BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan grafik
kehidupan jasmaniah maupun rohaniah ataupun kejiawaan manusia dari semenjak
lahir, anak-anak, remaja, dewasa hingga tua, dimana pada setiap pase memilik ciri-
ciri khas tersendiri.
Psikologi pekembangan memegang peranan penting dalam membahas psikolologi
kriminil. Ilmu pengetahuan ini merapakan salah satu ilmu pembantu utama dari
lingkungan psikologi sehubungan dengan pembahasan psikologi kriminil.
Dengan mendalami psikologi perkembangan maka defiasi-defiasi tingkah laku
manusia dapat dicegah. Karena itulah psikologi perkembangan merupakan salah
satu dasar utama mengatur pembahasan sikologi kriminil.
Mempelajai dan memahami tingkah laku manusia atau individu yang sadar tidak
mungkin tanpa mempelajari kehidupan bawah sadar dan tidak sadar. Menurut
psikologi dalam kesadaran adalah suatu kualitas psikis saja. Sedangkan psikis itu
mempunyai kualitas-kuaitas sadar, bawah sadar dan tak sadar. Karena itu dalam
mempelajari individu ataupun manusia sosial maupun kriminil masalah struktur
personality manusia mempunyai kaitan yang erat dengan tingkah laku manusia
secara keseluruhan.
Menurut penelitian ternyata bahwa manusia itu mengalami grafik kehidupan
jasmaniah maupun rohaniah ataupun kejiwaan maksudya dalam usia muda ataupun
sejak usia kelahiran sampai usia tua dan setiap waktu usia tertentu, terjadi
perobahan-perobahan hidup yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.
Berdasarkan adanya perobahan-perobahan dan ciri-ciri khas tersendiri dari usia-usia
usia tertentu, para psikolog telah mengadakan pembagian-pembagian masa-masa
itu dan setiap ahli mempunyai pembagian-pembagian yang perbeda, tapi materi dan
peristiwa tetidrsebut pada hakekatnya adalah sama.
Antara masa yang satu dengan masa yang lain merupakan suatu rangkaian yang
tak terputus, karena sangat relatif sekali mengadakan pemisahan yang mutlak atas
usia-usia dari manusia itu. Secara relatif kita hanya menetapkan tingkat-tingat usia
tertentu untuk memsisahkan satu masa dengan masa kehidupan lainnya. Dan masa-
masa tersebut berdasarkan terdapatnya perbedaan-perbedaan atau ciri-ciri khas
yang tidak terdapat pada masa lain.
Dalam Setiap masa-masa perkembangan tersebut sangat perpengaruh terhadap
rentan atau tidaknya seseorang dalam melakukan tindak kriminal. Dimana tingkah
laku individu atau manusia yang a-sosial maupun yang bersifat krimil ini tidak dari
manusia lain. Karena manusia yang satu dengan yang lainnya adalah merupakan
suatu jaringan yang mempunyai dasar yang sama.
B. Rumusan Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu perkembang dari suatu masa ke masa
berikutnya, dimana masa tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisik
maupun psikhis manusia. Pada setiap masa ada ciri-ciri khas tersendiri yang
berbeda dengan masa masa yang laingnya yang sangat berpengaruh terhadap
psikologi kriminil manusia.
Timbul pertanyaan yang menjadi rumusan masalah makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah teori psikologi perkembangan manusia menurut para ahli ?
2. Apakah yang menjadi ciri khas dan karakteristik tersendiri dalam setiap masa
perkembangan?
3. Apa hubungan antara karasteristik dan ciri khas dalam setiap masa perkembangan
tersebut dengan psikologi kriminil ?
BAB II
PEMBAHASAN
Makna perkembangan pada manusia adalah terjadinya perubahan yang besifat
terus nenerus dari keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih
komleks dan lebih berdiferensiasi. Jadi berbicara soal perkembangan manusia yang
dibicarakan adalah perubahan. Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang
terjadi pada diri seorang anak dalam proses perkembangan ? Untuk menjawab
pertanyaan itu maka perlu dipahami tentang aspek-aspek perkembangan.
Aspek-Aspek pertumbuhan dan Perkembangan
1. Perkembangan fisik yaitu perubahan dalam ukuran tubuh, proporsi anggota
badan, tampang, dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh
seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik), serta kesehatan.
2. pertumbuhan dan Perkembangan kognitif yaitu perubahan yang bervariasi
dalam proses berpikir dalam kecerdasan termasuk didalamnya rentang
perhatian, daya ingat, kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi,
kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu dengan mengunakan
bahasa.
3. Trotz periode III, terjadi pada akhir masa remaja dan lebih tepat disebut
dengan masa kematangan diri pada masa kritis.
Sifat-sifat anak trotz ini adalah meraja – raja, egosentris, keras kepala,
pembangkang dan sebagainya. Hal itu mereka lakukan dengan tujuan memperoleh
kebebasan dan perhatian.
Selain itu dimasa progresif ditemui masa-masa perkembangan lainnya, yaitu masa
anak/ vital (0,0 – 1,0 tahun ), masa esthetis/ indah ( 1,0 – 6,0 tahun ), masa
intelektuil ( 6,0 – 12,0 ), masa social ( 12,0 – 18,0 tahun ), masa pra-dewasa ( 18,0 –
20,0 tahun ).
Menurut para ahli pada dasarnya krisis pertama yang dialami manusia sekitar usia 2
sampai dengan 4 tahun. Di masa ini terdapat sifat egosentris, sebagian orang
mengatakan anak timang-timang. Jika sifat egosentris ini tidak tersalurkan
kemungkinan besar akan muncul kembali beberapa tahun sesudahnya.
Disamping sifat egosentris, juga bersifat keras kepala dan dusta semua. Dusta
semua disebabkan belum dicapainya diffrensiasi antara pelbagai fungsi psikhis yaitu
fantasi, ingatan dan pengamatan serta lain-lainnya.
Menurut psikologi perkembangan bahwa diffrensiasi sejalan dengan perkembangan,
karena masih diffusya pemisahan subyek dan obyek antara anak dan dunia luarnya,
maka subyektivitas dan obyektifitas dalam penghayatan si anak berjalan menjadi
satu. Jadi berarti masih bersatu fantasi subyektif dan pengamatan obyektif, dan
belum ada kerja sama antara penghayatan dan yang dialami.
Masa krisis kedua merupakan masa dimana yang disebut Trotz sebagai masa
kerahasian sekolah. Dimana anak sudah muliai bersosialisasi dengan teman
sekolahnya dan mulai bergelut dengan tugas-tugas di sekolah.
Masa krisis ketiga merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa.
Ditinjau dari jasmaniah ditandai dengan tumbuhnya bulu-bulu pada bagian-bagian
anggota genital remaja dan tenaga-tenaga umumnya terbangun kuat. Segala
potensi yang tadinya diam dan tenang, maka di masa ini mulai bekerja dengan giat
yang mengakibatkan tergoncang gnya suasana remaja. Kegelisahan-kegelisahan
mulai timbul karena mulai terbentangnya jalan-jalan yang bersimpang siur yang
dialami oleh individu itu.
Dengan kata lain terjadinya perobahan-perobahan dengan cepat dan kuat baik fisik
maupun psikhis yang mengakibatkan munculnya perasaan gelisah, pertentangan
lahir dan bathin, penuh harapan dan cita-cita, romantis, heroik, radikal, kematangan
fisik terutama seksual, mencari tujuan hidup dunia dan akhirat dalam rangka
pembentukan kepribadian.
b. Masa Stabil
Adalah karena pada masa ini tidak dapat lagi perubahan-perubahan yang besar baik
fisik mapun psikhis. Dimasa ini adalah merupakan pengukuhan dan pemantafan
fungsi-fungsi yang sudah dimilikinya pada masa-masa sebelumnya. Masa stabil ini
dimulai lebih kurang sejak berusia 20,0 tahun sampai dengan 40,0 tahun.
c. Masa Regresif
Adalah masa yang mengalami kemunduran baik fisik maupun psikhis. Penglihatan,
pendengaran mulai berkurang, tenaga fisik mulai mengalami penurunan dan tulang-
tulang mulai rapuh, fungsi-fungsi mulai berkurang, seperti pikiran, perasaan dan
kemauan begitu juga cita-cita dan sebagaina pada umumnya. Masa regresif ini
dimulai lebih kurang pada usia 40,0 tahun dan seterusnya. Krisis keempat ditemui di
masa ini, yakni sekitar usia 40,0 sampai dengan 45,0 tahun. Disamping itu dikenal
juga masa setengah tua, yakni sekitar usia 40,0 sampai 50,0 tahun dan masa tua
sekitar 50 tahun ke atas.
Dengan tidak mengabaikan masa-masa yang lain, yang juga menentukan corak
kehidupan manusia, maka disini dititik beratkan kepada masa-masa krisis besar
yang dialami manusia itu dalam mengatur kepemikiran psikologi kriminil.
Dimasa ini ia harus dapat belajar untuk menyesuaikan dirinya dalam kehidupan
sosialnya sebagaimana orang dewasa. Begitu juga masa kritis ketiga merupakan
masa kritis terakhir yang ditemui pada usia setengah tua selagi organ-organ tubuh
mulai menurun.
Antara masa yang satu dengan masa yang lain merupakan suatu rangkaian yang
tak terputus, karena sangat relatif sekali mengadakan pemisahan yang mutlak atas
usia-usia dari manusia itu. Secara relatif kita hanya menetapkan tingkat-tingat usia
tertentu untuk memsisahkan satu masa dengan masa kehidupan lainnya. Dan masa-
masa tersebut berdasarkan terdapatnya perbedaan-perbedaan atau ciri-ciri khas
yang tidak terdapat pada masa lain.
BAB III
KESIMPULAN
Arasjid, Chainur. Suatu Pemikiran Tentang Sikologi Kriminil. Medan : USU Pers.
1997
1.Teori Nativisme
Pelopor teori ini adalah Athur Schopenhauer. Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan manusia
sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah
karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka
akan baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat manusia
bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang pendidikan sebagai suatu
yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang “kebetulan” memiliki
keturunan yang tidak baik.
2.Teori empirisme
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa perkembangan
individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh
selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa
pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah
manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan
tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan
dituliskan.
Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalh
termasuk faktor penting untuk menenukan perkembangan manusia. Teori ini
dipolopori oleh Jhon Locke.
3.Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa
pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan
menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari
William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan
yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak
kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini
menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang
menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang
meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam.
Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut
dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter
atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku
sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan.
Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan.
Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen
lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah
potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor
eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam
sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan
antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang
dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu
apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak.
Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh
kesadaran.