4 3,4
2 Siswa mampu mengutarakan pendapat tanpa ada rasa 4,1 3,3
takut (senang berbicara)
3 Siswa mampu menghargai pendapat orang lain 3,8 3,1
4 Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain 4,1 3,3
5 Siswa mampu menerima dengan lapang dada apabila 3,9 2,9
dirinya salah
6 Siswa tidak memotong pembicaraan orang lain selama 3,8 3,3
proses diskusi
7 Siswa tidak menyinggung perasaan orang baik dalam 3,7 3,1
perkataan maupun perbuatan
8 Siswa memperlihatkan rasa senang bergaul dan bekerja 4,1 3,1
sama dengan teman

5
4,4
4,5 4,1 4,1 4,1
3,8 3,9 3,8
4 3,7
Nilai Rata-rata Sikap Sosial

3,4 3,3 3,3 3,3


3,5 3,1 3,1 3,1
2,9
3
2,5 Eksperimen
2
Kontrol
1,5
1
0,5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator Sikap Sosial

Gambar 3. Nilai Rata-rata Sikap Sosial Siswa

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 3 diperoleh bahwa sikap sosial siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol. Data tersebut

63
menunjukkan bahwa semua aspek indikator sikap sosial siswa pada kelas eksperimen
mempunyai kriteria yang baik, skor nilai rata-rata sikap sosial siswa berdasarkan
urutan tertinggi ke terendah yaitu, 1) siswa mampu mengutarakan pendapat dengan
sopan, 2) siswa mampu mengutarakan pendapat tanpa ada rasa takut (senang
berbicara), 3) siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain, 4) siswa
memperlihatkan rasa senang bergaul dan bekerja sama dengan teman, 5) siswa
mampu menerima dengan lapang dada apabila dirinya salah, 6) siswa mampu
menghargai pendapat orang lain, 7) siswa tidak memotong pembicaraan orang lain
selama proses diskusi, 8) siswa tidak menyinggung perasaan orang baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Dengan hasil ini sikap siswa sejalan dengan strategi
inkuiri yang memerlukan aspek ingin tahu dari diri siswa pada proses pembelajaran.
Sebagai prasyarat agar data penelitian dapat digunakan untuk pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas data
dan uji homogenitas data dengan menggunakan uji normalitas One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test Levene Test (Test Of Homogeneity Of Variance). Hasil uji
normalitas dan homogenitas sikap sosial siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
diperoleh signifikansi > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan sikap sosial siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen.
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui hubungan sikap sosial siswa
terhadap hasil keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Apakah terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing yang digunakan dalam mempengaruhi sikap sosial maupun hasil
keterampilan berpikir kritis. Untuk melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji
regresi, yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Sikap Sosial Terhadap Hasil Belajar

Kelas Nilai Regresi sig


Eksperimen Sikap 0,202 11,277 0,001
Sosial 79,524 27,048 0,000
Kontrol Sikap 0,033 1,824 0,180
Sosial 78,999 2,703 0,103

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada Tabel 4, diketahui bahwa model


pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
sikap sosial siswa dengan nilai sig. (0,000) < α (0,05), maka Ha yang diterima. Model
pembelajaran inkuiri terbimbing juga berpengaruh secara signifikan terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dengan nilai sig. (0,001) < α (0,05), maka Ha yang
diterima.

64
Hasil pengolahan data dan analisis data diatas menunjukkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis konsep siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Lebih
efektifnya model pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional, tidak terlepas dari berbagai faktor, baik itu dari faktor
siswanya sendiri maupun faktor proses pembelajaran yang dilaksanakan. Faktor dari
siswa yang dimaksud adalah terkait dengan motivasi belajar, minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar serta ketekunan siswa. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa pembelajaran yang disukai siswa adalah pembelajaran dengan
melakukan percobaan langsung. Artinya model pembelajaran inkuiri yang diterapkan
sesuai dengan keinginan siswa.
Selain dapat meningkatkan sikap sosial siswa model inkuiri dipandukan
dengan berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk juga dapat
meningkatkan empati siswa terhadap lingkungan seperi penelitian yang dilakukan
oleh Rahama (2012), pembelajaran kimia model inkuiri berpendekatan SETS pada
materi kelarutan dan hasilkali kelarutan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir
kritis siswa, yang ditunjukkan dengan ketuntasan prestasi belajar siswa secara
individual maupun secara klasikal pada batas KKM = 76 dengan ketuntasan klasikal
= 83%, N-gain diperoleh sebesar 0,72 dengan kriteria tinggi dan rata-rata
keterampilan berpikir kritis siswa sesudah pembelajaran lebih tinggi daripada
sebelum pembelajaran dengan model inkuiri berpendekatan SETS. Hasil penelitian
ini didukung oleh Hendriyarto dan Amaria (2013) yang menyatakan penerapan model
pembelajaran inkuiri pada materi pokok laju reaksi dapat melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Ini dibuktikan dari tes hasil belajar berpikir tingkat
tinggi siswa. Siswa dapat mencapai ketuntasan hasil belajar, yaitu sebesar 92,8%.
Nilai N-gain skor yang diperoleh juga termasuk berkategori tinggi, yaitu 0,71 dan
0,72 untuk indikator produk dan proses.

3. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa setiap butir soal


dominan siswa memilih jawaban Ya, daripada jawaban Tidak dengan nilai rata-rata
yang menjawab Ya pada lembar angket adalah 82,94%, sedangkan yang menjawab
Tidak sebanyak 16,47%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap materi Ksp yang
diberikan kepada 17 siswa memberikan tanggapan yang positif (sangat baik).

65
KESIMPULAN

Hasil ini menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis bagi siswa


kelas XI SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Aceh Besar pada pembelajaran materi
Ksp melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing. Selanjutnya, sikap sosial siswa
juga terjadi peningkatan yang signifikan, di samping tanggapan mereka sangat positif
setelah memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi Ksp.

DAFTAR PUSTAKA

Boaventura, D. dan C. Faria. (2015). Science inquiry-based activities in elementary


education: how to support teachers’ practices. International Journal of
Information and Education Technology, 5(6):451-458

Hendryarto, J. dan Amaria. 2013. Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk


melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi pokok laju
reaksi. Unesa Journal of Chemical Education, 2(2):151-158.

Meltzer, D.E. 2002. The relationship between mathematics preparation and


conceptual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostice
pretest scores. American Journal Physics 70(12):1259-1268.

Mahmudatussa`adah, A. 2011. Pendekatan inkuiri-kontekstual berbasis teknologi


informasi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Invotec. VII(2):115-130.

Nur, M. 2011. Strategi-strategi Belajar. Edisi ketiga. Cetakan Kedua. Pusat Sains dan
Matematika Sekolah. Universitas Negeri Surabaya: Kemendiknas.

Rahama, A.N. 2012. Pengembangan perangkat pembelajaran model inkuiri


berpendekatan SETS materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan empati siswa terhadap
lingkungan. Journal of Educational Research and Evaluation, 1(2):65-71

Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana.

Singh, V., C. Karma, M. Pradesh, dan S. Kapoor. 2014. Effectiveness of inquiry


training models for teaching chemistry. Scholarly Research Journal for
Interdiciplinary Studies, II:2344-2349

Siska, N. 2013. Peningkatan kemampuan proses sains siswa SMA melalui


pembelajarn berbasis Inkuiri pada materi laju reaksi. Jurnal Riset dan Praktik
Pendidikan Kimia, 1(1):69-75.

66
Sofiani, E. 2011. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Listrik Dinamis. Skipsi tidak
dipublikasikan. Jakarta: Jurusan Pendididkan IPA UIN Syahida.

Sukamsyah, S. 2011. Upaya peningkatan hasil belajar dengan penerapan metode


inkuiri terbimbing tipe A pada konsep kalor siswa Kelas VII SMAN Seluma.
Exacta. IX(1):45-52.

Suyanti, G.R. 2010). Strategi Pembelajaran Kimia, Edisi Pertama, Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Syarifuddin dan Sugiarto. 2012. Implementation of guided-inquiry learning model to


promot metacoqnitive self-regulation on buffer material for student grade XI
IPA SMAN 1 Manyar Gresik. Unesa Journal of Chemical Education,
1(1):211-219.

Utami, B. 2009. Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

Wahyudi, M. Lufti dan Supardi. 2013. Penerapan model inkuiri terbimbing pada
pokok bahasan kalor untuk melatih keterampilan proses sains terhadap hasil
belajar siswa di SMAN 1 Sumenep. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika,
2(2):62-65.

Wenning, C.J. (2005). Level of inquiry: hierarchies of pedagogical practices and


inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education, 3(6):149-160

Wulandari, A.D. 2013. Pembelajaran praktikum berbasis inkuri terbimbing untuk


meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi laju reaksi.
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia, 1(1):18-26.

67
Lampiran 13. Contoh Artikel Hasil Penelitian untuk Jurnal Ilmiah atau Prosiding
Seminar Ilmiah (Bahasa Inggris)

The Use of Problem Based Learning to Increase Students’ Learning


Independent and to Investigate Students’ Concept Understanding
on Rotational Dynamic at Students of
SMA Negeri 4 Banda Aceh

Abdul Gani Haji1, Safriana2 and Rini Safitri3


1
Chemistry Program at FKIP Syiah Kuala Banda Aceh University
2
Education Science Program at Graduate Program Syiah Kuala Banda Aceh University
3
Physics Program at FMIPA Syiah Kuala Banda Aceh University
e-mail: aganihaji@yahoo.com; safriana@gmail.com; rsafitri@unsyiah.ac.id
.

ABSTRACT

The objective of this study is to find out the increase in student’s independent
learning and concept understanding on the rotational dynamics after getting the PBL
learning and handout. This study was conducted by using "pretest - posttest control
group" experimental design. The result of analysis data showed the The average value
of N-gain understanding concepts for the experimental group was 74,76%, with the
higher category, but for the control group obtained N-gain is 26,76% with low
category. N-gain self-regulated laerning for the experimental group was 31% with the
medium category and for control group of 20% low category. These results were
confirmed by t-test with significant value (0.000) under the probability value (0,05).
So that it can be said that PBL learning and the handouts could to improve the student
independent learning and concept understanding on the rotational dynamic.

Keywords: independent learning, concept understanding, PBL , rotational dynamic, handout

INTRODUCTION
Nowadays curriculum development demands students to participate actively
in a learning process started from elementary level to high school level. The learning
process implemented in school should be able to encourage and to form the students
as a critical, independent, creative, and responsible learner. This agrees with a
character building education based on an Act of National Education System number 2
year 2003, educated humans who believe in God Almighty, have morality and
healthy, are skillful, creative, and independent, and become a responsible and
democratic citizen. Therefore, it is needed an effective learning which functions
optimally to build the character.
Physics is considered a difficult subject for some students. Its learning process
should be started by putting the students to a real problem and the problem solving
should be able to be implemented to their real life, so that they can gain knowledge

68
independently and can master physics deeper. On the contrary, in a real condition, the
physics learning process is far from what it should be. The students are sitting and
listening thoroughly all their teacher information so the active interactions are lack.
According to the information gathered from one of the physic teacher at SMA Negeri
4 Banda Aceh, a difficult topic to understand by the students is rotational dynamic. In
this case, the students’ scoring data becomes an indicator in understanding this topic.
Based on the data, the students’ grade on rotational dynamic topic is under the
minimal score which is 75. The low grade is caused by several factors, one of them is
the teaching method used by the teacher. The teaching method is not varied.
Lecturing and teacher centered is so often used that the students tend to be passive
and dependent. By implementing those methods, learning physics becomes less
interesting so the students’ understanding becomes low. Therefore, an innovative
learning needs to be considered in order to improve students’ ability to study
independently and to understand the physics concepts well.

One of the innovative teaching methods that can be implemented in learning


physics is problem based learning (PBL). PBL is a learning model facing the students
to a contextual physics problem. With the whole knowledge which the students have,
they are expected to solve the problems containing the rich physics concepts (Sahin,
dkk., 2010). However, before teaching the teacher has to give a fundamental concept
so well in each material. It aims to avoid his students having a misconception
between theory and its implementation. In PBL, the students are working together as
a group to figure out a problem solving and most importantly they can improve their
ability to solve the problems and make a decision.

Besides the innovative method, teaching material is also needed in the


independent learning to understand the physics concepts. According to Elfis (2010)
teaching material is all kind materials used by the teacher to help him in teaching.
Recently, most schools rely on students’ worksheet as the source of teaching material
but it still cannot help to improve students understanding and to train them to study
independently (Wardana, 2012). Other teaching materials should be used.

One of the teaching materials which can be used to teach rotational dynamic is
handout. Based on Annis (2011), the use of handout in a group of study can increase
students learning independency; therefore, it is expected to improve students’
independency when studying and to ease students in comprehending physic basic
concepts. It also helps to maintain a consistency in delivering the material. According
to the writer’s observation after conducting a case study at SMAN 4 Banda Aceh, it
can be concluded that the use of handout is never be implemented in physic teaching
and learning process.

69
METHOD

This research uses quasi experimental research because this method is


appropriate to be conducted in educational research provided that many factors can
influence the result of the investigation which is difficult to control. The research
design used as a basis to conduct this research is Pretest-Posttest Control Group
Design. The population is taken from all science program students grade XI of SMA
Negeri 4 Banda Aceh which consist of 6 classes. Based on the population data,
purposive sampling method is used to determine the class that become the sample.
The pretest decided that the students who have low understanding in physic concepts
becoming the sample. Class XI IA 5 is chosen as a control group and class XI IA 6 is
experimental group. Each class consists of 30 students.

This research is conducted in the even semester year 2013/2014. The learning
stage begins with giving the pretest to both the experimental class and control group
to measure concept understanding and learning independency. The next step is giving
a treatment. The treatment for the control group is a conventional teaching method
such as lecturing and teacher centered, while the experimental group is given the PBL
model and handout. Before giving the treatment, the students are provided with the
basic concept about rotational movement and its relation to rotational dynamic with
the help of the given handout. Furthermore, the handout is also designed to help the
students solve the rotational dynamic problems found in the daily life more skillfully.
At last meeting, posttest is given in the both classes to measure the students’
understanding and learning independency level. The students are also asked to fill a
questionnaire about learning independent.

Instruments used in this research are questionnaire sheet and concept


understanding test. Based on some reviews about the theory of students’ learning
independent, they are six indicators such as 1) are not dependent to other people, 2)
be confident, 3) have goal or target, 4) want to get an achievement, 5) have a self
initiative, 6) evaluate the learning process and the study result. Meanwhile, the test
(pretest and posttest) is 20 multiple choices form. Both instruments are being tested
for the validity and reability.

RESULT AND DISCUSSION

The learning process for rotational dynamic material using PBL and handout
as a media was done in class XI IA 6 SMA N 6 Banda Aceh. Before applying PBL in
learning rotational dynamic material, the students were provided with rotational
movement material first. In applying PBL, the students were divided into several
small groups containing five students in each group. Generally, it was noted that there
is a significant changes from the level of the students’ independence and liveliness

70
during the learning process. In addition, learning using PBL method and handout as a
media to deliver the material and to discuss rotational dynamic problems shows the
students’ concept understanding better.

PBL along with the use of handout is an interesting way to study, to solve
physics problem and to transform learning habit. The reason why it becomes such an
interesting way to study is because it offers an enjoyable and fun learning situation. In
a usual way, the students are asked to learn all the physics formula, to memorize it,
and then to use it to answer a question. This conventional way does not help them
sharpening their basic concept understanding in depth. So, PBL becomes is an
alternative way to teach physics in a fun way.

The basic concept of rotational dynamic material given to the students was
covering all materials which are based on physics standardized competence and basic
competence for the students of class XI. In this research, the improvement of the
concept understanding on rotational dynamic was gained from pretest and posttest
that is already given. The first bar chart below shows a comparison of the mean score
of rotational dynamic concept understanding achieved from both tests.

79,67
80 74,76
the concept understanding (%)

70
60
50 43,33
Kontrol
40
26,76 Eksperimen
30 23 21,17
20
10
0
Pretest Posttest N-Gain

Figure 1. The Mean Score Percentage Comparison of Pretest, Posttest, and N-gain in
Understanding the Concept of Experimental Group and Control Group

In PBL learning, the students are asked to solve the problems actively, to
determine what kind of concept needed to answer the question by gathering
information also by applying the basic concept that is already learned. Based on the
score improvement on the pretest and the N-gain mean score, it can be seen that the
improvement rose significantly. The post test score at experimental group after
implementing PBL and using handout is 79,67% while the pretest score is 27,17% so

71
it means that the posttest score is higher than the pretest score. The result shows the
increase in understanding the physics concept in every student after receiving a PBL
model and using handout treatment. This alternation was seen from the students’
behavior during the teaching and learning process because they are brave to express
their opinion based on their strong and good understanding. The students who show a
determine desire in following every material are able to comprehend the concept
better so they are active in using their ability to figure out the problem solving with
the help of the handout, in fact there is a student who asked a difficult question to
challenge himself. In addition, the male students are able to comprehend the material
faster than the female students. In solving the physics case, the female students need a
little longer time to solve it on the contrary the male students can finish the case
faster. The concept understanding occurred in every student can be reviewed
according to every student N-gain score. It is shown in the figure 2 as follows:

100,00

90,00
N-GAIN CONCEPT UNDERSTANDING

80,00

70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00
MA DW HN NA FN IS MH SF NY HJ DM BH MS MN DI

STUDENTS' INITIAL NAME

Figure 2. The N-gain Score in Concept understanding in Every Student

Based on the figure 2, the students’ concept understanding has improved


better. The students who achieve the highest N-gain score above 80 are 7 students and
there is only student who gets 100. Meanwhile, there are 10 students who get the
score under 70 or 30% students are categorized unaccomplished and there is a student
who gets the lowest score which is under 60. This is happened because some students
did not master nor had a full understanding on the angle momentum material. Many

72
students answered the question incorrectly. There are only two students who
answered the question correctly, one student is having full understanding about the
material and the other one is just guessing. In short, it shows that the handout
especially in presenting the angle momentum material is not easily understood by the
students.
By developing a new concept through the problem needing to be done, the
students have succeeded in improving of the concept understanding especially in
rotational dynamic material wider although it needs time to implement it. The
implementation of PBL and the use of handout become an interesting way for the
students to study. The handout helps the students to comprehend the basic concept to
solve the physics problem. This is supported by Piaget (Ibrahim dan Amran, 2004)
who says that a good pedagogy must involve the students to do an experiment
independently, to ask a question, to discover a problem solving themselves and to
match what they discover to other problems, to compare their finding to other
findings. According to the two independent sample t test on = 0,05, it shows a
significant discrepancy of the concept understanding improvement between the
experimental group and control group after applying PBL learning method.
This research has revealed that applying PBL and handout give a positive
influence in order to improve the students’ concept understanding, especially
rotational dynamic concept. The students’ attention and active participation are
excellent. They can express their opinion and idea confidently and can work well
together with their group. Some students who are not too sharp looked very
enthusiastically in solving the given problem and they proposed some ideas to solve
the problem according to their daily life experience. This research is not only
investigate how the model influences the students’ concept understanding but it also
investigate how it affects the students’ independence. To calculate the score of the
students’ independence begins with calculating the mean score of the students’
statement, whether it is positive or negative. Then, the data were calculated by using
MSI method, the Microsoft Office Excel 2007. The comparison of the mean score
percentage of the pretest, posttest, and N-gain of the students’ independence learning
between experimental and control group is shown in the figure below:

68
70 59
Students' Independence

60 54
49
50
Learning (%)

40 31 Kontrol
30 20 Eksperimen
20
10
0
Pretest Posttest N-Gain

Figure 3. The comparison of the mean score percentage of the pretest, posttest,
and N-gain of the students’ independence learning

73
According to the pretest and posttest data on Figure 3 above, it is shown that
the independence study on the students at experimental and control group is rising 14
% and at the control group is rising 10 %. It shows that the alteration on the students’
independence study is happened after applying PBL and using the handout. However,
the data also shows that the N-gain mean score on the students’ independence study at
experimental group is higher than that of the control group. While the N-gain mean
score at the control group is categorized into a low category. The mean score of the
students’ independence study can be reviewed based on every developed indicator.
The percentage of the N-gain independence study mean score from an ideal score in
each indicator is shown as in the following Figure 4.

45,92
50
Independence Study

38,71
40 31,74 32,66
26,76
30 23,35 21,10
20 14,07 15,08 15,01 kelas kontrol
6,27 7,16
10 kelas eksperimen
0
1 2 3 4 5 6

Indicator

Indicators :
1 = Being independent
2 = Having self confident
3 = Deciding goal/target of the study
4 = Desire to get high achievement
5 = Behaving based on own initiative
6 = Evaluating the process and learning result

Figure 4. The N-gain comparison on independence study between the experimental


and control group based on each indicator
Figure 4 above shows the percentage of the N-gain mean score in
independence study at the experimental group with fair category occurred in indicator
number 1, 2, 3, and 4. The highest percentage happened in indicator number 3,
deciding goal/target of the study, is 45, 92%. At this stage the students are aware
that learning physics is not only memorizing all the formula but also understanding
the concept well because it relates with the implementation on their daily life. On the
other hand, the lowest N-gain mean score, 15,01%, happened in indicator number 5
that is behaving based on own initiative. In this case, there are the students who have
not read the handout yet so when the physics problem was given to them, they needed
some times to finish it and asked for help from their friends to help solving the
problem. Besides, they had not accustomed to PBL and handout since they were

74
accustomed to conventional learning which resulted a passive and quite students. so,
it takes a little longer time to alter their habit.

This research also shows the students independence while studying through
PBL model along with the handout. The result says that the students’ independence in
teaching and learning process is higher than before because PBL promotes a class
discussion and question and answer session. Furthermore, the use of handout in PBL
works very well to train students’ independence. When they are get confused or do
not remember the physics concept, they will read the handout voluntarily. This is
supported by Mikits (2009) who says that in learning process, the students can use
handout to gather, to process, and to access information faster and easier than before.

Based on the explanation above, it can be concluded that the improvement of


the independence study through PBL model and the handout is considerably better
than that of conventional way. The result of this research is consistent with the
previous research conducted by Afandi (2012) and Fidiana (2012) which shows PBL
learning model, compare to conventional way, in fact can improve the students’
independence in learning material. Other research investigated by Annis (2011) also
says that the use of handout in a group of study can increase the students’
independence in studying a lesson.

CONCLUSION

Based on this research, it can be concluded that the implementation of PBL


teaching method and the use of handout for the rotational dynamic material increase
the learning independence and the students’ concept understanding. The result shows
the male students can master the rotational dynamic material faster and more
independent than the female students. The female students need some time to
comprehend the material.

REFERENCES

Afandi. 2012. Pembelajaran biologi menggunakan pendekatan metakognitif melalui


model reciprocal learning dan problem based learning ditinjau dari
kemandirian pelajar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Jurnal
Inkuiri, 1(2):86-92.

Annis, D. 2011. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas


X SMK Negeri 5 Yogyakana dengan Menggunakan Pembelajaran
Kelompok dan Pemanfaatan Handout. Tesis tidak dipublikasikan.
Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

75
Elfis, E. 2010. Developing reasoning skills and problem solving trough problem
based learning. Jurnal Pendidikan Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan, 7(4):24-35.

Fidiana, L. 2012. Pembuatan dan implementasi modul praktikum fisika berbasis


masalah untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI SMA.
Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2):74-79

Gamze. 2013. A comparison of achievement in problem-based, strategic and


traditional learning classes in physics. International Journal on New Trends
in Education and Their Implications, 4(1):154-160.

Ibrahim, R. and M. Amran 2004. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-


University Press.
Mikits, J. 2009. The Use of Classroom Handouts. New York: United States Military
Academy, West Point.

Sahin, M., B. Daud, M. Ibrahim, and R. Johar 2010. Effects of problem-based


learning on university students epistemological beliefs about physics and
physics learning and conceptual understanding of Newtonian mechanics.
Journal of Science Education Technology, 19(3):266-275.

Wardana, N. 2012. Pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan


ketahanmalangan terhadap kemampuan berpikir tingkat dan pemahaman
konsep fisika. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan pengajaran Program
Pascasarjana Undiksha, 2(1):11-21.

76
Lampiran 14. Contoh Artikel Reviu Literatur (Bukan Hasil Penelitian)
untuk Prosiding Seminar Ilmiah

Menanamkan Keterampilan Proses Sains IPA Pada Siswa Dengan


Strategi Pembelajaran Outdoor Activites Dalam Kegiatan
Lesson Study Berbasis Sekolah

Irma Supangat
Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 23111
e-mail: irmasupangat@gmail.com

Abstrak

Persoalan pembelajaran yang dihadapi disejumlah sekolah di tingkat SMP di


Banda Aceh ialah minimnya sarana dan prasarana pembelajaran yang berhubungan
dengan ketersediaan fasilitas gedung yang lengkap dan peralatan laboratorium yang
mencukupi. Kenyataan ini diperparah lagi dengan peristiwa tsunami pada 24
Desember 2004 yang telah memporak-porandakan sebagian wilayah Kota Banda
Aceh termasuk sejumlah gedung sekolah. Keadaan tersebut dapat diatasi dengan
menerapkan strategi pembelajaran outdoor activities, yaitu dengan cara melakukan
pembelajaran di luar kelas dan memanfaatkan alam sekitar sebagai laboratorium
alam. Kegiatan pembelajaran ini dikemas dalam bentuk lesson study berbasis sekolah.
Lesson study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri atas:
1) perencanaan (plan), pelaksanaan (do), refleksi (see), dan tindak lanjut (act).
Dampak terhadap penerapan strategi pembelajaran outdoor activities dapat
menanamkan penguasaan keterampilan proses sains pada siswa SMP.

77
78
79
80
81
82
83
DAFTAR PUSTAKA
Boaventura, D. dan C. Faria. (2015). Science inquiry-based activities in elementary
education: how to support teachers’ practices. International Journal of
Information and Education Technology, 5(6):451-458

Meltzer, D.E. 2002. The relationship between mathematics preparation and


conceptual learning gains in physics: a possible hidden variable in diagnostice
pretest scores. American Journal Physics 70(12):1259-1268.

Mahmudatussa`adah, A. 2011. Pendekatan inkuiri-kontekstual berbasis teknologi


informasi untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa.
Invotec. VII(2):115-130.

Nur, M. 2011. Strategi-strategi Belajar. Edisi ketiga. Cetakan Kedua. Pusat Sains dan
Matematika Sekolah. Universitas Negeri Surabaya: Kemendiknas.

Singh, V., C. Karma, M. Pradesh, dan S. Kapoor. 2014. Effectiveness of inquiry


training models for teaching chemistry. Scholarly Research Journal for
Interdiciplinary Studies, II:2344-2349

Siska, N. 2013. Peningkatan kemampuan proses sains siswa SMA melalui


pembelajarn berbasis Inkuiri pada materi laju reaksi. Jurnal Riset dan Praktik
Pendidikan Kimia, 1(1):69-75.

Syarifuddin dan Sugiarto. 2012. Implementation of guided-inquiry learning model to


promot metacoqnitive self-regulation on buffer material for student grade XI
IPA SMAN 1 Manyar Gresik. Unesa Journal of Chemical Education,
1(1):211-219.

Wahyudi, M. Lufti dan Supardi. 2013. Penerapan model inkuiri terbimbing pada
pokok bahasan kalor untuk melatih keterampilan proses sains terhadap hasil
belajar siswa di SMAN 1 Sumenep. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika,
2(2):62-65.

Wenning, C.J. (2005). Level of inquiry: hierarchies of pedagogical practices and


inquiry processes. Journal of Physics Teacher Education, 3(6):149-160

84

Anda mungkin juga menyukai