Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah memberikan implikasi

bahwa pemerintah sebagai penyelenggara negara harus mengetahui potensi atau

sumber kekayaan buminya yang meliputi wilayah darat, laut dan ruang diatasnya

termasuk didalam perut bumi itu sendiri. Oleh sebab itu pemerintah harus

melakukan optimalisasi sumber kekayaan buminya yang terkandung pada semua

wilayah tersebut untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang diberbagai

tempat di Indonesia sering menimbulkan konflik kepentingan dalam hal

penggunaan lahan, oleh karena bahan tambang umumnya berada dalam tanah

yang pemanfaatannya sering dengan cara mengupas lapisan tanah diatasnya. Hal

lainya yang jadi pemicu konflik penggunaan lahan adalah wilayah pertambangan

yang belum dialokasikan ruangnya dalam rencana tata ruang wilayah. Untuk itu

perlu dibuat kebijakan yang mengatur tentang arahan pengembangan dan

pengamanan potensi pertambangan nasional agar pemanfaatan bahan tambang

untuk kemakmuran rakyat sesuai amanat UUD 1945 dapat tercapai.

Dalam kegiatan pertambangan banyak sekali permasalahan yang dihadapi

oleh pelaku usaha pertambangan antara lain meliputi aspek otonomi daerah,

kebijakan antar sektor, kepastian hukum dan nilai tambah.


2

Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang yang antara

lain untuk sektor pertambangan mengamanatkan pengaturan kawasan peruntukan

pertambangan sebagai berikut:

a. Kawasan peruntukan pertambangan sebagai bagian dari kawasan budi

daya

b. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional dibidang

pertambangan ditetapkan sebagai kawasan andalan pertambangan

c. Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan dan

gas bumi lepas pantai sebagai kawasan strategis nasional dari sudut

kepentingan sumber daya alam.

Sedangkan pengaturan kawasan budidaya pertambangan dan kawasan strategis

nasional berbasis pertambangan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26

Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( RTRWN).

Disamping itu RTRWN telah mengatur kawasan peruntukan pertambangan

sebagai berikut:

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya dengan

Penetapan Kawasan Andalan dengan Sektor Unggulan Pertambangan

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional dengan

Basis Ekonomi Pertambangan

c. Indikasi program utama kawasan andalan pertambangan dan kawasan

strategis nasional berbasis pertambangan; dan

d. Arahan pengendalian kawasan andalan pertambangan.


3

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 telah ditetapkan

sebanyak 70 Kawasan Andalan yang tersebar diseluruh Indonesia yang meliputi

darat dan laut. Sedangkan Penetapan Kawasan Strategis Nasional yang tercantum

dalam RTRWN menetapkan 2 kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi yang memilki basis ekonomi pertambangan yaitu Kawasan

Soroako dan Sekitarnya (Provinsi Sulawesi Selatan) dan Kawasan Timika

(Provinsi Papua).

Berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Nomor :

2737 K/30/MEM/2013 tentang Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi, maka

Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai Wilayah Pertambangan yang

terdiri atas Wilayah usaha pertambangan, wilayah pertambangan rakyat dan

wilayah pencadangan Negara.

PT Sulawesi Cahaya Mineral (PT SCM) adalah perusahaan pemegang Izin

Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi No. 318.K/30/DJB/2010 yang dikeluarkan

oleh Direktur Jenderal Mineral, Batubara & Panas Bumi a.n Menteri Energi dan

Sumber Daya Mineral pada tanggal 25 Februari 2010. Total luas Wilayah IUP PT

SCM (kode wilayah 10DCK014) adalah 50.700 Ha, dimana 43.970 Ha di

antaranya terletak di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi

Tenggara dan 6.730 Ha di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi

Sulawesi Tengah. Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 45

tahun 2010 tentang Batas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi

Tenggara, proporsi luas wilayah IUP di masing-masing kabupaten menjadi 21.730

Ha di Kabupaten Konawe dan 28,970 Ha di Kabupaten Morowali.


4

Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara

(RTRWP) wilayah IUP PT SCM masuk kedalam rencana peruntukan Pusat

Kawasan Industri Pertambangan (PKIP) yang dulunya direncanakan sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pertambangan yang meliputi Kecamatan

Asera, Kecamatan Wiwirano dan Kecamatan Langgikima atau disingkat AWILA.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Konawe (RTRWKab),

Kecamatan Routa sebagai salah satu kecamatan yang masuk kedalam Wilayah

Usaha Pertambangan (WUP) dengan komoditas tambang mineral logam yaitu

Nikel Laterit, besi, kromit dan kobalt.

Kawasan yang mempunyai potensi pertambangan PT SCM terletak di

daerah terpencil yang berjarak 12,5 km dari Routa, akses menuju ke lokasi

tersebut hanya bisa ditempuh dengan menggunakan helikopter atau jalan darat

melalaui jalan setapak dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam. Kawasan

konsesi PT SCM merupakan kawasan hutan produksi dan hutan primer

berdasarkan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sesuai Surat Keputusan

Menteri Kehutanan Nomor 7416/Menhut-VII/PSDH/2011 tanggal 22 November

2011.

PT SCM didalam tahap eksplorasi ini akan menyelidiki deposit logam

nikel laterit dalam konsesi yang terletak di Kecamatan Routa tersebut. Kegiatan

Eksplorasi dan Pemboran Tahap Studi Kelayakan Pertambangan akan dilakukan

di bagian selatan Sungai La Lindu (Wakki) di wilayah Kecamatan Rauta,

Kabupaten Konawe, Propinsi Sulawesi Tenggara, dengan wilayah eksplorasi

seluas 21.730 ha. Dalam penyelidikan eksplorasi ini, SCM akan melakukan
5

kegiatan-kegiatan seperti; membangun kantor, base camp, dan landasan helikopter

(helipad), dengan areal yang akan digunakan sekitar 2 Ha untuk setiap fly camp.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dan kondisi

saat ini di wilayah pertambangan PT SCM, terdapat beberapa permasalahan utama

untuk melakukan kegiatan pertambangan:

1. Tidak adanya Akses jalan untuk ke lokasi pertambangan PT SCM dari Desa

Lalomerui (desa terdekat dari lokasi pertambangan), saat ini PT SCM

menggunakan Helikopter dari desa tersebut ke Lokasi Pertambangan atau

ditempuh dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh kurang lebih 4 jam.

2. Didalam lokasi pertambangan PT SCM yang saat ini sedang melakukan

kegiatan pengeboran tidak ditemukan satu pun akses jalan yang bisa dilalui

kendaraan bermotor, sehingga untuk kegiatan pengeboran dimana

memindahkan alat bor dari satu titik ke titik lain tetap menggunakan

helicopter.

3. Belum adanya kantor maupun perumahan atau base camp sebagai tempat

tinggal karyawan PT SCM dilokasi wilayah pertambangan, saat ini karyawan

mendirikan flying camp (tempat tinggal sementara).

4. Belum ada rencana penempatan lokasi penyimpanan stok material setelah

dilakukan kegiatan pengeboran dan pengambilan material

5. Belum adanya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan eksplorasi di lokasi

pertambangan PT SCM
6

6. Belum adanya rencana penempatan pelabuhan dan pabrik, sementara

berdasarkan kawasan strategis nasional yang tercantum didalam RTRWN dari

sudut kepentingan ekonomi yang memiliki basis ekonomi pertambangan,

kawasan pertambangan PT SCM memiliki akses yang cukup dekat dengan

Kawasan Soroako sebagai kawasan strategis nasional.

1.3 Tujuan Penelitian

Bertitik tolak pada permasalahan yang dihadapi maka penelitian ini

dilakukan dengan tujuan:

1. Mengkaji akses jalan ke lokasi pertambangan dan didalam lokasi

pertambangan PT SCM,

2. Mengkaji kebutuhan fasilitas kantor, perumahan/basecamp untuk mendukung

aktivitas karyawan dan sebagai tempat tinggal karyawan PT SCM,

3. Mengkaji penempatan lokasi penyimpanan stok material kegiatan

pertambangan PT SCM,

4. Mengkaji ketersediaan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya seperti jaringan air

bersih, listrik, persampahan, dan lain-lain,

5. Mengkaji lokasi penempatan pelabuhan dan pabrik,

6. Mengkaji peran serta pemerintah daerah Kabupaten Konawe untuk

mendukung aktivitas pertambangan PT SCM.


7

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :

a. sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang penataan

ruang di wilayah pertambangan

b. sebagai bahan referensi dalam menambah konsep alternative penataan

ruang di wilayah pertambangan.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih

lanjut.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Menjadi bahan masukan bagi Pemerintah dalam penataan dan pengelolaan

wilayah pertambangan

b. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan pertambangan dalam membuat

model penataan ruang di wilayah pertambangan,

Anda mungkin juga menyukai