Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH WABAH PENYAKIT COVID 19 TERHADAP HUBUNGAN ANTARA

WARGA NEGARA DAN NEGARA

DISUSUN OLEH

FIRSHAFA ADE (2010501076)

FADLAN KEMAL PASHA (2010501077)

HANIF TAQWA IKHTIAR S.W (2010501078)

AFRINTA PUTRI S. (2010501079)

PROGRAM STUDI : ELEKTRO

FAKULTAS : TEKNIK

UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG

13 APRIL 2021
ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Pengaruh Wabah Penyakit Covid 19 Terhadap Hubungan Antara Warga Dan Negara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini dibantu dan dituntun oleh
Allah SWT dan dan juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan
ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik dari isi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran, dan usul penyempurnaan makalah ini.

Saya selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Magelang, 13 April 2021

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 2
1.3 Tujuan Penelitian ……………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Dampak yang Timbul Dari Pandemi Covid-19………………………………. 3
1.2 Hubungan Negara Dan Warga Negara……………………………….……… 5
1.3 Peran Pemerintah Dalam Pencegahan Wabah COVID-19….……………….. 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………. 11
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, dunia sedang menghadapi wabah penyakit mengerikan yaitu wabah
COVID-19. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia, dan sangat mudah menyebar.
Dalam kurun waktu satu tahun, virus ini telah menyebabkan total 131 juta kasus COVID-19
dan menyebabkan 2,9 juta orang di seluruh dunia meninggal dunia. Kasus ini dimulai sejak
31 Desember 2019, saat World Health Organization (WHO) China Country Office
melaporkan adanya kasus kluster pneumonia dengan penyebab yang tidak jelas di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus ini dikabarkan merupakan salah satu virus yang
ditularkan antara hewan dengan manusia. Saat ini virus corona telah menyebar ke berbagai
Negara termasuk Indonesia. Dampak dari wabah COVID-19 ini berpengaruh luas terhadap
seluruh sektor terutama perekonomian. Pertumbuhan perekonomian dunia menurun secara
signifikan termasuk Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari adanya Covid-19 yang berdampak
pada sektor perdagangan, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Salah satu penyebab
utama rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia ini adalah turunnya minat konsumsi dan
investasi masyarakat, baik lingkup rumah tangga maupun lingkup pemerintah.

Pengaruh dari wabah virus corona ini sangatlah besar. Saat ini, banyak negara yang
menerapkan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Saat ini, banyak negara dan
pemerintah daerah menerapkan metode berbeda seperti kebijakan social distancing
hingga lockdown untuk menahan penyebaran virus corona semakin meluas. Hal ini dilakukan
demi mencegah bertambahnya angka kematian yang muncul. Negara China dan Italia yang
sebagai negara dengan jumlah kematian tertinggi langsung memberlakukan kebijakan
lockdown di seluruh daerahnya.

Di Indonesia penyebaran virus corona yang begitu cepat mengakibatkan Pemerintah


memberlakukan sistem jaga jarak social yang disebut PSBB (Pembatasan Social Berskala
Besar). Akan tetapi hal ini juga menimbulkan beberapa masalah baru. Dengan kebijakan
pemerintah untuk memberlakukan PSBB(Pembatasan Sosial Berskala Besar) maka
2

perkantoran dan sebagian besar industri dilarang beroperasi, untuk kurun yang relatif lama,
dan menimbulkan kerugian ekonomi. Pembatasan operasi atau kegiatan industri ini jika
dibelakukan secara meluas dan terus menerus dalam kurun waktu yang lama hingga tak
menentu akan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Dengan lemahnya
permintaan pasar dan juga adanya pembatasan kerja, maka timbullah masalah baru yaitu
ketidakmampuan perusahaan menggaji tenaga kerja yang dimilikinya. Oleh karena itu untuk
memangkas pengeluaran kasnya, sebagian perusahaan terpaksa melakukan PHK pada para
pekerjanya. Jumlah orang yang di PHK dan dirumahkan itu berasal dari 18.045 perusahaan
(Andri Yansyah, 2020). Masyarakat dan pemerintah harus saling bahu-membahu dalam
mengatasi segala kekacauan yang timbul ini. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
harus memberi kebijakan yang tepat. Pemberian kebijakan yang tepat ini sangatlah
berdampak terhadap segala aspek.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana pengarus COVID-19 terhadap hubungan bangsa, negara, dan warga


negara Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Memahami tentang pengaruh hubungan bangsa, negara, dan warga negara Indonesia
pada saat wabah pandemi Covid-19.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dampak yang Timbul dari Pandemi Covid-19

Di Indonesia, penyebaran virus ini dimulai sejak tanggal 02 Maret


2020, diduga berawal dari salah satu warga negara Indonesia yang melakukan kontak
langsung dengan warga negara asing yang berasal dari Jepang. Hal tersebut telah
diumumkan oleh bapak Presiden Jokowi. Seiring dengan berjalannya waktu,
penyebaran covid-19 telah mengalami peningkatan yang signifikan.

Indonesia tergolong lambat dan sembrono dalam mencegah penyebaran COVID-19.


Presiden dan pejabat tinggi negara cenderung menyepelekan dampak virus tersebut bagi
masyarakat pada periode awal penyebaran, Januari–akhir Februari 2020. Pemerintah pusat
lantas berupaya memperbaiki kekeliruan tersebut secara gradual, di antaranya dengan
membentuk gugus tugas percepatan penanganan COVID-19. Setelah itu, pemerintah daerah
juga berinisiatif menyiapkan fasilitas dan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi lonjakan
pasien. Personel pertahanan dan keamanan pun mulai terlibat secara langsung dalam upaya
mitigasi, misalnya pendirian rumah sakit khusus di DKI Jakarta dan Kepulauan Riau,
penyediaan sarana transportasi dan logistik untuk distribusi alat kesehatan ke berbagai
daerah, serta pengamanan fasilitas publik.

Saat ini total kasus masyarakat yang sudah terinfeksi Covid-19 di Indonesia
sebanyak 1,57 jt orang dan yang dinyatakan Sembuh sebanyak 1,42 jt orang dan yang
meninggal sebanyak 42.656 orang. Walaupun kenaikan angka kesembuhan lebih tinggi
dibandingkan angka kematian, namun kita masih sangat perlu pembenahan serta bersikap
hati-hati dalam menjaga kebersihan dan juga menaati peraturan pemerintah bagi kita agar
wabah ini dapat selesai secara total. Menurut data yang ada penyebaran covid-19 terbesar
berada di pulau jawa. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menyikapi pandemi
COVID-19 menyebabkan penyebaran virus semakin meluas. Hal ini dikarenakan banyak
orang yang masih tidak menggunakan masker serta tidak melakukan social
distancing di keramaian.
4

Wabah pandemi COVID-19 ini sangat merugikan pada ekonomi masyarakat. Masalah
yang mungkin sering terjadi pada masyarakat yang mengalami keadaan wabah pandemi
COVID-19 pertama yaitu sulitnya mencari pekerjaan. Maksudnya disini banyak perusahaan
yang beralasan tidak menerima karyawan karena kuota sudah penuh, ada juga yang beralasan
didalam perusahaan tersebut semua karyawan sudah dirumahkan / bekerja di rumah dan ada
juga yang sudah di PHK sehingga tidak mau menerima tambahan karyawan lagi.

Kedua, banyak karyawan yang sudah bekerja terpaksa harus di rumahkan tanpa digaji
sampai batas yang belum diketahui, dan ada juga yang di PHK karena perusahaan tidak bisa
memberi gaji pada karyawan yang tidak bekerja selama hampir 3 bulan ini. Dari pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa Masyarakat kehilangan mata pencarianya untuk memenuhi
kebutuhan sehari harinya, agar bisa tetap memenuhi kebutuhanya, masyarakat perlu diberikan
bantuan sosial dari pemerintah seperti beberapa sembako dan BLT (Bantuan Langsung
Tunai) untuk kebutuhan sehari hari.

Ketiga , Dampak COVID -19 pada perekonomian di indonesia salah satunya adalah
Timbulnya kejahatan di beberapa daerah, seperti banyak pencurian di berbagai rumah –
rumah yang dikarenakan banyak narapidana yang dilepaskan karena adanya sistem sosial
distancing dan lock down. Sebanyak 5.556 narapidana telah dikeluarkan dan dibebaskan
sebagai bagian dari upaya pencegahan penyebaran virus corona di lembaga pemasyarakatan
(lapas) (Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, 2020).
Pelepasan narapidana itu merujuk SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPER
HUBISINTEK 2020 202 pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 10 Tahun 2020
dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-19.PK/01.04.04 tentang
Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak MelaluiAsimilasi dan Integrasi dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19 Dan terakhir dari data
lapangan yang peneliti peroleh adalah menurunya sistem ekspor dan impor barang ,
Misalnya, Indonesia tidak bisa membuat barang karena kompenannya berasaldari China.
Pada saat yang sama, China juga sebagai pusat produksi di Asia meminta bahan baku dan
bahan pembantu dari berbagai negara di Asia. China membutuhkan impor kelapa sawit,
batubara dari Indonesia. Apabila China mengalami wabah, otomatis tidak adalagi permintaan
barang tersebut ke Indonesia. Hal ini membuat harga kedua barang tersebut mengalami
penurunan, karena tidak adanya ekspor ke China akibat penurunan permintaan. Permasalahan
tersebut terjadi pada sektor pariwisata yang mengalami penurunan sangat drastis akibat
pelarangan penerbangan sementara oleh Pemerintah Indonesia dari dan ke Tiongkok serta
5

perdagangan ekspor dan impor Indonesia China terutama pada komoditas buah-buahan dan
hewan. Menurut Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan
Johnny Widjaja, sejak ada kabar tentang Virus Corona, para pembeli di China langsung
menghentikan pembelian. Para eksportir buah yang paling 'menangis' adalah mereka yang
melakukan penjualan atau pengiriman barang dengan skema CNF (Cost and Freight/CFR)
atau pembayaran yang dilakukan setelah barang tiba di pelabuhan tujuan ekspor. Bahkan ada
yang sudah mengirim barang di kapal, namun di tengah perjalanan terjadi pembatalan.

2.2 Hubungan Negara Dan Warga Negara

Persoalan yang paling mendasar hubungan antara negara dan warga negara adalah
masalah hak dan kewajiban. Negara demikian pula warga negara samasama memiliki hak dan
kewajiban masing-masing. Sesungguhnya dua hal ini saling terkait, karena berbicara hak
negara itu berarti berbicara tentang kewajiban warga negara, demikian pula sebaliknya
berbicara kewajiban negara adalah berbicara tentang hak warga negara. Kesadaran akan hak
dan kewajiban sangatlah penting, seseorang yang semestinya memiliki hak namun ia tidak
menyadarinya, maka akan membuka peluang bagi pihak lain untuk menyimpangkannya.
Demikian pula ketidaksadaran seseorang akan kewajibannya akan membuat hak yang
semestinya didapatkan orang lain menjadi dilanggar atau diabaikan. Pada bab ini akan
dibahas pengertian hak dan kewajiban, hak dan kewajiban negara dan warga negara menurut
UUD 1945, serta pelaksanaan hak dan kewajiban negara dan warga negara di negara
Pancasila.

Mengacu pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1
menyebutkan pengertian hak asasi manusia : “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum dan Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.” Adapun kewajiban asasi adalah kewajiban dasar yang harus
dijalankan oleh seseorang dalam kaitannya dengan kepentingan dirinya sendiri, alam semesta,
masyarakat, bangsa, negara maupun kedudukannya sebagai makhluk Tuhan.

Dalam masa pandemi Covid-19 ini masyarakat dan pemerintah memiliki hak dan
kewajiban masing-masing. Hak masyarakat sebagai penduduk adalah mendapatkan layanan
6

kesehatan dari pemerintah. Adapun, kewajibannya adalah menjaga kesehatan diri sendiri dan
lingkungan sekitar. Penduduk berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kewajiban
memelihara kesehatan dan kesehatan lingkungan (Ascobat, 2020). Sementara itu pemerintah
memiliki hak untuk membuat dan melaksanakan peraturan dalam menghadapi pandemi
Covid-19. Sedangkan, kewajibannya adalah memperhatikan kesehatan masyarakat dan
memberikan bantuan sosial. Memperhatikan kesehatan masyarakat yang dimaksud dalam
kondisi ini salah satunya dengan memberikan tes sebanyak-banyaknya kepada seluruh
masyarakat. Contoh lain kewajiban pemerintah dalam memperhatikan kesehatan masyarakat
tertera di Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan membolehkan
pemerintah melakukan karantina untuk mencegah atau menangkal keluar-masuknya penyakit
atau faktor risiko kesehatan yang berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat.

Virus ini tidak mengenal status sosial, ekonomi dan politik. Pelayanan yang
mengedepankan kesetaraan akses bagi seluruh warga negara harus dilakukan. Pekerjaan
bersama masyarakat adalah memastikan bahwa kewajiban pemerintah diberikan di tengah
pembatasan. Dua hal yang masyarakat bisa lakukan saat ini adalah pengawasan publik dan
partisipasi positif. Dalam hal keterbukaan data, misalnya, publik termasuk para ahli terus
mendesak pemerintah lewat komunitas, organisasi, lembaga swadaya masyarakat,
bahkan gugatan hukum ke Mahkamah Konstitusi. Berbagai kelompok masyarakat juga telah
bekerja sama menggalang upaya di tengah wabah, seperti menggalang dana, donasi pangan,
berbagi informasi kesehatan, hingga urun daya mengawasi penyebaran.

Bagaimanapun, sebuah bencana atau wabah epidemi seperti ini akan dapat lebih
mudah ditaklukkan jika masyarakat bekerja sama dengan pemerintah dan seluruh komponen
bangsa. Diharapkan muncul kesadaran bahwa ini adalah persoalan bersama sebagai sebuah
bangsa, dan menggalang kekuatan bersama-sama juga untuk saling tolong-menolong
menanggulangi wabah ini. Solidaritas adalah perasaan saling percaya antar para anggota
dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau sudah saling percaya maka mereka akan
menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggung jawab dan
memperhatikan kepentingan sesamanya. Kita adalah satu bangsa Indonesia, dalam kondisi
apapun, kita tidak bisa jika hanya mengandalkan pemerintah untuk membasmi wabah seperti
ini. Sebagai warga negara yang baik dan sedia membela negara, tugas kita dalam upaya
membasmi wabah corona ini salah satunya adalah mematuhi segala aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Tugas selanjutnya adalah membantu pemerintah dengan segala
upaya yang kita bisa demi menekan angka kematian yang dihasilkan dari dampak corona
7

tersebut. Seperti membantu membuat hand sanitizer, masker, membuat berbagai jenis
makanan yang bisa dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan, dan lain sebagainya.
Melihat fenomena dan fakta berdasarkan data sudah sangat dibutuhkan kolaborasi atau kerja
sama antara pemerintah pusat dan daerah, serta semua komponen masyarakat agar tercipta
sinergi untuk melawan wabah Covid-19 bersama sama. Sinergi akan mampu tercapai jika
masyarakat percaya kepada pemerntah mampu menangani wabah ini. Pemerintah harus
mengambil kebijakan dan langkah-langkah yang tepat dan pro rakyat akan melahirkan kerja
sama dan dukungan yang besar dan meluar dalam penangan musibah Covid-19.

2.3. Peran Pemerintah dalam pencegahan wabah COVID-19

Pada tanggal 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan secara resmi bahwa
ada dua Warga Negara Indonesia yang positif terpapar Corona Virus. Kedua orang tersebut
berasal dari Depok, Jawa Barat, dimana mereka terpapar Corona Virus saat menghadiri kelas
menari di sebuah restoran di Kemang, Jakarta pada tanggal 14 Februari. Dalam kelas menari
tersebut ada seorang Warga Negara Jepang yang setelah itu dites dan dinyatakan positif
Corona di Malaysia. Setelah itu, jumlah orang yang positif Corona terus meningkat di
Indonesia dan Presiden Jokowidodo pada pertengahan ke akhir Maret mengumumkan
gerakan Social Distancing bagi seluruh orang yang ada di Indonesia agar mencegah
penyebaran virus Corona ini.

Menteri Kesehatan Indonesia mengeluarkan “Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2020


tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)” (selanjutnya disebut Permenkes PSBB Penanganan
COVID-19) pada tanggal 3 April 2020. Salah satu peraturan yang ada dalam Permenkes
tersebut meliputi pembatasan bagi moda transportasi berbasis aplikasi hanya boleh
mengangkut barang dan bukan penumpang. Dengan adanya Permenkes ini, ojek online tidak
diperbolehkan mengangkut penumpang sehingga mereka hanya diperbolehkan mengangkut
barang. Namun tidak lama kemudian, yakni pada tanggal 9 April 2020, Menteri Perhubungan
mengeluarkan “Peraturan Menteri Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi
Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)”
(Selanjutnya disebut Permenhub Pengendalian Transportasi) Dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c
dan d dinyatakan bahwa: “Pengendalian kegiatan transportasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) untuk transportasi darat meliputi”:
8

1) “sepeda motor berbasis aplikasi dibatasi penggunaannya hanya untuk


pengangkutan barang;”
2) “dalam hal tertentu untuk tujuan melayani kepentingan masyarakat dan
untuk kepentingan pribadi, sepeda motor dapat mengangkut
penumpang dengan ketentuan harus memenuhi protokol kesehatan
sebagai berikut”:
a. “aktivitas lain yang diperbolehkan selama Pembatasan
Sosial Berskala Besar”;
b. “melakukan disinfeksi kendaraan dan perlengkapan
sebelum dan setelah selesai digunakan”;
c. “menggunakan masker dan sarung tangan; dan”
d. “tidak berkendara jika sedang mengalami suhu badan
diatas normal atau sakit”;

Dalam menangani masalah di sektor keuangan yang terdapat ancaman


ketidakmampuan dunia usaha untuk melakukan pembayaran pinjaman, OJK melakukan
monitoring terhadap sektor produktif yang paling terkena dampak dari Covid-19.. Salah satu
kebijakan yang dilakukan oleh OJK yang tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) Nomor 11 tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian adalah dengan Relaksasi
Kredit untuk menekan resiko kredit macet perbankan, sehingga perbankan tidak perlu
menambah Non Performing Loan (NPL) guna menambah cadangan kerugian akibat kredit
macet.

Hal ini dilakukan untuk menambah daya tahan dari dunia usaha dalam menghadapi
Covid-19. Permintaan agregat yang menurun dari masyarakat, karena adanya ketidakpastian
mengenai kondisi yang akan datang menyebabkan masyarakat melakukan langkah aman
dengan mengurangi permintaan akan barang di lini sekunder dan tersier. Konsumsi yang
tetap dilakukan oleh masyarakat adalah pada basic need, seperti pada produk bahan makanan,
sedangkan permintaan pada produk sekunder dan tersier mengalami kelesuan.

Disisi lain, ketika daya beli masyarakat menurun karena adanya PHK serta penerapan
PSBB, konsumsi aoutonomus yang dikeluarkan masyarakat tetap ada, bahkan kewajiban
pembayaran yang bersifat wajib tetap harus dilakukan masyarakat. Ini menimbulkan gejolak
dalam masyarakat, diantaranya adalah peningkatan tingkat kriminalitas, karena ketika perut
butuh sesuatu untuk dimakan sedangkan uang yang ada dalam genggaman mengalami
9

penurunan bahkan sama sekali tidak ada pemasukan, maka hal tersebut merupakan salah satu
pemicu munculnya angka kriminalitas yang tinggi.

 “Negara Harus Hadir” dilakukan dengan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang
dilakukan pemerintah karena merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada
masyarakat.

Beberapa program yang dilakukan tersebut adalah bantuan sosial, percepatan


pelaksanaan Kartu Prakerja serta pemotongan tagihan listrik. Berdasarkan pernyataan
Imaduddin Abdullah (pengamat ekonomi Indef) menyatakan bahwa negara-negara yang
berhasil mengatasi dampak Covid-19 melakukan stimulus fiskal disektor kesehatan,
pengurangan dampak negatif dari Covid-19 serta bantuan bisnis yang diberikan pasca
pandemik.

Stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah untuk mengatasi Pandemi Covid-19
adalah sebesar Rp. 405,1 triliun yang akan diberikan kepada sektor kesehatan sebesar Rp. 75
triliun untuk pembelian alat kesehatan, perlindungan tenaga kesehatan, peningkatan kapasitas
rumah sakit rujukan.

 Sedangkan untuk perlindungan sosial sebesar Rp. 110 triliun yang digunakan bagi 10
juta penduduk penerima PKH, 20 juta penerima kartu sembako, 5,6 juta penerima kartu pra
kerja, serta insentif cicilan KPR untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) serta
diskon tarif listrik bersubsidi. Stimulus pemerintah dalam intensif pajak dan stimulus kredit
usaha rakyat sebesar Rp. 75,1 triliun serta untuk pemulihan ekonomi sebesar 150 triliun yang
bertujuan untuk restrukturisasi kredit serta penjaminan dan pembiayaan dunia usaha,
khususnya UMKM. s
10

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
11

DAFTAR PUSTAKA

Rusi, Mutik, “DAMPAK COVID-19 PADA PEREKONOMIAN INDONESIA” in SEMINAR


NASIONAL & CALL FOR PAPER HUBISINTEK, 2020 . Halaman 198-199.

Hubungan Negara dan Warga Negara. [online] Tersedia di http://dosen.stie-


alanwar.ac.id/file/content/2020/10/Bab_4_HUBUNGAN_NEGARA_DAN_WARGA_NEG
ARA_nurrohman.pdf Diakses pada 14 April 2021.

Istiqomah Nurul. Peran Pemerintah Atasi Pandemi Covid-19. [online]. Available : Peran Pemerintah
Atasi Pandemi Covid-19 – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (uns.ac.id) Diakses
pada 14 April 2021

Hanoatubun Silpa. (2020). DAMPAK COVID –19 TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA. Jurnal
Volume 2 Nomor 1 2020. Halaman 150

Anda mungkin juga menyukai