Cukup kesal ketika Adam mengacak-acak markas kami. Saat itu aku sangat marah pada Adam. Aku
langsung berlari ke markas Adam untuk memberinya hukuman yang harus dia tanggung. Ternyata dia
tak ada di markas, kata tetangganya, dia berada di pasar malam yang cukup jauh dari tempatnya yang
kutemui saat ini.
Tanpa berpikir panjang. Aku bergegas ke pasar malam. Aku marah, marah sekali, ketika melihat dia
sedang senang-senang bersama teman-temannya di sana. Aku berlari sekencang mungkin menuju
tempat berdirinya Adam. Aku melawan Adam dan menendangnya hingga terjatuh. Di keramaian umum
itu aku bertengkar dengannya.
Akupun pulang dengan lebam di muka usai berantem. Tapi sewaktu perjalanan pulang, masih dalam
komplek pasar malam, aku melihat tulisan “Festival Rakit Ciliwung” sebagai peringatan ulang tahun desa
kami, dan ada petugas membagikan brosur.
“4 sampai 6 orang dek, dan ada yang boleh sendiri tidak berkelompok, tapi rakitnya harus menepati
ukuran, yaitu 50 cm pada setiap sisi.”
“Ada, semua itu agar tidak memakan banyak waktu, jika sangat besar berjalannya cukup lama, jadi yang
berkelompok ukuran rakitnya 100cm.”
Aku berfikir bagaimana jika Berandal Kampung mengikuti festival tersebut. Tapi hari ini adalah hari
terakhir mendaftar, untung saja aku masih mendapatkan nomor, yaitu nomor urut 10, ya, itu nomor
terakhir tapi tak apa-apa. Ternyata Adam juga ikut lomba rakit ini. Aku tak mau bersaing dengan anak
sombong itu. Tapi aku yakin kami akan menang.