Role Play

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Gimana kalau riwayatnya tu dadi keluarga yg anaknya dari kecil sering mengalami kekerasan pada

rumahtangga. Pas waktu kecil sering di kata2in org tuanya dengan kata2 yg ga
sepantesnya,dipukuli,dihajar. Akibatnya si anak sering kabur dari rumah karena mau melawan org
tua blm berani karena masih kecil. Akhirnya setelah lulus sekolah,si anak nekat pergi keluar kota.
Tidak mau melanjutkan sekolah dan memilih jalan hidupnya skrg diluar kota. Bergaul dengan
lingkungan yg gajelas,jadi perokok peminum dll. Jadi dia pun psikisnya jadi arogan mudah
marah,keras,suka main tangan. Dia melampiaskan dendam ke orgtua nya tu melalui tingkah laku
si anak. Jadi intine si anak meniru sifat sikap org tua nya

Hari pertama cara mengontrol secara fisik ke 1


Perawat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, serta akibatnya.
Perawat 1 & 2: “ selamat pagi pak, perkenalkan nama saya ....... , dan saya ......, kami perawat yang
dinas di rumah sakitini. Boleh saya tau nama bapak siapa?”
Px : Dwi! ( menjawab dengan ketus)
Pr 1 : senangnya dipanggil apa pak ?
Px : panggil saja mas dwi saya masih muda
Pr 1 : baiklah mas dwi. bagaimana perasaan mas dwi saat ini mas ? Masih ada perasaan kesal
atau marah mas?
Px : masih !
Pr 1 : baiklah bapak sekarang kita akan berbincang bincang tentang perasaan marah mas dwi,
apakah bapak bersedia ?
Px : bersedia !
Pr 1 : supaya lebih nyaman bagaimana kalau kita duduk ditaman saja mas ?
Px : iya
Perawat dan pasein pun menuju taman
Pr 1 : mas dwi disini kami ingin berbicang-bincang dengan mas dwi selama lebih kurang 20
menit apakah mas dwi bersedia?
Px : (hanya mengangguk)
Pr 2 : saya ingin bertanya apakah yang menyebabkan mas dwi marah? Apakah sebelumnya k
pernah marah? Jika pernah Penyebabnya apa mas?
Px : pernah , saya marah karena orang tua saya sering berkata kasar kepada saya dan saya
sering sekali dipukuli
Pr 2 : apakah penyebabnya mas dwi marah sekarang sama dengan yang sebelumnya?
Px : iya sama
Pr 2 : oh iyaa... jadi itu penyebab marah mas dwi
Pr 1 : pada saat mas dwi diperlakukan seperti itu apa yang mas dwi rasakan? ( tunggu respon
pasien)
Px : (hanya diam saja)
Pr 1 : apakah mas dwi merasakan tegang , mata melotot, dan tangan mengepal?
Px : iya memangnya kenapa?
Pr 1 : oh begitu. Setelah itu apa yang mas dwi lakukan?
Px : saya marah dengan orang tua saya dan melemparkan barang yang ada disekitar saya
kemudian saya pergi dari rumah dan minum-minum!
Pr 2 : begini mas dwi hal itu jangan dilakukan, jika mas dwi melemparkan barang-barang yang
ada disekitar mas dwi dan kemudian meminum minuman keras coba pikirkan apakah
kerugian yang mas dwi alami?
Px : barang-barang dirumah saya akan rusak dan habis dan orang-orang disekitar saya akan
takut dengan saya, tetapi jika saya minum-minuman keras pikiran saya lebih tenang
walaupun hanya sesaat.
Pr 2 : betul sekali mas. Tetapi jika setiap marah mas dwi meminum minuman keras itu tidak
baik bagi kesehatan mas dwi. Menurut mas dwi apakah ada cara yang lain yang lebih
baik? Apakah mas dwi mau belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
Px : ( hanya diam)
Pr 2 : ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan mas. Salah satunya dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik ini dapat menyalurkan rasa marah mas dwi. Bagaimana
jikamkita belajar satu cara ini dulu mas?
Px : iya
Pr 2 : jadi caranya begini mas, jika tanda-tanda marah tadi sudah mas dwi rasakan maka mas
dwi berdiri, lalu tarik nafas dari hidung, tahan selama 5 detik, lalu hembuskan perlahan-
lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Coba bapak praktikkan, tarik nafas
dari hidung, baguss.... tahan selama 5 detik, dan hembuskan melalui mulut perlahan-
lahan. Bagus sekali, mas dwi sudah dapat melakukannya.
Pr 1 : sebaiknya latihan ini mas dwi lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul mas dwi sudah terbiasa melakukannya. Bagaimana perasaanya mas?
Px : lumayan baik
Pr 1 : nah.. bagaimana perasaan mas dwi setelah berbincang-bincang tentang rasa marah mas
dwi?
Px : biasa saja
Pr 1 : ya sudah . sekarang kita buat jadwal latihannya ya mas, berapa kali sehari ma dwi mau
latihan nafas dalam?
Px : iya kalau saya lagi marah saja
Pr 2 : baiklah mas dwi, bagaimana jika besook kita akan melakukan latihan nafas dalam dan
kegiataan yang kedua, yaitu mengontrol marah mas dwi dengan memukul ksur dan
bantal. Apakah mas dwi setuju?
Px : iya terserah
Pr 2 : baik mas besok kita akan latihan pada jam yang sama apakah mas dwi bersedia
Px : iya
Pr 2 : kalau begitu saya dan teman saya pamit ya mas dwi, apakah mas dwi mau disini saja
atau kembali ke kamar mas dwi
Px : disini saja
Px 2 : baiklah mas dwi kami permisi selamat pagi
Pasien hanya diam saja.

Anda mungkin juga menyukai