KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
KEAMANAN,KENYAMANAN,DAN MOBILISASI PASIEN
STROKE HEMORAGIK
Disusun Oleh / 7B :
Kelompok 13
1. Nurul Inayah ( 1130018028)
2. Luluk Rachmawati (1130018030)
3. Moh.Ulil Albab (1130018048)
Fasilitator :
Rahmadaniar AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan
Gerontik Asuhan Keperawatan Lansia dengan Keamanan, Kenyamanan dan mobilisasi pada
pasien Stroke”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................2
PENDAHULUAN
Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran
darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang
maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai
gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,
kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan.
Semakin luas daerah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala
Menurut WHO tahun 2014, jumlah penderita stroke per individu berdasarkan usia dan
jenis kelamin yaitu, perempuan berusia 18-39 sebanyak 2,3 % dan usia 40-69 sebanyak 3,3
%. Sedangkan laki-laki yang usianya 18-39 diperkirakan sebanyak 2,4% dan usia 40-69
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan
memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hastrat mereka
untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh tidak pernah dipikirkan efek bagi
kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di indonesia kian meningkat sehingga semakin
Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin
kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan
1.3 Tujuan
Lansia
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
2. Bagi pembaca
3. Bagi FKK
TIJAUAN TEORI
Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran
darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang
maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai
gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,
kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan.
Semakin luas daerah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala
yang akan dialami oleh pasien. ( Dr. Kelana Kusuma Dharma, 2018)
Stroke atau Serangan Otak adalah penyakit yang sangat menakutkan. Saat ini, Stroke
merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.Stroke
juga merupakan penyebab kecacatan Serius. Meskipun demikian, Stroke dapat dicegah
dengan mengetahui dan menghindari faktor- faktor yang dapat meningkatkan resiko
serangan. Stroke sering terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga sehingga penting sekali untuk
mengenali gejala serangan agar dapat segera mencari pertolongan medis. Tindakan terapi
yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan hidup dan menghindari kecacatan serius pasca
2.2 Etiologi
a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis
sering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di
(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
poliarteritis nodosa.
b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli,
yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik, infark
subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab
e. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
(Muttaqin, 2011)
1. Hipertensi
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat menganggu aliran
darah cerebral.
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang
diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada
dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang
5. Usia Lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah
otak.
6. Polocitema
Pada Polocitema viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh darah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis.
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah ( embuluh darah menjadi kaku ). Salah satunya pembuluh darah otak.
dimodifikasi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor usia, jenis kelamin, ras, dan
genetik/keturunan
1. Usia
meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan stroke adalah
usia 65 tahun ke atas. Dari 2065 pasien stroke akut yang dirawat di 28 rumah
sakit diindonesia, 35,8% berusia diatas 65 tahun dan 12,9% kurang dari 45
tahun.
2. Jenis Kelamin
3. RAS
Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan kematian pada ras kulit
hitam, asia dan kepulauan pasifik,serta hispanik dibandingkan kulit putih. Pada
kulit hitam diduga karena angka kejadian hipertensi yang tinggi serta diet tinggi
garam.
4. Genetik
Resiko stroke meningkat jika ada orang tua atau saudara kandung yang
2.4 Pathofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi danbesarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darahke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karenagangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). (Stockslager, J., & Schaeffer, L. 2017)
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak.Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat bekupada area yang stenosis, tem pat aliran
darah mengalami pelambatanatau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding
pembuluhdarah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombusmengakibatkan iskemia
jaringan yang disuplai oleh pembuluh darahyang bersangkutan dan edema dan kongesti di
sekitar area. Areaedema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada areainfark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam ataukadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edemaklien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena itu
thrombosisbiasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. (Stockslager, J., &
Schaeffer, L. 2017)
Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkanedema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akanmeluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atauensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yangtersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah ataurupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotikdan hipertensi pembuluh darah. (Arif Mutaqin, 2018).
( Tarwanto, 2017).
Menurut Tarwoto (2017), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisiatau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi danadanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
Iskemik, gejala klinis meliputi:
1. Afasia motorik
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada areaBroca, yang terletak
pada lobus frontal otak. Pada afasia jenisini pasien dapat memahami lawan
bicara tetapi pasien tidakdapat mengungkapkan dan kesulitan dalam
mengungkapkanbicara.
2. Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,yang terletak pada
lobus temporal. Pada afasia sensori pasientidak dapat menerima stimulasi
pendengaran tetapi pasienmampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga
respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren.
3. Afasia global
Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baikmenerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
a. Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehinggaucapannya
menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapatmemahami pembicaraan,
menulis, mendengarkan maupunmembaca. Disartria terjadi karena kerusakan
nervus cranialsehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring.Pasien
juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
b. Gangguan penglihatan, diplopia.
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadiganda,
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal initerjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau parietal yangdapat menghambat serat saraf optik pada
korteks oksipital.Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena
kerusakanpada saraf cranial III, IV dan VI.
c. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervuscranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottismenutup kemudian
makanan masuk ke esophagus.
d. Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karenaterganggunya
saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
2.7 KOMPLIKASI
2.7.1 Pengertian
muncul pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi stroke meliputi infeksi thorax,
konstipasi, pneumonia, UTI (urinary tract infection), depresi, kejang, stroke berulang,
a. Infeksi Thorax
rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu, cara transmisi
mikroorgnisme dapat terjadi melalui darah, udara, baik droplet maupun airbone, dan
dengan kontak langsung yang terjadi di thorax. Central Periodic Breathing (CPB),
termasuk penapasan Cheyne-Stokes dan Central Sleep Apnea (CPA) ditemukan pada
amplitudonya mula-mula naik kemudian turun bergantian dengan periode apnea. Pola
pernapsan ini sering dijumpai pada pasien stroke, akan tetapi tidak memiliki kolrelasi
anatomis yang spesifik. Salah satu penelitian melaporkan CPB terjadi pada kurang
paru cukup besar pada pasien dengan aspirasi dan hipoventilasi. Kontraksi otot
diafragma pada sisi yang lumpuh akibat stroke akan berkurang pada pernapasan
volunter, tidak berpengaaruh pada pernapasan involunter. Emboli paru juga pernah
b. Pneumonia
juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu
atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab lain selain
pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik,
sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk non produktif. Peradangan
paru pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan intersitial sehingga tidak
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri, akibat pliforasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar
infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat
suatu kontamina tinnja yang sering ditemukan didaerah anus. Dikatakan terinfeksi
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. Salah
satu penyebabnya adalah uretra. Uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontamina lebih mudah memperoleh akses kekandung kemih. Faktor lain yang
urin. Pada laki-laki juga dapat terjadi infeksi saluran kemih walaupun lebih jarang dari
pada wanita.
d. Konstipasi
dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi kurang
dari tiga kali per minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari biasanya. Konstipasi
fungsional didasarkan atas tidak dijumpainya kelainan organik ataupun patologis yang
mendasarinya walau telah dilakukan pemeriksaan objektif yang menteluruh. Pasien
kenstipasi sebagai defekasi keras, tinja seperti pil atau butir obat (44%), ketidak
minimal dua gejala sebagai berikut: defekasi kurang dari 3 kali per minggu,
inkontinensia, frekuensi tinja lebih besar dari satu kali perminggu, massa tinja yang
keras yang dapat mengetuk kloset, massa tinja terba di abdomen, perilaku menahan
gangguan motilitas dan fungsi atau gangguan bentuk pelvik. Gangguan motilitas dapat
disebabkan oleh nutrisi tidak adekut, motilitas kolon melemah dan faktor psikiatri.
Gangguan bentuk pelvik dapat berupa fungsi pelvik dan sfingter melemah, obstruksi
e. Depresi
penambahan nafsu makan dan penambahan berat badan yang cukup berarti.
4. Hilang minat atau rasa senang dalam semua kegiatan (yang biasa dikerjakannya)
5. Berkurangnya energi, mudah lelah yang nyata oleh kerja sedikit saja.
7. Perasaan tak berguna, menyalahkan diri sendiri, atau perasaan bersalah berlebihan
10. Keluhan atau tanda berkurangnya kemampuan berfikir atau konsentrasi, perlambat
11. Iritabel, mudah tersinggung atau marah, rasa sedih, murung, hancur luluh, putus
asa, merasa tak tertolong lagi, gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri,
pikir berulang tentang kematian, gagasan bunuh diri, keinginan mati atau usaha
bunuh diri.
depresi juga bertingkat, dari episode ringan, sedang, dan berat. Pada praktek klinis,
depresi bisa diukur derajat keberatannya dengan alat ukur seperti Hamilton Rating
Faktor neurobiologik yang dianggap berperan sebagai kausal depresi pasca stroke
Vascular Accident (CVA) terjadi akibat iskemik atau perdarahan yang dampaknya
bisa berupa gangguan organik otak, yakni deformasi anatomik atau selanjutnya
f. Kejang
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu (fokus kejang) sehingga menggangu
fungsi normal otak. Namun , kejang juga terjadi dari jaringan otak normal dibawah
elektroliy.
Kejang dapat terjadi sekali atau berulang, kejang rekuren, spontan dan tidak
Epilepsi dapat diklasifikasikan sebagai tipe idiopatik atau simptomatik. Pada epilepsi
idiopatik atatu esensial, tidak dapat dibuktikan adanya suatu lesi sentral. Pada
epilepsi sekunder adalah cedera kepala, gangguan metabolik dan gizi (hipoglikemi,
fenilketouria defisiensi vitamin B₆), faktor toksik (intoksikasi alkohol, putus obat
Kejang pasca stroke dan epilepsi meruakan penyebab tersering dari sebagian
besar pasien yang masuk rumah saki, baik sebagai gejala klinis ataupun sebagai
komplikasi pasca stroke. Faktor usia menjadi faktor resiko independen untuk stroke
Baku emas untuk diagnosis epilepsi adalah pemantauan video EEG secara
simultan, yang mengkaitkan temuan EEG dengan serangan, pasien dipantau 2 jam
g. Stroke Berulang
Kejadian stroke yang terjadi setelah stroke pertama, serangan stroke ulang
masih sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke
yang pertama.
Serangan stroke ulang pada umumnya lebih berakibat fatal dari pada serangan
ulang pada tahun pertama dijumpai pada 11,2% kasus. Pengendalian faktor resiko
yang tidak baik merupakan penyebab utama munculnya serangan stroke ulang.
dijumpai pada individu dengan hipertensi yang tidak terkendali dan merokok.
Pada pengamatan selama lima tahun pasca serangan stroke, serangan stroke
ulang dijumpai pada 32 kasus. Hal ini berarti sepertiga pasien serangan stroke akan
mengalami serangan stroke ulang dalam lima tahun pasca serangan stroke yang
pertama.
h. Dekubitus
Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan
pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannnya kult dalam waktu
lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan
ataudekubitus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah siku, tumit,
rehabilitasi bagi penderita. Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang
Dekubitus sering terjadi pada pasien tirah baring seperti pada pasien stroke.
Pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi, pasien hanya berbaring saja tanpa
dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan terus menerus, sebab pada pasien
stroke dengan gangguan mobilitas yang mengalami tirah baring di tempat tidur
dalam waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan berisiko
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrien.
2.Aterosklerosis koroner
seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
b. Lumbal pugsi, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
digunakan untuk mengetahui adanya lesi infark di otak dan merupakan baku
emas untuk diagnosis stroke iskemik karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas
memebrikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6 jam, tidak semua
rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan ahli radiologi,
memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin skrining stroke iskemik.
edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia, serta
magnetic untuk menuntukan posisi serta besar / luas terjadinya perdarahan otak.
Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat
dari hemoragik.
sistem karotis).
f. EEG, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan
otak.
h. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglekimia. Gula
turun kembali.
i. Pemeriksaan darah lengkap, untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
status neurologis pasien dengan stroke, yaitu untuk menentukan status defisit
2011).
c. Neurologis
1) Aminocaproid acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2 kali selama 3-5
b) Profilaksis Vasospasme
cairan purulen pada luka korne, konstraksi otot dini. Lakukan perawatan
biokimia darah
5) Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM, perdarahan
2.10.1 Kasus
Ny.D usia 60 tahun, tinggal di desa panggung rejo Rt.06 Rw.05, Masuk Rumah sakit
RSI Surabaya Tanggal 10 Oktober 2020, pukul 16.30 WIB , Ny.D dirawat di ruang mawar
kelas III dengan alasan masuk klien Ny.D habis bangun tidur sekitar 6 jam sebelum masuk
Rumah Sakit, saat baru bangun tidur dikatakan langsung terjatuh karena keluhan tidak bisa
menggerakkan tangan dan kaki klien hanya bisa menggerakkan otot-otot saja, hampir separuh
tubuh tidak bisa digerakkan, Saat di pindahkan ke tempat tidur pasien dikatakan muntah1
kali. Saat dilakukan pengkajian Ny.D tampak lemah, Ekstremitas atas bawah pada daerah
desktra tidak bisa digerakkan mulut sebelah kanan tanpak miring.Nafsu makan berkurang,
hanya ½ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, Kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir
kering,wajah pucat, pasien mengeluh nyeri kepala, pasien menyangkal adanya kesemutan,
pandangan kabur. Pasien mengatakan pernah mempunyai riwayat hipertensi dan kambuh
3.2 Pengkajian
1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny.D
Alamat : desa panggung rejo Rt.06 Rw.05, Surabaya
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Kriteria umur : Middle Elderly Old Very old
Status perkawinan : Menikah Tidak menikah Janda Duda
Agama : Islam Protestan Hindu Budha
Suku : Jawa Madura Lainnya, _______________________
Pendidikan : Tidak tamat SD Tamat SD SMP
SMA PT Buta huruf
Lama di panti : ≤ 1 tahun 1-3 tahun ≥ 3 tahun
Sumber pendapatan:
Ada, jelaskan: __________________________________________________________
Tidak ada, jelaskan: Tidak ada dikarenakan tinggal di panti
Riwayat pekerjaan: Jualan Nasi Uduk
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak hanya
otot-otot saja yang bisa digerakkan, pasien mengeluh nyeri kepala, dan adanya
kesemutan.
2. Mata
Sklera : putih icterus merah perdarahan
Konjungtiva : pucat merah muda
Pupil : isokor anisokor miosis midriasis
Strabismus : Ya Tidak
Riwayat katarak: Ya Tidak
Fungsi penglihatan: pandangan Kabur
Peradangan: tidak ada peradangan
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: ______________________
3. Hidung
Normal dan simetris
Peradangan: tidak ada peradangan
Fungsi penghidu: ______________________
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
4. Mulut dan tenggorokan
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan, mukosa
bibir lembab, tidak bebau mulut
Peradangan: __________________________
Kesulitan mengunyah : Ya Tidak
Kesulitan menelan : Ya Tidak
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
5. Telinga
Bersih Kotor
Peradangan: Tidak ada peradangan
Fungsi pendengaran: ___________________
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : Ya Tidak
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis )
7. Thoraks
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata, ekspansi
dada simetris
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
c) Perkusi : suara sonor
d) Auskulasi : Vesikuler
8. Abdomen
a) Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak tertapat bekas luka
b) Auskultasi : Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas
c) Perkusi : Terdengar hasil ketukan “ Tympani” disemua kuadran abdomen
d) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak terdapat massa dan
benjolan yang abnormal.
9. Genitalia
Payudara : simetris asimetris tidak ada benjolan
bersih kotor, _________________________________________
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
10. Integumen
bersih kotor, _________________________________________
Warna kulit : ikterik cyanosis pucat
kemerahan pigmentasi sawo matang
Akral : hangat panas
dingin basah dingin kering
Turgor : Baik cukup buruk/menurun
Keluhan : Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi: bebas terbatas
Parese : ya tidak
Paralise : ya tidak
Kekuatan otot :
Atas : otot kanan 4 dan kiri 5.
Bawah : Otot kanan 2 dan kiri 5
D. Status Kesehatan
Keluhan utama :
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak hanya
otot-otot saja yang bisa digerakkan, pasien mengeluh nyeri kepala, dan adanya
kesemutan. Pasien mengeluh tensi selalu tinggi.
E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
Tidak kenal Sebatas kenal Mampu interaksi Mampu bekerja sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
Tidak kenal Sebatas kenal Mampu interaksi Mampu bekerja sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
Selalu Sering Jarang Tidak pernah
Stabilitas emosi:
Labil Stabil Irritable Datar
Jelaskan: ________________________________________________________________
Motivasi penghuni panti: Kemampuan sendiri Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
1 kali/bulan 2 kali/bulan Tidak pernah
F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? iya
b) Ada masalah atau banyak pikiran? tidak
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri?
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir
Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
120 : Mandiri
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
4. Catatan Perkembangan
2. 11 – 10- 12.00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien Mengatakan mulai ada
2021 WIB keluhan lainnya perubahan pada jari tangan
R/ pasien Mengatakan ada nyeri ketika
bagian sebelah kiri badan mis. Tangan atau O : Pasien terlihat senang
kaki digerakkan dengan pelan-pelan TD : 120/80
N : 60x/mnt
2. Memonitor kondisi umum selama S : 36C
melakukan mobilisasi RR : 23x/mnt
R / pasien mengatakan bisa melakukan
pergerakan pada bagian yang masih tidak A : Masalah teratasi sebagian
bisa digerakkan seperti duduk, dan P : Intervensi dilanjutkan no.1
berjalanan dengan alat bantu
3.1 Kesimpulan
Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran
darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak
berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini
menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh
yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan
menelan, dan gangguan keseimbangan. Semakin luas daerah otak yang mengalami
kerusakan, maka akan semakin banyak gejala yang akan dialami oleh pasien. Faktor
penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan perubahan
gaya hidup terutama masyarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hastrat mereka untuk
terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan
jangka panjang. Usia harapan hidup di indonesia kian meningkat sehingga semakin
banyak terdapat lansia.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih ias dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran ias berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga ias untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Mutaqqin, A. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
Price, S.A., & Wilson, L. M. (2016). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Edisi
6. Jakarta : EGC
Stockslager, J., & Schaeffer, L. (2017). Buku Saku: Asuhan Keperawatan Geriatric.
Brunner,I ; Suddarth, Drs. (2010) Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC
Dr. Kelana Kusuma D, (2018). Mengoptimalkan Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke.
Yogyakarta : CV Budi utama
Dr. Lili Indrawati. ( 2016 ). Care Your Self Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta : Penebar
Plus
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat