Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

KLIMATOLOGI

Disusun oleh:

Kelompok VB

Kirana Indri Bhakti 23020320140077

PROGRAM STUDI S-1 AGRIBISNIS


DEPARTEMEN PERTANIAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : LAPORAN PRAKTIKUM KLIMATOLOGI

Kelompok : VB (LIMA)B

Program Studi : SI-AGRIBISNIS

Tanggal Pengesahan : DESEMBER 2021

Menyetujui,

Koordinator Praktikum Asisten Pembimbing Praktikum


Klimatologi Klimatologi

Dr. Ir. Sutarno, M.S Muhammad Celvin Rifaldhi


NIP. 19580611 198303 1 002 NIM. 23020219130050

ii
RINGKASAN

Kelompok V AgribisnisB. 2021. Laporan Praktikum Klimatologi. (Asisten:


Celvin Rinaldhi).

Tujuan dari praktikum klimatologi acara tipe iklim dan pemetaan pola
tanam adalah untuk dapat mengetahui tipe iklim Mohr, Schmidt-Ferguson, dan
Oldeman berdasarkan curah hujannya. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat
membuat pola tanam Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan curah hujan sepuluh tahun berturut-turut.

Materi yang digunakan berupa alat dan bahan penunjang praktikum.


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo sebagai data primer yang akan digolongkan
berdasarkan iklim dan pola tanam. Alat yang digunakan adalah alat tulis dan
kamera. Metode yang digunakan adalah dengan dicari data curah hujan dalam
kurun waktu sepuluh tahun di website resmi BPS Kabupaten Sukoharjo, data
curah hujan diolah pada tabel dan dianalisis tipe iklim sesuai klasifikasi tipe tipe
iklim Schmid-Ferguson, Oldeman, dan Mohr dan pemetaan pola tanam komoditas
padi dan palawija dibuat selama satu tahun berdasarkan tipe iklim yang sudah
ditentukan.

Hasil praktikum Klimatologi pada acara Tipe Iklim dan Pemetaan Pola
Tanam adalah Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo menurut iklim Mohr
termasuk golongan IV daerah kering, menurut iklim Oldeman termasuk tipe iklim
C3, dan menurut iklim Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim D. Pola tanam
berdasarkan kalender tanam yang dapat dilakukan yaitu musim tanam pertama
padi dengan musim tanam kedua palawija berupa jagung, ubi, dan kacang tanah.

Kata kunci : Iklim, Mohr, Schmit-Ferguson, Oldeman, Pola Tanam, Kecamatan


Polokarto..

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
sebuah praktikum dan menyelesaikannya dengan baik hingga menjadi sebuah
laporan resmi praktikum mata kuliah Klimatologi. Laporan yang penulis susun
dengan sistematis dan sebaik mungkin ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah
Klimatologi.
Dengan terselesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan ini, khususnya kepada Bapak Ir. Sutarno, M.S. selaku dosen
pengampu dan koordinator praktikum Klimatologi dan Muhammad Celvin
Rifaldhi selaku Asisten Pembimbing Praktikum Klimatologi
Demikian laporan yang penulis buat, mohon kritik dan sarannya atas
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak dan penulis.

Semarang, Desember 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
RINGKASAN .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii
ACARA III. TIPE IKLIM DAN PEMETAAN POLA TANAM
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 2
2.1. Iklim............................................................................................... 2
2.2. Kecamatan Polokarto..................................................................... 2
2.3. Klasifikasi Iklim Mohr................................................................... 3
2.4. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson.............................................. 4
2.5. Klasifikasi Iklim Oldeman............................................................. 5
2.6. Kalender Pola Tanam .................................................................... 6
2.6.1. Padi .................................................................................... 6
2.6.2. Palawija ............................................................................. 7
BAB III. MATERI DAN METODE................................................................ 8
3.1. Materi............................................................................................. 8
3.2. Metode........................................................................................... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 9
4.1. Klasifikasi Iklim Mohr................................................................... 9
4.2. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson.............................................. 10
4.3. Klasifikasi Iklim Oldeman............................................................. 11
4.4. Kalender Pola Tanam Padi-Palawija ............................................ 12
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 14
5.1. Simpulan........................................................................................ 14
5.2. Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
LAMPIRAN..................................................................................................... 18

v
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tipe Iklim Kecamatan Polokarto Menurut Klasifikasi Mohr................. 9


2. Tipe Iklim Kecamatan Polokarto Menurut Klasifikasi Oldeman............ 10
3. Tipe Iklim Kecamatan Polokarto Menurut Klasifikasi Schimdt-Ferguson11
4. Pemetaan Pola Tanam Padi-Palawija di Kecamatan x............................ 12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pengamatan Curah Hujan dan Perhitungan nilai Q di Kecamatan Polokarto 18

vii
BAB I

PENDAHULUAN

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan jangka waktu yang


panjang pada tempat yang relatif luas. Cuaca adalah suatu keadaan udara pada
saat tertentu dan wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka waktu yang
relatif sempit. Iklim dapat berubah secara terus menerus karena interaksi antara
komponen-komponen dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanis, variasi sinar
matahari, dan faktor-faktor lain yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti
misalnya perubahan penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. Iklim
dapat terbentuk karena adanya beberapa unsur yang membentuknya, yaitu
penyinaran matahari, suhu udara, kelembapan udara curah hujan, dan tekanan
udara.
Klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan merupakan hal yang penting.
Klasifikasi yang umumnya ditemui dalam penentuan pola tanam adalah klasifikasi
iklim Mohr, Oldeman, Schmidt-Ferguson. Ketiga klasifikasi membagi bulan-
bulan menjadi bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. Kecamatan
Polokarto adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sukoharjo, Jawa
Tengah. Iklim dari Kecamatan Polokarto ini merupakan iklim tropis dengan rata-
rata curah hujan yang relatif rendah.
Tujuan dari praktikum klimatologi acara tipe iklim dan pemetaan pola
tanam adalah untuk dapat mengetahui tipe iklim Mohr, Schmidt-Ferguson, dan
Oldeman berdasarkan curah hujannya. Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat
membuat pola tanam Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa
Tengah berdasarkan curah hujan sepuluh tahun berturut-turut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim

Iklim adalah unsur klimatologi yang menunjukkan kondisi cuaca di


wilayah tertentu pada periode waktu yang lama. Iklim adalah keadaan cuaca rata-
rata dalam waktu yang relatif lama dan wilayah luas (Miftahuddin, 2016). Iklim
dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur lain seperti radiasi matahari, hujan, suhu,
udara, temperature. Unsur-unsur iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
bagi tanaman diantaranya adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban tanah dan
curah hujan (Indrawan et al., 2017).
Perubahan iklim yang ekstrem dapat berdampak pada kerusakan sektor
pertanian seperti banjir dan kekeringan. Dampak yang sering terjadi dari kejadian
iklim ekstrem pada sektor pertanian adalah tanaman terkena dan puso akibat
kekeringan dan banjir (Surmaini, 2016). Perubahan iklim yang terjadi dapat
membawa efek yang baik maupun buruk bagi produksi sektor pertanian.
Perubahan iklim yang diindikasikan melalui perubahan suhu udara dan curah
hujan dapat meningkatkan produksi jika ditanam sesuai dengan pola tanam pada
bulan-bulan tertentu, selebihnya juga dapat berdampak pada menurunnya produksi
(Estiningtyas, 2017).

2.2. Kecamatan Polokarto

Kecamatan Polokarto merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten


Sukoharjo yang memiliki wilayah cukup luas. Luas wilayah Kecamatan Polokarto
adalah 6.218 Ha atau sekitar 13,32 % dari luas wilayah kabupaten Sukoharjo
(BPS, 2018). Lahan pertanian yang ada di Kecamatan Polokarto termasuk lahan
yang luas. Pembagian lahan di Kecamatan Polakarto yaitu dengan lahan sawah
3

39,33 % atau seluas 2.446 Ha dari wilayah keseluruhan dan lahan bukan sawah
sebesar 55,59 % atau seluas 3.062 Ha (BPS, 2020).
Komoditas pertanian dengan hasil paling tinggi adalah padi sawah. Pada
tahun 2017 untuk luas panen dan produksi tanaman padi sawah yaitu 6.674 ha dan
49.685 ton (BPS, 2018). Komoditas palawija yang ada seperti jagung, kacang
tanah, dan ubi kayu. Palawija diantaranya jagung sebesar 901 ha dan 7.958 ton,
kacang tanah sebesar 761 ha dan 1.649 ton, sedangkan ubi kayu sebesar 365 ha
dan 7.829 ton (BPS, 2018).

2.3. Klasifikasi Iklim Mohr

Klasifikasi iklim Mohr merupakan klasifikasi yang didasarkan rata-rata


curah hujan dalam jangka waktu tertentu. Klasifikasi iklim di Indonesia menurut
Mohr didasarkan pada jumlah bulan kering dan bulan basah yang dihitung sebagai
harga rata-rata dalam waktu yang lama (Karim dan Aliyah, 2019). Pembagian
klasifikasi iklim menurut Mohr ditentukan oleh bulan basah dan bulan kering
yang ada dalam jangka waktu satu tahun. Kriteria iklim berdasarkan 4 klasifikasi
Mohr dengan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan ≥100mm, bulan
kering adalah bulan dengan curah hujan ≤60 mm, bulan lembab dengan curah
hujan 60 mm < x < 100 mm (Alhakim dan Santosa, 2013).
Klasifikasi iklim menurut Mohr baik untuk menanam jenis tanaman
perkebunan. Klasifikasi tipe iklim Mohr sangat cocok untuk tanaman kelapa, teh,
cengkeh, kopi, gandaria, kakao, dan tebu (Fadholi dan Supriatin, 2012). Mohr
mendasarkan 5 kelas iklim dengan tingkat kelembaban antara basah hingga sangat
kering. Daerah basah (tanpa bulan kering) merupakan tipe iklim I, daerah agak
basah (bulan kering 1-2) merupakan tipe iklim II, daerah agak kering (bulan
kering 2-4) tipe III, daerah kering (bulan kering 4-6) tipe IV, dan sangat kering
(bulan kering lebih dari 6) tipe V (Karim dan Aliyah, 2019). Klasifikasi iklim
Mohr dapat dibagikan dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 1. Klasifikasi Iklim Mohr
Zona Bulan Kering (BK) Bulan Basah (BB) Kriteria
4

IA 0 12 Sangat Basah
IB 0 6 – 11 Basah
II 1–2 4 – 11 Agak Basah
III 2–4 4–9 Agak Kering
IV 4–6 4–7 Kering
V 6–8 2–5 Sangat Kering
Sumber: (Karima dan Aliyah, 2019).

2.4. Klasifikasi Iklim Oldeman

Klasifikasi iklim Oldeman menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar


penentuan klasifikasi iklimnya dan memperhatikan batasan pengairan. Kriteria
klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering
(BK), dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan
air tanaman (Fadholi dan Supriyatin, 2012). Pembagian kriteria pada klasifikasi
iklim Oldeman dibagi menjadi dua. Kriteria menurut Oldeman meliputi bulan
basah jika curah hujan > 200 mm/bulan dan bulan kering jika curah hujan < 100
mm/bulan (Sudiana dan Martiningsih, 2012).
Iklim Oldeman dibedakan menjadi delapan belas tipe iklim secara total.
Klasifikasi Oldeman dikelompokkan menjadi lima divisi utama berdasarkan bulan
basah (BB) dan subdivisi yang didasarkan pada jumlah bulan kering (BK) berturut-
turut (Kusumo dan Septiadi, 2016). Pembagian dari 18 tipe iklim tersebut dapat
digunakan untuk menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam. Zona A cocok
untuk menanam padi, zona B cocok untuk menanam padi dua kali dan menanam
palawija satu kali, zona C cocok untuk menanam padi satu kali dan menanam
palawija dua kali (Sasminto dan Tunggul., 2014). Klasifikasi iklim Oldeman dapat
dibagikan dengan kriteria sebagai berikut
Tabel 2. Klasifikasi Iklim Oldeman
Zone Tipe Iklim Bulan Basah Bulan Kering
A A1 10-12 bulan 0-1 bulan
A2 10-12 bulan 2 bulan
B B1 7-9 bulan 0-1 bulan
B2 7-9 bulan 2-3 bulan
B3 7-9 bulan 4-5 bulan
C C1 5-6 bulan 0-1 bulan
5

C2 5-6 bulan 2-3 bulan


C3 5-6 bulan 4-6 bulan
C4 5-6 bulan 7 bulan
D D1 3-4 bulan 0-1 bulan
D2 3-4 bulan 2-3 bulan
D3 3-4 bulan 4-6 bulan
D4 3-4 bulan 7-9 bulan
E E1 0-2 bulan 0-1 bulan
E2 0-2 bulan 2-3 bulan
E3 0-2 bulan 4-6 bulan
E4 0-2 bulan 7-9 bulan
E5 0-2 bulan 10-12 bulan
Sumber: (Sasminto dan Tunggul, 2014).

2.5. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Iklim Schmidt Ferguson merupakan jenis iklim yang menggunakan


siklus sebuah data dalam curah hujan pada suatu daerah untuk memberikan
kriteria yang disebut bulan lembab, bulan kering, dan bulan basah (Setiawan,
2012). Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson membagi iklim ke dalam delapan tipe
atau kelas. Klasifikasi Schmidt–Ferguson memiliki beberapa klasifikasi iklim
antara lain sangat basah, basah, agak basah, sedang, agak kering, kering, sangat
kering, dan luar biasa kering (Sasminto dan Tunggul, 2014).
Penggolongan iklim Schmidt-Ferguson menggunakan perbandingan
jumlah bulan kering dan bulan basah. Penggolongan iklim Schmidt-Ferguson
menggunakan nilai perbandingan Q yaitu rata-rata bulan kering dan rata-rata
bulan basah dalam satu tahun (Sasminto dan Tunggul, 2014). Iklim Schmidt-
Ferguson sangat cocok digunakan di Indonesia yang beriklim tropis. Klasifikasi
Schmidt-Ferguson sangat cocok dan sesuai untuk tanaman padi dan palawija yang
biasa dibudidayakan pada daerah beriklim tropis (Fadholi dan Supriatin, 2012).
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson dapat dibagikan dengan kriteria sebagai
berikut
Tabel 3. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson.
Tipe Iklim Keterangan Kriteria (%)
6

A Sangat Basah 0 < Q < 14,3


B Basah 14,3 < Q < 33,3
C Agak Basah 33,3 < Q < 60,0
D Sedang 60,0 < Q < 100,0
E Agak Kering 100,0 < Q < 167,0
F Kering 167,0 < Q < 300,0
G Sangat Kering 300,0 < Q < 700,0
H Luar Biasa Kering 700,0 < Q
Sumber : Anwar et al., 2018.

2.6. Kalender Pola Tanam

Kalender pola tanam adalah kalender yang menggambarkan pola tanam


suatu wilayah berdasarkan potensi yang ada. Kalender tanam merupakan jadwal
penanaman tanaman selama setahun di suatu wilayah, meliputi masa persiapan
tanah, penanaman, dan panen (Runtunuwu et al., 2012). Kalender pola tanam
sangat membantu para petani dalam menetukan waktu panen dan menyiapkan dari
kemungkinan perubahan iklim. Kalender tanam berperan untuk menghadapi dan
membantu adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim (Runtunuwu et al., 2013).
Pola tanam berpengaruh pada jadwal tanam dan panen petani sehingga
erta kaitannya antara dua hal tersebut. Pergeseran musim berpengaruh terhadap
jadwal tanam petani, khususnya petani tadah hujan yang secara langsung
memanfaatkan air hujan sebagai sarana pengairan (Yuliyanto, 2012). Pola tanam
terdapat dua jenis, yaitu pola tanam monokultur dan polikultur. Pola tanam
monokultur adalah pertanian dengan menanam tanaman sejenis sedangkan pola
tanam polikultur merupakan pola pertanian dengan banyak jenis tanaman pada
satu bidang lahan yang terususun dan terencana dengan menerapkan aspek
lingkungan yang lebih baik (Rosya dan Winarto, 2013).

2.6.1. Padi

Tanaman padi memiliki peran penting dalam menyokong kehidupan


manusia. Tanaman padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan
masyarakat (Anggraini et al., 2013). Padi merupakan tanaman yang dapat hidup
7

optimal didaerah panas dan mengandung banyak uap air. Curah hujan yang baik
untuk penanaman padi adalah sekitar > 200 mm/bulan dengan distribusi selama 4
bulan (Yuliyanto, 2012).
Kualitas dan produktivitas padi bergantung pada kondisi tanah yang
ditanami padi. Kualitas dan produktivitas padi dapat ditingkatkan dengan
menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah dan kecukupan air pada tanah
(Patti dan Silahooy, 2013). Pupuk anorganik masih dikombinasikan dengan pupuk
organik agar produktivitas semakin meningkat dan efisien . Usaha untuk
mengkombinasikan penggunaan pupuk organik dan anorganik yang diterapkan
pada tanaman padi sawah akan memberikan peluang untuk meningkatkan
produksi secara berkelanjutan (Padmanabha, 2014)

2.6.2. Palawija

Palawija merupakan tanaman yang hidup di area yang kering dan biasanya
tanaman musim kedua yang ditanam petani. Palawija merupakan semua tanaman
produktif berkarakter kering yang ditanam petani pada saat pergantian musim
tanaman padi (Indrianingsih, 2016). Curah hujan yang biasa untuk pertumbuhan
tanaman jagung yaitu sekitar 100 mm/bulan. Perhitungan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa curah hujan yang cukup untuk membudidayakan jagung yakni
sebesar 100 mm/bulan (Paski et al., 2017).
Ubi kayu memerlukan curah hujan sekitar 150 – 200 mm/bulan untuk
tumbuh. Ubi kayu memerlukan curah hujan 150 – 200 mm pada umur 1 – 3 bulan,
250 – 300 mm pada umur 4 – 7 bulan, dan 100 – 150 mm pada fase menjelang
dan saat panen untuk dapat tumbuh secara optimal (Nugraha et al., 2015). Kacang
tanah memerlukan curah hujan rata-rata pada kisaran 45 – 200 mm/bulan untuk
tumbuh. Curah hujan rata-rata pada tanaman kacang tanah berkisar antara 45-200
mm/bulan (Sembiring, 2014).
8

BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum Klimatologi dengan materi tipe iklim dan pemetaan pola


tanam dilaksanakan pada Rabu, 22 September 2021 secara daring dengan Lokasi
pencarian database Badan Pusat Statistika Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan
Polokarto, Provinsi Jawa Tengah.

3.1. Materi

Materi yang digunakan dalam praktikum Klimatologi acara tipe iklim


dan pemetaan pola tanam yaitu berupa alat dan bahan praktikum. Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah data curah hujan di Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo sebagai data primer yang akan digolongkan berdasarkan
iklim dan pola tanam. Alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera.

3.2. Metode

Metode yang diterapkan dalam praktikum acara tipe iklim dan pemetaan
pola tanam adalah dengan dicari data curah hujan dalam kurun waktu sepuluh
tahun di website resmi BPS Kabupaten Sukoharjo, data curah hujan diolah pada
tabel dan dianalisis tipe iklim sesuai klasifikasi tipe tipe iklim Schmid-Ferguson,
Oldeman, dan Mohr dan pemetaan pola tanam komoditas padi dan palawija dibuat
selama satu tahun berdasarkan tipe iklim yang sudah ditentukan.
9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Klasifikasi Iklim Mohr

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Mohr selama sepuluh tahun di


Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo dapat diperoleh hasil data di bawah
ini :
Tabel 4. Tipe Klasifikasi Iklim Mohr di Kecamatan Polokarto, Kabupaten
Sukohajo.
Rata-rata jumlah Rata-rata jumlah Tipe iklim
bulan basah bulan kering menurut
Kecamatan
dalam sepuluh dalam sepuluh klasifikasi iklim
tahun tahun Mohr
Polokarto 5 5 Golongan IV
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2021.

Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa Kecamatan Polakarto


Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam daerah kering dengan rata-rata bulan basah
dan kering dalam jangka waktu sepuluh tahun sebanyak 5 bulan. Hal ini sesuai
dengan Karim dan Aliyah (2019) yang menyakan bahwa daerah basah (tanpa
bulan kering) merupakan tipe iklim I, daerah agak basah (bulan kering 1-2)
merupakan tipe iklim II, daerah agak kering (bulan kering 2-4) tipe III, daerah
kering (bulan kering 4-6) tipe IV, dan sangat kering (bulan kering lebih dari 6)
tipe V. Pembagian klasifikasi iklim menurut Mohr ditentukan oleh bulan basah
dan bulan kering yang terjadi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini
sesuai dengan Alhakim dan Santosa (2013) yang menyakan bahwa kriteria iklim
berdasarkan 4 klasifikasi Mohr dengan bulan basah adalah bulan dengan curah
hujan ≥100mm, bulan kering adalah bulan dengan curah hujan ≤60 mm, bulan
lembab dengan curah hujan 60 mm < x < 100 mm.
Klasifikasi iklim Mohr dihitung berdasar rata-rata curah hujan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan Karim et al. (2018) yang menyatakan
10

bahwa klasifikasi iklim di Indonesia menurut Mohr didasarkan pada jumlah bulan
kering dan bulan basah yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang
lama. Klasifikasi iklim Mohr cocok untuk menanam jenis tanaman perkebunan.
Hal ini sesuai dengan Fadholi dan Supriatin (2012) yang menyatakan bahwa
klasifikasi tipe iklim Mohr sangat cocok untuk tanaman kelapa, teh, cengkeh,
kopi, gandaria, kakao, dan tebu.

4.2. Klasifikasi Iklim Oldeman

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Oldeman selama sepuluh tahun di


Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo dapat diperoleh hasil data di bawah
ini
Tabel 5. Tipe Klasifikasi Iklim Oldeman di Kecamatan Polokarto, Kabupaten
Sukoharjo
Rata-rata jumlah Rata-rata jumlah Tipe iklim
bulan basah bulan kering menurut
Kecamatan
dalam sepuluh dalam sepuluh klasifikasi iklim
tahun tahun Oldeman
Polokarto 6 4 C3
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2021.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Kecamatan Polakarto


termasuk dalam tipe C3 dengan rata-rata bulan basah 6 dan bulan kering sebanyak
4 bulan selama 10 tahun. Hal ini sesuai dengan Kusumo dan Septiadi (2016) yang
menyatakan bahwa klasifikasi Oldeman dikelompokkan menjadi lima divisi utama
berdasarkan bulan basah (BB) dan subdivisi yang didasarkan pada jumlah bulan
kering (BK) berturut-turut. Perhitungan iklim tersebut didasarkan padi tinggi
rendahnya curah hujan. Hal ini sesuai dengan Ningsih (2012) yang menyatakan
bahwa kriteria menurut Oldeman meliputi bulan basah jika curah hujan > 200
mm/bulan dan bulan kering jika curah hujan < 100 mm/bulan.
Pembagian iklim Oldeman memperhatikan peluang hujan efektif dan
kebutuhan air tanaman. Hal ini sesuai dengan Fadholi dan Supriyatin (2012) yang
menyatakan bahwa pembagian tipe iklim Oldeman Kriteria klasifikasi iklim
11

didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK), dengan
batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air tanaman.
Klasifikasi iklim Oldeman mempunyai tanaman yang berbeda untuk ditanam pada
setiap zonanya. Hal ini sesuai dengan Sasminto dan Tunggul (2014) yang
menyatakan bahwa zona A cocok untuk menanam padi, zona B cocok untuk
menanam padi dua kali dan menanam palawija satu kali, zona C cocok untuk
menanam padi satu kali dan menanam palawija dua kali

4.3. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt-Ferguson selama sepuluh


tahun di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo dapat diperoleh hasil data di
bawah ini
Tabel 6. Tipe Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson di Kecamatan Polokarto,
Kabupaten Sukoharjo
Rata-rata Rata-rata Tipe iklim
jumlah bulan jumlah bulan Nilai Q menurut
Kecamatan
basah dalam kering dalam klasifikasi
sepuluh tahun sepuluh tahun iklim Mohr
Polokarto 4,9 4,5 0,92 Tipe D
Sumber : Data Primer Praktikum Klimatologi, 2021.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa Kecamatan Polokarto,


Kabupaten Sukoharjo menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson termasuk tipe
D dengan nilai Q sebesar 0,92 dan rata-rata jumlah bulan basah 4,9 dan bulan
kering 4,5. Hal ini sesuai dengan Sasminto dan Tunggul (2014) yang menyatakan
bahwa penggolongan iklim Schmidt-Ferguson menggunakan nilai perbandingan
Q yaitu rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah dalam satu tahun. Siklus
data yang digunakan dalam iklim Schmidt-Fetguson yaitu bulan basah, bulan
lembab, dan bulan kering. Hal ini sesuai dengan Setiawan (2012) yang
menyatakan bahwa iklim Schmidt-Ferguson merupakan jenis iklim yang
12

menggunakan siklus sebuah data dalam curah hujan pada suatu daerah untuk
memberikan kriteria yang disebut bulan lembab, bulan kering, dan bulan basah.
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson memiliki delapan kelas tipe iklim.
Hal ini sesuai dengan Sasminto dan Tunggul (2014) yang menyatakan bahwa
klasifikasi Schmidt–Ferguson memiliki beberapa klasifikasi iklim antara lain
sangat basah, basah, agak basah, sedang, agak kering, kering, sangat kering, dan
luar biasa kering. Iklim Schmidt-Ferguson sangat cocok digunakan di Indonesia
yang beriklim tropis. Hal ini sesuai dengan Fadholi dan Supriatin (2012) yang
mneyatakan bahwa klasifikasi Schmidt-Ferguson sangat cocok dan sesuai untuk
tanaman padi dan palawija yang biasa dibudidayakan pada daerah beriklim tropis.

4.4. Kalender Pola Tanam

Kalender atau pemetaan pola tanam padi-palawija dilakukan berdasarkan


pedoman tipe iklim Oldeman tipe C2 dengan jumlah 6 bulan basah dan 4 bulan
kering dan pemetaan pola tanam adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Pemetaan Pola Tanam Padi Palawija, Kecamatan Mijen
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
CH 282 305 266 200 133 50 32 14 42 105 267 226
LP1
Padi

Jagung

Ubi
LP II
Padi
Jagung
Kacang
tanah
Sumber: Data Primer Praktikum Klimatologi, 2020

Keterangan:

CH : Rata-rata curah hujan (mm/bulan).


LP : Label Pemetaan, warna untuk padi, warna untuk jagung,
warna kacang tanah, warna untuk ubi kayu, dan warna
untuk untuk palawija.
13

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa Kecamatan Polokarto


Kabupaten Sukoharjo berdasarkan analisis tipe iklim Oldeman sepuluh tahun
berturut – turut dapat menghasikan pemetaan pola tanam LP I yaitu padi dan
palawija yaitu jagung dan ubi. LP II yaitu padi dan palawija berupa jagung dan
kacang tanah. Padi dapat tumbuh ideal pada wilayah dengan curah hujan sekitar
200 mm/bulan selama 4 bulan. Hal ini sesuai dengan Yuliyanto (2012) yang
menyatakan bahwa curah hujan yang baik untuk penanaman padi adalah sekitar >
200 mm/bulan dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan untuk pertumbuhan
tanaman jagung yang ideal yaitu sekitar 100 mm/bulan. Hal ini sesuai dengan Paski
et al. (2017) yang menyatakan bahwa perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa curah hujan yang cukup untuk membudidayakan jagung yakni sebesar 100
mm/bulan.
Ubi kayu dapat tumbuh dengan ideal pada wilayah dengan curah hujan
sekitar 150 – 200 mm/bulan. Hal ini sesuai dengan Nugraha et al. (2015) yang
menyatakan bahwa ubi kayu memerlukan curah hujan 150 – 200 mm pada umur 1
– 3 bulan, 250 – 300 mm pada umur 4 – 7 bulan, dan 100 – 150 mm pada fase
menjelang dan saat panen untuk dapat tumbuh secara optimal. Kacang tanah
memerlukan wilayah dengan curah hujan rata-rata pada kisaran 45 – 200
mm/bulan untuk keperluan tumbuhnya. Hal ini sesuai dengan Sembiring (2014)
yang menyatakan bahwa curah hujan rata-rata pada tanaman kacang tanah
berkisar antara 45-200 mm/bulan.
14

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan praktikum klimatologi acara tipe iklim dan pemetaan pola


tanam yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Kecamatan Polokarto
Kabupaten Sukoharjo menurut iklim Mohr termasuk golongan IV daerah kering,
menurut iklim Oldeman termasuk tipe iklim C3, dan menurut iklim Schmidt-
Ferguson termasuk tipe iklim D. Pola tanam berdasarkan kalender tanam yang
dapat dilakukan yaitu musim tanam pertama padi dengan musim tanam kedua
palawija berupa jagung, ubi, dan kacang tanah.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk menunjang praktikum menjadi lebih


baik adalah diperlukan penuh ketelitian dalam perhitungan data dan penentuan
bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab dalam data sesuai dengan klasifikasi
Mohr, Schmidt-Ferguson, dan Oldeman.
15

DAFTAR PUSTAKA

Alhakim, E.E. dan L.W. Santosa. 2013. Pengaruh kestabilan lereng terhadap
kerentanan gerakan massa tanah di Sub DAS Progo Hulu Kabupaten
Temanggung. J. Bumi Indonesia, 2(4): 1 – 9.

Anggraini, F., A. Suryanto, dan N. Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada
tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inpari 13. J. Produksi
Tanaman. 1(2) : 52-60.

Estiningtyas, W., dan Syakir, M. 2018. Pengaruh perubahan iklim terhadap


produksi padi di lahan tadah hujan. J. Meteorologi dan Geofisika, 18(2) : 91
– 97.

Fadholi, A. dan D. Supriatin. 2012. Sistem pola tanam di wilayah priangan


berdasarkan klasifikasi iklim oldeman. J. Pendidikan Geografi, 12(2) : 61-
70.

Indrianingsih, Y. 2016. Perancangan sistem pendukung keputusan dalam


penentuan jenis tanaman palawija berdasar kandungan zat lahan guna
meningkatkan produktivitas lahan (studi kasus di Kabupaten Gunungkidul).
J. Angkas, 8(1) : 127 – 136.

Indrawan, R. R., A. Suryanto, dan R. Soelistyono. 2017. Kajian iklim mikro


terhadap berbagai sistem tanam dan populasi tanaman jagung manis (Zea
mays saccharata Sturt). J. Produksi Tanaman, 5(1) : 92 – 99.

Karim, H.A. dan M. Aliyah. 2019. Evaluasi penentuan waktu tanam padi (Oriza
Sativa L.) berdasarkan analisa curah hujan dan ketersediaan air pada
wilayah Bedungan Sekka-Sekka Kabupaten Polewali Mandar. Agrovital. J.
Ilmu Pertanian, 3 (2) : 41 – 46.

Kusumo, I., dan D. Septiadi. 2016. Tipe iklim Oldeman 2011-2100 berdasarkan
skenario RCP 4.5 dan RCP 8.5 di wilayah Sumatera Selatan. J. Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, 3(3): 26 – 36.

Miftahuddin, M. 2018. Analisis Unsur-unsur Cuaca dan Iklim Melalui Uji Mann-
Kendall Multivariat. J. Matematika, Statistika dan Komputasi, 13(1), 26 –
38.

Nugraha, H. D., Suryanto, A., & Nugroho, A. 2015. Kajian potensi produktivitas
ubikayu (Manihot esculenta Crant.) di Kabupaten Pati. J. Produksi
Tanaman, 3(8) : 673 – 682
16

Padmanabha, I. G. M. Arthagama, dan I. N. Dibia. 2014. Pengaruh Dosis Pupuk


Organik dan Anorganik terhadap Hasil Padi (Oriza sativa L.) dan Sifat
Kimia Tanah pada Inceptisol Kerambitan Tabanan. J. Agroekoteknologi
Tropika, 3(1) : 41 – 50.

Paski, J. A. I., G. I. S. L. Faski, M. F. Handoyo, D. A. S. Pertiwi. 2017. Analisis


neraca air lahan untuk tanaman padi dan jagung di Kota Bengkulu. J. Ilmu
Lingkungan, 15(2) : 83 – 89.

Patti, P. S. dan C. Silahooy. 2013. Analisis status nitrogen tanah dalam kaitannya
dengan serapan N oleh tanaman padi sawah di Desa Waimital, Kecamatan
Kairatu, Kabupaten Seram bagian barat. J. Agrologia, 2(1) : 51 – 58.

Rahim, Y., J. E. X. Rogi, dan S. D. Runtunuwu. 2015. Pendugaan defisit dan


surplus air untuk pengembangan tanman jagung (Zea Mays L.) di
Kabupaten Goontalo dengan menggunakan model simulasi neraca air. J.
Agrisosio-ekonomi, 11(1), 11 – 17.

Rosya, A., dan W. Winarto. 2014. Keragaman komunitas fitonematoda pada


sayuran lahan monokultur dan polikultur di Sumatera Barat. J. Fitopatologi
Indonesia, 9(3): 71 – 76.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, dan F. Ramadhani. 2013. Kalender tanam sebagai


instrumen adaptasi perubahan iklim. Politik pembangunan pertanian
menghadapi perubahan iklim. J. Sumberdaya Lahan, 4(2): 271 – 297.

Runtunuwu, E., H. Syahbuddin, F. Ramadhani, A. Pramudia, D. Setyorini, K.


Sari, Y. Apriyana, E. Susanti, H. Haryono, P. Setyanto, dan I. Las. 2012.
Sistem informasi kalender tanam terpadu: Status terkini dan tantangan ke
depan. J. Sumberdaya Lahan, 6(2): 67 – 78.

Sasminto, R. A., dan A. Tunggul. 2014. Analisis spasial penentuan iklim menurut
klasifikasi schmidt-ferguson dan Oldeman di Kabupaten Ponorogo. J.
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(1) : 51 – 56

Sembiring, M., R. Sipayung, F. E. Sitepu. 2014. Pertumbuhan dan produksi


kacang tanah dengan pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit pada
frekuensi pembumbunan yang berbeda. J. Online Agroekoteknologi, 2(2) :
598 – 606.

Setiawan, O. 2012. Analisis Variabilitas Curah Hujan dan Suhu di Bali. J.Analisis


Kebijakan Kehutanan, 9(1) : 66 – 79.

Sudiana, I. M. dan N. G. A. G. E. Martiningsih. 2012. Penerapan teknologi jarak


tanam dan varietas jagung hibridaberbasis semi organik. J. Aplikasi Ipteks
Ngayah, 3(4), 33 – 43.
17

Surmaini, E., & Faqih, A. 2016. Kejadian iklim ekstrem dan dampaknya terhadap
pertanian tanaman pangan di Indonesia. J. Sumberdaya Lahan, 10(2) : 56 –
62.

Surmaini, E., R. Eleanora, dan L. Irsal. 2011. Upaya sektor pertanian dalam
perubahan iklim. J. Litbang Pertanian, 30(1) : 1 – 7.

Yulianto, dan Sudibiyakto. 2012. Kajian dampak variabilitas curah hujan terhadap
produktivitas padi sawah tadah hujan di Kabupaten Magelang. J. Bumi
Indonesia, 1(1) : 1 – 9.
1

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengamatan Curah Hujan di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo


Tahun Rata-
Bulan Oldeman
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata
Januari 312 425 280 278 459 134 375 211 139 209 282 BB
Februari 336 318 298 245 352 232 321 329 404 210 305 BB
Maret 344 219 387 301 118 193 309 316 202 267 266 BB
April 125 149 145 236 163 192 291 338 31 325 200 BB
Mei 81 204 331 126 38 173 107 59 109 102 133 BL
Juni 26 31 98 4 1 113 53 7 157 7 50 BK
Juli 3 2 76 29 4 76 72 5 55 2 32 BK
Agustus 20 3 66 0 5 19 7 8 10 3 14 BK
September 33 17 214 10 10 12 3 1 114 3 42 BK
Oktober 228 122 156 59 111 59 35 34 206 42 105 BL
November 439 169 265 302 233 159 209 111 557 231 267 BB
Desember 208 139 252 221 391 247 258 222 132 194 226 BB
Jumlah 2155 1798 2568 1811 1885 1609 2040 1641 2116 1595 Rata-
Mohr
Rata-rata Rata
180 150 214 150 157 134 170 137 176 133
BK 5 4 3 5 5 4 5 6 3 5 4,5 4
Schmidt-Ferguson BL 1 4 2 1 3 6 1 1 5 2 2,6 3
BB 6 4 7 6 4 2 6 5 4 5 4,9 5
Sumber: Data Badan Pusat Statistik Semarang, 2020.
2

Q= = = 91,83% = 0,92
3

Anda mungkin juga menyukai