Anda di halaman 1dari 2

Gurukanlah Al-Qur’an

Oleh: Samsul Hadi, S.Pd., M.Ag

Al-Qur‟an sebagai wahyu Allah SWT diterima Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Malaikat Jibril as dengan proses secara berangsur-angsur selama ±23 tahun. Suatu
rentang waktu yang tidaklah pendek, ini hendaknya memberi pelajaran dan kesadaran pada
kita, bahwa belajar Al-Qur‟an tidaklah bisa disulap langsung bisa jadi secara kilat 2 jam
misalnya.
Walaupun khatam dengan metode tertentu dengan berjilid-jilid tetapi kalau tidak
digurukan kepada guru yang ahli sampai khatam 30 juz, tidaklah akan bisa bermutu kualitas
bacaan Al-Qur‟annya. Para Sahabat terutama yang ahli al-Qur‟an, mereka dapat
mengkhatamkan al-Qur‟an dihadapan Rasulullah SAW. Para Sahabat Ra ada juga yang tidak
sampai khatam karena kedahuluan Rasulullah SAW wafat tetapi mereka tidak berhenti dan
tetap gigih belajar Al-Qur‟an kepada Shababat-Sahabat lain yang lebih ahli dan sudah
digurukan dihadapan Nabi SAW.1
Nabi Muhammad SAW sendiri membuat kelompok Shuffah di Masjid Nabawi yang
fungsinya sebagai tempat pemberantasan buta huruf Arab (al-Qur‟an) dengan menyediakan
makanan dan tempat tinggal. Lebih kurang 900 Sahabat masuk dalam kelompok mereka.
Maka muncullah tokoh sahabat yang ahli dibidang al-Qur‟an seperti Ubay bin Ka‟ab,
„Ubâdah bin al-Shômit, „Abdullah bin Mas‟ûd, „Abdullah bin Sa‟îd bi al-„Ậsh, „Utsmân bin
„Affân, „Utsmân bin Abî al-„Ậsh dan lain-lain. Nabi Muhammad SAW juga memerintah para
sahabat yang mahir dalam bidang baca-tulis al-Qur‟an untuk mengajarkan kepada orang lain.
Bahkan beliau mengirim mereka ke Negara-negara lain. Tercatat „Ibnu Mas‟ûd orang pertama
dari sahabat yang mengajarkan al-Qur‟an di Makkah, Khabâb mengajar al-Qur‟an pada
Fathimah (saudara perempuan Umar bin Khathab) dan suaminya, Sa‟îd bin Zaid, sebelum
hijrah ke madinah Mush‟âb bin „Umar di kirim ke Madinah sebagai guru ngaji al-Qur‟an,
Mu‟âdz bin Jabal dikirim ke Yaman, Abû „Ubaid dikirim ke Najrân dan lain sebagainya. 2
Mereka berlomba-lomba untuk mengajarkan kepada orang lain baik orang Arab maupun Non-
Arab yang ingin belajar al-Qur‟an atau karena diperintah Nabi untuk mengajarkannya. Begitu
seterusnya ke generasi Tabi‟in-Tabi‟in, Ulama‟ul Qurra‟, sampai pada para guru-guru Al-
Qur‟an sekarang bagaikan mata rantai ayang tidak akan putus-putusnya.
Mereka gigih untuk berguru kepada siapa saja yang lebih ahli dan masyhur guna untuk
men-tahqiq-kan(memperjelas) bacaan Al-Qur‟an sehingga dengan semakin banyak guru, akan
semakin bertambah pengetahuannya dibidang Al-Qur‟an.
Belajar Al-Qur‟an tidak cukup hanya dengan membaca buku tajwid, tadarrus di
Masjid/Mushola, melihat atau mendengarkan kaset/VCD atau belajar dengan huruf latin atau
Braille, tetapi yang lebih terpenting adalah Musyafahah yaitu dari mulut guru ke mulut murid
atau Talaqqi” menerima apa adanya dari Sang Guru dengan menyamakan bacaan dengan
bacaan lisan guru, sehingga murid akan berusaha agar bacaannya tepat fashih sesuai dengan
apa yang dicontohkan guru, inilah namanya “Ilmul Ada‟ yaitu membaca al-Qur‟an dihadakan
guru, sedangkan Talaqqi diambil dari firman Alloh SWT:3
       
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al qur'an dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha
mengetahui”.

Jadi, ber-talaqqi (belajar membaca Al-Qur‟an ) kepada guru yang ahli merupakan
„Sunnah Muttaba‟ah” atau “Sunnatul Qoimah” yang diajarkan Rosululloh SAW dan
diteruskan oleh Ulama dari dulu sampai sekarang sehingga menjadi tradisi umat islam yang
harus dilestarikan dan diperjuangkan, mengapa demikian? Karena dalam al-Qur‟an banyak
sekali bacaan yang ketentuan-ketentuannya tidak bisa dituliskan seperti makhorijul huruf,
shifatul huruf, tarqiq, tafkhim, idzhar, idghom, ghunnah, mad, ibtida‟, washol dan waqof,
sehingga para Ulama‟ Qurra‟ menciptakan lmu tajwid yaitu ilmu yang khusus memperbaiki

1
Menurut suatu riwayat di masa hidupnya Rasulullah SAW yang khatam al-Qur‟an dihadapan beliau hanya
empat sahabat yaitu „Abdullah bin Mas‟ud, Mu‟adz bin Jabal, Ubai bin Ka‟ab dan Sâlim Maulâ Abî
Ĥudzaifah (Lihat Nail al-Authâr, hl. 92, juz 2, Dar al-Wafâ, 2003)
2
Al-A‟dzomi, Prof. Dr, The History of The Qur‟anic Text, hal 65, Gema Insani, Jakarta, 2005.
3
QS. An-Naml: 6
dan memperbagus bacaan al-Qur’an. Membaca al-Qur’an sesuai dengan ketentuan tajwid
wajib sesuai konsensus ulama, Muhammad Ibnul Jazari> mengatakan dalam syiir-nya4:
ِ ‫ِقِبِلِِالشِِرِوعِِأِِو ِلاِأِنِِيِعِلِمِِوا‬ ِ ِ‫إِذِِِواجِبِِعِلِيِهِمِِمِتِم‬
ِ‫ِلِيِنِطِقِِواِبِأِفِصِحِِاللِغِات‬ ِ‫مِ ِارجِِالِِرِوفِِِوالصِفِات‬
Wajib atas mereka (para Pembaca l-Qur‟an) sebelum membaca al-Qur‟an pertama kali
adalah mengetahui Makhorijul Huruf (tempat-tempat pemrosesan keluar huruf) dan Sifatul
Huruf (ciri-ciri/sifat-sifat huruf supaya mereka bisa mengucapkan dengan lebih fashih.
Dalam nadzom lain5:
ِ ِ‫ِمِنِِلِِيِ ِودِِالقِِرآنِِآث‬ ِ‫ِوالِخِذِِبِالتِجِ ِويِدِِحِتِمِِلِِزم‬
ِ‫اِوصِل‬
ِ ِ‫ِِوهِكِذِاِمِنِهِِإِلِيِن‬ ِ ِ‫لِنِهِِبِهِِالِلهِِأِنِِزل‬
Artinya: “ mengamalkan bacaan al-Qur‟an dengan tajwid adalah wajib, barangsiapa tidak
membaca al-Qur‟an dengan tajwid dia berdosa, karena Alloh SWT menurunkan al-Qur‟an
dengan tajwid, demikianlah terus sampai kepada kita.”
Kita hendaknya prihatin melihat kondisi para generasinya yang semakin menjauhi al-Qur‟an,
mereka malas membaca al-Qur‟an, sudah jarang kita temukan rumah-rumah terdengar bacaan
Al-Qur‟an, mereka pada malas membaca Al-Qur‟an apalagi menggurukan al-Qur‟an, mereka
lebih senang bermain Game/Play Stassion (PS), bermain HP, situs internet yang tidak
mendidik, nonton TV yang banyak membuang waktu, benarlah Sabda Nabi “Akan datang
suatu ketika zaman dimana Al-Qur‟an tinggal tulisannya saja” dalam arti tidak pernah dibaca
hanya sebagai hiasan rumah atau masjid Nauudzubillah, konon menurut survey orang
Indonesia menonton TV atau pakai internetan rata-rata 8 jam per-hari, sedangkan warga
negara Jepang yang katanya negara maju, mereka nonton TV rata-rata hanya 2 jam perhari,
coba bandingkan dan renungkan

4
Muhammad al-Jazari, Matn al-Jazariyah, h. 4, Maktabah Sa‟ad bin Nashir bin Nabhan, Surabaya.
5
Ibid, hal 13

Anda mungkin juga menyukai