Anda di halaman 1dari 3

HKUM4401-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4401/Interpretasi Dan Penalaran Hukum
Tugas :1

No. Soal
1. Soal Kasus:
Sesat Pikir Melawan Berpikir Benar dalam Aplikasi Hermenautika
Sebagian sarjana hukum itu menafsirkan tulisan hukumnya adalah dilakukan secara metodologis,
sembari melengkapinya dengan landasan filosofisnya dengan merujuk pada hermeneutika “hukumnya
Hans-Georg Gadamer” (Gadamer, Hans-Georg. 2004). Namun Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ini
adalah hermeneutika filosofis yang dapat diaplikasikan dalam bidang hukum, teologi dan filologi.
Sehingga, hermeneutika ini bekerjanya bersifat umum dalam tataran ontologis. Padahal pemahaman
yang demikian ini bukan merupakan ranah utama dalam ilmu hukum, karena penafsiran dalam ilmu
hukum itu lebih berkarakter epistemologis atau sebut saja metodologis, yang dianggap keliru oleh
pandangan Gadamer itu. Pandangan yang hanya ontologis ataupun epistemologis bisa secara potensial
membuat sesat pikir mengenai pemanfaatan hermeneutika hukum.
Hans George Gadamer (1965) menyebutkan bahwa ilmu hukum satu lembaran hermeneutik
yang diaplikasikan pada aspek hukum di kehidupan bermasyarakat. Hermeneutika adalah aliran
kefilsafatan dalam pemahaman teks atau hal tertentu. Diawali mitos Yunani hermeneutika (Hermes)
adalah menjembatani kesenjangan antara “bahasa dewa dengan bahasa manusia” yaitu “hermeneuin”
yaitu menafsirkan atau menginterpretasikan. Dalam perjalanan waktu faham hermeneutic membuahkan
banyak aliran dan metodologi.
Saat ini penggunaan hermeneutika begitu luas dan sering dipergunakan, yang menunujukkan
urgensinya untuk dibutuhkan . Di Indonesia para ahli hukum maupun para pihak di dunia peradilan,
meraka makin melihat urgensi penggunaan metode hermeneutika yang filosofis daripada menafsirkan
teks gramatikal untuk memahami hukum. Problema hukum begitu kompleks, penafsiran hukum
merupakan bagian problematika yang selalu hadir di dunia peradilan ataupun kajian positivisme hukum,
yang harus diselesaikan dengan benar dan baik berdasarkan asas-asas legalitas dan legitimasi secara
bersamaan. Karena penafsiran yang memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’ belum tentu memenuhi unsur-
unsur ‘legitimasi’. Demikian pula sebaliknya kecukupan penafsiran yang mencukupi unsur-unsur
‘legitimasi’ belum tentu memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’.

Pertanyaan
Saudara mahasiswa, anda bebas menentukan asumsi-asumsi apa saja yang semestinya melekat,
diberikan dan ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam Soal ini. Sehingga
anda-pun dapat berinterpretasi secara relevan faktor-faktor apa saja yang semestinya masuk dalam
analisis kasusnya tersebut.

1 dari 3
HKUM4401

Lakukan analisa alasan pemanfaatan hermeneutika berdasarkan urgensinya sebagai metode


interpretasi hukum dalam konteks koherensi interpretasi hukum dalam dunia peradilan dan kajian
positivisme hukum. (Max 500 kata)

2. Soal Kasus:
Sesat Pikir Melawan Berpikir Benar dalam Aplikasi Hermenautika
Sebagian sarjana hukum itu menafsirkan tulisan hukumnya adalah dilakukan secara metodologis,
sembari melengkapinya dengan landasan filosofisnya dengan merujuk pada hermeneutika “hukumnya
Hans-Georg Gadamer” (Gadamer, Hans-Georg. 2004). Namun Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ini
adalah hermeneutika filosofis yang dapat diaplikasikan dalam bidang hukum, teologi dan filologi.
Sehingga, hermeneutika ini bekerjanya bersifat umum dalam tataran ontologis. Padahal pemahaman
yang demikian ini bukan merupakan ranah utama dalam ilmu hukum, karena penafsiran dalam ilmu
hukum itu lebih berkarater epistemologis atau sebut saja metodologis, yang dianggap keliru oleh
pandangan Gadamer itu. Pandangan yang hanya ontologis ataupun epistemologis bisa secara potensial
membuat sesat pikir mengenai pemanfaatan hermeneutika hukum.
Hans George Gadamer (1965) menyebutkan bahwa ilmu hukum satu lembaran hermeneutik
yang diaplikasikan pada aspek hukum di kehidupan bermasyarakat. Hermeneutika adalah aliran
kefilsafatan dalam pemahaman teks atau hal tertentu. Diawali mitos Yunani hermeneutika (Hermes)
adalah menjembatani kesenjangan antara bahasa “bahasa dewa dengan bahasa manusia” yaitu
“hermeneuin” yaitu menafsirkan atau menginterpretasikan. Dalam perjalanan waktu faham hermeneutic
membuahkan banyak aliran dan metodologi.
Saat ini penggunaan hermeneutika begitu luas dan sering dipergunakan, yang menunujukkan
urgensinya untuk dibutuhkan . Di Indonesia para ahli hukum maupun para pihak di dunia peradilan,
meraka makin melihat urgensi penggunaan metode hermeneutika yang filosofis daripada menafsirkan
teks gramatikal untuk memahami hukum. Problema hukum begitu kompleks, penafsiran hukum
merupakan bagian problematika yang selalu hadir di dunia peradilan ataupun kajian positivisme hukum,
yang harus diselesaikan dengan benar dan baik berdasarkan asas-asas legalitas dan legitimasi secara
bersamaan. Karena penafsiran yang memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’ belum tentu memenuhi unsur-
unsur ‘legitimasi’. Demikian pula sebaliknya kecukupan penafsiran yang mencukupi unsur-unsur
‘legitimasi’ belum tentu memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’.

Pertanyaan
Saudara mahasiswa, anda bebas menentukan asumsi-asumsi apa saja yang semestinya melekat,
diberikan dan ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam Soal ini. Sehingga
anda-pun dapat berinterpretasi secara relevan faktor-faktor apa saja yang semestinya masuk dalam
analisis kasusnya tersebut.
Hubungkan dalam satu mata rantai perkembangan aliran hermeneutika dengan ciri khas penggunaan
metodologi ilmu hukumnya sesuai periode waktunya (Max 500 kata).

2 dari 3
HKUM4401-3

3. Soal Kasus:
Sesat Pikir Melawan Berpikir Benar dalam Aplikasi Hermenautika
Sebagian sarjana hukum itu menafsirkan tulisan hukumnya adalah dilakukan secara metodologis,
sembari melengkapinya dengan landasan filosofisnya dengan merujuk pada hermeneutika “hukumnya
Hans-Georg Gadamer” (Gadamer, Hans-Georg. 2004). Namun Hermeneutika Hans-Georg Gadamer ini
adalah hermeneutika filosofis yang dapat diaplikasikan dalam bidang hukum, teologi dan filologi.
Sehingga, hermeneutika ini bekerjanya bersifat umum dalam tataran ontologis. Padahal pemahaman
yang demikian ini bukan merupakan ranah utama dalam ilmu hukum, karena penafsiran dalam ilmu
hukum itu lebih berkarater epistemologis atau sebut saja metodologis, yang dianggap keliru oleh
pandangan Gadamer itu. Pandangan yang hanya ontologis ataupun epistemologis bisa secara potensial
membuat sesat pikir mengenai pemanfaatan hermeneutika hukum.
Hans George Gadamer (1965) menyebutkan bahwa ilmu hukum satu lembaran hermeneutik
yang diaplikasikan pada aspek hukum di kehidupan bermasyarakat. Hermeneutika adalah aliran
kefilsafatan dalam pemahaman teks atau hal tertentu. Diawali mitos Yunani hermeneutika (Hermes)
adalah menjembatani kesenjangan antara bahasa “bahasa dewa dengan bahasa manusia” yaitu
“hermeneuin” yaitu menafsirkan atau menginterpretasikan. Dalam perjalanan waktu faham hermeneutic
membuahkan banyak aliran dan metodologi.
Saat ini penggunaan hermeneutika begitu luas dan sering dipergunakan, yang menunujukkan
urgensinya untuk dibutuhkan . Di Indonesia para ahli hukum maupun para pihak di dunia peradilan,
meraka makin melihat urgensi penggunaan metode hermeneutika yang filosofis daripada menafsirkan
teks gramatikal untuk memahami hukum. Problema hukum begitu kompleks, penafsiran hukum
merupakan bagian problematika yang selalu hadir di dunia peradilan ataupun kajian positivisme hukum,
yang harus diselesaikan dengan benar dan baik berdasarkan asas-asas legalitas dan legitimasi secara
bersamaan. Karena penafsiran yang memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’ belum tentu memenuhi unsur-
unsur ‘legitimasi’. Demikian pula sebaliknya kecukupan penafsiran yang mencukupi unsur-unsur
‘legitimasi’ belum tentu memenuhi unsur-unsur ‘legalitas’.

Pertanyaan
Saudara mahasiswa, anda bebas menentukan asumsi-asumsi apa saja yang semestinya melekat,
diberikan dan ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam Soal ini. Sehingga
anda-pun dapat berinterpretasi secara relevan faktor-faktor apa saja yang semestinya masuk dalam
analisis kasusnya tersebut.

Simpulkan arti dan makna hermeneutika hukum dengan menggunakan kata-kata kunci dari berbagai
aliran dan definisi yang dikenal ( Max 500 kata).

3 dari 3

Anda mungkin juga menyukai