Anda di halaman 1dari 28

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN MEDIA FILTER DARI

CANGKANG KERANG BULU (Anadara inflate)UNTUK PENGOLAHAN


WWTP (WASTE WATER TREATMENT PLANT) PT.INALUM
(PERSERO)

PROPOSAL PENELITIAN

NONI SURTIANA SILALAHI


207026006

DEPARTEMEN FISIKA S2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk kebutuhan hidup manusia dan
makhluk hidup. Oleh karena itu, perlunya memelihara sumber daya air agar kualitas dan kuantitas
sumber air bersih tetap terjaga konsistensinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia dan
makhuk hidup lainnya sampai dengan generasi yang akan datang (Effendi, 2003). Permasalahan
utama dari sumber daya air adalah kuantitas dan kualitas air bersih yang semakin menurun akibat
kegiatan industri, kegiatan domestik, dan kegiatan lainnya yang membuang limbahnya ke
lingkungan tanpa dilakukannya pengolahan terlebih dahulu. Limbah tersebut biasanya
mengandung logam berat berupa Pb, Cd, Cr dan lainnya (Qian, 2009).
Kegiatan industry dalam menghasilkan suatu barang atau jasa memberikan berbagai dampak
positif dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Namun dari setiap kegiatan produksi yang
dilakukan oleh industry tentu mengasilkan dampak negative juga yakni limbah sebagai hasil
sampingan dari kegiatan industry tersebut. Limbah yang disebut juga polutan adalah bagian yang
tidak terlepas dari suatu industry, baik industry besar maupun industry kecil. Efek dari limbah
yang dihasilkan itu tentu bisa mengganggu keseimbangan lingkungan. Salah satu limbah yang
dihasilkan suatu industry dapat berupa limbah cair. Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha /
kegiatan yang berwujud cair. Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industry harus
diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
Limbah industri apabila langsung dibuang ke badan perairan tanpa pengolahan terlebih dahulu
dapat mencemari sumber air bersih.
PT. INALUM merupakan industri yang bergerak dibidang peleburan Alumunium dan PLTA
yang berdiri sejak tahun 1976 dengan salah satu lokasi pabriknya berada di Desa Kuala Tanjung,
Sei suka, Batu bara Sumatera Utara dibangun diatas lahan seluas 200 ha. Sebagai industri
keberadaan PT. INALUM harus dilengkapi dengan pengolahan limbah yang memungkinkan
aktifitas industri yang di lakukan tetap ramah lingkungan, keterkaitan dengan penelitian ini
adalah instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang berhubungan dengan air limbah yang
dihasilkan dalam aktivitas industrinya. Air limbah merupakan salah satu masalah dalam
pengendalian dampak lingkungan industri karena memberikan dampak yang luas terhadap
lingkungan, hal ini disebabkan oleh karakteristik fisik maupun karakteristik kimianya yang
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.
Air limbah yang dihasilkan oleh aktivitas industri PT. INALUM mempunyai masalah
utama yang dihadapi saat ini ialah berupa nilai TDS yang sudah berkisaran 4000 ppm (di luar
nilai ambang batas SK.445/menlhk/setjen/PKL.1/7/2019). Sementara untuk proses industri nilai
TDS <100 ppm dengan pengolahan air limbah sekitar 16 M3/Jam. Air limbah industri aluminium
PT.Inalum sebagian besar mengandung berbagai jenis zat baik organic maupun anorganik,
contohnya logam berat berupa Pb, Cd, Cr dan lainnya sehingga diperlukan langkah penanganan
sebelum dibuang ke lingkungan sebagai efluen atau dimanfaatkan kembali sebagai air pendukung
aktivitas industri.
Maka dari itu pada penelitian ini bermaksud mengembangkan water filtrate yaitu dengan
teknik pengolahan untuk menghilangkan  bahan berbahaya yang ada pada limbah dengan
melakukan media filtrasi dari Cangkang kulit kerang untuk pengolahan WWTP (Waste Water
Treatment Plant). Cangkang kulit mengandung kalsium karbonat  yang dapat bereaksi dengan
asam kuat sehingga apabila dilarutkan kedalam air dapat mengendapkan kandungan logam yang
terdapat dalam air.
Penelitian mengenai adsorben sudah banyak dilakukann sebelumnya dengan melakukan
variasi baik pada bahan baku maupun jenis perekat yang digunakan. Tabel 1.1 menampilkan
beberapa rangkuman penelitian sebelumnya tentang bahan adsorbsi.
Tabel 1.1 Rangkuman penelitian tentang adsorpsi air limbah dengan menggunakan cangkang
kulit kerang
PENELITI JUDUL HASIL ANALISA
Afrinata dkk, POTENSI ABU Limbah cangkang kerang darah (Anadara granosa)
2012 CANGKANG dapat digunakan sebagai adsorben logam timah
KERANG DARAH putih. cangkang kerang terdiri atas senyawa yaitu
(Anadara Granosa)
7,88% SiO2, 1,25% Al2O3, 0,03% Fe2O3, 66,70%
SEBAGAI
ADSORBEN ION CaO, dan 22,28% MgO (Maryam, 2006).
TIMAH PUTIH Berdasarkan komposisi kimia tersebut kandungan
CaO pada abu cangkang cukup tinggi sehingga abu
cangkang berpotensi sebagai adsorben. Kalsium
oksida merupakan senyawa kimia yang banyak
digunakan untuk dehydrator, pengering gas dan
pengikat CO2 pada cerobong asap. Kalsium oksida
merupakan senyawa turunan dari senyawa kalsium
karbonat. Senyawa ini mampu mengikat air pada
etanol karena bersifat sebagai dehydrator sehingga
cocok digunakan sebagai adsorben (Retno,2012).

Cangkang kerang diawali dengan pemisahan daging


yang melekat pada cangkang lalu dicuci dan
dikeringkan, kemudian cangkang kerang dipotong-
potong atau dipecah dengan ukuran kurang lebih 3-
5cm. Cangkang kerang yang sudah bersih dan
kering di panaskan pada furnace dengan suhu
8000C sampai berat konstan. Abu didinginkan
dalam desikator selama 30 menit kemudian
ditimbang dan diayak yang lolos pada ayakan 200
mesh dan disimpan dalam desikator.

Abu cangkang kerang masing-masing di masukan


kedalam gelas beker sebanyak 0,5 g, kemudian
ditambahkan larutan timah putih 10, 20, 30 dan
50ppm sebanyak 20 mL. Campuran diaduk dan
didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring
dengan kertas saring whattman 42. Filtratnya
dianalisis dengan spektroskopi serapan atom(SSA).
Analisis data dari penyerapan abu cangkang kerang
terhadap timah putih berdasarkan pengaruh
konsentrasi dan waktu kontak.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kemampuan


daya serap cangkang kerang terhadap konsentrasi
timah putih 10-50 mg/L dengan waktu kontak
optimum 24 jam
terlihat bahwa pada konsentrasi 10 mg/L diperoleh
daya serap sebesar 15,54 %, 20 mg/L diperoleh
daya serap sebesar 36,11%, 30 mg/L diperoleh daya
serap sebesar 52,1% dan 50 mg/L diperoleh daya
serap sebesar 45,43. Kondisi optimum penyerapan
abu cangkang kerang terhadap timah putih
diperoleh pada konsentrasi 30 ppm jam dengan
daya serap sebesar 53,113 %.
Millatisilmi, 2020 ECO FILTER AIR
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
DENGAN
MEMANFAATKAN persentase penyisihan timbal (Pb) dengan media
CANGKANG filter cangkang kerang darah. Penelitian ini
KERANG DARAH mempunyai 2 variabel yaitu :1.Variabel
(Anadara granosa) kontrolyaitu :a.Ukuran partikel cangkang kerang
SEBAGAI MEDIA darah yang dijadikan media adalah 2-1,7 mm : 1,3-
FILTRASI UNTUK 1 mm ; ≤ 0,6 mm b.Konsentrasi Pb sebesar
MENURUNKAN
9,67mg/L c.Pengaturan pH : 6-92.Variabel bebas
KADAR TIMBAL
(PB) yaitu :a.Ketebalan media filter yaitu 4 cm; 6 cm; 8
cm. Pada penelitian ini, kapasitas reaktor adalah 1
L dengan waktu kontak selama 42 menit
(ketebalan 4cm), selama 45 menit (ketebalan
6cm), dan selama 49 menit (ketebalan 8 cm).
Pada penelitian ini pemanasan furnace dilakukan
pada suhu 300°C untuk menghindari cangkang
kerang berubah menjadi abu. Sampel yang
digunakan adalah sampel limbah sintetis dengan
kandungan logam berat timbal (Pb)yangdibuat
dengan konsentrasi 10 ppm. Volumesampel
adalah1000 ml dengan pengaturan pH 6-9terlebih
dahulu.
Sampel hasil filtrasi yang sudah dipreparasi
dimasukkan dengan cara menginjeksikan ke dalam
Spektofotometer Serapan Atom (SSA) lalu diukur
serapannya pada panjang gelombang 283,3 nm.
Dan dicatat hasil pengukuran untuk kemudian
dianalisis.
Timbal di dalam air dapat dihilangkan dengan cara
pengendapan sebagai timbal hidroksida pada pH
6–9. Timbal hidroksida (Pb(OH)2) cenderung
membentuk endapan putihsehingga lebih mudah
dilakukan penyaringan (filtrasi) (Suprihatin,2010).
Pengukuran pH dilakukan saat sampel uji sebelum
dilakukan uji filtrasi dan setelah uji filtrasi.
Pengukuran oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen)dilakukan pada sampel sebelum dan
sesudah difiltrasi. Pengukuran dilakukan secara
potensiometri dengan menggunakan alat DOmeter.

kapasitas kemampuan media filter cangkang kerang


darah dalam menurunkan kadar timbal
menunjukkan hasil Persentase penyisihan kadar
timbal (Pb) pada ketebalan 4 cm sebesar 97,73%,
pada ketebalan 6 cm sebesar 98,91 % dan pada
ketebalan 8 cm sebesar 99,21%. penyisihan kadar
timbal (Pb) dengan masing-masing ketebalan media
filter menunjukkan bahwa ketebalan media filter
berbanding lurus dengan kadar timbal setelah
difiltrasi. Semakin tebal lapisan media filter, maka
semakin besar persentase penyisihan kadar logam
berat timbal (Pb). Hal ini menunjukan bahwa
cangkang kerang darah mempunyai daya serap yang
cukup baik terhadap penurunan kadar timbal (pb).

Sudarmawan dkk, ABU CANGKANG Kemampuan daya serap abu cangkang kerang
2020 KERANG terhadap logam berat yang dilihat dari variasi logam
ANADARA berat terlihat bahwa pemberian abu cangkang
GRANOSA, kerang mempengaruhi daya serap logam berat.
LINNAEUS 1758 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kemampuan
(bivalvia: arcidae) daya serap abu cangkang kerang terhadap
SEBAGAI penyerapan logam 25 g/L dengan waktu kontak
ADSORBEN optimum 24 jam terlihat bahwa logam besi (Fe)
LOGAM BERAT diperoleh daya serap sebesar 38,7%, seng (Zn)
DALAM AIR LAUT diperoleh daya serap sebesar 94,5%. Penyerapan
optimal diperoleh pada logam berat mangan (Mn)
sebesar 100%. Dapat disimpulkan bahwa abu
cangkang andara granosa cukup baik dalam
penjerapan terhadap logam berat diperairan
morosari demak.
La Ifa dkk, 2018 PEMANFAATAN Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan
CANGKANG cangkang kerang dan cangkang kepiting sebagai
KERANG DAN adsorben untuk menyerap ion logam Cu, Pb, dan Zn
CANGKANG
dalam air limbah industry pertambangan. Percobaan
KEPITING
SEBAGAI dilakukan dalam skala laboratorium menggunakan
ADSORBEN proses batch. Menurut Awang-Hazmi dkk (2005),
LOGAM Cu, Pb dan limbah cangkang kerang mengandung kalsium
Zn PADA LIMBAH karbonat yang tinggi yakni sebesar 98% yang
INDUSTRI berpotensi untuk dimanfaatkan.
PERTAMBANGAN Proses pembuatan abu cangkang cangkang kerang
EMAS
dan kepiting diawali dengan pemisahan daging
yang melekat pada cangkang, lalu dicuci dan
dikeringkan, kemudian cangkang kerang dan
kepiting diperkecil ukurannya dengan cara
ditumbuk dengan ukuran ±3-5 cm. Cangkang yang
sudah bersih dan kering dikalsinasi menggunakan
ashing furnace pada suhu 800°C selama ±9 jam.
Abu didingkan dalam desikator selama 30 menit,
kemudian diayak dengan ayakan 200 mesh.

Abu cangkang kerang dan cangkang kepiting


masing-masing di timbang sebanyak 10 g, 20 g, dan
30 g kedalam gelas kimia,kemudian di tambahkan
sample limbah yang telah diketahui kosentrasinya
sebanyak 100 ml. Campuran diaduk dan di diamkan
selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas
saring whattman. Filtratnya dianalisis dengan
spektrofotometer serapan atom (SSA).

Tahap penelitian pendahuluan merupakan


pemeriksaan air limbah dari industri pertambangan
emas yaitu meliputi pengukuran kadar logam Cu,
Pb, dan Zn dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom (AAS). Limbah di ambil sebelum
masuk ke proses detox pada perusahaan, dimana
limbah tersebut merupakan sisa dari proses leacing
sianida pada batuan yang mengandung biji emas
dan logam lainnya. Hasil pengukuran ini menjadi
pembanding daya serap cangkang terhadap logam
Cu, Pb, dan Zn. Hasil pengukuran kadar logam Cu,
Pb dan Zn pada limbah industri pertambangan emas
menggunakan spektrofotometer serapan atom
(SSA) yaitu: Cu 54,24 ppm, Pb 61,70 ppm, dan Zn
57,93.

Dari hasil analisa menunjukan semakin berat abu


cangkang kepiting maka konsentrasi logam dari
limbah makin menurun, hal ini disebabkan dari
proses aktivasi cangkang kepiting yang bertujuan
untuk memperbesar ukuran dan distribusi pori serta
memperluas permukaan adsorben dengan proses
heat treatment pada temperatur 800 – 1200 C.
sehingga semakin berat abu cangkang kepiting
maka semakin banyak CaO berbanding lurus
dengan semakin banyak logam yang di serap.
Semakin berat abu cangkang kerang maka
konsentrasi logam dari limbah makin menurun, hal
ini disebabkan dari proses aktivasi cangkang kerang
yang bertujuan untuk memperbesar ukuran dan
distribusi pori serta memperluas permukaan
adsorben dengan proses heat treatment pada
temperatur 800 – 1200 C. sehingga semakin berat
abu cangkang kerang maka semakin banyak CaO
berbanding lurus dengan semakin banyak logam
yang di serap.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa


cangkang kepiting memiliki daya serap lebih tinggi
terhadap logam Cu, Pb dan Zn dengan persentasi
rata-rata Cu 99,75%, Pb 73,93% dan Zn 99,38%.
Cangkang kerang memiliki daya serap lebih rendah
terhadap logam Cu, Pb, dan Zn dengan persentasi
rata-rata Cu 96,39%, Pb 39,47% dan Zn 92,26%.
hal ini di sebabkan karena jumlah CaO pada abau
cangkang kepiting lebih banyak dari dari pada abu
cangkang kerang.

PENELITI JUDUL HASIL ANALISIS


Bio-adsorpsi adalah teknologi yang menjanjikan untuk
Supriya Naik, WASTE WATER menghilangkan logam berat, fluorida, pewarna tekstil
dkk (2016) TREATMENT reaktif, dan racun organik serta logam mulia dari limbah
USING SHELLS OF industri, yang semuanya memiliki efek berbahaya pada
MARINE SOURCE sistem akuatik, dan melalui proses biomagnifikasi , telah
mengakibatkan efek kesehatan yang merugikan pada
manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memastikan potensi bahan baku yang tersedia di alam
yang berlebihan dan sedikit modifikasi, dalam
menghilangkan logam berat seperti Merkuri, Kadmium,
Arsenik, Timbal, Nikel, dan juga fluorida dan pewarna,
sehingga memungkinkan bio-adsorben yang baru dan
lebih baik ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi.

Cangkang kerang, cangkang tiram dan cangkang


kepiting dikumpulkan.kemudian dicuci bersih
menggunakan air dan dijemur kurang lebih 8-10 jam.
100 gms tiap jenis cangkang dihancurkan secara terpisah
menggunakan lesung dan alu untuk membentuk
potongan-potongan kecil kemudian ditenagai
menggunakan mixer. Serbuk cangkang kerang (BP),
serbuk cangkang tiram (OP), dan serbuk cangkang
rajungan (CP) diayak menggunakan saringan halus dan
disimpan terpisah.

0,1 gram berbagai pewarna seperti pewarna merah


asam, pewarna biru tong, pewarna reaksi merah muda,
pewarna oranye ditimbang dalam 100 ml air suling
untuk membuat larutan pewarna. Maksimal optik
semua pewarna ditentukan dengan menggunakan
colorimeter. 100 ml berbagai larutan stok logam, yaitu
Timbal, Merkuri, Nikel, kadmium dan arsen disiapkan
dengan konsentrasi masing-masing 100 ppm. Semua
larutan disiapkan dalam air suling ganda. Fokus utama
dalam penelitian ini adalah untuk menilai masa hidup
masing-masing adsorben yang dikemas dalam kolom
untuk dianalisis berapa kali jumlah adsorben tertentu
dapat digunakan sebelum menjadi jenuh. Semua
sampel dari semua uji coba disiapkan untuk analisis
AAS.

CP menunjukkan efisiensi adsorpsi yang lebih baik


secara keseluruhan dibandingkan dengan BP dan OP.
Ini menunjukkan penghilangan 100% untuk semua
logam yang diteliti kecuali untuk Arsenik yang
menunjukkan penghilangan 85%. Pada penilaian siklus
hidup adsorben CP menunjukkan efisiensi 100% dalam
adsorpsi logam bahkan setelah melewati 10 volume
bed larutan logam. CP sebagai bio-adsorben tidak
menunjukkan saturasi bahkan setelah 10 lintasan yang
hanya dapat diartikan bahwa CP belum mencapai
saturasi dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam
penghilangan logam sehingga membutuhkan
konsentrasi toksikan yang jauh lebih tinggi untuk
mencapai titik jenuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa
bedengan dapat digunakan kembali beberapa kali
sebelum menghadapi kebutuhan regenerasi. BP dan OP
menunjukkan penghilangan 98% hingga 99% untuk
semua logam kecuali arsenik dimana BP menunjukkan
penghilangan 91% dan OP menunjukkan penghilangan
85%. Dalam penilaian siklus hidup, BP dan OP
menunjukkan penghilangan 100% untuk Kadmium dan
Timbal untuk semua 10 siklus. Mereka menunjukkan
saturasi 50% untuk Nikel dan Merkurius untuk siklus
ke-10. Arsenik menunjukkan saturasi 100% untuk
siklus ke-5 itu sendiri.
Nadeem Potential For Untuk meningkatkan kualitas limbah sebelum dibuang,
Yasir, 2018 Treatment Of diperlukan penanganan lebih lanjut. Untuk
Household menghilangkan fosfor, berbagai jenis bahan penyerap
Wastewater By fosfor seperti Leca, Filtralite P, batu kapur, kerang,
Using Waste pasir kerang dll tersedia di pasar. Di Pulau Frøya,
Seashells As a kebanyakan rumah tunggal menggunakan sistem
Biofilter Media pengolahan air limbah terdesentralisasi (di tempat)
yang terdiri dari tangki septik. Karena itu, Kota Frøya
berencana untuk memperbarui sistem pengolahan air
limbah yang ada di seluruh pulau dengan
menggunakan bahan filter yang tersedia secara lokal.

Tiga jenis cangkang laut (biru, tiram dan cangkang


kerang) dicuci dengan akuades dan dikeringkan pada
suhu kamar selama 24 jam. Kulit kerang telah
dihancurkan dengan penggunaan lesung dan alu.
Cangkang yang telah dihancurkan dipisahkan dalam
tiga ukuran yang diinginkan yaitu 0-2mm, 2-4mm dan
4-8mm dengan menggunakan saringan set dan dikemas
dalam kantong plastik yang diberi tanda nama
cangkang dan ukuran butiran partikel.

Untuk menganalisis adsorpsi fosfor diambil sampel 3


gram untuk ukuran 0-2 dan 2-4 mm sedangkan sampel
5 gram untuk ukuran 4-8 mm diambil dalam botol kaca
100 ml. Ditambahkan 75ml dan 100 ml larutan P
dalam botol sampel 3 gram dan 5 gram, masing-
masing. Konsentrasi larutan adalah 330 ppm.
Pengocok suspensi digunakan selama 24 jam. Larutan
yang disaring dan kadar fosfor diukur dengan
spektrofotometer sebagai PO4-P. Teradsorpsi P diukur
dengan menghitung perbedaan antara P dan P yang
ditambahkan dalam larutan setelah penyaringan.
Eksperimen terdiri dari dua pengaturan eksperimental
batch. Satu pengaturan diatur untuk analisis kosong; di
mana setiap sampel cangkang diolah dengan air suling.
Sedangkan yang kedua untuk reaksi adsorpsi, dimana
sampel cangkang diberi perlakuan 330 ppm Larutan
fosfor Kalium dihidrogen fosfat (KH.2PO4). Untuk
mendapatkan hasil yang lebih andal, set-up kedua
dibuat menjadi 3 ulangan.

Hasil analisis blanko menunjukkan nilai yang sangat


rendah. Oleh karena itu, nilai-nilai ini tidak
dipertimbangkan saat menghitung hasil akhir reaksi
adsorpsi. Hasil percobaan batch menunjukkan bahwa
cangkang tiram memiliki kapasitas serapan maksimum
dan cangkang biru memiliki kapasitas serapan
minimum masing-masing 7100 mg / kg dan 520 mg /
kg. Secara komparatif, cangkang kerang mewakili
kapasitas serapan yang kurang lebih sama seperti
cangkang tiram, yaitu 6650 mg / kg. Selain itu, ukuran
yang lebih kecil (0-2 mm) dari semua cangkang laut
menunjukkan maksimum sedangkan ukuran yang lebih
besar (4-8 mm) menunjukkan kapasitas serapan
minimum. Oleh karena itu, berdasarkan hasil ini
menyimpulkan bahwa cangkang tiram dan cangkang
biru memiliki potensi yang jauh lebih tinggi untuk
menghilangkan fosfor dari air limbah rumah tangga
daripada cangkang biru.
Luo Hongbing WASTE OYSTER Muara telah digambarkan sebagai salah satu
et al, 2013 SHELL AS A KIND lingkungan paling sulit di Bumi. Sulit untuk
OF ACTIVE mengetahui cara mengolah air limbah gabungan di
sungai pasang surut di muara, yang situasinya sangat
FILTER TO TREAT
berbeda dengan sungai air tawar biasa. Limbah
THE COMBINED cangkang tiram digunakan sebagai pengisi aktif dalam
WASTEWATER AT penelitian ini di tangki oksidasi kontak biologis untuk
AN ESTUARY mengolah air limbah gabungan di Sungai Pasut
Fengtang.

Cangkang tiram bekas digunakan sebagai penyaring


aktif untuk mengolah air limbah gabungan dari sungai
pasang surut. Cangkang tiram limbah dari pantai Kota
Shenzhen di Cina mempertahankan bentuk aslinya dan
tidak hancur total. Parameter fisik cangkang tiram
adalah sebagai berikut: true density 1275 kg / m3;
kepadatan curah 291 kg / m3; porositas 77%; luas
permukaan spesifik 1210 m2 / m3.

Dengan skala eksperimen menengah 360 m3 / hari,


efisiensi rata-rata penyisihan COD, BOD, NH3-N, TP
dan TSS masing-masing adalah 80,05%, 85,02%,
86,59%, 50,58% dan 85,32% di bio- proses oksidasi
kontak. Mikroba yang hidup pada biofilm pada limbah
cangkang tiram pada tangki oksidasi bio-kontak ini
terutama terdiri dari spesies zoogloea, protozoa dan
mikro-metazoa. mengungkapkan bahwa cangkang
tiram limbah sebagai pengisi merupakan bahan yang
cocok untuk degradasi air limbah gabungan. Metode
pengolahan limbah cangkang tiram sebagai penyaring
aktif ini kemudian diaplikasikan di areal percobaan
mangrove untuk perbaikan kualitas air di sekitar areal
percobaan, dengan volume perawatan 5 × 103 m3 /
hari. Proyek lain juga berhasil diterapkan di lahan
basah yang dibangun, dengan volume pengolahan air
limbah 1 × 103 m3 / hari. Oleh karena itu, teknologi ini
layak dan dapat dengan mudah diterapkan dalam skala
yang lebih besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah cangkang kerang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif koagulan alami dalam
proses penjernihan air limbah
2. Bagaimana profil limbah industri di PT.Inalum
3. Berapa konsentrasi TDS yang dapat direduksi dengan menggunakan metodologi media
filtrasi menggunakan cangkang kulit kerang
1.3 Tujuan Penelitian
1. untuk menganalisa kemampuan cangkang kulit kerang sebagai media filter terhadap
efesiensi penurunan konsentrasi TDS dalam limbah cair sehingga memungkinkan air
tersebut untuk digunakan pada aktivitas yang lain.
2. Menguji efektivitas prototype karbon dan kalsium dari cangkang kerang untuk
penyediaan bahan filter air limbah.
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik cangkang kerang bulu sebelum dan setelah
digunakan sebagai adsorben air limbah.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Peneliti
Memperoleh informasi mengenai pengaruh variasi volume dan komposisi bahan
absorbent berupa karbon aktif dari cangkang kerang, pasir silika, dan zeolit, eco-enzym,
bambu pada penyaringan limbah PT.INALUM terhadap kadar fosfat, besi, TDS, dan pH
dan cangkang kerang sebagai koagulan alami dalam penjernihan air limbah.

2. Lembaga
Memperoleh informasi tentang kadar fosfat, besi, dan logam terhadap limbah
PT.INALUM setelah dan sebelum penyaringan sebagai indikasi penyerapan karbon aktif
cangkang kulit kerang, pasir silika, zeolit, eco-enzym, bambu dalam komposisi yang
bervariasi.
3. Mahasiswa
Sebagai salah satu bahan kajian bagi mahasiswa atau peneliti lain untuk penelitian
selanjutnya baik yang hanya berkaitan tentang karbon aktif cangkang kulit kerang, pasir
silika, zeolit, eco-enzym, bambu kadar fosfat, besi, pH, dan TDS pada proses maupun
usaha penjernihan air limbah
4. Masyarakat
Menyumbang wawasan dan pengetahuan tentang manfaat karbon aktif cangkang kulit
kerang,pasir silika, zeolit, eco-enzym, bamboo sebagai bahan absorbent dalam upaya
penjernihan limbah cair.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah Industri
Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu dan dibuang secara terus menerus akan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan, baik pada di daerah penghasil
limbah maupun diluarnya. Contoh yang sering terjadi adalah tercemarnya daerah pantai karena
bermuaranya sungai-sungai yang tercemar pada daerah tersebut. Selain limbah domestik juga
meningkatnya jumlah industri akan meng-akibatkan akan semakin memperberat masalah
lingkungan. Ada beberapa pola yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Pertumbuhan Sektor Industri. Dengan semakin mengandalkan sektor industri untuk
menopang pertumbuhan ekonomi maka, nilai tambah dari “manufakturing” diperkirakan
akan berlipat 13 kali dan limbah yang dihasilkan berlipat 10 kali.
b. Adanya pergeseran jenis industri dari sektor pengolahan bahan baku ke sektor asembling.
Walaupun hal ini akan mengurangi intensitas polutan tradisional, tetapi polutan yang bersifat
bioakumulatif dan toksis sebaliknya akan meningkat. untuk pengelolaan air limbah pun harus
mengikuti prinsip-prinsip yang berkesinambungan. Satu prinsip umum dari pembangunan yang
berkesinambungan adalah pencerminan kehendak terus-menerus meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan kemakmuran rakyat. Perlu juga dipertimbangkan secara matang adalah faktor “biaya”
dari usaha pengelolaan air limbah. Dengan mencapai tujuan, diperlukan strategi pengelolaan
limbah yang terintegrasi antara minimasi dengan cara seefisien mungkin, peningkatan pelayanan,
dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. Instrumen pasar, mempunyai peran penting
dalam mencapai tujuan seefisien mungkin.
Dalam hal pengolahan limbah industri, pada saat ini tidak terdapat data yang cukup untuk
memperkirakan persentasi limbah industri yang diolah. Namun, diperkirakan 25-50% dari beban
organik di sungai berasal dari industri besar. (supriyanto,2000)

2.2 Kualitas Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air mengelompokkan Klasifikasi mutu air
ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yangsama dengan kegunaan
tersebut

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tanggal 14 desember 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air:

Tabel 2.2 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

Kelas
Logam I II III IV
Mg/L Mg/L Mg/L Mg/L
Kadmium (Cd) 0.01 0.01 0.01 0.01
Tembaga (Cu) 0.02 0.02 0.02 0.2
Seng (Zn) 0.05 0.05 0.05 2
Timbal (Pb) 0.03 0.03 0.03 1
Besi (Fe) 0,3 (-) (-) (-)

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan


kualitas air minum
Kadar maksimum
Kadium (Cd) = 0,003 mg/L
Flourida (F-) = 1,5 mg/L
Arsen = 0,01 mg/l (klas 1=0,05 mg/l)
Air raksa = 0,001 mg/l (klas 1= 0,001 mg/l

2.3 Kerang Bulu


Kerang bulu merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam Filum Mollusca dan
kelas Bivalvia. Warna dari kerang ini adalah cokelat gelap. Ciri khas dari kerang bulu ini adalah
mulutnya yang terdiri dari palpus-palpus, dan melimpah pada substrat berlumpur.

Kerang bulu mempunyai 2 keping cangkang yang tebal. Cangkang sebelah kiri saling
menutup dengan cangkang sebelah kanan. Setiap cangkang mempunyai 20-21 lingkaran
kehidupan dan setiap lingkaran kehidupan dimulai pada bagian ventral sampai bagian dorsal serta
mempunyai duri-duri kecil dan pendek. Kerang dari family Arcidae ini mempunyai cangkang
yang berbentuk hampir bulat. Lapisan periostrakum yang menutupi bagian luar cangkang
berwarna coklat kehitaman. (Rachmawati, )

Gambar 1 Kerang Bulu (Sumber : Internet)

Cangkang kerang mengandung komposisi mineral yang tinggi. Kandungan mineral


tersebut terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3) dan karbon, Mg, Na, P, K dan lain-lain. Adapun
persentase komposisi mineral paling tinggi adalah kandungan gabungan kalsium karbonat
CaCO3 dan karbon yaitu 98,7% sedangkan sisanya 1,3% adalah kandungan mineral berupa Mg,
Na, P, K dan lain-lain. Senyawa kalsium karbonat CaCO3 secara fisik mempunyai pori-pori
sehingga mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi atau menjerap zat-zat lain kedalam pori-
pori permukaanya sehingga cangkang kerang darah dapat dimanfaatkan sebagai media adsorben
pada filter karena kemampuanya dalam menyerap partikel, koloid, dan logam berat.
Hal ini membuktikan bahwa cangkang kerang dapat menjerap logam berat telah diteliti
karakteristik dari cangkang kerang darah sebelum digunakan sebagai adsorben mengandung Ca,
C, O danNa. Setelah digunakan adsorben. terdapat kandungan logam berat yaitu Pb, Cu, dan Zn.
Dalam penelitian ini kapasitas maksimum cangkang kerang darah mengadsorpsi logam berat
Pb2+, Cu2+, dan Zn2+ diperoleh berturut-turut sebesar 125 mg/g ; 38,462 mg/g dan 200 mg/g
(Millatisilmi, 2020)
Kerang mengandung 66,70 % kalsium Karbonat, 7,88 % SiO2, 22,28 % MgO, dan 1,25
% Al2O3. Kandungan kalsium karbonat yang tinggi membuat cangkang kerang dapat digunakan
sebagai penjernih air. Kalsium karbonat pada kerang mampu membersihkan air, bahkan dapat
mengurangi kadar besi, mangan dan logam lainnya (Sari,2013)
Pada penelitian terdahulu telah meneliti bahwa cangkang kerang darah mampu menyerap
ion timah putih hingga 53,113% pada konsentrasi 30 ppm/jam (Afranita, dkk, 2012). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan (Wahyudianto, 2016) juga telah menunjukkan bahwa cangkang kerang
darah dapat menyerap logam Pb2+ dengan kapasitas maksimum sebesar 125 mg/g dengan
metode adsorpsi dimana adsorben diaktivasi secara kimia dan fisika.
Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan oleh (maryam, 2006) terhadap serbuk
cangkang kerang yang hasilnya cukup baik menjerat logam berat, pada penelitian ini ingin
melihat potensi cangkang kerang dalam bentuk lain, yaitu abu cangkang kerang terdiri atas
senyawa yaitu 7,88% SiO2,1,25% Al2O3, 0,03% Fe2O3, 66,70 CaO, dan 22,28% MgO (Maryam,
2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Ifa dkk, 2018) bahwa penggunaan
abu cangkang kerang sebagai adsorben logam Cu, Pb dan Zn pada limbah industri pertambangan
emas menunjukkan hasil penelitian semakin berat abu cangkang kerang maka semakin banyak
kandungan CaO sehingga semakin banyak logam Cu,Pb,dan Zn yang diserap dengan persentasi
rata-rata Cu 96,39%, Pb 39,47% dan Zn 92,26%.

2.4 Karbon Aktif


Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori yang mengadung (85-95)% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi.
Karbon aktif adalah suatu bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan
yang mengadung karbon melalui proses tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya.
Sebagian dari pori-porinya masih tertutup hidrokarbon, tar, dan senyawa organik lain.
Komponennya terdiri dari karbon terikat (fixed carbon), abu, air, nitrogen, dan sulfur.
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorf yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan
yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif bersifat hidrofobik, yaitu molekul pada
karbon aktif cenderung tidak bisa berinteraksi dengan molekul air. Karbon aktif diperoleh dengan
proses aktivasi. Proses aktivasi merupakan proses untuk menghilangkan zat-zat pengotor yang
melapisi permukaan arang sehingga dapat meningkatkan porositas karbon aktif. Luas permukaan
(surface area) adalah salah satu sifat fisik dari karbon aktif. Karbon aktif memiliki luas
permukaan yang sangat besar 1,95 x 106 m2 kg-1, dengan total volume pori-porinya sebesar
10,28 x 10-4 m3 mg-1 dan diameter pori rata-rata 21,6 Å, sehingga sangat memungkinkan untuk
dapat menyerap adsorbat dalam jumlah yang banyak. (Aliaman, 2017)
Menurut penelitian (Ali dkk, 2019) karbon aktif sebagai adsorben mampu menurunkan
kadar Pb dengan persentase adsorben 25% (m/v) terjdi penurunan kandungan Pb dari 8.02 mg/L
menjadi 0.239 mg/L. oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan pengolahan air limbah
dengan proses adsorpsi menggunakan karbon aktif.

2.5 Kalsium Oksida (CaO)


Kalsium oksida (CaO) dikenal sebagai karbon dioksida (CO2 yang efisien adsorben) dan
pemisahan CO2 Dari aliran gas menggunakan adsorben berbasis CaO banyak digunakan dalam
proses pemurnian gas terutama pada reaksi suhu tinggi. CaO biasanya diproduksi melalui
dekomposisi termal sumber kalsium karbonat (CaCO3) seperti batu kapur yang diperoleh melalui
penambangan dan penggalian bukit batu kapur.
kerang Kerang laut mengandung 95-99% berat CaCO3 yang memungkinkannya
diterapkan untuk sejumlah tujuan, proses dekomposisi cangkang kerang dilambangkan dengan
dekomposisi CaCO3. Melalui proses dekomposisi termal yang dikenal sebagai kalsinasi, CaCO 3
dapat diubah menjadi CaO yang digunakan dalam industri dan praktek sehari-hari seperti dalam
pengolahan air limbah dan limbah, produksi kaca, bahan bangunan, pertanian dan banyak lagi.
CaO juga telah digunakan sebagai bahan dasar untuk menyerap karbon dioksida, CO 2,
Teknologi CO2 yang ada adsorben seperti menggunakan adsorben berbasis amina, karbon aktif,
dan molecular sieve hanya dapat menahan proses suhu rendah (40 ° C-160 ° C). Sebaliknya, batu
kapur dan dolomit adalah tahan terhadap proses suhu tinggi (500 ° C-1000 ° C) selain dapat
diregenerasi dan dipertahankan ke sejumlah CO2 siklus adsorpsi dan kalsinasi. CaCO3 (s)↔CaO
(s) + CO2 (g).
kinetika kalsinasi dipersulit oleh tiga faktor yaitu konsentrasi CO2, ukuran partikel dan
juga pengotor. Kalsinasi menyukai suhu tinggi karena merupakan reaksi endotermik dan
membutuhkan tekanan dekomposisi CaCO3 yang rendah untuk mendorong reaksi kesetimbangan
ke depan. Tekanan atmosfer dapat menghindari resistansi dari resistansi perpindahan massa
eksternal. Studi sebelumnya menemukan bahwa tekanan atmosfer dapat dicapai ketika suhu
kalsinasi mencapai 800-900 ° C. Selain itu,resistansi yang diperkenalkan oleh ukuran partikel
sampel dapat dihindari dengan memiliki ukuran sampel dalam kisaran milimeter atau
mikrometer. Namun, sejauh mana pengaruh ukuran partikel tidak pasti karena juga tergantung
pada kondisi kalsinasi seperti suhu, laju aliran dan atmosfer kalsinasi. (Mohamed dkk, 2012)
CaO umumnya dibuat melalui dekomposisi termal mineral kalsit yang mengandung
kalsium karbonat (CaCO3) pada suhu tinggi menghasilkan kapur (CaO) dan membebaskan
karbon dioksida (CO2) (Royaniel at., 2016). Proses memperoleh CaO dari berbagai sumber
bahan baku akan menghasilkan CaO dengan luas permukaan dan kebasaan yang berbeda. (Hanif
Mahfud, 2020) 4311

2.6 Zeolit dan Pasir Silika


Ditinjau dari struktur kristalnya, partikel koloid ada yang berbentuk kristal ada yang
berbentuk amorf, zeolite termasuk ke dalam kelompok amorf. Zeolit adalah aluminosilikat yang
terhidrasi. Di alam tersedia banyak dalam bentuk yang ditambang untuk berbagai keperluan
termasuk sebagai absorben yang baik. Silika, karbon, dan zeolit termasuk partikel yang berpori
dan memiliki rongga. Pori dan rongga memungkinkan terjadinya proses absorpsi atau serapan,
bahkan pada dinding pori dan rongga dimungkinkan terjadi absorpsi atau serapan partikel lain
yang jauh lebih kecil. Di dinding pori dan rongga itu pula dimungkinkan terjadi pertukaran ion
antara pasangan ion yang ada pada dinding dan ion-ion yang ada didalam larutan (Aliaman,
2017). Zeolit alam (seperti klinop tilolit) dapat menawarkan perlindungan lingkungan dengan
menghilangkan logam melalui penyerapan dan mengikat elemen beracun karena kapasitas
pertukaran ionnya yang luar biasa. (Hongbing Luo et al, 2013)

2.7 Eco-Enzym
Ecoenzyme atau dalam Bahasa Indonesia disebut ekoenzimmerupakan larutan zat organik
kompleks yang diproduksi dari proses fermentasisisa organik, gula, dan air. Cairan Eco-enzym
ini berwarna coklat gelap dan memiliki aroma yang asam/segar yang kuat (M. Hemalatha, 2020).
Bermula dari penemuan Dr. Rosukon Poompan vong, seorang peneliti dan pemerhati lingkungan
dari Thailand. Inovasi ini memberikan distribusi yang cukup besarbagi lingkungan.Dr.Rosukon
juga merupakan seorang pendiri Asosiasi PertanianOrganik Thailand (Organic Agriculture
Association of Thailand) yang bekerjasamadengan petani di Thailand bahkan Eropa dan berhasil
menghasilkan produkpertanian yang bermutu tetapi ramah lingkungan. Dari usaha dan inovasi
yang dilakukan ini, ia dianugerahi penghargaan oleh FAO Regional Thailand pada tahun 2003.
Kegunaan Eco-EnzymeSelama proses fermentasi, berlangsung reaksi :
CO2+ N2O+ O2→ O3+ NO3+ CO3
Setelah proses fermentasi sempurna, barulah eco-enzyme (likuid berwarna coklat gelap)
terbentuk. Hasil akhir ini juga menghasilkan residu tersuspensi di bagian bawah yang merupakan
sisa sayur dan buah. Residu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Sedangkan likuid eco-
enzyme itu sendiri, dapat dimanfaatkan sebagai:
1. Pembersih lantai, sangat efektif untuk mebersihkan lantai rumah.
2. Disinfektan, dapat digunakan sebagai antibakteri di bak mandi.
3. Insektisida, digunakan untuk membasmi serangga (dengan mencampurkan ezim dengan air
dan digunakan dalam bentuk spray).
4. Cairan pembersih di selokan, terutama selokan kecil sebagai saluran pembuangan air kotor.
Pembuatan enzim ini juga memberikan dampak yang luas bagi lingkungan secara global
maupun ditinjau dari segi ekonomi. Ditinjau manfaat bagi lingkungan, selama proses fermentasi
enzim berlangsung,dihasilkan gas O3 yang merupakan gas yang dikenal dengan sebutan ozon.
Sebagaimana diketahui jika satu kandungan dalam Eco Enzyme adalah Asam Asetat (H3COOH),
yang dapat membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan kandungan Enzyme itu sendiri
adalah Lipase, Tripsin, Amilase dan Mampu membunuh /mencegah bakteri Patogen. Selain itu
juga dihasilkan NO3 (Nitrat) dan CO3 (Karbon trioksida) yang dibutuhkan oleh tanah sebagai
nutrient. Dari segi ekonomi, pembuatan enzim dapat mengurangi konsumsi untuk membeli cairan
pembersih lantai atau pun pembasmi serangga (Rochyani dkk, 2020).
Eco-enzyme terbuat dari sisa buah atau sayur, air, gula (gula merah, molasses).
Pembuatannya membutuhkan kontainer berupa wadah yang terbuat dari plastik, penggunaan
bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat menyebabkan wadah pecah akibat
aktivitas mikroba fermentasi. Tambahkan 10 bagian air ke dalam kontainer (isi 60% dari isi
kontainer). Kemudian tambahkan 1 bagian gula (10% dari jumlah air) dan masukkan 3 bagian
dari sampah sayuran atau buah-buahan hingga mencapai 80% dari kontainer. Setelah itu tutup
kontainer selama 3 bulan dan buka setiap hari untuk mengeluarkan gas selama 1 bulan pertama
(Ahmadun, Sylvia, 2010).
Menurut joko (Tim Sosialisasi & Komunitas Eco-Enzyme Nusantara) keberhasilan
penerapan eco-enzyme dan mampu menjernihkan air ini sudah trbukti di sungai yang ada di
Taiwan. Sementara untuk Indonesia sudah di terapkan di waduk air di Batam. Eco-enzym dapat
digunakan menjernihkan air. Dampaknya bisa mencapai 2 km dari jarak penuangan Eco-enzyme.
Dalam sekali penuangan sebanyak 12 150 kali liter cairan eco-enzyme. Uji coba di batam
dilakukan pada air yang tidak mengalir atau waduk. Di luar negeri, Taiwan sudah menerapkan
daan berhasil. Penuangan harus dilakukan rutin setiap minggu. (Sumber: Bali Express)

2.8 Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan teknologi untuk pemisahan padatan dari air limbah
dengan laju aliran tertentu yang melewati media berpori yang hanya bisa digunakan oleh air
limbah. Prinsip dasar filtrasi adalah menggunakan laju aliran air limbah yang melewati media
filtrasi yang dapat meningkatkan kualitas air limbah yang sebelum dibuang ke badan perairan.
Teknologi penyaringan dibedakan menjadi dua kategori umum, yaitu konvensional dan non
konvensional. Penggunaan teknologi filtrasi ini tergantung pada tujuan pengolahan air dan pre
treatment yang dilakukan pada air baku sebagai influen filter. (Millatisilmi, 2020)

2.9 TDS (Total Dissolved Solid)


Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air layak konsumsi adalah
kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau total kandungan unsur mineral dalam air. Menurut
Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar TDS yang
diperbolehkan adalah 500 mg/l.
Air yang mengandung TDS tinggi, sangat tidak baik untuk kesehatan manusia. Mineral
dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Bila terlalu banyak mineral nonorganic di dalam
tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh
yang berakibat tersumbatnya bagian tubuh. Misalnya bila mengendap di mata akan
mengakibatkan katarak, bila di ginjal akan mengakibatkan batu ginjal atau batu empedu, di
pembuluh darah akan mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke
dan lain-lain (Aliaman, 2017)
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid (TDS) adalah
terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di dalam air. Sebagai contoh
adalah air permukaan apabila diamati setelah turun hujan akan mengakibatkan air sungai maupun
kolam kelihatan keruh yang disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air, sedangkan
pada musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga tidak kelihatan
oleh mata telanjang (Nicola, 2015).
Parameter untuk mengukur tingkat air limbah digolongkan menjadi lima bagian, yaitu
fisika, kimia anorganik, biologi, radioaktivitas, dan kimia organik
1) Parameter Fisika : temperature, TDS, TSS
2) Parameter Kimia Anorganik : pH, BOD, COD, DO, kandungan P, Co, As, Ba, B, Pb, Cu,
dan sebagainya.
3) Parameter Biologi : jumlah coli-form

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan maret sampai selesai di PT.INALUM Desa Kuala Tanjung Kec.
Sei Suka Kab. Batu Bara. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen. Tahap
pertama adalah observasi dan pengambilan sampel di PT.INALUM. Tahap kedua adalah proses
penelitian berupa sintesis dan karakterisasi Karbon aktif dan CaO dari kerang bulu di
laboratorium FMIPA USU, kemudian proses pembuatan prototype media filter air, selanjutnya
pengujian kejernihan air limbah dari sampel yang diambil di PT.INALUM menggunakan
prototype yang dibuat.

3.2 Persiapan sampel cangkang kerang darah


Sampel yang digunakan adalah limbah cangkang kerang darah yang dimanfaatkan sebagai
sumber kalsium, yang di ambil secara acak (random sampling) dari pasar atau pedangan kaki
lima, kota medan.

3.3 Alat dan Bahan


1. Untuk proses sintesis CaO dari kerang darah, maka alat yang akan digunakan adalah oven,
palu, ember, neraca analitik (Sartorius), ball mill, plastik sampel,beaker glass, gelas ukur
(pyrex), cawan petridish, pengaduk, ayakan 140 mesh, pisau, furnace. Bahan yang digunakan
adalah cangkang kerang darah. Untuk proses karakterisasi CaO maka digunakan SEM, XRD,
FTIR, dan AAS.
2. Untuk proses pembuatan prototype media filter air, alat yang akan digunakan adalah tabung
media filter/wadah akrilik bertingkat, kain, pipa, keran. Bahan media filter air yang akan
digunakan adalah serbuk CaO yang disintesis dari kerang darah, karbon aktif dari kerang
darah, pasir silica, zeolite, kerikil, ijuk.
3. Untuk proses pengujian kejernihan air, maka akan dilakukan tes COD, BOD, TSS, dan TDS
dari sampel air limbah dari PT.INALUM sebelum dan sesudah uji coba filtrasi menggunakan
prototype media filter air yang dibuat.

Flow chart Persiapan Serbuk CaO dan Karbon Aktif dari cangkang kerang
Mulai

Limbah cangkang kerang dicuci bersih

Cangkang kerang dijemur 2-3 hari

Cangkang kerang dihancurkan dengan palu

Penghalusan serbuk menjadi nanopartikel menggunakan ball mill

Diayak dengan ayakan 200


Mesh

Kalsinasi serbuk cangkang Karbonasi serbuk cangkang kerang


kerang menjadi CaO dengan menjadi Karbon Aktif dengan suhu
suhu 900oC selama 1 jam 500oC selama 1 jam

Aktivasi karbon dengan


Karakterisasi SEM-EDX, AAS, XRD
aktivasi fisika pada suhu
700oC

Karakterisasi SEM-EDX, XRD, FTIR

Selesai

Gambar 3.1 Proses pengolahan CaO dan Karbon aktif


3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Sintesis CaO dan Karbon Aktif dari limbah Cangkang kerang
1. Mengambil limbah cangkang kerang bulu di pedagang kaki lima sebanyak 5kg .
2. Mencuci dan membersihkan limbah cangkang kerang untuk menghilangkan kotoran berupa
sisa-sisa daging yang melekat
3. Mencuci cangkang kerang dengan air bersih.
4. Menjemur cakang sampai kering dan rapuh.
5. Menghancurkan cangkang kerang dengan palu hingga menjadi serpihan.
6. Menghaluskan cangkang kerang menjadi serbuk dengan menggunakan ball mill hingga
ukuran nano.
7. Proses kalsinasi serbuk cangkang kerang dengan furnace pada suhu 900oC dan selama 4
jam untuk menghasilkan serbuk CaO.
8. Proses karbonisasi serbuk tulang ikan dengan furnace pada suhu 500oC selama 1 jam untuk
menghasilkan serbuk karbon.
9. Aktivasi karbon dengan furnace pada suhu 700oC selama 1 jam.
10. Karakterisasi CaO menggunakan SEM-EDX, XRD, dan AAS. Karakterisasi Karbon Aktif
menggunakan SEM-EDX, XRD, dan FTIR.
11. Membuat Bahan Media Water Waste Treatment
12. Menguji prototype media water waste treatment

3.4.2 Uji Karakterisasi Air Limbah

Pengukuran TDS menggunakan TDS meter. Pengukuran kandungan logam berat Pb, Cu dan
Cdmenggunakan metoda Atomic Absorption Spectroscopy(AAS)dilakukan dengan cara : Sampel
diambil sebanyak 25 ml menggunakan pipet tetes.dan dimasukan ke dalam beaker glass50 ml lalu
ditambah larutan HNO3sebanyak 2,5 ml. Larutan diletakkan diatas hotplatehingga volume
sampel menjadi 10-15 ml, kemudian dipindahkan ke labu ukur 25 ml. Beaker glassdibilas
menggunakan aquades sebanyak 3 kali kemudian air hasil bilasan tersebut dimasukkan ke dalam
labu ukur 25 ml dan ditambahkan aquades hingga sampai tanda batas 25 ml.Sampel dipindahkan
ke botol plastik ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam Atomic Absorbtion Spectroscopy(AAS)
kemudian komputer akan membaca kandungan yang diinginkan dan hasil tertera pada layar
komputer.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada WWTP Inalum menggunakan


Tangki 12 ada kaporit, HCL2, NHO (Nilai TDS rendah)
Tangki 13 Penambahan kaporit, HCL(bila dibutuhkan)
Tangki 14 pengendapan di alirkan ke tangki 15
Tangki 15 ada CaO untuk menurunkan Flourit (disini Ph,rate,dan sianidanya tinggi), sianida
diturunkan pakai kaporit,jika pH-nya rendah dinaikkna dengan NaoH, kalau pHnya tinggi
diturunkan menggunakan Hcl sifatnya basa, kaporit
Tangki 16 juga ada pemberian CaO
Tangki 18 ada proses pengikatan lumpur dari CaO (sifatnya basa (ph tinggi)) menurunkan floret
(TDS <2000) di bawah ambang batas
Tangki 19
Metode penelitian yang digunakan adalah sistem batch
Perlakuan termal
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah Qisthy Millatisilmi. 2020. ECO Filter Air Memanfaatkan Cangkang Kerang Darah
(Anadara Granosa) Sebagai Media Filtrasi Untuk Menurunkan Kadar Timbale (Pb).
UII. Yogyakarta.
Budi Supriyanto. 2000. Jurnal Teknologi Lingkungan.Vol 1.No.1.Universitas Krisnadwi-
Payana
Dian Risdianto. 2007. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan Air Limbah
Industry Jamu (Studi Kasus PT.Sindo Muncul). Universitas Diponegoro.

Farida, Dasrizal, Trina Febriani. 2018. Produktivitas Air Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Air Pertanian Di Indonesia. STKIP PGRI Sumatera Barat

Sailent Rizki Sari S. 2013. Perbedaan Kemampuan Cangkang Kerang, Cangkang Kepiting
Dengan Cangkang Udang Sebagai Koagulan Alami Dalam Penjernihan Air Sumur
Di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Husna Syukrika. 2018. Keanekaragaman Bivalvia Di Perairan Kuala Tanjung Kecamatan Sei
Suka Kabupaten Batubara. Universitas Sumatera Utara. Medan
Anisa Nurdin. 2016. Preparasi Dan Karakterisasi Limbah Biomaterial Cangkang Kerang
Simping (Amusium Pleuronectes) Dari Daerah Teluk Lampung Sebagai Bahan
Dasar Biokeramik. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Rizkika, Prilanya. 2016. Analisis Eye Vision Operator Crane Pada Proses Pertukaran Anode
Guna Mengurangi Kesalahan Pengoperasian Di PT.Inalum. Universitas Sumatera
Utara. Medan
Maryam, S. 2006. Pengaruh Serbuk Cangkang Kerang Sebagai Filter Terhadap Sifat-Sifat
Dari Mortar. Skripsi. FMIPA. USU
Wahyudianto,F. (2016). Study Utilization Of Blood Cocle Shell (Anadara Granosa) Waste As
Adsorbent Pb2+, Cu2+, And Zn2+. Tesis. Surabaya: Institute Teknologi Surabaya
Afranita, G., Anita, S., & Hanifah, T.A. (2012). Potensi Abu Cangkang Kerang Darah
(Anadara granosa) sebagai Adsorben Ion Timah Putih. Pekanbaru: Kampus
Binawidya.
La Ifa, Muhammad Akbar, Ardi Fardi Ramli, Lastri Wiyani. 2018. Pemanfaatan Cangkang
Kerang Dan Cangkang Kepiting Sebagai Adsorben Logam Cu, Pb Dan Zn Pada
Limbah Industri Pertambangan Emas. Makassar. Universitas Muslim Indonesia.
Yessy Meisrilestari, Rahmat Khomaini, Hesti Wijayanti. (2013). Pembuatan aranga ktif Dari
Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivasi Secara Fisika, Kimia Dan Fisika-Kimia.
Kalimantan selatan. Universitas Lambung Mangkurat
Rahmat Mufli AAli, TryYuni Hendrawati, Iamiyati. 2019. Pengaruh Jenis Adsoerben Pada
Efektifitas Penurunan Kandungan Pb Air Limbah Recycle Aki Bekas. Jakarta.
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Humairoh Nur Chasanah, 2015. Pembuatan Komposit Gypsum Orthopedic Cast Dari Limbah
Organic (Cangkang Kerang) Efek Rasio Air-Serbuk Dan Serat-Serbuk. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya
Neny Rochyani, Rih Laksmi Utpalasari, Inka Dahliana. 2020. Analisishasilkonversi Eco
Enzyme Menggunakan Nenas (Ananas Comosus) Dan Pepaya (Carica Papayal).
Palembang: Universitas PGRI Palembang
Ahmadun, Yolanda Sylvia P. 2010. Eco-Fermentor: Alternatif Desain Wadah Fermentasi
Eco- Enzyme Untuk Mengoptimalkan Produktivitas Eco-Enzyme. ITB: Bogor Jawa
Barat
https://baliexpress.jawapos.com/read/2020/08/17/209455/gunakan-eco-enzyme-dlhk-uji-
coba-jernihkan-air-tukad-badung: Diakses pukul :
Muliatiningsih, Erni romansyah, karyanik. 2018. Pemanfaatan Limbah Bambu Sebagai
Bahan Filtrasi Untuk Mengunarngi Kandungan Nitrogen Total Dalam Air Buangan
Limbah Tahu. Universitas Muhammdyah Mataram: Mataram
Fendra Nicola. 2015. Hubungan Antara Konduktivitas, Tds (Total Dissolved Solid) Dan Tss
(Total Suspended Solid) Dengan Kadar Fe2+Dan Fe Total Pada air Sumur Gali.
Universitas Jember : Jember
Aliaman. 2017. Pengaruh Absorbsi Karbon Aktif & Pasir Silika Terhadap Penurunan Kadar
Besi (Fe), Fosfat (Po4), Dan Deterjen Dalam Limbah Laundry. Universitas Negeri
Yogyakarta : Yogyakarta
(Hongbing Luo et al, 2013)
Tri paus Hutapea dkk
KOKEL MUSTAKIMAH MOHAMED, SUZANA YUSUP *, SAIKAT MAITRA

Anda mungkin juga menyukai