Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN
KEAMANAN,KENYAMANAN,DAN MOBILISASI PASIEN
STROKE HEMORAGIK

Disusun Oleh / 7B :
Kelompok 13
1. Nurul Inayah ( 1130018028)
2. Luluk Rachmawati (1130018030)
3. Moh.Ulil Albab (1130018048)
Fasilitator :
Rahmadaniar AP S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan
Gerontik Asuhan Keperawatan Lansia dengan Keamanan, Kenyamanan dan mobilisasi pada
pasien Stroke”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya.

Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 13 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................2

1.4 Manfaat................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 Definisi dari STROKE .......................................................................4

2.2 Faktor Resiko STROKE......................................................................4

2.3 Etiologi dari STROKE........................................................................5

2.4 Patofisiologi dari dermatitis STROKE................................................6

2.5 Pathway dari STROKE.......................................................................6

2.6 Manisfestasi Klinis dari STROKE......................................................7

2.7 Komplikasi dari STROKE...................................................................9

2.8 Pemeriksaan Penunjang dari STROKE...............................................10

2.9 Penatalaksanaan Medis STROKE

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................38


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran

darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga

dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang

maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai

gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,

kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan.

Semakin luas daerah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala

yang akan dialami oleh pasien.

Menurut WHO tahun 2014, jumlah penderita stroke per individu berdasarkan usia dan

jenis kelamin yaitu, perempuan berusia 18-39 sebanyak 2,3 % dan usia 40-69 sebanyak 3,3

%. Sedangkan laki-laki yang usianya 18-39 diperkirakan sebanyak 2,4% dan usia 40-69

diperkirakan sebanyak 2,9% (Fahrizal & Darliana, 2017)

Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan

perubahan gaya hidup terutama masyarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hastrat mereka

untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh tidak pernah dipikirkan efek bagi

kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di indonesia kian meningkat sehingga semakin

banyak terdapat lansia.

Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin

kompleks. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan

faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke.


1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi dari Stroke ?

2. Bagaimana Etiologi dari Stroke ?

3. Apa saja Faktor Resiko dari Stroke ?

4. Bagaimana Klasifikasi dari Stroke ?

5. Apa saja penyebab Stroke ?

6. Bagaimana Pathofisiologi dari Stroke?

7. Bagaimana Pathway dari Stroke ?

8. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Stroke ?

9. Bagaimana Komplikasi Dari Stroke ?

10. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Stroke ?

11. Bagaimana Pengkajian Keperawatan pada Stroke ?

12. Apa saja diagnosa Keperawatan Stroke pada Lansia ?

13. Bagaimana Intervensi Keperawatan Stroke pada Lansia ?

14. Bagaimana Implementasi Keperawatan Stroke pada Lansia?

15. Bagaiamana Evaluasi Keperawatan Stroke pada Lansia ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Definisi dari Stroke

2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Etiologi dari Stroke

3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Faktor Resiko Dari Stroke

4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Klasifikasi dari Stroke

5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Penyebab Stroke

6. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pathofisiologi dari Stroke

7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pathway dari Stroke


8. Mahasiswa Mampu Mengetahui Manifestasi dari Stroke

9. Mahasiswa Mampu Mengetahui Komplikasi dari Stroke

10. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Dari Stroke

11. Mahasiswa Mampu Mengetahui Pengkajian Keperawatan pada Stroke

12. Mahasiswa Mampu Mengetahui Diagnosa keperawatan Stroke pada Lansia

13. Mahasiswa Mampu Mengetahui Intervensi keperawatan Stroke pada Lansia

14. Mahasiswa Mampu Mengetahui Implementasi Keperawatan Stroke pada

Lansia

15. Mahasiswa Mampu Mengetahui Evaluasi Keperawatan Stroke pada Lansia

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut

1. Bagi penulis

Memperoleh pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Lansia dengan

Kenyamanan, Keamanan dan Mobilisasi pada Pasien Strokeserta meningkatkan

keterampalian dan wawasan.

2. Bagi pembaca

Memperoleh dan menambah wawasan mengenai Asuhan Keperawatan Lansia

dengan Kenyamanan, Keamanan dan Mobilisasi pada Pasien Stroke.

3. Bagi FKK

Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan pada Asuhan Keperawatan Lansia dengan Kenyamanan, Keamanan

dan Mobilisasi pada Pasien Stroke.


BAB 2

TIJAUAN TEORI

2.1 Definisi Stroke

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran

darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga

dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak berkurang

maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini menyebabkan berbagai

gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba,

kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan.

Semakin luas daerah otak yang mengalami kerusakan, maka akan semakin banyak gejala

yang akan dialami oleh pasien. ( Dr. Kelana Kusuma Dharma, 2018)

Stroke atau Serangan Otak adalah penyakit yang sangat menakutkan. Saat ini, Stroke

merupakan penyebab kematian terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.Stroke

juga merupakan penyebab kecacatan Serius. Meskipun demikian, Stroke dapat dicegah

dengan mengetahui dan menghindari faktor- faktor yang dapat meningkatkan resiko

serangan. Stroke sering terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga sehingga penting sekali untuk

mengenali gejala serangan agar dapat segera mencari pertolongan medis. Tindakan terapi

yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan hidup dan menghindari kecacatan serius pasca

stroke. (Dr. Lili Indrawati, 2016)

2.2 Etiologi

Sroke biasanya disebabkan oleh:

a. Trombosis Serebral. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau

bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan

tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebri. Tanda dan gejala neurologis

sering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadinya thrombosis. Beberapa keadaaan di

bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:

- Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya

kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis

aterosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme

berikut; lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran

darah, oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis, merupakan

tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus

(embolus) dan dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian

robek dan terjadi perdarahan.

- Hiperkoagulasi pada Polisitema. Darah bertambah kental, peningkatan

viskositas/hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebri.

- Arteritis (radang pada arteri) maupun Vaskulitis : arteritis temporalis,

poliarteritis nodosa.

- Robeknya arteri : karotis, vertebralis (spontan atau traumatik).

- Gangguan darah: polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

b. Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,

lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas

dan menyumbat sistem arteri serebri. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul

kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan di bawah ini dapat menimbulkan emboli,

yaitu:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat penyakit jantung reumatik, infark

miokardium, fibrilasi, dan keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah membentuk gumpalan kecil dan

sewaktu-waktu kosong sama sekali mengeluarkan embolus-embolus kecil.

Endokarditis oleh bakteri dan nonbakteri, menyebabkan terbentuknya

gumpalan-gumpalan pada endokardium.Sumber di jantung fibrilasi atrium

(tersering), infark miokardium, penyakit jantung reumatik, penyakit katup

jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik.

- Sumber tromboemboli aterosklerosis di arteri : bifurkasio karotis komunis,

arteri vertrebralis distal.

- Keadaan hiperkoagulasi : kontrasepsi oral, karsinoma.

c. Hemoragik. Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang

subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena

aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan

darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan

otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab

otak yang paling umum terjadi:

- Aneurisma berry, biasanya defek congenital

- Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis

- Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis

- Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah

arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena

- Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalam dan

degenerasi pembuluh darah.


d. Hipoksia umum. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:

- Hipertensi yang parah

- Henti jantung paru

- Curah jantung turun akibat aritmia.

e. Hipoksia lokal. Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:

- Spasme arteri serebri yang disertai perdarahan subarachnoid

- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

(Muttaqin, 2011)

2.3 Faktor Resiko Yang Dapat Terkontrol

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu :

1. Hipertensi

Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan

pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat menganggu aliran

darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang

diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu

dapat menimbulkan pendarahan.

3. Kelainan Jantung / Penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis.

Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran

darah ke otak. Disamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada

kelainan jantung dan pembuluh darah.

4. Diabetes Millitus (DM)


Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yaitu terjadinya

peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral

dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang

terjadi pada pembuluh darah serebral.

5. Usia Lanjut

Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah

otak.

6. Polocitema

Pada Polocitema viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat

sehingga perfusi otak menurun.

7. Peningkatan kolestrol (lipid total)

Kolestrol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya

embolus dari lemak.

8. Obesitas

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat

mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh darah otak.

9. Perokok

Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi

aterosklerosis.

10. Kurang aktivitas fisik

Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan

pembuluh darah ( embuluh darah menjadi kaku ). Salah satunya pembuluh darah otak.

2.3.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Terkontrol


Ada faktor resiko terkena stroke yang tidak dapat dikontrol ataupun

dimodifikasi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor usia, jenis kelamin, ras, dan

genetik/keturunan

1. Usia

Resiko mengalami stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Risiko semakin

meningkat setelah usia 55 tahun. Usia terbanyak terkena serangan stroke adalah

usia 65 tahun ke atas. Dari 2065 pasien stroke akut yang dirawat di 28 rumah

sakit diindonesia, 35,8% berusia diatas 65 tahun dan 12,9% kurang dari 45

tahun.

2. Jenis Kelamin

Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak dibandingkan perempuan.

3. RAS

Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan kematian pada ras kulit

hitam, asia dan kepulauan pasifik,serta hispanik dibandingkan kulit putih. Pada

kulit hitam diduga karena angka kejadian hipertensi yang tinggi serta diet tinggi

garam.

4. Genetik

Resiko stroke meningkat jika ada orang tua atau saudara kandung yang

mengalami stroke ataupun TIA.

(Dr.lili Indrawati, 2016)

2.4 Pathofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu diotak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi danbesarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darahke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal(trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karenagangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). (Stockslager, J., & Schaeffer, L. 2017)
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak.Trombus dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat bekupada area yang stenosis, tem pat aliran
darah mengalami pelambatanatau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding
pembuluhdarah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombusmengakibatkan iskemia
jaringan yang disuplai oleh pembuluh darahyang bersangkutan dan edema dan kongesti di
sekitar area. Areaedema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada areainfark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam ataukadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edemaklien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena itu
thrombosisbiasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. (Stockslager, J., &
Schaeffer, L. 2017)

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkanedema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akanmeluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atauensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yangtersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah ataurupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotikdan hipertensi pembuluh darah. (Arif Mutaqin, 2018).

Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih seringmenyebabkan kematian


dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak,peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat
dapatmenyebabkan herniasi otak pada falk serebei atau lewat foramenmagnum. Kematian
dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,hemisfer otak, dan perdarahan batang otak
sekunder atau ekstensiperdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak
terjadipada sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus kaudatus, talamus,dan pons. (Arif
Mutaqin, 2018).

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral.Perubahan yang


disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibeluntuk waktu 4-6 menit. Perubahan
inversibel jika anoksia lebih dari10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yangbervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan perenkimotak, akibat
volume perdarahan yang relatif banyak akanmengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial
dan penurunantekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemenvasoaktif
darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunyatekanan perfusi, menyebabkan saraf
di area yang terkena dansekitarnya tertekan lagi. (Arif Mutaqin, 2018)
2.5 Pathway

( Tarwanto, 2017).

2.6 Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto (2017), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisiatau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi danadanya sirkulasi kolateral. Pada stroke
Iskemik, gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atauhemiplegia


(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhanterjadi akibat adanya
kerusakan pada area motorik di korteksbagian frontal, kerusakan ini bersifat
kontralateral artinya jikaterjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka
kelumpuhan ototpada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukanekstensi maupun
fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.Gangguan
sensibilitas terjadi karena kerusakan system sarafotonom dan gangguan saraf
sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, ataukoma), terjadi
akibat perdarahan, kerusakan otak kemudianmenekan batang otak atau
terjadinya gangguan metabolik otakakibat hipoksia.
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)Afasia adalah defisit kemampuankomunikasi
bicara, termasuk dalam membaca, menulis danmemahami bahasa. Afasia
terjadi jika terdapat kerusakan padaarea pusat bicara primer yang berada pada
hemisfer kiri danbiasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri
middlesebelah kiri.

Afasia dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Afasia motorik

Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada areaBroca, yang terletak
pada lobus frontal otak. Pada afasia jenisini pasien dapat memahami lawan
bicara tetapi pasien tidakdapat mengungkapkan dan kesulitan dalam
mengungkapkanbicara.

2. Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,yang terletak pada
lobus temporal. Pada afasia sensori pasientidak dapat menerima stimulasi
pendengaran tetapi pasienmampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga
respon pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren.
3. Afasia global
Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baikmenerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
a. Disatria (bicara cedel atau pelo)
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehinggaucapannya
menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapatmemahami pembicaraan,
menulis, mendengarkan maupunmembaca. Disartria terjadi karena kerusakan
nervus cranialsehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring.Pasien
juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
b. Gangguan penglihatan, diplopia.
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadiganda,
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal initerjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau parietal yangdapat menghambat serat saraf optik pada
korteks oksipital.Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena
kerusakanpada saraf cranial III, IV dan VI.
c. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervuscranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottismenutup kemudian
makanan masuk ke esophagus.
d. Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karenaterganggunya
saraf yang mensarafi bladder dan bowel.

2.7 KOMPLIKASI

2.7.1 Pengertian

Komplikasi stroke merupakan diagnosis-diagnosis atau penyakit-penyakit yang

muncul pada pasien stroke setelah dirawat. Komplikasi stroke meliputi infeksi thorax,

konstipasi, pneumonia, UTI (urinary tract infection), depresi, kejang, stroke berulang,

jantung kongestif, luka tkan (dekubitus).

2.7.2 Beberapa Penyakit yang Termasuk Komplikasi Stroke

a. Infeksi Thorax

Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme pada penjamu

rentan yang terjadi melalui kode transmisi kuman yang tertentu, cara transmisi

mikroorgnisme dapat terjadi melalui darah, udara, baik droplet maupun airbone, dan

dengan kontak langsung yang terjadi di thorax. Central Periodic Breathing (CPB),
termasuk penapasan Cheyne-Stokes dan Central Sleep Apnea (CPA) ditemukan pada

penderita stroke. Pernapasan Cheyne-Stokes adalah suatu pola pernapasan yang

amplitudonya mula-mula naik kemudian turun bergantian dengan periode apnea. Pola

pernapsan ini sering dijumpai pada pasien stroke, akan tetapi tidak memiliki kolrelasi

anatomis yang spesifik. Salah satu penelitian melaporkan CPB terjadi pada kurang

lebih 53% pasien penderita stroke.

Selain menimbulkan gangguan kontrol repirasi sentral, hemiplegi akut pada

stroke berhubungan dengan resiko kematian akibat infeksi paru. Kemungkinaninfeksi

paru cukup besar pada pasien dengan aspirasi dan hipoventilasi. Kontraksi otot

diafragma pada sisi yang lumpuh akibat stroke akan berkurang pada pernapasan

volunter, tidak berpengaaruh pada pernapasan involunter. Emboli paru juga pernah

dilaporkan terjadi pada 9% kasus stroke.

b. Pneumonia

Pneumonia dalam arti umum adalah peradangan parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit. Namun pneumonia

juga dapat disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu

atau radiasi. Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh penyebab lain selain

mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut sebagai pneumonitis.

Menurut gejala kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan

pneumonia atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik,

sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk non produktif. Peradangan

paru pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan intersitial sehingga tidak

menimbulkan aksudat. Menrut lingkungan kejadiannya, pneumonia dibedakan

menjadi community acquired pneumonia, hospital acquired, serta pneumonia pada


pasien immunocompromised. Pembagian ini dibuat untuk memudahkan dalam

menentukan jenis mikroorganisme penyebabnya.

Bakteri penyebab pneumonia adalah streptococcus pneumoniae, streptococcus

pyogenes, staphylococcus aureus, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa,

escherichia coli, yersinia pestis.

c. Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih,

termasuk ginjal itu sendiri, akibat pliforasi suatu mikroorganisme. Sebagian besar

infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat

menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia coli,

suatu kontamina tinnja yang sering ditemukan didaerah anus. Dikatakan terinfeksi

apabila terdapat kuman pada kultur urin >100.000/ml urin.

Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak perempuan dan wanita. Salah

satu penyebabnya adalah uretra. Uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri

kontamina lebih mudah memperoleh akses kekandung kemih. Faktor lain yang

berperan meningkatkan infeksi saluran kemih adalah kecenderungan untuk menahan

urin. Pada laki-laki juga dapat terjadi infeksi saluran kemih walaupun lebih jarang dari

pada wanita.

d. Konstipasi

Konstipasi adalah perubahan dalam frekuensi dan konsistensi dibandingkan

dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi kurang

dari tiga kali per minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari biasanya. Konstipasi

fungsional didasarkan atas tidak dijumpainya kelainan organik ataupun patologis yang
mendasarinya walau telah dilakukan pemeriksaan objektif yang menteluruh. Pasien

yang mengalami konstipasi memiliki persepsi geajala yang berbeda-beda. Menurut

Word Gastroenterology Organization (WGO) beberapa pasien (52%) mendefinisikan

kenstipasi sebagai defekasi keras, tinja seperti pil atau butir obat (44%), ketidak

mampuan saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang (33%).

Menurut North American Society of Gastroenterology and Nutrition,

konstipasi didefinisikan dengan kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama 2

minggu atau lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.

Paris Consensus on Childhood Constipation Terminology menjelaskan definisi

konstipasi sebagai defekasi yang terganggu selama 8 minggu dengan mengikuti

minimal dua gejala sebagai berikut: defekasi kurang dari 3 kali per minggu,

inkontinensia, frekuensi tinja lebih besar dari satu kali perminggu, massa tinja yang

keras yang dapat mengetuk kloset, massa tinja terba di abdomen, perilaku menahan

defekasi, nyeri saat defekasi.

Penyebab terjadinya konstipasi dapat dibedakan berdasarkan struktur atau

gangguan motilitas dan fungsi atau gangguan bentuk pelvik. Gangguan motilitas dapat

disebabkan oleh nutrisi tidak adekut, motilitas kolon melemah dan faktor psikiatri.

Gangguan bentuk pelvik dapat berupa fungsi pelvik dan sfingter melemah, obstruksi

pelvik, prolapus rektum, enterokel, intususepsi rektum, dan rektokel.

e. Depresi

Pedoman penggolongan dan diagnostik gangguan jiwa di Indonesia edisi III

(PPDG-III,1993) mendefinisikan depresi sebagai gangguan afektif (alam perasaan)

yang pada umumnya ditandai oleh gejala-gejala:


1. Kurang nafsu makan atau penurunan berat badab yang cukup berarti, atau

penambahan nafsu makan dan penambahan berat badan yang cukup berarti.

2. Gangguan tidur (insomnia atau hipersomnia).

3. Agitasi atau sebaliknya melambatkan psikomotor (gerak).

4. Hilang minat atau rasa senang dalam semua kegiatan (yang biasa dikerjakannya)

dan waktu senggang (hobi).

5. Berkurangnya energi, mudah lelah yang nyata oleh kerja sedikit saja.

6. Hilangnya semangat dan kegiatan hidup, berkurangnya aktifitas, mudah lelah

yang nyata oleh kerja sedikit saja.

7. Perasaan tak berguna, menyalahkan diri sendiri, atau perasaan bersalah berlebihan

dan tidak tepat.

8. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang, rasa rendah diri.

9. Pandangan masa depan suram dan pesimistis.

10. Keluhan atau tanda berkurangnya kemampuan berfikir atau konsentrasi, perlambat

proses pikir atau tidak mampu.

11. Iritabel, mudah tersinggung atau marah, rasa sedih, murung, hancur luluh, putus

asa, merasa tak tertolong lagi, gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri,

pikir berulang tentang kematian, gagasan bunuh diri, keinginan mati atau usaha

bunuh diri.

Untuk menegakkan diagnosa depresi, minimal ada 4 dari gejala-gejala diatas,

depresi juga bertingkat, dari episode ringan, sedang, dan berat. Pada praktek klinis,

depresi bisa diukur derajat keberatannya dengan alat ukur seperti Hamilton Rating

Scale for Depression (HRSD) atau Back Depression Inventory (BDI).

Faktor neurobiologik yang dianggap berperan sebagai kausal depresi pasca stroke

adalah gangguan kerusakan anatomik dan gangguan neurohormonal/ neurotransmiter.


Gangguan anatomik di otak, baik pada hubungan langsung antar neuron ataupun

akibat kerusakan di neuron itu sendiri, akan memepengaruhi kinerja dan

keseimbangan neurotransmiter. Stroke yang sering juga disebut sebagai Cerebro-

Vascular Accident (CVA) terjadi akibat iskemik atau perdarahan yang dampaknya

bisa berupa gangguan organik otak, yakni deformasi anatomik atau selanjutnya

berupa gangguan fungsional.

f. Kejang

Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari suatu

populasi neuron yang sangat mudah terpicu (fokus kejang) sehingga menggangu

fungsi normal otak. Namun , kejang juga terjadi dari jaringan otak normal dibawah

kondisi patologik tertentu, seperti perubahan keseimbangan asam basa atau

elektroliy.

Kejang dapat terjadi sekali atau berulang, kejang rekuren, spontan dan tidak

disebabkan oleh kelainan metabolisme yang terjadi bertahun-tahun disebut epilepsi.

Epilepsi dapat diklasifikasikan sebagai tipe idiopatik atau simptomatik. Pada epilepsi

idiopatik atatu esensial, tidak dapat dibuktikan adanya suatu lesi sentral. Pada

epilepsi simptomatik atau sekunder, terdapat kelainan serebrum yang mendorong

terjadinya respon kejang. Diantara berbagai penyakit yang mungkin menyebabkan

epilepsi sekunder adalah cedera kepala, gangguan metabolik dan gizi (hipoglikemi,

fenilketouria defisiensi vitamin B₆), faktor toksik (intoksikasi alkohol, putus obat

narkotika, uremia), ensefalitis, hipoksia, gangguan sirkulasi, gangguan

keseimbangan elektrolit (terutama hiponatremi dan hipokalsemi) dan neoplasma.

Kejang pasca stroke dan epilepsi meruakan penyebab tersering dari sebagian

besar pasien yang masuk rumah saki, baik sebagai gejala klinis ataupun sebagai
komplikasi pasca stroke. Faktor usia menjadi faktor resiko independen untuk stroke

dengan kecenderungan terjadinya peningkatan kejadian prevalensi kejang pasca

stroke dan epilepsi pasca stroke.

Baku emas untuk diagnosis epilepsi adalah pemantauan video EEG secara

simultan, yang mengkaitkan temuan EEG dengan serangan, pasien dipantau 2 jam

dengan radiotelemetri yang dipasang di kepala pasien.

g. Stroke Berulang

Kejadian stroke yang terjadi setelah stroke pertama, serangan stroke ulang

masih sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu 6 bulan pasca serangan stroke

yang pertama.

Serangan stroke ulang pada umumnya lebih berakibat fatal dari pada serangan

stroke yang pertama . penelitian Xu,dkk memperlihatkan bahwa serangan stroke

ulang pada tahun pertama dijumpai pada 11,2% kasus. Pengendalian faktor resiko

yang tidak baik merupakan penyebab utama munculnya serangan stroke ulang.

Penelitian diatas menunjukkan bahwa serangan stroke ulang pada umumnya

dijumpai pada individu dengan hipertensi yang tidak terkendali dan merokok.

Pada pengamatan selama lima tahun pasca serangan stroke, serangan stroke

ulang dijumpai pada 32 kasus. Hal ini berarti sepertiga pasien serangan stroke akan

mengalami serangan stroke ulang dalam lima tahun pasca serangan stroke yang

pertama.

h. Dekubitus

Kerusakan integritas kulit dapat berasal dari luka karena trauma dan

pembedahan, namun juga dapat disebabkan karena tertekannnya kult dalam waktu
lama yang menyebabkan iritasi dan akan berkembang menjadi luka tekan

ataudekubitus. Bagian tubuh yang sering mengalami dekubitus adalah siku, tumit,

punggung, pinggul, pergelangan kaki dan tulang belakang.

Dekubitus merupakan masalah yang serius karena dapat mengakibatkan

meningkatnya biaya, lama perawatan di rumah sakit serta memperlambat program

rehabilitasi bagi penderita. Selain itu dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang

berkepanjangan, rasa tidak nyaman, meningkatkan biaya dalam perawatan dan

penanganannya serta menyebabkan komplikasi berat yang mengarah ke sepsis,

infeksi kronis, sellutis, osteomyelitis, dan meningkatkan prevalensi mortalitas pada

klien lanjut usia.

Dekubitus sering terjadi pada pasien tirah baring seperti pada pasien stroke.

Pada pasien stroke dengan gangguan mobilisasi, pasien hanya berbaring saja tanpa

mampu untuk mengubah posisi, karena keterbatasan tersebut. Tindakan pencegahan

dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan terus menerus, sebab pada pasien

stroke dengan gangguan mobilitas yang mengalami tirah baring di tempat tidur

dalam waktu yang cukup lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan berisiko

tinggi terjadinya luka tekan (dekubitus).

i. Gagal Jantung Kongestif

Gagal jantung kongestif adalah ketidak mampuan jantung memompa darah

dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen

dan nutrien.

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh:

1.Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,

hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.

2.Aterosklerosis koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke

otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam

laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului

terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium

degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitis menurun.

3.Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantun dan pada gilirannya mengakibatkan

hipertrofi serabut otot jantung.

4.Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung

merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

5.Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasnaya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung

(stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),

peningkatan mendadak afterload.


2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis

klien stroke meliputi:

a. Angiografi serebri, membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik

seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber

perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.

b. Lumbal pugsi, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan

lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada

intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.

Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang

massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal

(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.

c. CT scan, pemeriksaan diagnostik obyektif didapatkan dari Computerized

Tomography Scanning (CT Scan). Menurut penelitian Maeks, CT-Scan

digunakan untuk mengetahui adanya lesi infark di otak dan merupakan baku

emas untuk diagnosis stroke iskemik karena memiliki sensitivitas dan spesifisitas

yang tinggi. Pemeriksaan ini mempunyai keterbatasan, yaitu tidak dapat

memebrikan gambaran yang jelas pada onset kurang dari 6 jam, tidak semua

rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan pada operator dan ahli radiologi,

memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan rutin skrining stroke iskemik.

(Widjaja, Andreas., dkk. 2010) yaitu memperlihatkan secara spesifik letak

edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infrak atau iskemia, serta

posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,

kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.


d. Magenetic imaging resonance (MRI), dengan menggunakan gelombang

magnetic untuk menuntukan posisi serta besar / luas terjadinya perdarahan otak.

Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat

dari hemoragik.

e. USG doppler, untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah

sistem karotis).

f. EEG, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak

dari jaringan yang infark sehingga menurunnya implus listrik dalam jaringan

otak.

g. Pemeriksaan darah rutin.

h. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglekimia. Gula

darah dapat mencapai 250mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur

turun kembali.

i. Pemeriksaan darah lengkap, untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

j. Pemeriksaan elektrokardiogram, berkaitan dengan fungsi dari jantung untuk

pemeriksaan penunjang yang berhubungan dengan penyebab stroke.

k. Penggunaan skala stroke NIH (National Institute of Helath) sebagai pengkajian

status neurologis pasien dengan stroke, yaitu untuk menentukan status defisit

neurologis pasien dan penunjang stadium. (Muttaqin,2011), (Anania, Pamella,

2011).

2.9 PENATALAKSANAAN STROKE

Penatalaksanaan stroke hemoragik

1. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut

a. Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan


b. Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di bagian bedah saraf

c. Neurologis

1) Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya

2) Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak

d. Terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah

a) Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis kecil

1) Aminocaproid acid 100-150 ml% dalam cairan isotonik 2 kali selama 3-5

hari, kemudian satu kali selama 1-3 hari.

2) Antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis pertama 300.000

IU kemudian 100.000 IU 4x perhari IV: Contrical dosis pertama 30.000

ATU, kemudian 10.00 ATU x 2 perhari selama 5-10 hari.

3) Natrii Etamsylate (Dynone) 250mg x 4 hari IV sampai 10 hari

4) Kalsium mengandung obat: Rutinium, Vicasolum, Ascorbicum

b) Profilaksis Vasospasme

1) Calcium-channel antagonist (Nimotop 50ml (10 mg/ hari IV diberikan 2

mg perjam selama 10-4 hari)

2) Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20 mg, koreksi

gangguan irama jantung, terapi penyakit jantung komorbid.

3) Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri pulmonal, luka tekan,

cairan purulen pada luka korne, konstraksi otot dini. Lakukan perawatan

respirasi jantung, penatalaksanaan pencegahan komplikasi

4) Terapi infus, pemantauan AGD, tromboembolisme arteri pulmonal,

keseimbangan asam basa, osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan

biokimia darah
5) Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa DM, perdarahan

internal, hipertensi maligna) atau osmotik diuretik (dua hari sekali

Rheugloman(manitol) 15% 200 ml IV diikuti oleh 20 mg Lasix minimal

10-15 hari kemudian.

e. Kontrol adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak.

f. Pengawasan tekanan darah dan koonsentrasinya.

2.10 Asuhan Keperawatan

2.10.1 Kasus

Ny.D usia 60 tahun, tinggal di desa panggung rejo Rt.06 Rw.05, Masuk Rumah sakit

RSI Surabaya Tanggal 10 Oktober 2020, pukul 16.30 WIB , Ny.D dirawat di ruang mawar

kelas III dengan alasan masuk klien Ny.D habis bangun tidur sekitar 6 jam sebelum masuk

Rumah Sakit, saat baru bangun tidur dikatakan langsung terjatuh karena keluhan tidak bisa

menggerakkan tangan dan kaki klien hanya bisa menggerakkan otot-otot saja, hampir separuh

tubuh tidak bisa digerakkan, Saat di pindahkan ke tempat tidur pasien dikatakan muntah1

kali. Saat dilakukan pengkajian Ny.D tampak lemah, Ekstremitas atas bawah pada daerah

desktra tidak bisa digerakkan mulut sebelah kanan tanpak miring.Nafsu makan berkurang,

hanya ½ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, Kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir

kering,wajah pucat, pasien mengeluh nyeri kepala, pasien menyangkal adanya kesemutan,

pandangan kabur. Pasien mengatakan pernah mempunyai riwayat hipertensi dan kambuh

sudah 3 bulan terakhir ini. TD : 180/100 mmhg, S : 36,8C, N: 64 x/menit, RR : 23x/menit,

GCS : 11 ( E3, V5, M3).

3.2 Pengkajian

1. PENGKAJIAN
A. Data Biografis Klien
Nama : Ny.D
Alamat : desa panggung rejo Rt.06 Rw.05, Surabaya
Jenis kelamin :  Laki-laki  Perempuan
Kriteria umur : Middle Elderly Old Very old
Status perkawinan :  Menikah  Tidak menikah Janda  Duda
Agama :  Islam  Protestan  Hindu  Budha
Suku : Jawa  Madura  Lainnya, _______________________
Pendidikan :  Tidak tamat SD  Tamat SD  SMP
 SMA  PT  Buta huruf
Lama di panti :  ≤ 1 tahun 1-3 tahun  ≥ 3 tahun
Sumber pendapatan:
 Ada, jelaskan: __________________________________________________________
 Tidak ada, jelaskan: Tidak ada dikarenakan tinggal di panti
Riwayat pekerjaan: Jualan Nasi Uduk
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang dirasakan saat ini:
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak hanya
otot-otot saja yang bisa digerakkan, pasien mengeluh nyeri kepala, dan adanya
kesemutan.

Keluhan yang dirasakan tiga bulan terakhir:


Pasien mengatakan memiliki penyakit hipertensi tahun 2019. Pasien lalu ke IGD RSI
kemudian pasien dirawat. Kemudian pasien mengatakan pernah menjalani rawat inap di
ruang mawar RSI Surabaya kurang lebih 3 bulan yang lalu dengan diagnosa hipertensi,
pasien belum menjalani tindakan operasi.

Penyakit saat ini:


 Sesak napas/PPOK Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus Hipertensi
Lainnya: Pasien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan

Kejadian penyakit tiga bulan terakhir:


 Sesak napas/PPOK  Nyeri sendi/rematik  Diare
 Penyakit kulit  Penyakit jantung  Penyakit mata
 Diabetes mellitus Hipertensi
Lainnya: ________________________________________________________________
C. Status Fisiologis
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan status gizi:
TD = 180/100 mmHg
N = 64x/menit
Suhu = 36,8 °C
RR = 23x/menit
TB = 168cm cm
BB = 70 kg
IMT = 24,80 kg/m
Pemeriksaan fisik
1. Kepala
 Bersih  Kotor
Kerontokan rambut :  Ya  Tidak
Keluhan :  Ya Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________

2. Mata
Sklera :  putih  icterus  merah  perdarahan
Konjungtiva :  pucat  merah muda
Pupil :  isokor  anisokor  miosis  midriasis
Strabismus :  Ya Tidak
Riwayat katarak:  Ya  Tidak
Fungsi penglihatan: pandangan Kabur
Peradangan: tidak ada peradangan
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: ______________________
3. Hidung
Normal dan simetris
Peradangan: tidak ada peradangan
Fungsi penghidu: ______________________
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
4. Mulut dan tenggorokan
Mulut bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat berwarna putih kekuningan, mukosa
bibir lembab, tidak bebau mulut
Peradangan: __________________________
Kesulitan mengunyah :  Ya  Tidak
Kesulitan menelan :  Ya Tidak
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
5. Telinga
 Bersih  Kotor
Peradangan: Tidak ada peradangan
Fungsi pendengaran: ___________________
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
6. Leher
Pembesaran kelenjar tiroid :  Ya Tidak
Tidak ada benjolan ( tidak terdapat pembesaran vena jugularis )
7. Thoraks
a) Inspeksi : Simetris, tidak ada pertumbuhan rambut, warna kulit merata, ekspansi
dada simetris
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
c) Perkusi : suara sonor
d) Auskulasi : Vesikuler

8. Abdomen
a) Inspeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidak tertapat bekas luka
b) Auskultasi : Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas
c) Perkusi : Terdengar hasil ketukan “ Tympani” disemua kuadran abdomen
d) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema, tidak terdapat massa dan
benjolan yang abnormal.
9. Genitalia
Payudara :  simetris  asimetris  tidak ada benjolan
 bersih  kotor, _________________________________________
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
10. Integumen
 bersih  kotor, _________________________________________
Warna kulit :  ikterik  cyanosis  pucat
 kemerahan  pigmentasi sawo matang
Akral : hangat  panas
 dingin basah dingin kering
Turgor : Baik  cukup  buruk/menurun
Keluhan :  Ya  Tidak
Jika ya, jelaskan: _______________________________________________________
11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan sendi:  bebas  terbatas
Parese :  ya  tidak
Paralise : ya  tidak
Kekuatan otot :
Atas : otot kanan 4 dan kiri 5.
Bawah : Otot kanan 2 dan kiri 5

Postur tubuh : tegap


Deformitas :  ya  tidak
Tremor :  ya  tidak
Edema :  ya  tidak
Alat bantu :  tidak  ya, ______________________________

D. Status Kesehatan
Keluhan utama :
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak hanya
otot-otot saja yang bisa digerakkan, pasien mengeluh nyeri kepala, dan adanya
kesemutan. Pasien mengeluh tensi selalu tinggi.
E. Pengkajian Psikososial
Hubungan dengan orang lain dalam wisma:
 Tidak kenal  Sebatas kenal  Mampu interaksi  Mampu bekerja sama
Hubungan dengan orang lain di luar wisma di dalam panti:
 Tidak kenal  Sebatas kenal  Mampu interaksi  Mampu bekerja sama
Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya di dalam panti:
Selalu  Sering  Jarang  Tidak pernah
Stabilitas emosi:
 Labil  Stabil Irritable  Datar
Jelaskan: ________________________________________________________________
Motivasi penghuni panti:  Kemampuan sendiri  Paksaan
Frekuensi kunjungan keluarga:
 1 kali/bulan  2 kali/bulan  Tidak pernah

F. Pengkajian Fungsional
1. Masalah emosional
Pertanyaan tahan 1
a) Apakah klien mengalami susah tidur? iya
b) Ada masalah atau banyak pikiran? tidak
c) Apakan klien murung atau menangis sendiri?
d) Apakah klien sering was-was atau khawatir

Lanjutkan pertanyaan tahan 2, jika


jawaban “ya” sejumlah satu atau lebih
Pertanyaan tahan 2
a) Keluhan ≥ 3 bulan atau ≥ 1 bulan satu kali dalam satu bulan? iya
b) Ada masalahh atau banyak pikiran? Tidak
c) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain?
d) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
e) Cenderung mengurung diri?

Lebih dari 1 atau sama dengan 1


jawaban ya, maka ada gangguan
Gangguan emosional emosional

2. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionnaire), ajukan
beberapa pertanyaan pada daftar di bawah ini!
Benar Salah No Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Dimana alamat ini?
 5 Berapa umur anda?
 6 Kapan anda lahir?
 7 Siapa presiden Indonesia?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru secara menurun
Jumlah = 3 ( fungsi intelektual utuh )
Interpretasi:
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 = fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 = fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 = fungsi intelektual kerusakan berat

3. Identifikasi aspek kognitif


Dengan mengunakan MMSE (Mini-Mental State Examination)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2021 (benar )
Musim : panas ( Benar )
1 Orientasi 5 5
Tanggal : 20 oktober 2021 (Benar)
Hari : Selasa (Benar)
Bulan : Oktober ( Benar)
Dimana kita sekarang kita berada?
Negara : Indonesia ( Benar )
Provinsi : Jawa timur ( Benar )
2 Orientasi 5 3
Kabupaten/kota : Surabaya ( Benar )
Panti : - ( Salah )
Wisma : - ( Salah )
Sebutkan 3 nama objek (misal: kursi, meja,
kertas), kemudian ditanyakan kepada klien,
menjawab:
3 Registrasi 3 3
Kursi : (Benar )
Meja : ( Benar )
Kertas : (Benar )
4 Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kalkulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
4 1. 93
2. 86
3. 79
4. 72
5. 65
Minta klien untuk mengulang ketiga objek
5 Mengingat 3 3
pada poin ke-2 (tiap poin nilai 1)
Menanyakan pada klien tentang benda (sambil
menunjukkan benda tersebut)
1. (Benar, Menunjuk dengan tangan kiri )
2.
Minta klien untuk mengulang kata berikut:
“ tidak ada, dan, jika atau tetapi)
Klien menjawab:
(Benar )
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat dulu dan
6 Bahasa 9
1 taruh dilaci.
1. ( Tidak bisa mengambil )
2. ( Tidak bisa melipat )
3. ( tidak bisa menaruh dilaci)

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila


aktivitas sesuai perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk menulis


kalimat dan menyalin gambar
Total Nilai 30 20
Interpretasi:
24-30 : tidak ada gangguan kognitif
18-23 : gangguan kognitif sedang
0-17 : gangguan kognitif berat

G. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


Kebiasaan merokok:
> 3 batang sehari< 3 batang sehari  Tidak merokok

1. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekuensi makan:
 1x/hari  2x/hari  3x/hari  Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan:
 1 porsi dihabiskan <1/2 porsi yang dihabiskan
1/2 porsi yang dihabiskan  Lain-lain, ___________________________________
Makanan tambahan:
 Dihabiskan  Tidak dihabiskan Kadang-kadang dihabiskan
2. Pola pemenuhan cairan
Frekuensi minum:
< 3 gelas/hari > 3 gelas/hari
Jika jawaban > 3 gelas/hari, alasan:
 Takut kencing malam hari  Persediaan air minum terbatas
 Tidak haus  Kebiasaan minum sedikit
Jenis miuman:
 Air putih  Kopi  Teh  Susu  Lainnya, ___________
3. Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur:
< 4 jam  4-6 jam > 6 jam
Gangguan tidur berupa:
 Insomnia  Sulit mengawali
 Sering terbangun  Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur:
 Santai  Keterampilan
 Diam saja  Ibadah/kegiatan keagamaan
4. Pola eliminasi alvi
Frekuensi BAB:  1x/hari  2x/hari  Lainnya, __________________
Konsistensi : Normal
Gangguan BAB:
 Inkotinensia alvi  Konstipasi  Diare  Tidak ada
5. Pola eliminasi uri
Frekuensi BAK:  1-3x/hari  4-6x/hari > 6x/hari
Warna urine : Kuning Pucat
Gangguan BAK :
 Inkotinensia urine  Retensi urine  Lainnya, ____________________
6. Pola aktivitas
Kegiatan produktif lansia yag sering dilakukan:
 Membantu kegiatan dapur  Berkebun
 Pekerjaan rumah tangga  Keterampilan tangan
7. Pola perawatan diri
Kebiasaan mandi
 1x/hari  2x/hari  3x/hari < 1x/hari
Memakai sabun :  Ya  Tidak
Sikat gigi :  1x/hari  2x/hari  Tidak pernah
Menggunakan pasta gigi :  Ya  Tidak
Berganti pakaian bersih :  1x/hari > 1x/hari  Tidak ganti
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
Nilai
No Jenis Aktivitas Penilaian
Bantuan Total
1. Makan 3 3 6
2. Minum 3 3 6
3. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur 3 3 6
dan sebaliknya.
4. Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 5 5 10
aktivitas di kamar mandi (toiletting).
5. Mandi 3 3 6
6. Berjalan di jalan yang datar (jika tidak 3 3 6
mampu berjalan lakukan dengan kursi
roda).
7. Naik turun tangga 3 3 6
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 3 3 6
9. Mengontrol defekasi 5 5 10
10. Mengontrol berkemih 5 5 10
11. Olahraga/ latihan 3 3 6
12. Rekreasi/ pemanfaatan waktu luang 5 5 10
Total Nilai 88
Keterangan:
Masing- masing indikator penilaian memiliki rentang nilai 5-10

Interpretasi:
60 : Ketergantungan penuh
65-125 : Ketergantunagn ringan
120 : Mandiri
2. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan paraf


.
1 Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan diseksi arteri ditandai dengan diseksi arteri
2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal berhubungan dengan dengan
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas ditandai dengan sendi kaku
3 Risiko perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan trombosit arteri

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


1 Kategori : Perfusi serebral (L.02014) Manajemen peningkatan tekanan
Fisiologis Definisi : intrakranial ( I.06194)
Subkategori : Keadekuatan aliran darah selebral untuk Definisi :
sirkulasi menunjang fungsi otak Mengidentifikasi dan mengelola
Diagnosa : Tujuan : peningakatan tekanan dalam rongga
Risiko perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan kranial
berhubungan dengan diseksi arteri selama 1x24 jam dapat diatasi dengan Tindakan :
ditandai dengan diseksi arteri kriteria hasil : Observasi :
( D. 0017 ) 1. Kesadaran dari skala 4 cukup 1. Monitor tanda/gejala peningkatan
Definisi : meningkat menjadi skala 2 cukup TIK (mis. Tekanan darah
Berisiko mengalami penurunan sirkulsi menurun meningkat, tekanan nadi melebar,
darah ke otak 2. Refleks saraf dar skala 4 cukup bradikardi, pola nafas ireguler,
Faktor resiko : meningkat menjadi skala 2 cukup kesadaran menurun)
Diseksi arteri menurun Terapeutik :
Kondisi klinis terkait : 12. Beriakn posisi semi fowler
Diseksi arteri 13. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolabolasi :
-
2 Kategoris : Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan mobilitas (I.050173)
Fisiologis Definisi : Definisi :
Subkategori : Kemampuan dalan gerakan fisik dari satu Memfasilitasi pasien untuk
Aktivitas/istirahat atau lebih eksterimitas secara mandiri meningkatkan aktivitas pergerakan fisik
Diagnosa : Tujuan : Tindakan :
Gangguan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Obervasi :
dengan gangguan muskuluskeletal selama 1x24 jam dapat diatasi dengan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
berhubungan dengan dengan mengeluh kriteria hasil : keluhan fisik lainnya
sulit menggerakkan ekstremitas ditandai 1. Nyeri dari skala 4 cukup 2. Monitor kondisi umum selama
dengan sendi kaku meningkat menjadi skala 2 cukup melakuakn mobilisasi
( D.0054) menurun Terapeutik :
Definisi : 2. Kaku sendi dari skala 4 cukup 1. Libatkan keluarga untuk membantu
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari meningkat menjadi skala 2 cukup pasien dalam meningkatakan
satu atau lebih eksterimitas secara menurun pergerakan
mandiri 3. Kelemahan fisik dari skala 4 cukup Edukasi :
Faktor Resiko : meningkat menjadi skala 2 cukup 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
Mengeluh sulit menggerakkan menurun mobilisasi
ekstremitas

3 Kategori : Perfusi perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (I.02079)


Fisiologis Definisi : Definisi :
Subkategori : Keadekuatan aliran pembuluh darah distal Mengidentifikasi dan merawat area
Sirkulasi untuk menunjang fungsi jaringan lokal dengan keterbatasan sirkulasi
Diagnosa : Tujuan : perifer
Risiko perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan :
brhubungan dengan hipertensi ditandai selama 1x24 jam dapat diatasi dengan Observasi :
dengan trombosit arteri kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor resiko
( D. 0015 ) 1. Warna kulit pucat dari skal 4 cukup gangguan sirkulasi (mis.
Definisi : meningkat menjadi skala 2 cukup Diabetes, perokok, orang tua,
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi menurun hipertensi, dan kadar kolesterol
darah pada level kapiler yang dapat 2. Tekanan darah sistolik dari skala 4 tinggi)
mengganggu metabolisme tubuh meningkat menjadi skala 2 cukup Terapeutik :
Faktor resiko : menurun 1. Hindari pengukuran tekanan
Hipertensi 3. Tekanan darah diastolik dari skala 4 darah pada ekstrimitas dengan
Faktor klinis terkait : meningkat menajdi skala 2 cukup keterbatasan perfusi
trombosit arteri menurun Edukasi :
1. Anjurkan berolaraga rutin
2. Anjurkan menggunakan obat
penurunan tekanan darah,
antikoagulan dan penurunan
kolestrol jika perlu

4. Catatan Perkembangan

No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD


DX
1. 10-10-2020 07.00 1. Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK S : Pasien Mengatakan sudah
WIB (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan membaik tetapi untuk bagian tubuh
nadi melebar, bradikardi, pola nafas ireguler, sebelah kiri masih tidak bisa
kesadaran menurun) digerakkan
R/ Pasien Mengatakan sudah tidak nyeri
kepala lagi, pasien kooperative O : Pasien terlihat cemas
TD : 130/80
2. Memberikan posisi semi fowler N : 64 x/mnt
R/ Pasien mengatakan belum bisa S : 36,8 C
menggerakkan tangan bagian kiri RR : 23x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
3. Mempertahankan suhu tubuh normal P : Intervensi dilanjutkan no.2
R/ Pasien mengatakan sudah membaik

2. 11 – 10- 12.00 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien Mengatakan mulai ada
2021 WIB keluhan lainnya perubahan pada jari tangan
R/ pasien Mengatakan ada nyeri ketika
bagian sebelah kiri badan mis. Tangan atau O : Pasien terlihat senang
kaki digerakkan dengan pelan-pelan TD : 120/80
N : 60x/mnt
2. Memonitor kondisi umum selama S : 36C
melakukan mobilisasi RR : 23x/mnt
R / pasien mengatakan bisa melakukan
pergerakan pada bagian yang masih tidak A : Masalah teratasi sebagian
bisa digerakkan seperti duduk, dan P : Intervensi dilanjutkan no.1
berjalanan dengan alat bantu

3. Melibatkan keluarga untuk membantu


pasien dalam meningkatakan pergerakan
R/ Pasien mengatakan sudah bisa
digerakkan pada jari-jari tangan sebelah kiri
tetapi belum bisa mengangkat tangan

4. menjelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi
R/ pasien Kooperatif

3. 12 – 10 – 20.00 1. Mengidentifikasi faktor resiko gangguan S : Pasien mengatakan akan melatih


2021 WIB sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua, bagian tubuhnya sedikit demi sedikit
hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi) dan mengontrol tekanan darahnya
R/ Pasien Mengatakan Mempunyai riwayat
Hipertensi O : Pasien terlihat lebih semangat
TD : 120/80
2. Menghindari pengukuran tekanan darah N : 60x/mnt
pada ekstrimitas dengan keterbatasan perfusi S : 36C
R/ pasien Kooperatif RR : 23x/mnt
3. Menganjurkan berolahraga rutin A : Masalah teratasi
R/ pasien kooperatif P : Intervensi dihentikan

4. Menganjurkan menggunakan obat


penurunan tekanan darah, antikoagulan dan
penurunan kolestrol jika perlu
R / Pasien kooperatif dan mengatakan sudah
tidak pusing lagi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurang aliran darah ke otak. Penurunan aliran
darah ke otak dapat disebabkan oleh tersumbatnya pembulu darah diotak. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Ketika aliran darah ke otak
berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak. Kerusakan otak ini
menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan atau kelemahan pada separuh tubuh
yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan berbicara, wajah tidak seimbang, kesulitan
menelan, dan gangguan keseimbangan. Semakin luas daerah otak yang mengalami
kerusakan, maka akan semakin banyak gejala yang akan dialami oleh pasien. Faktor
penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan perubahan
gaya hidup terutama masyarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hastrat mereka untuk
terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan
jangka panjang. Usia harapan hidup di indonesia kian meningkat sehingga semakin
banyak terdapat lansia.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih ias dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Untuk saran ias berisi kritik
atau saran terhadap penulisan juga ias untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, A. (2018). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem

Persarafan. Jakarta: ECG

Tarwanto, (2017). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:CV Sagung Seto.

Price, S.A., & Wilson, L. M. (2016). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit. Edisi

6. Jakarta : EGC

Stockslager, J., & Schaeffer, L. (2017). Buku Saku: Asuhan Keperawatan Geriatric.

Edisi 2. Alih Bahasa: Nike BS. Jakarta: EGC

Brunner,I ; Suddarth, Drs. (2010) Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.
Jakarta: EGC

Dr. Kelana Kusuma D, (2018). Mengoptimalkan Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke.
Yogyakarta : CV Budi utama

Dr. Lili Indrawati. ( 2016 ). Care Your Self Stroke Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta : Penebar
Plus

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
cetakan 2. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai