Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU

FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI


KEHAMILAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu Penyakit
Dosen pengampu : Desi wijayanti eko dwi ,SST,M.kes

Di Susun Oleh:
Efa Fitri Nurlailiyah (201FI09002)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA KENDAL
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT Dzat yang Maha segalanya, sholawat dan salam
senantiasa tersanjung kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. pencerah alam,
pembimbing umat manusia. Atas rahmat dan karunia Allah SWT kami berada dalam
keadaan sehat wal afiat, sehingga kami dapat menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini akan bermanfaat bagi semua pembaca terutama bagi keluarga
besar Universitas Bhakti Kencana Kendal. Makalah ini bertujuan untuk mendorong
semangat belajar bagi pembacanya dan menjelaskan tentang sosial budaya dan ekonomi
tentang kehamilan dilinkungan sekitar.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan kebidanan kehamilan ,
selanjutnya kami ucapkan terima kasih atas arahan, bimbingan, dan pengetahuan, ucapan
terima kasih tersebut kami tujukan untuk :

1. Desi wijayanti eko dwi ,SST,M.kes. Selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan
kehamilan
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan, maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun serta pembaca umumnya.

Kendal, 30 maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI......................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah..........................................................................................4
3. Tujuan............................................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Aspek sosial budaya dan ekomomi kehamilan................................................ 5
B. Faktor budaya yang berhungan dengan kehamilan masyarakat..................... 9
C. Contoh Sosial budaya dan ekonomi kehamilan ............................................10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran ............................................................................................................ 11

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada masyarakat Jawa yang menganut pola garis keturunan patrilineal maka dalam adat kebiasaan
keluarga, peranan suami / ayah sangat berpengaruh. ayah / suami sebagai kepala rumah tangga
adalah perantara dalam penentuan nasib termasuk yang menguasai sumber-sumber ekonomi
keluarga (Herkovits dalam Susilowati, 2001).

Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa yang
penting dalam siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian
aktivitas ritual untuk menyambutnya.

Faktor kekerabatan (suami, orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting dalam
tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik dalam
memberikan nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun
pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah yang akan
dipergunakan.

2. RUMUSAN MASALAH

Di era sekarang ini masyarakat sekitar sudah tidak tidak mempercayai


adanya sosial budaya dan ekonomi tentang kehamilan , dan sudah jarang
orang-orang sekitar menggunakan budaya kehamilan didaerah masing-
masing .

3. TUJUAN

mengatasi akar masalah perilaku persalinan tidak aman di perdesaan,


yang terkait dengan faktor sosial ekonomi dan budaya

4
BAB II TINJAUAN MATERI

A. ASPEK SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI SOSIAL YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN
ASPEK BUDAYA Sebagai makhluk biologi manusia dipelajari
dalam ilmu biologi atau anatomi dan sebagai makhluk sosio
budaya manusia dipelajari dalam anthropologi budaya, yaitu
tentang seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia
dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah
lingkungan berdasarkan pengalamannya.Kebudayanan manusia
menganalisis masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan
manusia dan memberi wawasan bahwa hanya manusialah yang
mampu berkebudayaan.Seperti halnya pada ritus penyambutan
bayi lahir pada suku Rimbo di Jambi.Pada masyarakat Rimbo
lahirnya seorang anak berarti kelangsungan hidup generasinya
terjamin, begitu juga perkembangan mreka tetap terpelihara
tetapi kenyataannya sering terjadi peristiwa di luar jangkauan
kemampuan manusia, seperti kematian, bahkan mati bayinya
atau ibunya.Keadaan ini membuat orang rimbo diliputi oleh
hal-hal yang menggelisahkan dan tidak menentramkan
hidupnya.Kemudian mereka mencari sandaran yang dapat
enghilangkan kegelisahan, yang berasal dari bantuan yang luar
biasa di atas segala kemampuan manusia dengan diadakan
upacara keagamaan khusus.Upacara dimulai sejak ibu
mengandung delapan bulan yaitu dengan menyerahkan kepada
dukun bayi yang biasanya juga merangkap orang alim, hal ini
dilakukna karena orang rimbo berpengalaman bahwa umur
kandungan delapan bulan merupakan umur yang kritis, sering
terjadi hal-hal yang diluar dugaan manusia, dengan diserahkan
ibu ke dalam pengawasan dukun bayi/orang alim yang
dianggap ahli kandungan ibu tersebut akan terjaga dan
selamat.Selanjutnya alim memerintahkan untuk membuat
tempat khusus dalam upacara penyambutan bayi yang akan
5
lahir di suatu tempat yang disebut tanah peranakan, yaitu
suatu tempat yang datar, air cukup, ramu-ramuan yang
diperlukan banyak di tempat itu, mudah dujangkau, dan
terlindung dari gangguan binatang buas.Bangunan balai
tersebut terdiri dari minimal tiga gubug, satu untuk suami istri
yang akan melahirkan, satu khusus untuk dukun bayi/alim, sati
lagi agak besar unuk kerabat dekat.Peralatan yang digunkan
untuk upacara : bedaro putih untuk minuman bagi ibu yang
melahirkan agar mudah dalam persalinan, ramuramuan yang
khusus dicari oleh dukun, kemenyan untuk mengusir roh jahat,
suluh damar untuk penerangan di malam hari, bubuk kulit kayu
tenggiris untuk menempel pada pusat bayi agat cepat kering,
makanan dan lauk-pauk untuk menjamu peserta upacara
terutama ibu yang baru melahirkan, tempat pembungkus bayi,
senjata berupa tombak dan parang untuk menangkal serangan
yang mungkin terjadi.Setelah bayi lahir engan selamat maka
masing-masing sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada
yang bertugas menanam bali(ari-ari) yang harus ditanam di
tempat yang tidak mungkin digunakan untuk ladang atau
bangunan, sebagian yang lain membuat makanan dari ubi yang
diparut dan dibubur dengan dicampur hati atau daging, untuk
makanan ibu yang baru melahirkan sisanya untuk kerabat yang
menyaksikan dan menunggu kelahiran bayi.Stelah sehari
semalam maka seluruh orang yang berada di tanah peranakan
pulang ke rumah masing-masing, bayinya cukup digendong
dengan kain panjang tanpa bungkus dengan sesuatu benda
apapun dan mereka langsung bekerja termasuk ibu yang baru
saja melahirkan tadi.Kebiasaan ini kemungkinan menjadi
penyebab banyak anak yang meninggal di bawah lima tahun
terutama tahun pertama.Menurut kepercayaan orang rimbo
bila bayi lahir dengan selamat dan kelahirannya di tanah
peranakan dengan pertolongan orang alim dan sudah
diupacarakan, maka anak tersebut sudah lepas dari
marabahaya untuk di bawa kemanapun ibunya
pergi.Rasa terlindungi oleh sang pencipta
6
Menurut adat tradisional orang Mentawai di pulau
Siberut, yang terutama dianut scara etat di masa lalu,
melahirkan dianggap sebagai kategori non sakral
sehingga kelahiran dilangsungkan di tempat yang sesuai
untuk itu.ialah ladang yang bersifat duniawi, yang
merupakan salah satu dari pusat kehidupan selain desa
dimana rumah-rumah penduduk berada.Oleha karena
itu sekitar seminggu sebelum sang wanita melahirkan, ia
akan dibawa oleh suami dan ibunya untuk tinggal di
ladanga hingga saatnya melahirkan.Meskipun pad masa
kini kebudayaan orang Mentawai telah mengalami
perubahan, masih ada di pedalaman penduduk pulau
siberut yang menjalankan adat melahirkan berdasarkan
konsep itu. Pandangan budayan tentang lokasi
melahirkan an sifatnya juga tidak sama dalam berbagai
kebudayan.Di Desa Trunyan, melihat kelahiran sebagai
sifat terbuka untuk dihadiri handai tolan.Namun tetap
terdapat batasan dari norma-norma adat mengenai
siapa yang dapat dan tidak boleh berada di dalam
ruangan.Suasana kelahiran bayi juga dihadapi sebagai
peristiws yang wajar secara alamiah, dan merupakan
bagian dari proses sosialisasi anak-anak setempat.Di
dalam ruangan, para pelaku berperan sesuai dengan
tugasnya masing-masing, tap orang berada di
tempatnya masingmasing sesuai tugas yang ditentukan
baginya dalam pertolongan persalinan. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa pengadaadn
tempat melahirkan dan para pelaku pada kegiatan
tersebut, termasuk tugas dan aturan masing-masing
ditetapkan secara budaya.Pertimbangan-pertimbangan

7
tertentu yang bersifat kultural ini kadang-kadang tidak
mudah untuk diubah.

Tentang ramu-ramuan dalam proses kelahiran dan


pasca persalinan, Setiap kebudayaan memiliki
kepercayaan mengenai berbagai ramuan atau bahan
obat-obatan yang dapat digunkan pada saat wanita
hamil telah merasakan akan lahirnya sang
bayi.Umumnya bahan obat-obatan itu terdiri dari ramu-
ramuan yang diracik dari berbagai tumbuh-tumbuhan,
seperti daun-daunan, akar-akara, atau bahan-bahan
lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh
atau pelancar proses persalinan.Ramuan yang
dianjurkan ole dukun bayi untuk diminum atau dimakan
oleh calon ibu bervariasi, sesuai dengan pengetahuan
budaya setempat dan menurut ketersediaan bahan-
bahan di lingkungan sekitar.Di Bali, misalnya, balian
manak menganjurkan pasienya yang hamil tua untuk
minm jamu daun waru atau minum air kelapa muda
agar kelak persalinannya lancar, juga dianjurkan minum
air kelapa dari kelapa yang masih sangat muda yang
dicampur dengan madu dan kunyit dengan tujuan
menambah tenaga. Pada masyarakat Kerinci,walaupun
jantung pisan dipantangkan selama sebagaian besar dari
masa hamil, saat memasuki usia kandungan 9 bulan,
jantung pisang merupakan bagian dari pelusuh(sarana
untuk memperlancar lahirnya bayi)yang diberikan,
setelah sebelumnya diberi penawar berupa doa-doa
oleh dukun dan dmakan sebagai lauk nasi.Kemudian
pada saat bayi hampir lahi, pelusuh terdii dari telur aam
mentah yang dikocok dengan campuran kopi atau sirih

8
dengan perangkatnya(pinang, gambir,dan kapur), yang
diberi doa.Setelah ketuban pecah, ibun diberi minyak
kelapa untuk diminumkan.Tujuannya untuk memberi
semangat

B. FAKTOR BUDAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN


MASYARAKAT

Terdapat berbagai macam tradisi yang sering ditemui


dimasyarakat termasuk Tradisi dalam bidang kesehatan
yang berkaitan dengan kehamilan dan persiapan
persalinan, tujuan penelitian untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan tradisi masyarakat dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan Metode
Penelitian dalam penelitian ini adalah Survey Analitik
dengan rancangan Cross Sectional Study. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 30 sampel. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat Hubungan
pengetahuan ibu hamil dengan Tradisi dalam
menghadapi kehamilan dengan nilai ρ = 0,008, dan
terdapat hubungan pengetahuan ibu bersalin dengan
Tradisi dalam menghadapi kehamilan dengan nilai ρ =
0,007. Adapun Hubungan Pendidikan dengan Tradisi
9
dalam menghadapi kehamilan dengan nilai ρ = 0,002,
Hubungan pendidikan dengan tradisi menghadapi
persalinan dengan nilai ρ = 0,029. Penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat Hubungan antara
Pengetahuan dan Pendidikan ibu hamil dan Ibu Bersalin
dengan Tradisi dalam menghadapi kehamilan dan
Persalinan

C. CONTOH SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI


KEHAMILAN

kepada ibu, meskipun dari segi kesehatan hal itu tidak jelas
khasiatnya.Pada saat bayi telah lahir terdapat pula ramu-
ramuan yang ditujukan pada perawatan ibu melahirkan.Bahan-
bahan ramuan itu digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain
untuk mengembalikan tenaga, untuk memperkuat tubuh ibu,
mengembalikan fungsi-fungsi tubuh menjadi sebelum hamil,
membersihkan tubuh dari nifas dan zat-zat yang diangap kotr
lainnya, serta mengembalikan bentuk tubuh dalam konteks
keindahan tubuh. Jenis-jenis ramuan dan obat-obatan yang
digunakan oleh setiap kelompok masyarakat pada masa hamil,
menjelang saat melahirkan dan sesudah bersalin merupakan
bahan –bahan yang berasal dari pengetahuan budaya
masyarakat ang bersangkutan.Sebagian diantaranya sudah
digunkan secara turun temurun sejak beberapa
generasi.Namun dalam hal-hal tertentu tidak selalu bahan-
bahan yang digunakan berkhasiat menurut ilmu kesehatan atau
mendukung tercapainya tujuan kesehatan dengan baik.

10
BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pandangan budayawan tentang lokasi melahirkan dan sifatnya
tidak sama dalam berbagai kebudayan. Dari segi budaya,
melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses yang semata-
mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, karena pada
saat itu, dari rahim sang ibu keluar pula unsur-unsur yang
biasanya dikategorikan sebagai unsur kotor, seperti darah, air
ketuban, tali pusat dan plasenta. Tentang ramu-ramuan dalam
proses kelahiran dan pasca persalinan, Setiap kebudayaan
memiliki kepercayaan mengenai berbagai ramuan atau bahan
obat-obatan yang dapat digunkan pada saat wanita hamil telah
merasakan akan lahirnya sang bayi.Umumnya bahan obat-
obatan itu terdiri dari ramu-ramuan yang diracik dari berbagai
tumbuh-tumbuhan, seperti daun-daunan, akar-akara, atau
bahan-bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat
tubuh atau pelancar proses persalinan. Gambaran-gambaran di
atas telah menunjukkan interaksi antara aspek budaya dan
aspek sosial yang terwujud dalam kegiatan menolong
persalinan yang dilakukan oleh para pelaku, masing-masing
dengan peran dan tugasnya selama proses persalinan
berlangsung, tidak saja bagi sang bayi, melainkan juga bagi
perawatan plasentanya.
B.SARAN
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
pengetahuan, pendidikan dan tradisi masyarakat dalam
menghadapi kehamilan dan persalinan, adapun saran
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan Metodelogi
penelitian yang berbeda yaitu penelitian kualitatif dengan
menggunakan sampel yang lebih besar lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo JT, Ilmu budaya dasar, Rineka cipta, Jakarta 2004.


Muzaham F, Memperkenalkan sosiologi kesehatan, UI-Pres ,
Jakarta 1995. Khoirudin H, Sosiologi keluarga, Liberty,
Yogyakarta, 2002. Mc Ghie A, Penerapan psikologi dalam
perawatan, yayasan essentia medika dan Andi, Yogyakarta,
1996. Mahmud A, Islam dan realitas sosial di mata intelektual
muslim Indonesia, Edi Indonesia Sinergi, Jakarta, 2005.
Swasono MF, Kehamilan, keahiran, perawatan ibu dan bayi
dalam konteks budaya, UI-Press, Jakarta 1998.
www.kompas.co.id/kesehatan/news/’bebaskan isteri dari baby
blues’ hal.3 diperoleh tgl 07/11/2007
Htt://situs.kesrepro.info/kia/des/2004/kia01.htm’faktor yang
mempengaruhi kehamilan”diperoleh tgl 07/11/2007
www.ui.ac.id/indonesia/main.php?hlm=berita&id=2005-02-07,
diperoleh tgl 07/11/200

12

Anda mungkin juga menyukai