Anda di halaman 1dari 29

PASTI KELUAR MUNGKIN KELUAR KELUAR DI ULANGAN KELUAR DI LATIHAN/QUIZ

SEJARAH: BAB 2 (PERANG MELAWAN KOLONIALISME)


I. CIRI PERLAWANAN SEBELUM ABAD 20
◆ Perlawanan bersifat lokal.
◆ Terjadi di daerah-daerah tanpa adanya koordinasi antar daerah.
◆ Tidak menggunakan organisasi, tetapi dilakukan secara berkelompok saja.
◆ Dipimpin oleh tokoh masyarakat yang disegani.
◆ Mengutamakan kekuatan senjata, namun kalah dari segi persenjataan.
◆ Mudah dipecah belah karena kurang koordinasi antara pemimpin dan bawahannya.
II. PERANG MELAWAN KESERAKAHAN KONGSI DAGANG (ABAD 16-ABAD 18)
A. Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis
● Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka.
● Serangan Portugis pada tahun tersebut memperoleh perlawanan keras dari rakyat dan gerilyawan Malaka yang
dipimpin oleh Katir.
● Pada tahun 1513, terjadi perlawanan kolonial Portugis di Malaka
● Upaya Katir bekerja sama dengan Kerajaan Demak untuk menyerang kolonial Portugis di Malaka gagal karena
kekuatan dan persenjataan Portugis yang lebih kuat.
B. Perlawanan Rakyat Minahasa terhadap Portugis (1512-1560)
● Dengan hubungan perserikatan suku-suku di Minahasa, maka mereka dapat mengusir Portugis.
● Portugis membangun beberapa benteng pertahanan di Minahasa di antaranya di Amurang dan Kema.
C. Perlawanan Rakyat Demak (1512-1527)
● Latar belakang:
➔ Monopoli bangsa Portugis di Malaka.
➔ Kerja sama antara bangsa Portugis dan Pajajaran.
➔ Perebutan Pelabuhan Sunda Kelapa.
● Perlawanan rakyat Demak dimulai sejak masa pemerintahan Raden Patah yang mengutus anaknya, Pati Unus,
untuk menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1512 dan 1513 namun gagal.
● Pada tanggal 22 Juni 1527, Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda
Kelapa menjadi Jayakarta.
D. Aceh VS Portugis dan VOC (1523-1641)
● Latar belakang:
➔ Hubungan antara Kesultanan Aceh dan bangsa Eropa (VOC/Belanda dan Inggris) yang dianggap mengancam
keberadaan bangsa Portugis di Malaka.
➔ Sikap Kerajaan Aceh di bahwa kekuasaan Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528) yang menentang kehadiran
bangsa Portugis di Malaka.
● Aceh mendapat keuntungan setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511.
➔ Banyak pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka ke Aceh.
➔ Perdagangan Aceh semakin ramai.
● Terjadi persaingan antara para pedagang Portugis dengan para pedagang Nusantara.
● Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat peragangan.
● Perkembangan Aceh dianggap sebagai ancaman sehingga Portugis ingin menyerang Aceh.
● Sultan Ali Mughayat Syah berhasil mengusir bangsa Portugis dari wilayah Aceh pada tahun 1520-an.
● Pada tahun 1523, Portugis menyerang Aceh di bawah pimpinan Henrigues.
● Pada tahun 1524, Portugis menyerang Aceh lagi dibawah pimpinan de Souza.
● Portugis mengalami kegagalan dalam menyerang.
● Kapal-kapal Portugis datang mengganggu kapal-kapal dagang Aceh untuk melemahkan perdagangannya.
● Pada tahun 1524/1525, kapal-kapal dagang Aceh diburu oleh kapal-kapal Portugis di Laut Merah untuk ditangkap.
● Penyebab perlawanan Aceh terhadap Portugis (latar belakang):
➔ Portugis dianggap sebagai saingan bagi rakyat Aceh, khususnya dalam hal perdagangan di kawasan sekitar
Selat Malaka.
➔ Portugis ingin menyebarkan agama Katholik di daerah Aceh yang mana rakyat Aceh tidak dapat menerima ini
karena mereka berasa di kerajaan Islam.
➔ Rakyat Aceh ingin mematahkan kekuatan Portugis di daerah Asia Tenggara.
● Sultan Alaudin Riayat Syah (1537-1568) berani menentang dan mengusir Portugis yang bersekutu dengan Johor.
● Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal Portugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai
persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara lain:
➔ Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan senjata, meriam, dan prajurit.
➔ Menjalin hubungan yang baik dengan Turki, Persia, dan Gujarat (India).
➔ Memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari beberapa pedagang muslim di Jawa.
➔ Meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
➔ Mendatangkan bantuan persenjataan, tentara, dan ahli dari Turki pada tahun 1567.
➔ Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.
● Aceh segera menyerang Portugis di Malaka setelah mendapatkan bantuan.
● Mulai pada tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis gagal karena Portugis mendapatkan perlawana keras
dari rakyat Aceh.
● Pada tahun 1569, Portugis menyerang balik Aceh tapi digagalkan oleh pasukan Aceh.
● Iskandar Muda berusaha mengusir Portugis dari Malaka. Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar
yang dapat mengangkut 600-800 prajurit dan menempatkan pengawas di jalur-jalur perdagangan.
● Hal-hal yang dilakukan Sultan Iskandar Muda (1607-1629):
➔ Memperkuat angkatan lautnya dengan kapal-kapal yang berisi pasukan kavaleri yang dilengkapi kuda dari
Persia.
➔ Mempersiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.
➔ Menempatkan pengawas di jalur-jalur perdagangan untuk meliputi wilayah Sumatra Timur. Pengawas
tersebut ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti Pariaman.
● Pada tahun 1629, Iskandar Muda menyerang Portugis di Malaka, namun serangan Aceh kali ini tidak berhasil
mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan antara Portugis dan Aceh semakin memburuk.
● Ketika itu Inggris dan Belanda meminta izin untuk berdadang di wilayah Aceh dan Sultan Iskandar Muda hanya kan
memberikan izin kepada salah satu diantara keduanya dengan syarat kepada siapa yang yang memberikan
keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
● Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 dan digantikan oleh Sultan
Iskandar Thani (1636-1841).
● Portugis tidak berhasil menguasai Aceh dan Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, akhirnya VOC yang
bersekutu dengan Kesultanan Johor yang mengusir Portugis dari Malaka pada tahun 1641.
● Tujuan VOC mengusir Portugis dari Malaka:
➔ Belanda ingin menguasai Malaka dari aspek politik dan ekonomi.
➔ Belanda ingin memperluas akses seluas-luasnya bagi pengusaha-pengusaha asing untuk melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
➔ Belanda ingin membebaskan pulau-pulau yang memiliki SDA yang berpotensi dari negara-negara lain
termasuk Portugis.
E. Perlawanan Maluku (1511-1805)
● Pada tahun 1511, Portugis memasuki Maluku.
● Antonio Abreu dan Francisco Serrão diperintahkan oleh Alfonso de Albuquerque untuk mencari alan ke pulau yang
dapat menjadi sumber rempah-rempah, perintahnya adalah agar awak kapal tidak membajak dan menjalin
hubungan baik dengan pribumi agar dapat memata-matainya, sebagai balasan karena jasa Portugis tersebut maka
sultan memberikan rempah-rempah.
● Pada saat Portugis datang ke Maluku, kerajaan-kerajaan Ternate dan Tidore sedang bertarung untuk merebut
kekuasaan politik di daerah Maluku dan pulau-pulau di Laut Banda.
● Ternate menang dengan meminta bantuan dari Portugis yang datang ke Maluku.
● Pada awal tahun 1512 bangsa Portugis dibawah pimpinan Antonio Abreu san Francisco Serrao di Banda dan Hitu
datang ke Maluku.
● Portugis membantu Hitu dalam menghalau serangan dari pihak Seram, Ternate.
● Setelah kapal-kapal Portugis datang ke Ternate, dibawah pimpinan Serrao sedangkan Antonio Abreu telah kembali
ke Malaka,maka Kolano Ternate menyetujui pendirian Bandar dagang dan benteng Portugis di Ternate.
● Pada tahun 1512, pihak Tidore kalah.
● Pada tahun 1513, Portugis datang lagi untuk menjalin hubungan kerja sama di bidang perdagangan (terutama
rempah-rempah) dengan Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya.
● Ternate merasa dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha
monopoli perdagangan rempah-rempah.
● Pada tahun 1521, Portugis memasuki Maluku dan berpusat di Ternate.
● Pada tahun 1521 Spanyol juga memasuki Maluku dengan berpusat di Tidore dan membantu Tidore.
● Portugis dan Spanyol bersaing dan persaingannya semakin tajam setelah Portugis bersekutu dengan Ternate dan
Spanyol bersekutu dengan Tidore.
● Pada tahun 1529, Tidore memerangi Portugis.
➔ Penyebab: kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan membebeli cengkih ke Tidore.
➔ Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan.
➔ Portugis mendapat kemenangan dan berlaku kasar terhadap penduduk Maluku dan sering mendapat
perlawanan-perlawanan rakyat.
● Pada tanggal 22 April 1529, Perjanjian Saragoza antara Portugis dan Spanyol ditandatangani. Isi dari perjanjian
tersebut adalah:
➔ Spanyol memiliki hak wilayah kekuasaan mulai dari kawasan Meksiko sampai ke arah Barat yaitu kepulauan
Filipina. Sementara itu Portugis memiliki hak wilayah kekuasaan mulai dari kawasan Brazil sampai ke arah
timur sampai ke kepulauan Maluku.
➔ Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatan di Filipina.
➔ Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.
● Dampak dari Perjanjian Saragoza:
➔ Adanya pemikiran bahwa bumi itu bulat bukan datar.
➔ Kawasan Maluku menjadi kawasan perdagangan paling terkenal.
➔ Mulai diterimanya oleh pihak kerajaan Ternate, Portugis mulai menanam kekuasaannya di Maluku terutama
dalam memonopoli perdagangan di sana.
● Pada tahun 1558, sementara Benteng Portugis di Ternate dikepung, Sultan Khairun menunjuk puterinya, Pangeran
Laulata, sebagai Salahakan (Gubernur) Ambon dan bertugas untuk memukul kedudukan Portugis di Maluku
Selatan serta menaklukkan daerah baru untuk Ternate.
● Pada tahun 1565, Sultan Khairun memimpin perlawanan terhadap Portugis.
● Latar belakang perlawanan terhadap Portugis:
➔ Portugis melakukan monopoli perdagangan.
➔ Portugis ikut campur tangan dalam pemerintahan Kerajaan Ternate dan Tidore.
➔ Portugis ingin menyebarkan agama Katholik yang bertentangan dengan agama yang telah dianut oleh rakyat
Ternate.
➔ Portugis menggunakan kegiatan misionarus sebagai penghasut sejumlah kerajaan kecil yang telah
dikristenkan untuk menentang Ternate.
➔ Portugis membenci pemeluk agama Islam karena tidak sepaham dengan mereka.
➔ Portugis sewenang-wenang terhadap rakyat.
➔ Keserakahan dan kesombongan bangsa Portugis.
● Kekuatan Portugis di Maluku Selatan berhasil diberangus pada tahun 1567.
● Portugis menjadi kewalahan dan akhirnya Gubernur Portugis di Maluku, Lopez de Mesquita, memohon damai
kepada Sultan Khairun yang kemudian disambung dengan itikad baik.
● Pada tanggal 25 Februari 1570, Sultan Khairun diundang ke Benteng Sao Paolo oleh gubernur Portugis (Lopez de
Mesquita) untuk melaksanakan perundingan.
● Saat perundingan dilaksanakan, Sultan Khairun ditangkap dan dibunuh.
● Setelah Sultan Khairun dibunuh, perlawanan terhadap Portugis dipimpin oleh Sultan Baabullah (Putra Sultan
Khairun).
● Pasukan Sultan Baabullah memusatkan penyerangan untuk mengepung benteng Gamalama di Ternate.
● Pada tahun 1575, Sultan Baabullah mengeluarkan ultimatum agar Portugis meninggalkan Ternate dalam waktu 24
jam (mereka yang memiliki istri pribumi diperbolehkan menetap).
● Pada tahun 1575, Portugis menyerah karena kehabisan bekal dan diusir dari Ternate.
● Portugis melarikan diri dan menetap di Ambon sampai tahun 1605. Tahun itu Portugis dapat diusir oleh VOC dari
Ambon dan kemudian menetap di Timor Timur.
● Pada tahun 1635, terjadi serangan sporadis dari rakyat Hitu yang dipimpin oleh Kakiali, Kapten Hitu.
Pemberontakan gagal karena ia dibunuh oleh seorang pengkhianat setempat
● Pada tahun 1646, perjuangan Kakiali dilanjutkan oleh Telukabesi dari Hitu, akan tetapi perlawanan ini berhasil
digagalkan VOC.
● Pada tahun 1650, perlawanan rakyat juga terjadi Ternate yang dipimpin oleh Kecili Saidi. Perlawanan kembali gagal
di tahun 1655 setelah sempat meluas ke Saparua dan pulau Seram. Sementara perlawanan secara gerilya terjadi
seperti di Jailolo.
● Perlawanan rakyat dipatahkan oleh VOC yang memiliki peralatan senjata lebih lengkap.
● Kewenangan VOC:
➔ Rakyat wajib menyerahkan hasil bumi berupa rempah-rempah kepada VOC.
➔ Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng, dan kopi.
➔ Rakyat wajib melakukan kerja paksa untuk kepentingan Belanda (misalnya di perkebunan-perkebunan dan
membuat garam).
➔ Guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
➔ Jumlah pendeta dikurangi sehingga kegiatan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
➔ Penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai
dengan harga sebenarnya.
➔ Diterapkannya hak ekstirpasi oleh Belanda: hak untuk menebang tanaman rempah-rempah agar harga tetap
terjaga dan ketika harga rempah-rempah di pasaran meningkat maka secara serentak diwajibkan menanam
rempah-rempah.
➔ Pelayaran Hongi atau patroli laut, ini adalah gagasan dari Frederick de Houtman, yang merupakan gubernur
pertama Ambon ketika itu. Pelayaran Hongi dilakukan untuk mencegah adanya perdagangan gelap dan
seluruh Maluku diawasi dalam hal monopoli perdagangannya.
● Pada tahun 1680, VOC memaksakan perjanjian baru dengan penguasa Tidore.
● Kerajaan Tidore turun status dari sekutu ke vassal VOC, Putra Alam diangkat sebagai Sultan Tidore (yang menurut
tradisi seharusnya adalah Pangeran Nuku).
● Pada tahun 1780, pasukan Putra Alam menyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan Nuku, namun Sultan
Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera.
● Pada akhir abad ke-18 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Sultan Jamaluddin.
● Penempatan Kerajaan Tidore sebagai vassal VOC membuat Pangeran Nuku memimpin perlawanan rakyat yang
muncul pada tahun 1797.
● Timbul perang hebat antara rakyat Maluku di bawah pimpinan Pangeran Nuku dan kekuatan kompeni Belanda
(tentara VOC).
● Pangeran Nuku mendapat dukungan dari rakyat Raja Ampat dan orang-orang Gamrange dari Halmahera.
● Pangeran Nuku diangkat sebagai sultan dengan gelar Tuan Sultan Amir Muhammad Syafludin Syah oleh
pengikutnya.
● Sultan Nuku juga berhasil meyakinkan Sultan Aharal dan Pangeran Ibrahim dari Ternate untuk bersama-sama
melawan VOC. Inggris juga mendukung Sultan Nuku.
● Belanda kewalahan. Sultan Nuku berhasil mengembangkan pemerintahan yang berdaulat melepaskan diri dari
dominasi Belanda di Tidore sampai akhir hayatnya (tahun 1805).
F. Perlawanan Kerajaan Mataram (1628-1677)
● Pemerintah Sultan Agung adalah masa keemasan di Kerajaan Mataram.
● Cita-cita Sultan Agung:
➔ Mempersatukan seluruh tanah Jawa.
➔ Mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara.
● Sultan Agung ingin merencanakan serangan ke Batavia karena (latar belakang perlawanan):
➔ Tindakan monopoli dari VOC.
➔ VOC sering menghalangi kapal-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka.
➔ VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram di bawah Sultan Agung Hanyokrokusumo.
➔ Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan Pulau Jawa.
● Pada tahun 1626. Sultan Agung mengumpulkan 900.000 pasukan untuk menyerang VOC di Batavia, namun gagal
karena pasukan Mataram harus memadamkan pemberontakan Pati (1627).
● Pada bulan April 1628, Mataram melakukan serangan pertamanya ke Batavia.
➔ Kiai Rangga dikirim ke Batavia dengan 14 perahu yang memuat beras.
➔ Kiai Rangga datang untuk meminta bantuan VOC agar mereka akan membantu Mataram dalam menyerang
Banten, tapi ditolak oleh pihak VOC.
● Pada tahun 1628, pasukan Mataram menyerang Batavia.
➔ Terdiri atas 2 gelombang, yang pertama dipimpin oleh Tumenggung Baureksa.
➔ Pada tanggal 22 Agustus 1628, 50 kapal mendarat di Batavia.
➔ Mataram berusaha membangun pos pertahanan di dekat rumah-rumah penduduk di sekitar Batavia, tetapi
VOC mengetahui tindakan tersebut dan membakar kampung-kampung yang terdapat pasukan Mataram.
➔ Perangnya terjadi di berbagai tempat dan VOC mengalahkan pasukan Mataram karena kekuatan tentara dan
senjata yang lebih unggul. Tumenggung Baureksa gugur dalam pertempuran tersebut.
➔ Pada tanggal 24 Agustus 1628, muncul 7 perahu yang meminta izin perjalanan ke Malaka, VOC telah
menangkap sinyal serangan yang akan terjadi dan berusaha menghalangi pertempuran antara kapal-kapal
agar pertukaran senjata tidak terjadi, namun usaha tersebut gagal.
➔ Pada tanggal 25 Agustus 1628, 20 kapal Mataram menyerang pasar dan benteng Batavia, akan tetapi hal ini
tidak mempengaruhi VOC karena VOC sudah menebak ini sehingga dengan mudahnya bisa mengusir pasukan
Mataram yang sudah tidak memiliki persembunyian lagi.
◆ Pasukan Mataram mengungsi ke daerah berpohon dan membangun benteng dari bambu anyaman serta
membangun parit-parit di sekitar wilayah peperangan, namun VOC mengirim tentara ke parit tersebut
dan mengusir tentara Mataram yang ada disana.
➔ Pada tanggal 26 Agustus 1628, 10.000 pasukan Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Baureksa datang
ke Batavia untuk menyerang benteng VOC.
◆ VOC memerintahkan untuk menebang hutan dan membakar perkampungan di sekitarnya untuk
membatasi gerak gerik pasukan Mataram.
◆ Pasukan Mataram membangun benteng pertahanan di daerah perang yang terbuat dari tumpukan pohon
kelapa dan tumpukan pohon pisang serta pagar bambu. Mereka juga membuat parit pertahanan untuk
melindungi diri.
➔ Pada tanggal 21 September 1628 tentara Mataram menyerang benteng Hollandia, namun gagal.
➔ Pada tanggal 21 September 1628, Tumenggung Baureksa menulis surat ancaman kepada J.P Coen.
◆ Isinya dalam waktu 10/12 hari akan datang pasukan besar di bawah pimpinan Dipati Mandureja, Dipati
Upasanta, Dipati Tohpati, dan Tumenggung Anggabaya yang pasukannya sama besarnya sedangan
pasukan dibawah pimpinan Pangeran Adipari Juminah.
➔ Gelombang kedua dipimpin oleh Dipati Uposonto, Tumenggung Suro Agul-Agul, dan Madurejo.
◆ Strategi pada gelombang kedua adalah membendung aliran sungai Ciliwung dengan harapan agar
Batavia kekurangan air dan terjangkit wabah penyakit menular.
◆ Strategi membendung sungai tersebut sia-sia, pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul sendiri banyak
yang
◆ Di tengah-tengah peperangan antara Mataram dan VOC, pasukan pimpinan Sura Agul-Agul yang
dibantu oleh Kiai Dipati Madurejo, dan Kiai Dipati Upasanta datang. Laskar orang-orang Sunda di bawah
pimpinan Dipati Ukur juga datang.
◆ Pada tanggal 21 Oktober 1628, seluruh pasukan VOC di Batavia dikerahkan untuk melakukan serangan
pada Mataram, pasukan ini berkekuatan 2.866 serdadu dengan komandan Letkol Jacques le Febvre.
● Pasukan kompeni dibagi menjadi beberapa kelompok pasukan yang bertegas menyerang pasukan
Ukur dan Sumedang, antara lain:
➔ Pasukan berkuda yang berjumlah 4 orang yang menyerang dari arah barat laut.
➔ Pasukan Avantgrade yang terdiri atas 3 regu yang dipimpin oleh, Kapten Dietloff Specht,
ghysbert van Lodensteyn dan kapten Andrian Anthonisz, komandan garnisun benteng Batavia.
◆ Pada tanggal 3 Desember 1628, Tumenggung Suro Agul-Agul membubarkan pengepungannya dan
membunuh panglima-panglima bawahannya yaitu Dipati Madurejo dan Dipasti Upasanta nersama
orang-orangnya.
● Sultan Agung menyiapkan serangan keduanya dan meningkatkan jumlah kapal dan senjata.
● Pasukan Mataram menyiapkan lumbung-lumbung beras untuk persediaan bahan makanan seperti di Tegal dan
Cirebon.
● Pada tahun 1629, pasukan Mataram berangkat ke Batavia dan dipimpin Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati
Juminah, dan Dipati Purbaya.
➔ Pada tanggal 31 Agustus 1629 seluruh pasukan Mataram mulai tiba di daerah sekitar Batavia.
➔ Strategi Mataram diketahui oleh VOC sehingga VOC mengirim kapal-kapal perang untuk menghancurkan
lumbung-lumbung beras Mataram di Tegal.
➔ VOC menghancurkan 200 kapal, 400 rumah rumah penduduk, dan sebuah lumbung beras milik Mataram di
Tegal.
➔ Setelah Tegal dibakar, VOC berpindah ke Cirebon dan dihabis bakar.
➔ Pada tanggal 8 September 1629, pasukan Mataram menggali parit pertahanan yang dilindung kayu dan
bambu, parit ini digali dari markas pertahanan pasukan Mataram menuju Benteng Holladia namun hal ini
digagalkan oleh VOC.
➔ Pada tanggal 21 September 1629, tentara Mataram menyerang benteng VOC, mereka dibiarkan menembak
benteng VOC sampai persediaannya habis.
➔ Pasukan Mataram menderita kelaparan. Setelah berusaha untuk menyerang selama kurang lebih 10 hari pada
akhir bulan September 1629 mereka mulai menarik diri.
● Berikutnya pasukan Mataram mengepung Benteng Bommel, tetapi gagal.
● Pada saat pengepungan Benteng Bommel, terpetik berita bahwa J.P. Coen meninggal pada tanggal 21 September
1629.
● Pasukan Belanda terus-terusan menyerang karena J.P Coen dan meningkatkan senjatanya, dengan demikian
pasukan Mataram semakin melemah dan kembali ke Mataram.
● Tentara VOC selalu mengawasi pasukan Mataram setelah serangan-serangan yang telah diterima, contohnya ketika
pasukan Sultan Agung dikirim Palembang untuk membantu Raja Palembang dalam melawan VOC, langsung
diserang oleh tentara VOC di tengah perjalanan.
● Secara Sultan Agung meninggal tahun 1645, Mataram menjadi semakin lemah sehingga akhirnya berhasil
dikendalikan oleh VOC.
● Sunan Amangkurat I diangkat dan memerintah pada tahun 1646-1677, ia merupakan raja yang lemah dan
bersahabat dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap sewenang-wenang kepada rakyat dan
kejam terhadap para ulama. Kerajaan Mataram juga memilih untuk bekerja sama dengan VOC. Oleh karena itu,
pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin
oleh Trunajaya.
G. Perlawanan Banten (1681-1750)
● Latar belakang:
➔ Persaingan dagang dengan VOC di Batavia.
➔ Rongrongan VOC terhadap politik Kesultanan Banten.
● Banten memiliki posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu sejak semula
Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil.
● Pada tahun 1619, VOC menguasai Jayakrata dan mengganti namnya menjadi Batavia dan membangun bandar di
Batavia
● Salah satu upaya VOC menguasai kekuasaan kesultanan Banten diantara lainnya adalah dengan berupaya
mengurangi peran pelabuhan Banten.
● Terjadi persaingan antara Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional.
Oleh karena itu, Banten sering melakukan serangan-serangan terhadap VOC.
● Tahun 1651, Pangeran Surya naik tahta di Kesultanan Banten. Ia adalah cucu Sultan Abdul Mufakhir Mahmud
Abdul Karim, anak dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad yang wafat pada 1650.
● Pangeran Surya bergelar Sultan Abu al-Fath Abulfatah. Sultan Abu al-Fath Abdulfatah ini lebih dikenal dengan
nama Sultan Ageng Tirtayasa.
● Sultan Ageng Tirtayasa berusaha memulihkan posisi Banten sebagai Bandar perdagangan internasional dengan
cara ekspor-impor antara Banten dan Persia, Surat, Koromandel, Benggala, dan Siam.
● Sultan Ageng Tirtayasa mengundang pedagang Eropa lain seperti Inggris, Prancis, Denmark, dan Portugis.
● Sultan Ageng juga mengembangkan hubungan dagang dengan negara-negara Asia seperti Persia, Benggala, Siam,
Tonkin, dan Cina. Perkembangan di Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC.
● VOC sering melakukan blokade untuk melemahkan peran Banten sebagai Bandar perdagangan internasional.
Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dilarang meneruskan perjalanan menuju Banten.
● Sebagai balasan, Sultan Ageng mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan
menimbulkan gangguan di Batavia.
● Rakyat Banten merusak tanaman tebu VOC untuk memperlemah kedudukan VOC.
● VOC memperkuat kota Batavia dengan mendirikan benteng-benteng Noordwijk.
● Sultan Ageng membangun saluran irigasi yang membentang dari Sungai Untung Jawa sampai Potong, untuk
pertahanan dan transportasi perang.
● Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar sebagai raja
pembantu yang lebih dikenal dengan nama Sultan Haji.
● Sultan Haji ingin memiliki hubungan yang baik dengan VOC sementara Sultan Ageng Tirtayasa ingin menentang
VOC.
● Sultan Haji mengurus urusan negeri dan Sultan Ageng Tirtayasa mengurus urusan dalam negeri bersama dengan
Pangeran Arya Purbaya (putranya).
● Pemisahan pemerintahan ini dirasakan oleh W. Caeff (perwakilan VOC di Banten).
● W. Caeff mendekati Sultan Haji agar pemerintahannya tidak dipisah dan tidak membiarkan Pangeran Arya Purbaya
mendapatkan kekuasaan.
● Sultan Haji mulai mencurigai ayah dan saudaranya, ia juga khawatir jika Pangeran Arya Purbaya akan dinobatkan
menjadi Sultan.
● Sultan Haji bersekongkol dengan VOC dengan syarat:
➔ Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC.
➔ Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan menyingkirkan Persia, India, & Cina.
➔ Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji.
➔ Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman Priangan segara ditarik kembali.
● Pada tahun 1681, VOC atas nama Sultan Haji merebut Kesultanan Banten, istana Surosowan berhasil dikuasai.
● Sultan Ageng diangkat menjadi Sultan Banten dan berkedudukan di istana Surosowan baru dan berpusat di
Tirtayasa.
● Sultan Banten berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji dan VOC.
● Sultan Haji terdesak dan akhirnya tentara VOC yang dipimpin Francois Tack datang untuk membantu.
● Sultan Ageng terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa dan meloloskan diri bersama Pangeran Arya ke hutan Lebak.
● Serangan berlanjut dan Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya yang kemudian bergerak ke arah Bogor.
● Setelah muslihat pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia sampai
meninggalnya pada tahun 1692.
● Sultan Ageng Tirtayasa mengajarkan pengikutnya untuk selalu menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan
tanah air dari dominasi asing.
● Pada tahun 1750, terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus, hal ini membuat VOC kewalahan
menghadapi serangan itu.
H. Perlawanan Gowa/Rakyat Makassar (1634-1668)
● Latar belakang:
➔ Kebijakan monopoli dagang VOC terutama rempah-rempah, yang merugikan rakyat Makassar.
● Kerajaan Gowa merupakan kerajaan yang terkenal yang pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang
merupakan sekaligus pelabuhan kerajaan tersebut.
➔ Somba Opu adalah tempat yang terbuka, orang Inggris, Denmark, Portugis, dan orang Belanda diizinkan
tinggal dan membangun loji.
➔ Kerajaan Goa adalah kerajaan yang anti monopoli perdagangan dan ingin hidup meredeka & bersahabat
dengan siapa saja tanpa hak istemewa.
➔ Masyarakat Goa memiliki prinsip “Tanahku terbuka bagi semuabangsa.”, “Tuhan menciptakan tanah dan laut;
tanah dibagikannya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama.”.
➔ Pelabuhan Somba Opu memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional.
➔ Pelabuhan Somba Opu berperan sebagai bandar persinggahan kapal-kapal dagang dari timur ke barat dan
sebaliknya. Contoh: kapal-kapal pengangkut rempah-rempah dari Maluku berangkat ke Mlaka sebelumnya
akan singgah dulu di Bandar Somba Opu.
● VOC berusaha keras untuk mengendalikan Goa, menguasai pelabuhan Somba Opu, dan menerapkan monopoli
perdagangan.
● VOC berusaha untuk melemahkan posisi Goa agar Goa tunduk kepada VOC.
➔ Pada tahun 1634, VOC memblokade Pelabuhan Somba Opu, tapi gagal karena perahu-perahu Makassar yang
berukuran kecil lebih lincah dan mudah bergerak di antara pulau-pulau yang ada. Kapal-kapal VOC merusak
dan menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-kapal asing lainnya.
● Sultan Hasanuddin (raja Gowa) ingin menghentikan tindakan VOC yang anarkis dan provokatif, seluruh kekuatan
dipersiapkan untuk menghadapi VOC.
● Beberapa Benteng pertahanan dipersiapkan sepanjang pantai, beberapa sekutu Goa mulai dikoordinasikan.
● VOC melancarkan politik devide et impera untuk menundukkan Kerajaan Goa. VOC menjalin hubungan dengan
Pangeran Bugis dari Bone yang bernama Aru Palaka.
● Gubernur Jenderal Maetsuycker (pimpinan VOC) memutuskan untuk menyerang Goa. Pasukan ekspedisi
(berkekuatan 21 kapal dan dan mengangkut 600 orang tentara) yang terdiri atas tentara VOC, orang Ambon, dan
orang Bugis dibawah Aru Palaka.
● Pada 7 Juli 1667, terjadi Perang Goa.
➔ Tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon Speelman dan diperkuat oleh pengikut Aru Palaka, ditambah
orang-orang Ambon di bawah pimpinan Jonker van Manipa.
➔ VOC berhasil mendesak pasukan Hasanuddin.
➔ Benteng pertahanan tentara Goa di Barombang diduduki oleh pasukan Aru Palaka.
● VOC mendapatkan kemenangannya.
● Pada tahun 18 November 1667, Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang isinya:
➔ Kesultanan Gowa-Tallo mengakui monopoli perdagangan VOC.
➔ Kesultanan Gowa-Tallo harus mengakui kedaulatan Kerajaan Bone.
➔ Pedagang asing selain Belanda, dilarang berniaga di wilayah kekuasaan Gowa-Tallo.
➔ Kesultanan Gowa-Tallo harus membayar ganti rugi perang.
➔ VOC diperbolehkan mendirikan benteng pertahanan (Benteng Rotterdam).
● Sultan Hasanuddin tidak ingi melaksanakan isi perjanjian karena bertentangan dengan semboyan dan prinsip
Masyarakat Goa.
● Pada tahun 1668, Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan rakyat untuk melawan
kesewenang-wenangan VOC itu namun langsung dipadamkan sehingga Perjanjian Bongaya harus di dilaksanakan.
I. Rakyat Riau Angkat Senjata (1751-1753)
● Selain menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau.
● VOC menerapkan politik pembelahan untuk menanamkan pengaruhnya di Riau.
● Kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan
tindakan sewenang-wenang dari VOC.
● Beberapa kerajaan melancarkan perlawanan.
➔ Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (dari Kerajaan Siak Sri Indrapura) memimpin rakyatnya untuk
melawan VOC.
◆ Setelah berhasil merebut Johor, ia membuat benteng pertahanan di Pulau Bintan.
◆ Dari pertahanan di Pulau Bintan, pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan di bawah pimpinan Raja
Lela Muda untuk menyerang Malaka.
◆ Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya, Raja Indra Pahlawan.
➔ Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat, putranya, Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah, diangkat sebagai
penggantinya.
● Pada tahun 1751, berkobar perang melawan VOC.
● VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju Siak untuk menghadapi serangan Raja Siak.
➔ VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri, Kampar,
sampai Pulau Guntung yang berada di muara Sungai Siak.
➔ Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak akan ditahan oleh VOC.
● Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali memimpin serangan kepada VOC.
● Serangan dari Siak diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta
perlengkapan perang secukupnya.
● Terjadi pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752-1753).
➔ Pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan Pulau Guntung karena enteng tersebut berlapis-lapis dan
dilengkapi dengan meriam-meriam besar.
➔ VOC mendatangkan bantuan kekuatan dari orang-orang Cina.
➔ Sultan Siak berpura-pura berdamai dan memberikan hadiah kepada Belanda untuk melawan VOC dengan tipu
daya. Rencana ini disebut “siasat hadiah sultan”.
➔ VOC setuju dengan ajakan damai ini, perjanjian damai diadakan di loji di Pulau Guntung.
➔ Perjanjian damai tersebut memaksa Sultan Siak untuk tunduk pada pemerintahan VOC.
➔ Sultan Siak memerintahkan anak buahnya dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji
Pulau Guntung.
➔ Loji dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil
menghancurkan VOC dari Malaka.
➔ Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar “Panglima Perang Raja
Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.
J. Pemberontakan Orang Cina (1740-1757)
● Orang-orang Cina berhubung dagang dengan Jawa sejak abad ke-5.
● Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, banyak pedagang Cina yang tinggal dan menikah di Jawa.
● Pada masa pemerintahan VOC di Batavia, VOC sengaja mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok untuk
mendukung kemajuan perekonomian di Jawa.
➔ Tidak semua orang-orang Cina yang tidak punya modal.
➔ Banyak orang Cina yang miskin.
➔ Orang-orang Cina banyak yang menjadi pengemis atau pencuri dan mengganggu keamanan dan keamanan di
Kota Batavia.
● Untuk membatasi kedatangan orang–orang Cina ke Batavia, VOC mengeluarkan ketentuan bahwa setiap orang
Cina yang tinggal di Batavia harus memiliki surat izin bermukim yang disebut permissiebriefjes atau “surat pas”.
➔ Jika tidak memiliki surat izin, orang-orang Cina akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (Sri Langka) untuk
dipekerjakan di kebun-kebun pala milik VOC atau akan dikembalikan ke Cina.
➔ Orang-orang Cina diberi 6 bulan untuk mendapatkan surat izin bermukim.
➔ Biaya mendapatkan surat izin resmi: 2 ringgit.
● Terjadi penyelewengan dalam surat izin tersebut, biayanya menjadi lebih mahal sehingga banyak orang-orang Cina
yang tidak mampu memiliki surat izin tersebut.
● Orang-orang Cina yang tidak memiliki surat izin bermukim ditangkap tapi banyak yang melarikan diri keluar kota
dan kemudian membentuk gerombolan yang mengacaukan keberadaan VOC di Batavia.
● Pada tahun 1740, terjadi kebakaran di Batavia.
➔ VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai gerakan pemberontakan dari orang-orang Cina.
➔ Serdadu VOC melakukan sweeping (memasuki rumah-rumah orang Cina dan membunuh orang-orang Cina
yang ada di rumah tersebut).
➔ Orang-orang Cina yang melarikan diri melakukan perlawanan di berbagai daerah, contohnya di Jawa Tengah.
➔ Salah satu tokoh yang terkenal dalam melakukan perlawanan adalah Oey Panko (Khe Panjang/Ki Sepanjang)
yang memimpin perlawanan di sepanjang pesisir Jawa.
➔ Perlawanan orang-orang Cina ini mendapat bantuan dan dukungan dari para bupati di pesisir.
➔ Raja Pangkubuwono II ikut mendukung pemberontakan orang-orang Cina.
● Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura diserang dan memakan banyak korban.
● VOC segera meningkatkan kekuatan tentara dan persenjataan sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu
demi satu dapat dipadamkan.
● Pada kondisi yang demikian ini Pakubuwana II mulai bimbang dan akhirnya melakukan perundingan damai dengan
VOC.
K. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said (1737-1757)
● Perlawanannya berlangsung sekitar 20 tahun.
● Setelah Pangkubuwana berdamai dengan VOC, rajanya lemah.
● VOC menakan dan melakukan intervensi terhadap pemerintahan Pakubuwana II.
● Wilayah pengaruh Mataram juga berkurang.
● Perdamaian antara Pangkubuwana II dan VOC menimbulkan kekecewaan para bangsawan kerajaan dan akhirnya
memicu perlawanan seperti perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi.
● Raden Mas Said adalah putra dari Raden Mas Riya (yang bergelar Adipati Arya Mangkunegara dengan Raden Ayu
Wulan putri dari Adipati Blitar).
➔ Raden Mas Said diangkat sebagai gandek keraton (pegawai rendahan di istana) dan diberi gelar R.M.Ng
Suryokusumo pada usia 14 tahun.
➔ Ia meminta naik pangkat (karena merasa sudah berpengalaman), akan tetapi hal ini malah mendapatkan
hinaan dari keluarga kepatihan. (Ia dituduh membantu pemberontakan orang-orang Cina (geger pacinan) yang
sedang berlangsung pada saat itu)
➔ Mas Said sakit hati dan merencanakan perlawanan terhadap VOC yang membuat kerajaan menjadi kacau
karena banyak bangsawan yang bersekutu dengan VOC.
● Raden Mas Said diikuti oleh Raden Sutawijaya dan Suradiwangsa (yang kemudian dikenal dengan Kiai
Kudunawarsa) pergi keluar kota untuk menyusun kekuatan.
● Raden Mas Said pergi ke Nglaroh untuk melakukan perlawanan.
● Raden Mas Said diangkat sebagai raja baru dengan gelar Adipati Anom Hamengku Negara Senopati Sudiyaning
Prang oleh para pengikutnya. (disebut Pangeran Sambernyawa),
● Perlawanan Raden Mas Said mendapat dukungan dari masyarakat dan hal tersebut mengancam posisi Pakubuwana
II sebagai Raja Mataram.
● Pakubuwana II lari ke Ponorogo karena pemberontakan yang terjadi, ia lari untuk meminta bantuan kepada Bupati
Ponorogo dan kompeni Belanda.
● Atas bantuan Mayor Baron Van Hohenhoff dan Adipati Bagus Suroto (Ponorogo), akhirnya pemberontakan dapat
dipadamkan.
● Karena keraton Kartasura yang hancur, maka Pakubuwana II mengutus Tumenggung Tirtowijoyo dan Pangeran Wiil
untuk mencari tempat baru.
● Pada tahun 1745, Sala dipilih sebagai tempat baru kerajaan dan berubah nama menjadi Surakarta Hadiningrat.
● Campur tangan Belanda membuat Mataram Surakarta menjadi 2 kelompok: yang setuju ddengan Belanda dan yang
tidak setuju dengan Belanda.
● Raden Mas Said tidak setuju dengan Belanda, ia berkali-kali mendatangi tangsi-tangsi Belanda dan merebut
senjata mereka.
● Pada tahun 1745, Pakubuwana II mengumumkan bahwa ia akan memberikan hadiah sebidang tanah di Sukowati
kepada siapa saja yang bisa menghentikan perlawanan Raden Mas Said.
● Mendengar tentang sayembara berhadiah tersebut, Pangeran Mangkubumi menguji Pakubuwana II.
● Pangeran Mangkubumi adalah adik dari Pakubuwana II.
● Pangeran Mangkubumi mengabarkan bahwa pemberontakan sudah dipadamkan dan Paseban Agung (upacara
besar) yang dihadiri oleh segenap pembantu Pakubuwana II dan pejabat Belanda. Dalam acara tersebut kompeni
Belanda mengusulkan agar sebidang tanah tersebut diberikan kepada patih Mataram dan bukan kepada Pangeran
Mangkubumi.
● Terjadi pertentangan antara Pakubuwana yang didukung oleh Patih Pringgalaya dengan Pangeran Mangkubumi.
● Dalam konflik tersebut, Gubernur Jenderal Van Imhoff menghina dan menuduh Pangeran Mangkubumi
menginginkan kekuasaan pada pertemuan terbuka yang dilaksanakan di istana.
● Pangeran Mangkubumi kecewa akan kerajaannya sendiri sehingga ia meninggalkan istana.
● Pangeran Mangkubumi mengangkat senjata dan melawan VOC karena telah mencampuri urusan pemerintahan
kerajaan.
● Selain Raden Said, ada juga Ki Martapura yang bergabung dengan Raden Said untuk melawan Belanda.
● Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya pergi ke Sukowati untuk menemui Mas Said.
● Pihak Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said sepakat untuk bekerja sama melawan VOC.
● Raden Mas Said dijadikan menantu oleh Pangeran Mangkubumi.
● Mangkubumi dan Mas Said sepakat untuk membagi wilayah perjuangan. Mas Said di timur Surakarta ke selatan
terus ke Madiun, Ponorogo dengan pusatnya Sukowati; Mangkubumi di barat Surakarta dengan pusat di Hutan
Beringin dan Desa Pacetokan, dekat Pleret.
● Pada saat itu Pangeran Mangkubumi membawahi sejumlah 13.000 prajurit, termasuk 2.500 prajurit kavaleri.
● Pada tahun 1749, Pakubuwana II jatuh sakit sehingga ia terpaksa menandatangani perjanjian dengan VOC pada
tanggal 11 Desember 1749 antara Pakubuwana II yang sakit keras dan Gubernur Baron van Hohenhoff sebagai
wakil VOC
● Perjanjian itu berisi pasal-pasal berikut:
a) Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada VOC.
b) Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta, dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram
dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC.
c) Putra mahkota akan segera dinobatkan.
● 9 hari setelah penandatanganan perjanjian tersebut, Pakubuwana II wafat.
● Pada tanggal 15 Desember 1749, Baron van Hohenhoff mengumumkan pengangkatan putra mahkota Susuhunan
Pakubuwana III.
● Hal tersebut membuat kecewa Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said sehingga mereka harus menyerah akan
perlawanan terhadap VOC.
● Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir setelah mencapai Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755.
● Isi Perjanjian Giyanti:
➔ Mataram akan dibagi menjadi dua.
➔ Bagian barat (daerah Yogyakarta) diperintah oleh Mangkubumi yang berkuasa dengan gelar Sri Sultan
Hamengkubuwana I.
➔ Bagian timur (daerah Surakarta) diperintah oleh Pangkubuwana III.
● Perlawanan Mas Said berakhir setelah mencapai perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757.
● Isi Perjanjian Salatiga:
➔ Raden Mas Said diangkat sebagai penguasa di sebagian wilayah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati
Arya Mangkunegara I.
III. PERANG MELAWAN PENJAJAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
A. Perang Tondano (1808-1809)
● Melibatkan orang Minahasa di Sulawesi Utara dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad 19.
● Terjadi karena implementasi dari politik pemerintah kolonial Hindia Belanda oleh para pejabatnya di Minahasa,
terutama mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara.
i. PERANG TONDANO I
➔ Terjadi pada masa kekuaaan VOC, pada saat kedatangan bangsa Barat orang-orang Spanyol sudah sampai di
tanah Minahasa. (Orang Spanyol berdagang dan menyebarkan agama Kristen)
➔ Tokoh yang berjasa dalam menyebar agama Kristen di Minahasa: Franciscus Xaverius,
➔ Hubungan dagang orang Minahasa dan orang Spanyol berkembang.
➔ Hubungan tersebut terganggu dengan kedatangan pedagang VOC (yang pada saat itu sudah mempengaruhi
Ternate)
➔ Simon Cos (gubernur Ternate) sudah mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa
dari pengaruh Spanyol
➔ Simon Cos menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawasi Pantai Timur Minahasa.
➔ Para pedagang Spanyol dan Makasar yang awalnya bebas berdagang menjadi tersingkir karena VOC, apalagi
waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan Indonesia untuk menuju Filipina.
➔ VOC memaksa orang-orang Minahasa menjual berasnya kepada VOC agar VOC bisa melakukan monopoli
perdagangan beras di Sulawesi Utara.
➔ Orang Minahasa menentang paksaan tersebut sehingga VOC memerangi orang-orang Minahasa.
➔ Untuk memperlemah pihak Minahasa, VOC membendung Sungai Temberan sehingga aliran sungai meluap
dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan pejuang Minahasa.
➔ Orang-orang Minahasa pindah ke Danau Tondano dengan rumah-rumah apung dan kemudian pasukan VOC
mengepung mereka.
➔ Simon Cos memberikan ultimatum yang berisi:m
a. Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC.
b. Orang-orang Tondano harus membayar rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi
rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan.
➔ Ultimatum tersebut tidak berhasil sehingga VOC ditarik mundur ke Manado.
➔ Setelah itu, orang-orang Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk karena tidak
ada yang membeli.
➔ Orang-orang Tondano terpaksa mendekati VOC untuk membeli hasil pertaniannya dan dengan demikian
terbukalah tanah Minahasa oleh VOC.
➔ Berakhirlah Perang Tondano I.
➔ Orang-orang Minahasa itu kemudian memindahkan perkampungannya di Danau Tondano ke perkampungan
baru di daratan yang diberi nama Minawanua (ibu negeri).
ii. PERANG TONDANO II
➔ Terjadi pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
➔ Dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels.
➔ Daendels mendapatkan mandat untuk memerangi Inggris, sehingga ia memerlukan pasukan dalam jumlah
besar.
➔ Untuk menambah pasukan, diambil lah orang-orang pribumi.
➔ Orang-orang pribumi yang dipilih adalah orang-orang yang berasal dari suku-suku yang berani berperang,
seperti suku Madura, Dayak, dan suku Minahasa.
➔ Atas perintah Daendels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para
ukung. (Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik).
➔ Dari MInahasa ditargetkan untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan dikirim ke
Jawa.
➔ Ternyata orang-orang Minahasa tidak setuju dengan program Daendels, banyak para ukung yang
meninggalkan rumah, mereka ingin melawan kolonial Belanda.
➔ Mereka memusatkan aktivitasnya di Tondano, Minawanua.
➔ Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto, ia menegaskan bahwa rakyat Minahasa harus
melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan kolonial yang memaksa agar rakyat
menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda.
➔ Gubernur Prediger mengirimkan pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano.
➔ Belanda menerapkan strategi dengan membendung Sungai Temberan.
➔ Prediger membentuk dua pasukan yang tangguh, pasukan yang satu dipersiapkan menyerang dari Danau
Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat.
➔ Pada tanggal 23 Oktober 1808, pertempuran mulai berkobar.
➔ Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bambu
berduri yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua.
➔ Setelah pagi hari tanggal 24 Oktober 188, pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan
Minawanua.
➔ Pasukan Prediger mengendurkan serangannya dan tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang Tondano
muncul dan menyerang sehingga pasukan Belanda terpaksa harus mundur.
➔ Seiring dengan itu, Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda
sendiri.
➔ Belanda melancarkan meriam dari kejauhan akan tetapi tidak efektif begitu juga dengan serangan dari danau.
➔ Berlangsung sampai Agustus 1809.
➔ Mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada Belanda.
➔ Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama
rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati daripada menyerah.
B. Perlawanan Kesultanan Palembang (1811-1821)
● Latar belakang:
➔ Keinginan Belanda untuk menguasai Palembang yang menimbulkan ancaman bagi Kesultanan Palembang.
● Pada tahun 1662, perjanjian hubungan dagang antara Belanda dan Kesultanan Palembang dan Belanda
ditandatangani.
● Pada tahun 1657, hubungan Belanda dan Kesultanan Palembang rusak karena monopoli VOC yang bertentangan
dengan perdagangan Kesultanan Palembang.
● Pada tanggal 18 September 1811, Perjanjian Tuntang ditandatangani untuk mengakhiri peperangan antara
Perancis dan Inggris di Batavia pada tanggal 4 Agustus 1811.
➔ Perjanjian ini berisi tentang kesepakatan damai dan penyerahan daerah kekuasaan Belanda yang meliputi
Jawa, Timor Timur, Makassar, Palembang, serta daerah-daerah taklukannya menjadi daerah kekuasaan
Inggris.
● Perjanjian tersebut memberi harapan baru bagi Kesultanan Palembang, perjanjian tersebut persamaan dengan
diplomasi Belanda yang mengajak Sultan Mahmud Badaruddin II untuk menghadapi Belanda. Diplomasi Inggris
tersebut mendapat sambutan yang baik dari sultan.
● Pada tanggal 14 September 1811, sultan menghancurkan loji Belanda di Sungai Alur. Peristiwa ini dikenal dengan
peristiwa loji Sungai Alur dan dianggap sebagai perlawanan pertama Kesultanan Palembang dalam menghadapi
Belanda yang memiliki hasil.
● Berdasarkan Perjanjian Tuntang, Belanda menyerahkan kekuasaannya di Palembang kepada Inggris, maka Inggris
mengirimkan utusan untuk menerima warisan daerah Palembang dari Belanda. Kedatangan utusan Inggris ditolak
oleh Sultan Mahmud Badaruddin I karena 4 hari sebelum Perjanjian Tuntang sudah tidak berada dalam kekuasaan
Belanda.
● Pada tanggal 20 Maret 1812, Inggris mengirimkan ekspedisi ke Palembang di bawah pimpinan Jenderal Mayor
Robert Rollo Gillespie untuk menaklukan Kesultanan Palembang. Ekspedisi ini juga bertujuan uuntuk menghukum
Sultan Mahmud Badaruddin II atas peristiwa loji Sungai Alur.
● Pada tanggal 24 April 1812, Kesultanan Palembang dapat dikuasai oleh pasukan Inggris.
● Sultan Mahmud Badaruddin II kabur ke daerah pedalaman Palembang setelah menghadapi kekalahan menghadapi
pasukan Inggris di Benteng Pulau Borang.
● Kaburnya Sultan Mahmud Badaruddin II menimbulkan kekosongan politik pemerintahan di Ibukota Palembang, dan
untuk menghadapi hal tersebut Inggris mengangkat Pangeran Adipati (Sultan Mahmud Najamuddin II) sebagai
sultan pada tanggal 14 Mei 1812 karena bersedia memenuhi tuntutan Inggris untuk melepaskan Bangka, Belitung,
dan pulau-pulau lainnya.
● Setelah konvensi London pada tahun 1814, Inggris mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda yang pernah
dikuasai Inggris dan perlawanan Sultan Badaruddin II berakhir.
● Belanda mengangkat Klass Henis sebagai residen untuk Palembang dan Bangka pada November 1816. Tugas
utama Henis adalah meredakan ketegangan antara kedua sultan yang bertikai, tetapi usahanya gagal dan langsung
digantikan oleh Mutinghe.
● Mutinghe menawarkan perjanjian yang berisi bahwa sebagian besar wilayah Kesultanan Palembang diserahkan
kepada Belanda, sedangkan pihak Kesultanan Palembang hanya mendapatkan bagian kecil. Badaruddin II
menandatangani perjanjian tersebut tapi Najamuddin II menolak.
● Najamuddin II terpaksa diturunkan oleh Belanda dari kekuasaannya terlebih juga Najamuddin II merupakan sultan
yang diangkat oleh Inggris.
● Penurunan Najamuddin II secara paksa dan mengakui Badaruddin II sebagai raja yang berdaulat merupakan politik
adu domba yang dijalankan oleh Belanda.
● Atas dasar tersebut, Najamuddin I bekerja sama dengan Inggris melakukan sedikit pemberontakan, tetapi Belanda
dengan cepat mengatasi hal tersebut.
● Pada bulan Oktober 1818, Najamuddin II ditahan oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur dengan keluarganya.
● Badaruddin II memerintahkan rakyatnya untuk menyerang Mutinghe yang sedang berada di Muara Beliti, ia
memerintahkan ini karena ia marah saudaranya diasingkan.
● Penyerangan atas Mutinghe menjadi titik awal perang Palembang 1819, perang ini berhasil dimenangkan oleh
pasukan Badaruddin II dan memukul mundur pihak Belanda ke Batavia.
● Pada bulan Juni 1819, pemerintahan pusat Belanda di Batavia mengirimkan kembali pasukan ke Palembang yang
dipimpin oleh Jendral Baron de Kock.
● Sultan Ahmad Najamuddin Prabu Anom (anak dari Sultan Ahmad Najamuddin II) disandera dan diangkat menjadi
sultan oleh Belanda. Pengasingan Badaruddin II ke Batavia dan direbutnya keraton membuat Prabu Anom menjadi
penguasa yang sah.
● Pada tahun 1823, Belanda menyerahkan kontrak baru kepada sultan untuk menyerahkan kedaulatan kerajaannya
kepada Belanda tapi kontrak in langsung ditolak oleh sultan.
● Pada tahun 1824, sultan dan pengikutnya melakukan serangan pada Belanda tapi gagal dan berakibat pada
tertangkapnya sultan dan dihapuskannya Kesultanan Palembang.
C. Perlawanan Pattimura (1816-1818)
● Maluku diburu oleh orang-orang Barat karena rempah-rempah yang dimilikinya.
● Kekuasaan orang-orang Barat merusak tata ekonomi dan pola perdagangan beras yang telah nama berkembang di
Nusantara.
● Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles, keadaan Maluku relatif tenang karena Inggris bersedia
membayar hasil bumi rakyat Maluku, kegiatan kerja rodi berkurang, dan pemuda Maluku diberi kesempatan untuk
bekerja pad adina angkatan perang Inggris.
● Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, kegiatan Maluku diperketat lagi; penyerahan wajib diterapkan;
terdapat kewajiban kerja paksa; adanya penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi; tindakan tegas dilakukan kepada
penduduk yang melanggar; terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan
sehingga para guru akan dikumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku; dan sikap arogan dari Residen
Saparua.
● Untuk menangani pemerintahan kolonial Hindia Belanda, para tokoh dan pemuda Maluku melakukan serangkaian
pertemuan rahasia.
● Akhirnya diputuskan untuk melakukan perlawanan untuk menentang kebijakan Belanda, Residen Saparua harus
dibunuh.
● Latar belakang:
➔ Tidak ingin Belanda kembali ke Maluku.
➔ Pada tahun 1810-1816, Hindia Belanda (termasuk masuluk) dikuasai oleh Inggris.
➔ Pada tahun 1817, Belanda, yang berkuasa di Maluku, menetapkan aturan-aturan yang menindas (kerja paksa,
monopoli perdagangan, penyerahan wajib).
● Sebab-sebab perlawanan Pattimura:
➔ Akhirnya pemerintahan kolonial Belanda di Maluku.
➔ Pemerintah kolonial Belanda menetapkan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib. Pada pemerintahan
Inggris, penyerahan wajib dan kerja wajib (verplichte leverantien, herendiensten) dihapus, tetapi pemerintahan
Belanda menetapkannya kembali.
➔ Pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah berlaku di
Maluku, menambah kegelisahan rakyat.
➔ Belanda mulai menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi serdadu Belanda.
● Thomas Matulessy (terkenal dengan gelarnya Pattimura) memimpin perlawanan terhadap kebijakan Belanda.
● Pada tahun 1817, Pattimura bersama Paulus Tiahahu, Said Parintah, dan Christina Martha Tiahahu melakukan
pemberontakan.
● Pada tanggal 15 Mei 1817, serangan perang Maluku dimulai dengan menyerbu pos Belanda di Porto. Residen Van
den Berg dapat ditawan namun kemudian dilepas lagi.
● Gerakan perlawan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan.
● Pada tanggal 16 Mei 1817, para pejuang Maluku bergerak menuju Benteng Duurstede akan tetapi ternyata benteng
tersebut sudah dipenuhi dengan pasukan Belanda.
● Terjadilah pertempuran antara para pejuang Maluku melawan pasukan Belanda (pada saat itu pasukan Belanda
dipimpin oleh Residen van den Berg).
● Selain Pattimura, tampil juga tokoh-tokoh seperti Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwmil, dan Lucas
Latumahina.
● Pada saat itu pejuang Maluku memiliki senjata yang jauh lebih sederhana daripada pasukan Belanda akan tetapi
Residen terbunuh dan Benteng Duurstede dikuasai.
● Belanda mendatangkan bantuan dari gubernur Ambon yang terpaksa meminta bantuan pasukan dari Batavia,
datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh Mayor Beetjes, pasukan ini dikawal oleh 2 kapal perang (Kapal Nassau
dan Kapal Evertsen). Ekspedisi ini berangkat pada tanggal 17 Mei 1817.
● Pada tanggal 20 Mei 1817, bantuan Mayor Beetjes tiba di Saparua dan terjadilah pertempuran dengan pasukan
Pattimura.
● Bantuan yang didatangkan dapat digagalkan oleh Pattimura, bahkan Mayor Beetjes mati tertembak.
● Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku.
● Belanda memperkuat bentengnya di bawah komandan Groot, patroli juga diperketat, sehingga Pattimura gagal
menembus Benteng Zeelandia.
● Upaya perundingan mulai ditawarkan akan tetapi tidak ada kesepakatan.
● Belanda mengerahkan semua kekuatannya (termasuk bantuan dari Batavia) untuk merebut kembali Benteng
Duurstede.
● Pada Agustus 1817, Saparua diblokade dan Benteng Duurstede dikepung. Perlawanan di luar benteng dapat
dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda.
● Pattimura dan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya dan Benteng Duurstede
direbut kembali.
● Belanda mendatangkan bantuan dari Ambon yang dipimpin oleh Kapten Lisnet dan Mayer dan Belanda melakukan
serangan besar-besaran pada November 1817.
● Pada bulan November, beberapa pembantu Pattimura tertangkap (Kapten Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha
Tiahahu)) dan kemudian dijatuhi hukuman hati.
● Belanda mengumumkan sayembara yang mana siapa saja yang dapat menangkap Pattimura akan diberi hadiah
1.000 gulden.
● Setelah 6 bulan memimpin perlawanan, akhirnya Pattimura tertangkap di Siri Seri dan kemudian dibawa ke
Saparua.
● Belanda membujuk Pattimura untuk bekerja sama, namun Pattimura menolak.
● Pada tanggal 16 Desember 1817 ia dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon, lebih tepatnya di depan benteng
Victoria Ambon.
● Christina Martha Tiahahu yang melanjutkan perang gerilya juga ditangkap akan tetapi ia tidak dihukum mati.
● 39 orang pejuang Maluku dibuang ke Jawa dan dijadikan sebagai pekerja rodi.
● Christina Martha Tiahahu jatuh sakit dan kemudian meninggal pada tanggal 2 Januari 1818, jenazahnya dibuang ke
laut antara Pulau Buru dan Pulau Tiga.
● Berakhirlah perlawanan Pattimura.
D. Perang Padri (1821-1838)
● Terjadi di tanah Minangkabau, Sumatera Barat.
● Merupakan perlawanan kaum Padri terhadap dominasi pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera Barat.
● Latar belakang:
➔ Konflik internal antara Kaum Padri dan Kaum Adat.
➔ Pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan konflik dan memberi bantuan kepada kaum Adat.
➔ Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang melaksanakan permurnian ajaran Islam masyarakat Minangkabau.
● Sejak akhir abad ke-18, seorang ulama datang dari kampung Kota Tua di daratan Agama (dikenal dengan naa
Tuanku Kota Tua).
● Tuanku Kota Tua mulai mengajarkan pembaruan-pembaruan dna praktek agama Islam, ia mengatakan bahwa
masyarakat Minangkabau sangat jauh dari ajaran Islam dan ia menunjukkan seperti apa kehidupan Islam.
● Pada tahun 1803, 3 ulama yang baru pulang haji datang, Haji Miskin, Haji Sumanil, dan Haji Piabang. Mereka
melanjutkan pemurnian pelaksanaan ajaran Islam seperti Tuanku Kota Tua.
● Orang-orang yang melakukan pemurnian pelaksanaan ajaran Islam dinamakan kaum Padri.
● Kaum Padri yang melaksanakan pemurnian ajaran Islam juga menentang praktik berbagai adat dan kebiasaan kaum
Adat yang memang dilarang dalam ajaran Islam (seperti berjudi, menyabung ayam, minum-minuman keras, dan
lain-lainnya).
● Tuanku Nan Renceh tertarik dengan permurnian tersebut dan mendukung 2 haji tersebut bersama dengan ulama
lain di Minangkabau yang bergabung dalam Harimau Nan Salapan.
● Harimau Nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin
Muningsyah beserta Kaum Adat untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
● Kaum Adat yang mendapatkan dukungan dari beberapa pejabat penting kerjaan menolak gerakan kaum Padri.
● Pada tahun 1815, Kaum Padri menyerang Kerajaan Pagaruyung dengan pasukan dibawah pimpinan Tuanku
Pasaman dan terjadi peperangan di Kota Tengah.
● Serangan di Kota Tengah membuat Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota
kerajaan.
● Pada tahun 1818, Raffles mengunjungi Pagaruyung dan ia mendapat sisa-sisa istana Kerajaan Pagaruyung yang
sudah terbakar.
● Pada tahun 1821, pemerintah Hindia Belanda mengangkat James Du Puy sebagai residen di Minangkabau.
● Pada tanggal 10 Februari 1821, Du Puy mengadakan perjanjian persahabatan dengan tokoh Adat, Tuanku Suruaso
dan 14 Penghulu MInangkabau. Berdasarkan perjanjian ini beberapa daerah kemudian diduduki oleh Belanda.
● Pada tanggal 18 Februari 1821 Belanda yang telah diberi kemudahan oleh kaum Adat berhasil menduduki
Simawang. Daerah ini ditempatkan 2 meriam dan 100 orang serdadu Belanda.
● Pada tanggal 21 Februari 1821, Kaum Adat yang dipimpin Sultan Tangkal Alam Bagagar meminta bantuan kepada
Belanda karena terdesak dalam peperangan dan keberadaan Yang Dipertuan Pagaruyung yang tidak pasti.
● Karena perjanjian yang dibuat oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar, Belanda menjadikannya sebagai tanda
penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah Hindia, kemudian mengangkat Sultan Tangkal Alam Bagar
sebagai Regent Tanah Datar.
i. FASE PERTAMA/GENCATAN SENJATA(1821-1825)
➔ Padri menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap patroli-patroli Belanda.
➔ Pada bulan April 1821, terjadi penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten Goffiney dan Kapten
Dienema atas perintah Residen James Du Puy di Padang.
➔ Pada bulan September 1821, pos-pos Simawang menjadi sasaran kaum Padri. Juga pos-pos lain seperti Soli
Air, Sipinang, dan lain-lain.
◆ Tuanku Pasaman menggerakan sekitar 20.000-25.000 pasukan untuk mengadakan serangan di sekitar
tahun di sebelah timur gunung. Pasukan Padri menggunakan senjata tradisional, seperti tombak dan
parang.
◆ Belanda dengan 200 serdadu Eropa dan 10.000 pasukan orang pribumi dan kaum Adar, mereka
menggunakan senjata yang lebih modern seperti meriam dan senjata api.
◆ Di pihak Tuanku Pasaman kehilangan 350 orang prajurit, termasuk putra Tuanku Pasaman.
➔ Tuanku Pasaman dengan sisa pasukannya kemudian mengundurkan diri ke Lintau, sementara itu pasukan
Belanda setelah berhasil menguasai seluruh lembah Tanah Datar, mereka mendirikan benteng di Batusangkar
yang kelak dikenal dengan sebutan Front Van Der Capellen.
➔ Perlawanan kaum Padri muncul di berbagai tempat.
➔ Pada tanggal 8 Desember 1821, datang pasukan tambahan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Raaff untuk
memperkuat posisi pada kawasan yang telah dikuasai tersebut.
➔ Tuanku Pasaman memusatkan perjuangan di Lintau dan Tuanku Nan Renceh memimpin pasukannya di sekitar
Baso.
➔ Pasukan Tuanku Nan Renceh harus menghadapi pasukan Belanda dibawah pimpinan Kapten Goffinet.
➔ Pada periode tahun 1821-1825, serangan-serangan kaum Padri meluas di seluruh tanah Minangkabau.
➔ Pada tahun 1821, Plakat Puncak Pato dikeluarkan di Bukit Marapalam, Kabupaten Tanah Datar yang
mewujudkan konsensus bersama Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang artinya adat
Minangkabau berlandaskan kepada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan kepada Al-Qur’an.
➔ Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letkol Raaff berhasil memukul mundur kaum
Padri keluar dari Pagaruyung.
➔ Belanda membangun benteng pertahanan di Batu Sangkar dengan nama Fort Van Der Capelllen dan kaum
Padri menyusun kekuatan dan bertahan di Lintau.
➔ Pada tangga; 10 Juni 1822, pergerakan pasukan Raaff di Tanjung Alam dihadang oleh Kaum Padri, tetapi
pasukan Belanda dapat terus maju ke Luhak Agam.
➔ Pada tanggal 14 Agustus 1822, Kapten Goffinet menderita luka berat pada pertempuran di Baso dan
meninggal pada tanggal 5 Desember 1822.
➔ Pada bulan September 1822, Kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh memaksakan pasukan
Belanda pergi ke Batusangkar.
➔ Pada bulan September 1822, kaum Padri berhasil mengusir Belanda dari Sungai Puar, Guguk Sigandang, dan
Tajong Alam. Di Bonio, kaum Padri harus menghadapi menghadapi pasukan PH. Marinus.
➔ Pada tanggal 13 April 1823, Raaff mencoba kembali menyerang ke Lintau.
➔ Pada tanggal 16 April 1823, Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar.
➔ Pada tahun 1823, pasukan Padri berhasil mengalahkan tentara Belanda di Kapau.
➔ Peto Syarif (pemimpin kaum Padri di Bonjol yang terkenal) yang dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol sangat
gigih dalam memimpin kaum Padri untuk melawan kekejaman dan keserakahan Belanda di tanah
MInangkabau.
➔ Belanda merasa kewalahan melawan kaum Padri, maka dari itu mereka memilih strategi damai.
➔ Pada tanggal 26 Januari 1824, terjadi perundingan damai antara Belanda dengan kaum Padri di wilayah
Alahan Panjang. Perundingan ini dinamakan Perjanjian Masang.
➔ Belanda memanfaatkan perundingan damai tersebut untuk menduduki daerah-daerah lain.
➔ Belanda memaksa Tuanku Mensiangan dari Kota Lawas untuk berunding tetapi ditolak. Belanda lebih kuat
sehingga Tuanku Mensiangan ditangkap.
➔ Penangkapan Tuanku Mensiangan membuat kaum Padri Alahan Panjang marah dan membatalkan
kesepakatan dalam Perjanjian Masang.
➔ Pada bulan September 1824, pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Frans Laemlin berhasil menguasai
bebrapa kawasan di Luhak Agam di antaranya seperti Kota Tua dan Amapng Gadang. Mereka juga menduduki
Biaro dan Kapau.
➔ Tuanku Imamku Bonjol meneruskan perlawanannya terhadap Belanda.
ii. FASE KEDUA (1825-1830)
➔ Kolonel De Stuers (penguasa sipil dan militer di Sumatera Barat) berusaha mengadakan kontrak dengan
tokoh-tokoh kaum Padri untuk menghentikan perang dan sebaliknya perlu mengadakan perjanjian damai.
➔ Belanda meminta bantuan kepada seorang saudara keturunan Arab yang bernama Sulaiman Aljufri untuk
mendekati dan membujuk para pemuka kaum Padri agar bersedia berdamai dengan Belanda.
➔ Tuanku Imam Bonjol menolak.
➔ Tuanku Lintau dan Tuanku Nan Renceh setuju dengan perjanjian damai.
➔ Pada tanggal 15 November 1825, Perjanjian Padang ditandatangani. Isi Perjanjian Padang tersebut adalah:
◆ Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam,
Bukit Tinggi, dan menjamin pelaksanaan sistem agama di daerahnya.
◆ Kedua belah pihak akan saling menyerang.
◆ Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan.
◆ Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam.
➔ Terjadi Perang Diponegoro.
iii. FASE KETIGA (1830-1837/1838)
➔ Perang Diponegoro berakhir pada akhir tahun 1830, setelah itu kekuatan Belanda dikonsentrasikan ke
Sumatera Barat untuk menghadapi perlawanan kaum Padri.
➔ Kaum Padri mulai mendapat simpati dari kaum Adat sehingga kekuatan para pejuang di Sumatera Barat
meningkat.
➔ Orang-orang Padri yang mendapatkan dukungan kaum Adat bergerak ke pos-pos tentara Belanda.
➔ Kaum Padri dari Bukit Kamang berhasil memutuskan sarana komunikasi antara benteng Belanda di bawah
Gillavry untuk menyerang Kota Tua di Ampek Angkek, serta membangun benteng pertahanan dari Ampang
Gadang sampai ke Biaro.
➔ Batang Gadis, sebuah nagari yang memiliki posisi yang sangat strategis dan terletak di antara Tanjung Alam
dan Batu Sangkar juga diduduki.
➔ Tahun 1831, Gillavry digantikan oleh Jaob Elout yang telah mendapatkan pesan dari Gubernur Jenderal Van
den Bosch agar melaksanakan serangan besar-besaran terhadap kaum Padri.
➔ Elout mengerahkan pasukannya untuk menguasai beberapa nagari seperti Manggung dan Naras. Termasuk
daerah Batipuh.
➔ Setelah menguasai Batipuh, serangan Belanda ditujukan ke Benteng Marapalam yang merupakan kuni untuk
dapat menguasai Lintau.
➔ 2 orang Padri berkhianat dengan menunjukkan jalan menuju benteng kepada Belanda, pada Agustus 1831
Belanda dapat menguasai Benteng Marapalam tersebut.
➔ Seiring dengan datangnya bantuan pasukan dari Jawa pada tahun 1832 maka Belanda semakin meningkatkan
ofensif terhadap kekuatan kaum Padri di berbagai daerah. Pasukan yang datang dari Jawa itu antara lain
pasukan legium Sentot Ali Basah Prawirodirjo dengan 300 prajurit bersenjata.
➔ Pada tahun 1833, kekuatan Belanda sudah begitu besar. Belanda mampu melakukan penyerangan terhadap
pos-pos pertahanan kaum Padri.
➔ Penyerangan terhadap Guguk Sigandang merupakan catatan hitam dalam sejarah disertai dengan
penyembelihan dan penyimpangan terhadap tokoh-tokoh dan pasukan kaum Padri bahkan terhadap yang
dicurigai sebagai pendukung Padri.
➔ Pada penyerbuan Kamang, Tuanku Nan Cerdik ditangkap.
➔ Van den Bosch pergi ke Sumatera Barat dan menggunakan taktik winning the heart kepada masyarakat
◆ Pajak pasar dan berbagai jenis pajak lainnya dihapuskan.
◆ Diberi gaji 25-30 golden.
◆ Para kuli yang bekerja untuk pemerintah Belanda juga diberi 50 sen sehari.
➔ Elout digantikan oleh E. Francis yang tidak akan mencampuri urusan pemerintahan tradisional di Minangkabau.
➔ Pada tahun 1833, Plakat Panjang dikeluarkan.
◆ Pernyataan atau janji khidmat yang isinya tidak akan lagi peperangan antara Belanda dan kaum Padri.
➔ Setelah Plakat Panjang dikeluarkan, Belanda mulai menawarkan perdamaian kepada para pemimpin Padri.
➔ Dengan kebijakan baru itu, beberapa tokoh Padri dikontak oleh Belanda dalam rangka mencapai perdamaian.
➔ Setelah kekuatan pasukan Tuanku Nan Cerdik dapat dihancurkan, pertahanan terakhir perjuangan kaum Padri
berada di tangan Tuanku Imam Bonjol.
➔ Pada tahun 1834, Belanda dapat memusatkan kekuatannya untuk menyerang pasukan Imam Bonjol di Bonjol.
Tentara Belanda memblokade jalan-jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah pantai.
➔ Pada tanggal 16 Juni 1835 benteng Bonjol diserang oleh serdadu Belanda.
➔ Pada bulan Agustus 1835, benteng di perbukitan dekat Bonjol jatuh ke tangan Belanda.
➔ Belanda mencoba berdamai dengan Tuanku Imam Bonjol dan ia setuju dengan persyaratan Bonjo harus
dibebaskan dari bentuk kerja paksa dan nagari tersebut tidak diduduki oleh Belanda.
➔ Belanda tidak memberi jawaban terhadap persyaratan Tuanku Imam Bonjol dan malah memperkuat
pertahanan di Bonjol.
➔ Sampai tahun 1836 benteng Bonjol tetap dapat dipertahan tetap dapat dipertahankan oleh pasukan Padri.
➔ Pemimpin Padri ditangkap dan hal ini memperlemah pertahanan pasukan Padri.
➔ Pada bulan Oktober 1837, Belanda mengepung dan menyerang benteng Bonjol sehingga Tuanku Imam Bonjol
dan pasukannya terdesak.
➔ Pada tanggal 25 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol ditangkap.
➔ Pasukan yang dapat meloloskan diri melanjutkan perang gerilya di hutan-hutan Sumatera Barat.
➔ Pada tanggal 19 Januari 1839, Tuanku Imam Bonjol dibuang ke Ambon dan tahun 1841 dipindahkan ke
Manado sampai meninggalnya pada tanggal 6 November 1864.
E. Perang Diponegoro (1825-1830)
● Latar belakang:
➔ Campur tangan pemerintah kolonial Belanda terhadap urusan pemerintahan Kesultanan Yogyakarta.
◆ Hal ini membuat adat dan budaya keraton yang sudah lama di keraton menjadi tergeser dan malah
melahirkan budaya Barat yang tidak sesuai di Nusantara (seperti mengkonsumsi alkohol).
➔ Para pejabat kesultanan diperlakukan sebagai bawahan pemerintah kolonial Belanda.
➔ Penetapan berbagai pajak oleh pemerintah kolonial Belanda-Kesultanan Yogyakarta yang membuat rakyat
menderita.
➔ Pemasangan patok-patok batas pembangunan jalan yang melewati tanah Pangeran Diponegoro.
● Pemerintah kerajaan mengizinkan perusahaan asing menyewa tanah sawah untuk kepentingan perusahaan dan hal
ini mengakibatkan para petani menjadi tidak dapat mengembangkan hidup dengan pertaniannya dan petani malah
menjadi tenaga kerja paksa.
● Beberapa penderitaan pada masa Van Der Capellen:
➔ Welah-welih (pajak tanah).
➔ Pengawang-awang (pajak halaman kekurangan).
➔ Pecumpling (pajak jumlah pintu).
➔ Pajigar (pajak ternak).
➔ Penyoket (pajak pindah nama).
➔ Bekti (pajak menyewa tanah atau menerima jabatan).
➔ Pajak di tempat pabean atau tol.
➔ Semua lalu lintas pengangkut barang dikenai pajang.
➔ Bahkan seorang ibu yang menggendong anak di jalan umum juga harus membayar pajak.
● Terdapat perbedaan yang sangat besar antara kelas sosil di masyarakat sehingga menimbulkan
kelompok-kelompok yang tidak puas dan menimbulkan kekacauan.
● Di antara kekacauan dan penderitaan, muncul laah putera Sultan Hamengkubuwana II yang bernama Raden Mas
Ontowiryo atau lebih dikenal dengan Pangeran Diponegoro.
● Pangeran Diponegoro berusaha menentang dominasi Belanda dan pada tanggal 20 Juli 1825 Perang Diponegoro
meletus.
i. AWAL INSIDEN ANJIR
➔ Sejak tahun 1823, Smissaert diangkat sebagai residen di Yogyakarta.
◆ Dikenal sebagai tokoh yang anti terhadap Pangeran Diponegoro.
➔ Smissaert bekerja sama dengan Patih Danurejo dalam berusaha menyingkirkan Pangeran Diponegoro dari
istana Yogyakarta.
➔ Pada tahun 1825, Smissaert dan Patih Danurejo memerintahkan anak buahnya untuk memasang anjir
(pancang/patok).
➔ Anjir ini sengaja dipasang melewati pekarangan milik Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin.
➔ Pangeran DIponegoro memerintahkan rakyat untuk mencabut anjir-anjir tersebut akan tetapi Patih Danurejo
memasang kembali anjir-anjir itu dengan dijaga pasukan Macanan (pasukan pengawal kepatihan).
➔ Pengikut Pangeran Diponegoro mencabut anjir-anjir itu dan digantikan dengan tombak-tombak mereka.
➔ Pada tanggal 20 Juli 1825, rakyat Tegalrejo berkumpul dan berbagai senjata, mereka menyatakan setia kepada
Pangeran Diponegoro dan mendukung perang melawan Belanda.
➔ Belanda datang dan mengepung rakyat sehingga pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan.
➔ Tegalreja dibumihanguskan dan akhirnya Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke arah selatan ke
Bukit Selarong.
➔ Untuk mengawali perlawanannya terhadap Belanda Pangeran Diponegoro membangun benteng pertahanan
di Gua Selarong.
➔ Pangeran Diponegoro mendapatkan dukungan dari masyarakat, para punggawa kerajaan, dan para bupati. 15
dari 29 pangeran dan 41 dari 88 bupati bergabung dengan Pangeran Diponegoro.
ii. MENGATUR STRATEGI DARI SELARONG
➔ Langkah-langkah strategi yang disusun oleh Pangeran Diponegoro:
◆ Merencanakan serangan ke keraton Yogyakarta dengan mengisolasi pasukan Belanda dan mencegah
masuknya bantuan dari luar.
◆ Mengirim kurir kepada para bupati atau ulama agar mempersiapkan siapa yang sekiranya kawan dan
lawan.
◆ Membagi kawasan Kesultanan Yogyakarta menjadi beberapa mandala perang dan mengangkat para
pemimpinnya.
➔ Pangeran DIponegoro membagi menjadi 16 mandala perang Misalnya:
◆ Yogyakarta dan sekitarnya berada dibawah komando Pangeran Adinegoro (adik Diponegoro) yang
diangkat sebagai patih dengan gelar Suryenglogo).
◆ Bagelen berada dibawah kontrol Pangeran Suryokusumo dan Tumenggung Reksoprojo.
◆ Perlawanan Kedu dipimpin oleh Kiai Muahmmad Anfal dan Mulyosentiko.
◆ Kiai Hasan Besari diutus di daerah Kedu untuk mengobarkan Perang Sabil untuk memperkuat pasukan
yang telah ada.
◆ Pangeran Abubakar didampingi dengan Pangeran Muhammad memimpin perlawanan di Lowanu.
◆ Pangeran Adisuryo dan Pangeran Somonegoro memimpin perlawanan di Kulon Progo.
◆ Yogyakarta bagian utara dipimpin oleh Pangeran Joyokusumo.
◆ Yogyakarta bagian timur diserahkan kepada Suryonegoro, Sumodiningrat, dan Suronegoro.
◆ Gunung Kidul dimpinpin oleh Pangeran Singosari.
◆ Plered dipimpin oleh Kertopengalasan.
◆ Pajang dipmimpin oleh Warsokusumo dan Mertoloyo.
◆ Sukowati dipimpin oleh Tumenggung Kertodijo dan Mangunnegoro.
◆ Gowong dipimpin oleh Tumenggung Gajah Pernolo.
◆ Langon dipimpin oleh Pangeran Notobroto Projo.
◆ Serang dipimpin oleh Pangeran Serang.
➔ Pangeran Diponegoro didampingi oleh Pangeran Mangkubumi (pamannya), Ali Basyah Sentot Prawirodirjo
(sebagai panglima muda), dan Kiai Mojo bersama murid-muridnya.
➔ Nyi Ageng Serang yang sudah berusia 73 tahun bersama cucunya R.M. Papak bergabung bersama pasukan
Pangeran Diponegoro.
➔ Nyi Ageng Serang (nama aslinya R.A. Kustiah Retno Edi), sejak remaja sudah anti terhadap Belanda dan
pernah membantu ayahnya (Panembahan Serang) untuk melawan Belanda.
➔ Pada tahun-tahun awal Pangeran Diponegoro mengembangkan semangat Perang Sabil, perlawanannya
sangat efektif.
➔ Pusat kota dapat dikuasai.
➔ Gerakan pasukan Pangeran Diponegoro bergerak ke timur dan dapat menaklukkan Delanggu dalam rangka
menguasai Surakarta namun pasukan Pangeran Diponegoro dapat ditahan oleh pasukan Belanda di Gowok.
➔ Untuk memperkokoh kedudukan Pangeran Diponegoro, para ulama dan pengikutnya ia nobatkan sebagai raja
dengan gelar Sultan Abdulhamid Herucokro (Sultan Ngabdulkamid Erucokro).
iii. PERLUASAN PERANG DI BERBAGAI DAERAH
➔ Pergerakan Pangeran Diponegoro meluas ke daerah Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang, dan Rembang.
Kemudian ke arah timur meluas ke Madiun, Magetam, terus Kediri dan sekitarnya.
➔ Perang Diponegoro dikenal sebagai Perang Jawa karena Perang Diponegoro mampu menggerakkan kekuatan
seluruh Jawa.
➔ Belanda berusaha meningkatkan kekuatannya dengan cara mengirim beberapa komandan tempur ke berbagai
daerah pertempuran )misalnya Letkol Clurens dikirim ke Tegal dan Pekalongan, Letkol Diell ke Banyumas)
➔ Jenderal de Kock sebagai pemimpin perang Belanda berusaha meningkatkan kekuasaanya.
➔ Belanda juga mendatangkan bantuan tentara Belanda dari Sumatera Berat.
➔ Belanda berusaha menghancurkan pos-pos pertahanan pasukan Pangeran Diponegoro.
◆ Sasaran pertama: pos pertahanan Pangeran Diponegoro di Gua Selarong. Pada tanggal 4 Oktober 1825,
pasukan Belanda menyerang pos tersebut akan tetapi ternyata pos tersebut sudah kosong. Itu
merupakan bagian dari strategi Pangeran Diponegoro. Pos pertahanan Diponegoro sudah dipindahkan ke
Dekso di bawah pimpinan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo.
◆ Pada tahun 1826, pasukan Ali Basyah Sentot Prawirodirjo berhasil mengalahkan tentara Belanda di
daerah-daerah bagian Barat (Kulo Progo dan sekitarnya).
◆ Pasukan Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran Singosari mendapatkan berbagai kemenangan di
Gunung Kidul.
◆ Benteng pertahanan Belanda di Prambanan juga berhasil diserang oleh pasukan Diponegoro di bawah
pimpinan Tumenggung Suronegoro.
◆ Plered sebagai pos pertahanan Diponegoro juga sering mendapatkan serangan Belanda, namun dapat
dipertahankan oleh pasukan Diponegoro di bawah Kertopengalasan.
➔ Perlawanan Pangeran Diponegoro mendapat dukungan luas dari para bupati di mancanegara (istilah untuk
menyebut daerah-daerah yang umumnya sekarang di luar Yogyakarta). Misalnya:
◆ Terjadi perlawanan sengit di Serang (daerah perbatasan antara Karesidenan Semarang dan Surakarta).
◆ Daerah-daerah mancanegara bagian timur terus melakukan perlawanan di bawah para bupatinya,
misalnya di Madiun, Magetan, Kertosono, Ngawi, dan Sukowati.
◆ Mancanegara bagian barat meluas di wilayah Bagelen, Magelang, dan daerah-daerah Karesidenan Kedu
lainnya.
iv. BENTENG STELSEL PEMBAWA PETAKA
➔ Untuk menghadapi pasukan DIponegoro yang bergerak dari pos satu ke pos yang lainnya, Jenderal de Kock
menerapkan strategi dengan sistem Benteng Stelsel.
➔ Pada tahun 1827, perlawanan Diponegoro di beberapa tempat berhasil dipukul mundur oleh pasukan
Belanda, misalnya di Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Magelang. Masing-masing tempat dihubungkan
dengan benteng pertahanan. Magelang dijadikan pusat kekuatan militer Belanda.
➔ Dengan sistem benteng stelsel, ruang gerak pasukan Diponegoro semakin sempit. Para pemimpin yang
membantu Diponegoro mulai banyak tertangkap.
➔ Perlawanan rakyat masih terjadi di beberapa tempat.
◆ Pasukan Diponegoro di Banyumeneng Harus bertahan dari serangan Belanda.
◆ Rakyat mengadakan perlawanan di daerah Rajegwesi di Rembang di bawah pimpinan Raden
Tumenggung Ario Sosrodilogo.
◆ Pasukan Diponegoro di bawah Sentot Prawirodirjo justru berhasil menyerang benteng Belanda di
Nanggulan (daerah di Kulon Progo). Penyerangan ini menewaskan Kapten Ingen.
➔ Pasukan Belanda dikonsentrasikan untuk mendesak dan mempersempit ruang gerak pasukan Sentot
Prawirodirjo dan kemudian mencoba untuk didekati agar mau berunding.
➔ Ajakan Belanda berkali-kali ditolak sehingga Belanda meminta bantuan kepada Aria Prawirodiningrat untuk
membujuk Sentot Prawirodirjo dan pada akhirnya menerima ajakan untuk berunding.
➔ Pada tanggal 17 Oktober 1829, Perjanjian Imogiri ditandatangani oleh Sentot Prawirodirjo. Isi perjanjian:
◆ Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam.
◆ Pasukan Sentot Prawirodirjo tidak dibubarkan dan ia tetapi sebagai komandannya.
◆ Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diizinkan untuk tetap memakai sorban.
◆ Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dengan
pasukannya memasuki ibu kota negeri Yogyakarta untuk secara resmi menyerahkan diri.
➔ Penyerahan diri atau tertangkapnya para pemimpin pengikut Pangeran Diponegoro menjadi pukulan berat
bagi perjuangan Pangeran Diponegoro.
➔ Pasukan di bawah komando Diponegoro terus berjuang mempertahankan tanah tumpah darahnya. Pasukan ini
bergerak dari pos ke satu ke pos yang lainnya.
➔ Belanda mengumumkan kepada khalayak pemberian hadiah sejumlah 20.000 ringgit bagi siapa saja yang
dapat menyerahkan Pangeran Diponegoro baik dalam keadaan hidup maupun mati. Akan tetapi tampaknya
tidak ada yang tertarik dengan pengumuman itu.
➔ Pangeran Diponegoro ditangkap oleh pemerintah Belanda saat melakukan perundingan dan kemudian
diasingkan ke Manado pada tahun 1830.
F. Perlawanan di Bali (1846-1908)
● Sekitar tahun 1830-an pemerintahan Hindia Belanda aktif menanamkan pengaruhnya di Bali.
● Perkembangan dominasi Belanda inilah yang kemudian menyulut api perlawanan rakyat Bali kepada Belanda yang
terkenal dengan sebutan “Perang Puputan”.
i. LATAR BELAKANG PERANG PUPUTAN DI BALI
➔ Pada abad ke-19, Bali sudah dapat mengembangkan kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Misalnya Buleleng,
Karangasem , Klungkung, Ginayar, Badung, Jembrana, Tabanan, Menguri, dan Bangli.
➔ Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels mulai terjadi kontak dengan kerajaan-kerajaan di Bali,
tidak hanya terkait dengan dagang tetapi juga menyangkut sewa menyewa orang-orang Bali untuk dijadikan
tentara pemerintah Hindia Belanda.
➔ Belanda mengirimkan 2 utusan dengan misi-misinya masing-masing.
◆ G.A Granpe Moliere untuk misi ekonomi.
◆ Huskus Koopman untuk misi politik.
➔ Misi ekonomi berjalan lancar.
➔ Misi politik mengalami kendala.
➔ Huskus Koopman terus berusaha mendekati raja-raja di Bali agar bersedia mengakui politik antara raja-raja di
Bali dengan Belanda. Misalnya:
◆ Raja Badung (28 November 1842).
◆ Raja Karangasem (1 Mei 1843).
◆ Raja Buleleng (8 Mei 1843).
◆ Raja Klungkung (25 Mei 1843).
◆ Raja Tabanan (22 Juni 1843)
➔ Perjanjian kontrak antara raja-raja di Bali dengan Belanda itu terutama seputar Hukum Tawan Karang agar
dihapuskan.
➔ Adanya Hukum Tawan Karang ini dianggap menghambat Belanda dalam menguasai Bali.
➔ Karena bujukan Belanda, raja-raja di Bali dapat menerima perjanjian untuk meratifikasi penghapusan Hukum
Tawan Karang.
➔ Tapi sampai tahun 1844, Raja Buleleng dan Raja Karangasem belum melaksanakan perjanjian tersebut.
➔ Pada tahun 1844, penduduk melakukan perampasan atas isi 2 kapal Belanda yang terdampar di Pantai
Sangsit (Buleleng) dan Jembrana (waktu itu juga daerahnya Buleleng).
➔ Belanda memberikan protes keras terhadap kejadian tersebut.
➔ Belanda memaksa Raja Buleleng, Gusti Ngurah Made Karangasem agar melaksanakan isi perjanjian yang telah
disepakati. Belanda juga menuntut agar Buleleng membayar ganti rugi atas kapal Belanda yang dirampas
penduduk.
➔ Raja Gusti Ngurah Made Karangasem yang mendapatkan dukungan patihnya, I Gusti Ketut Jelantik, dengan
tegas menolak tuntutan Belanda tersebut. I Gusti Ketut Jelantik bahkan melakukan latihan dan menghimpun
kekuatan untuk melawan kesewenang-wenangan Belanda.
➔ Patih Ketut Jelantik terus mempersiapkan prajurit Buleleng dan memperkuat pos-pos pertahanan.
➔ Raja Buleleng mendapatkan dukungan dari Kerajaan Karangasem dan Kerajaan Klungkung.
➔ Pada tanggal 27 Juni 1846, telah datang pasukan Belanda berkekuatan 1.7000 orang pasukan darat uang
langsung menyerbu kampung-kampung di tepi pantai.
➔ Pejuang Buleleng menjadi terdesak karena betapa modern-nya persenjataan yang digunakannya dalam
pertempuran.
➔ Benteng pertahanan Buleleng jebol dan ibu kota Singaraja dikuasai Belanda.
➔ Raja dan Patih Ketut Jelantik beserta pasukannya terpaksa mundur sampai ke Desa Jagaraga.
➔ Pasukan Belanda mendesak dan memaksa Raja Buleleng untuk menandatangani perjanjian. Perjanjian
ditandatangani pada tanggal 6 Juli 1846, isinya antara lain:
◆ Dalam waktu 3 bulan, Raja Buleleng harus menghancurkan semua benteng Buleleng yang pernah
digunakan dan tidak boleh membangun benteng baru.
◆ Raja Buleleng harus membayar ganti rugi dari biaya perang yang telah dikeluarkan Belanda, sejumlah
75.000 golden.
◆ Belanda diizinkan menempatkan pasukannya di Buleleng.
➔ Raja dan para pejuan pura-pura menerima isi perjanjian itu.
➔ Raja dan Patih Ketut Jelantik memperkuat pasukannya. Benteng pertahanan yang dibangun di Jagaraga.
➔ Rakyat sengaja tetap mempertahankan Hukum Tawan Karang.
➔ Pada tahun 1847, saat ada kapak-kapak asing terdampar di Pantai Kusumba Klungkung, tetap dirampas oleh
kerjaan.
➔ Belanda menjadi marah dan mengeluarkan ultimatum agar raja-raja di Buleleng, Klungkung, dan Karangasem
mematuhi dan melaksanakan isi perjanjian yang telah ditandatangani.
➔ Raja-raja di Bali tidak menghiraukan ultimatum Belanda.
➔ Raja Buleleng kemudian mengirimkan kurir untuk meminta bantuan pasukan dari kerajaan-kerajaan lain di
Bali, sehingga datang pasukan tambahan dari Klungkung, Karangasem, dan Mengwi
➔ Pada tanggal 7 dan 8 Juni 1848, bala bantuan Belanda datang di Pantai Sangsit.
➔ Pada tanggal 8 Juni 1848, serangan Belanda terhadap benteng Jagaraga dimulai.
◆ Sebagai pemimpin tentara Belanda antara lain: J. van Swieten, Letkol Sutherland Benteng Jagaraga terus
dihujani meriam.
◆ Pasukan Buleleng di bawah pimpinan Ketut Jelantik yang dibantu istrinya, Jero Jempiring, mampu
mengembangkan pertahanan dengan gelar-supit urang sehingga dapat menjebak pasukan Belanda.
◆ 5 orang opsir dan 74 orang serdadu dapat ditewaskan ditambah lagi 7 opsir dan 98 serdadu Belanda
luka-luka.
◆ Pasukan Belanda terpaksa ditarik mundur.
➔ Belanda mempersiapkan pasukan yang lebih kuat untuk melakukan pembalasan.
➔ Pada awal bulan April 1849, telah datang kesatuan serdadu Belanda dalam jumlah besar menuju ke Jagaraga.
➔ Pada tanggal 15 April 1849, semua kekuatan Belanda dikerahkan untuk menyerang Jagaraga.
➔ Pada tanggal 18 April 1849 sore hari, semua kekuatan di Jagaraga dapat dilumpuhkan oleh Belanda.
➔ Raja Buleleng diikuti I Gusti Ketut Jelantik dan Jero Jempiring menyingkir ke Karangasem. Tetapi mereka
tertangkap dan terbunuh dalam upaya untuk mempertahankan diri.
➔ Dengan terbunuhnya Raja Buleleng dan Patih Ketut Jelantik, maka jatuhlah Kerajaan Buleleng ke tangan
Belanda.
➔ Pada bulan Mei 1849, Karangasem berhasil ditaklukkan, berikutnya Kusumba (Kungkung) jatuh juga.
➔ Pada tahun 1906, terjadi Perang Puputan di Badung.
➔ Pada tahun 1908, terjadi Perang Puputan di Klungkung.
G. Perang Banjar (1859-1862)
● Di Kalimantan Selatan pernah berkembang Kerajaan Banjar/Kerajaan Banjarmasin.
➔ Wilayah kesultanan Banjarmasin ini pada abad ke-19 meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
sekarang.
➔ Pusatnya di Martapura.
➔ Memiliki posisi yang strategis dalam kegiatan perdagangan dunia.
➔ Hasil-hasil dalam perdagangannya meliputi emas, intan, lada, rotan, dan damar. Hasil-hasil ini termausk
produk yang diminati oleh orang-orang Barat sehingga mereka sangat berminat untuk menguasai Kesultanan
Banjarmasin.
➔ Latar belakang:
◆ Monopoli perdagangan Belanda di Kalimantan yang sangat merugikan pedagang pribumi.
◆ Beban pajak dan kewajiban rodi terhadap rakyat yang sangat memberatkan.
◆ Intervensi Belanda terhadap urusan internal Kerajaan Banjar.
◆ Keinginan Belanda menguasai Kalimantan yang akan akan tambang.
➔ Pada tahun 1817, terjadi perjanjian antara Sultan Banjar (Sultan Sulaiman) dengan pemerintah Hindia
Belanda.
◆ Dalam perjanjian ini Sultan Sulaiman harus menyerahKan sebagian wilayah Banjar kepada Belanda,
seperti daerah Dayak, Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan,
Pasir Kutai, dan Beran.
➔ Menurut perjanjian yang diadakan pada tanggal 4 Mei 1826 antara Sultan Adam Alwasikh dengan Belanda,
menetapkan daerah Kesultanan Banjar tinggal daerah Hulu Sungai, Partapura, dan Banjarmasin.
➔ Wilayah kekuasaan yang semakin sempit membuat masalah dalam bidang sosial ekonomi, penghasilan para
penguasa kerajaan menjadi semakin kecil dan kebutuhan hidup semakin meningkat.
➔ Untuk mengatasi masalah ekonomi, pajak dinaikkan dan dengan demikian rakyat menjadi sasaran eksploitasi
baik dari pemerintah kolonial maupun para pejabat kerajaan. Rakyat juga diperintahkan untuk melakukan kerja
wajib.
➔ Di Kerajaan Banjarmasin terjadi konflik intern yang disebabkan oleh intervensi Belanda.
◆ Bermula pada saat putera mahkota Abdul Rakhman meninggal secara mendadak pada tahun 1852.
◆ Sultan Adam memiliki 3 putra sebagai kandidat pengganti sultan: Pangeran Hidayatullah, Pangeran
Tamjidillah, dan Prabu Anom.
◆ Pangeran Hidayatullah didukung pihak istana dan kebetulan memiliki surat wasiat dari Sultan Adam
sebagai menggantikan sebagai sultan, Pangeran Anom dijagokan sebagai mangkubumi, dan Pangeran
Tamjidillah didukung Belanda.
➔ Pada tahun 1857, Sultan Adam meninggal.
➔ Residen E.F Graaf von Bentheim Tecklenburg mewakili Belanda mengangkat Tamjidillah sebagai sultan dan
Pangeran Hidayatullah diangkat sebagai mangkubumi (padahal menurut wasiat yang sah yang diangkat
sebagai sultan adalah Pangeran Hidayatullah).
➔ Pengangkatan Tamjidillah sebagai Sultan Banjarmasin menimbulkan protes dan kekecewaan dari berbagai
pihak, Tamjidillah memiliki sifat yang kurang baik (menyukai minum-minuman keras, menghapus hak-hak
istimewa saudara-saudaranya, menganggap tidak ada surat wasiat dari Sultan Adam kepada Pangeran
Hidayatullah).
➔ Pangeran Anom dibuang ke Bandung.
➔ Salah satu gerakan protes yang menolak pengangkatan Tamjidillah sebagai sultan adalah gerakan yang
dipelopori oleh Penghulu Abdulgani.
➔ Pangeran Hidayatullah sebagai mangkubumi ternyata selalu disisihkan dalam berbagai urusan.
➔ Terjadi gerakan di pedalaman yang dipelopori oleh Aling (dikenal sebagai Panembahan Muning). Ia berkata
dalam semedinya ia mendapatkan firasat agar Kesultanan Banjarmasin dikembalikan kepada Pangeran
Antasari, sepupu Pangeran Hidayatullah. Pangeran Antasari adalah seorang pangeran yang diperkirakan
merupakan keturunan raja di Banjarmasin.
➔ Pusat gerakan Aling dinamakan Tambai Mekah (Serambi Mekah) yang terletak di tepian Sungai Muning.
◆ Dinamakan Serambi Mekah karena Aceh merupakan daerah pertama masuknya Islam di Nusantara.
◆ Aceh juga pernah menjadi kerajaan Islam yang mendapat pengakuan dari Syarif Mekah atas nama
Khalifah Turki.
◆ Aceh juga pernah menjadi pangkalan/pelabuhan haji untuk seluruh Nusantara. Orang-orang Indonesia
yang naik haji ke Mekah dengan kapal laut, sebelum mengarungi Samudera Indonesia tinggal beberapa
bulan di Banda Aceh.
➔ Aling memanggil Pangeran Antasari dan memperbesar pengaruhnya.
➔ Pangeran Antasari ingin menurunkan Tamjidillah dari kekuasaan dan melawan kekuasaan Belanda. Antasari
mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti Sultan Pasir dan Tumenggung Surapati, pimpinan
orang-orang Dayak.
➔ Pada tanggal 28 April 1859, orang-orang Muning di bawah komando Panembahan Aling dan putranya, Sultan
Kuning, menyerbu kawasan tambang batu bara di Pengaron.
➔ Para pejuang Muning gagal menduduki benteng di Pengaron dan berhasil membakar kawasan tambang batu
bara dan pemukiman orang-orang Belanda di sekitar Pengaron (banyak orang-orang Belanda yang terbunuh
karena gerakan ini).
➔ Pejuang Muning melakukan penyerangan ke perkebunan milik gubernemen di Gunung Jabok, Kalangan, dan
Bangkal dan dengan demikian berkobarlah Perang Banjar.
➔ Tamjidillah yang tidak bisa menangani kekacauan dinilai tidak mampu memerintah oleh Belanda dan diminta
untuk turun tahta.
➔ Pada tanggal 25 Juni 1859, Tamjidillah secara resmi mengundurkan diri dan mengembalikan legalia Banjar
kepada Belanda dan Tamjidillah diasingkan ke Bogor.
➔ Kesultanan Banjar mulai berada di bawah dominasi Belanda.
➔ Belanda berusaha membujuk Pangeran Hidayatullah untuk bergabung dengan Belanda dan akan diangkat
menjadi Sultan Banjar.
➔ Pangeran Hidayatullah memilih bersama rakyat untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda.
➔ Pasukan Antasari bergerak menyebu pos-pos Belanda di Martapura, perlawanan Antasari dengan cepat
mendapat dukungan dari para ulama dan punggawa kerajaan yang sudah muak dengan kelicikan dan
kekejaman Belanda.
➔ Pada bulan Agustus 1859, Antasari bersama pasukan Haji Buyasin, Kiai Langlang, dan Kiai Demang Lehman
berhasil menyerang benteng Belanda di Tabanio.
➔ Pasukan Surapati berhasil menenggelamkan kapal Belanda, Onrust, dan merampas senjata yang ada di kapal
tersbeut di Lontotuor, Sungai Barito Hulu.
➔ Pada bulan Agustus-September 1859, pertempuran Banjar terjadi di 3 lokasi: Banua Lima, sekitar Martapura
dan Tanah Laut, dan sepanjang Sungai Barito.
◆ Pertempuran di sekitar Banua Lima berada di bawah pimpinan Tumenggung Jalil.
◆ Pertempuran di sekitar Martapura dan Tanah Laut berada di bawah pimpinan Demang Lehman.
◆ Pertempuran di sepanjang Sungai Barito berada di bawah pimpinan Pangeran Antasari.
➔ Kiai Demang Lehman yang berusaha mempertahankan benteng Tabanio diserbu tentara Belanda.
➔ Belanda meningkatkan jumlah pasukannya.
➔ Benteng Tabanio berhasil dikepung oleh Belanda, Demang Lehmang dan pasukannya dapatmeloloskan diri.
➔ Demang Lehman kemudian memusatkan kekuatannya di benteng pertahanan di Gunung Lawak,Tanah Laut.
➔ Benteng pertahanan di Gunung Lawak juga diserang oleh Belanda dan Demang Lehman meninggalkan
benteng itu karena sudah banyak pengikutnya yang menjadi korban.
➔ Pada bulan September, Demang Lehman dan para pemimpin lain, seperti Tumenggung Jalil dan Pangeran
Muhammad Aminullah, meninggalkan medan pertempuran di Tanah Laut menuju Kandangan untuk
mengadakan perundingan dengan tokoh-toko pejuang yang lain.
➔ Dalam pertemuan Kandangan, para pemimpin pejuang Perang Bandar bersepakat untuk menolak tawaran
berunding dengan Belanda, dengan merumuskan beberapa siasat perlawanan sebagai berikut:
◆ Pemusatan kekuatan perlawanan di daerah Amuntai.
◆ Membuat dan memperkuat pertahanan di Tanah Laut, Martapura, Rantau, dan Kandangan.
◆ Pangeran Antasari memperkuat pertahanan di Dusun Atas.
◆ Mengusahakan tambahan senjata.
➔ Untuk menghadapi para pejuang, Belanda terus memperkuat pasukan dan membangun benteng-benteng
pertahanan seperti di Tapin, memperkuat Benteng Munggu Thayor, dan Benteng Amawang di Kandungan.
➔ Demang Lehman berusaha menyerang Benteng Amawang tetapi gagal.
➔ Demang Lehman dan pasukannya mundur menuju daerah Barabai untuk memperkuat pertahanan pasukan
Pangeran Hidayatullah.
➔ Pangeran Hidayatullah setelah meninggalkan Martapura dan berkumpul dengan seluruh anggota keluarha,
kemudian diikuti pasukannya ia berangkat ke Amuntai.
➔ Pangeran Hidayatullah diangkat sebagai sultan oleh para ulama dan semua pengikutnya.
➔ Sultan Hidayatullah menyatakan perang jihad fisabilillah terhadap orang-orang Belanda. Dalam gerakannya
menuju Amuntai pasukannya melakukan serangan ke pos-pos Belanda.
➔ Gerakan perlawanan Sultan Hidayatullah kemudian dipusatkan di Barabai.
➔ Pasukan Demang Lehman datang untuk memperkuat pasukan Hidayatullah.
➔ Pasukan Belanda di bawah G.M. Verspyck mengerahkan semua kekuatan pasukan yang ada untuk melawan
pasukan gabungan tersebut. Pasukan infanteri dari Battalion VII, IX, XIII semua dikerahkan, ditambahkan 100
orang petugas pembawa perlengkapan perang dan makanan. Belanda juga mendatangkan kapal-kapal perang
dari Suriname, Bone dan kapal-kapal kecil.
➔ Pasukan Demang Lehman dan Hidayatullah menghadapi Belanda (syahid).
➔ Pasukan Belanda yang lebih unggul dalam pasukan dan persenjataan, sehingga pasukan Demang Lehman dan
Hidayatullah menarik mundur pasukannya.
➔ Pasukan Demang Lehman dan Hidayatullah membangun pertahanan di Gunung Madang akan tetapi
pertahadan ini jebol.
➔ Pangeran Hidayatullah dengan sisa pasukannya kemudian berjuang berpindah-pindah.
➔ Belanda terus memburu dan mempersempit ruang gerak pasukan Hidayatullah.
➔ Pada tanggal 28 Februari 1862, Hidayatullah berhasil ditangkap bersama anggota keluarganya yang ikut
berperang.
➔ Hidayatulah dan keluarganya diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Berakhirlah perlawanan Pangeran
Hidayatullah.
➔ Sementara itu Pangeran Antasari terus melanjutkan perlawanannya.
➔ Pangeran Antasari diangkat sebagai pejuang dan pemimpin tertinggi agama Islam dengan gelar “Panembahan
Amiruddin Kalifatullah Mukminin” oleh para pengikutnya.
H. Perang Aceh (1825-1912)
● Aceh merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat akan tetapi hal ini mulai terganggu karena keserakahan dan
dominasi Belanda dan berimbas ke Aceh sejongga melahirkan Perang Aceh yang berlangsung pada tahun
1873-1912.
i. LATAR BELAKANG PERANG ACEH
➔ Aceh memiliki kedudukan yang strategis.
➔ Aceh menjadi pusat perdagangan karena daerahnya yang luas dan memiliki hasil penting seperti lada, hasil
tambang, dan hasil hutan.
➔ Dalam rangka mewujudkan Pax Neerlandica, Belanda sangat berambisi dalam menguasai Aceh.
➔ Orang-orang Aceh dan para sultan yang pernah berkuasa ingin mempertahankan kedaulatan Aceh, semangat
itu secara resmi didukung dan dibenarkan oleh adanya Traktat London yang dikeluarkan pada tanggal 17
Maret 1824.
◆ Traktat London adalah hasil kesepakatan antara Inggris dan Belanda yang isinya antara lain: Belanda
setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di Kepulauan Nusantara tidak akan mengganggu
kedaulatan Aceh.
➔ Traktat London menjadi kendala bagi Belanda dalam proses menguasai Aceh, tetapi secara geografis dan
politis Belanda memiliki keuntungan karena kekuatan Inggris tidak menghalangi dan Belanda mulai bisa
mendekati wilayah Aceh.
➔ Pada tahun 1825, Inggris menyerahkan Sibolga dan Natal kepada Belanda, dengan demikian Belanda
berhadapan langsung wilayah Kesultanan Aceh.
➔ Belanda memulai intervensi di Aceh, politik adu domba diterapkan.
➔ Belanda sering menemukan para bajak laut yang mengganggu kapal-kapal asing yang sedang berlayar dan
berdagang di perairan Aceh dan Selat Malaka. Dengan alasan menjaga keamanan kapal-kapal yang sering
diganggu oleh para bajak laut, maka Belanda menduduki beberapa daerah seperti Baris dan Singkel.
➔ Pada tanggal 1 Februari 1858, Belanda menawarkan perjanjian dengan Sultan Siak, Sultan Ismail.
◆ Traktat Siak adalah konsekuensi keputusan Sultan Said Ismail yang meminta bantuan Belanda untuk
mengusir Inggris dari wilayah kekuasaan Kesultanan Siak Sri Inderapura. Belanda mengabulkan
permintaan tersebut tapi tentunya tidak gratis.
◆ Perjanjian inilah yang dikenal dengan Traktat Siak. Isinya antara lain:
● Siak mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Sumatra Timur. Ini artinya daerah-daerah yang berada
di bawah pengaruh Siak (Deli, Asahan, Kampar, dan Indragiri) berada di bawah dominasi Hindia
Belanda. Padahal sebenarnya daerah itu berada di bawah lingkungan Kesultanan Aceh.
● Belanda mengakui otonomi Siak secara terbatas, yakn wilayah asli milik Kesultanan Siak Sri
Inderapura (di luar daerah talukan).
● Belanda meminta 12 daerah taklukan Siak, meliputi Kota Pinang, Pagarawan, Batu Bara, Badagai,
Kualiluh, Panai, Bilah, Asahan, Serdang, Langkat, Temiang, serta Deli.
➔ Penerusnya, Sultan Syarif Kasim I dihadapkan kepada situasi yang sama karena terikat kepada Traktat Siak
dengan Belanda. Ia harus mencari cara lain agar Kesultanan Siak Sri Inderapura tidak melemah, kerap
berinteraksi dengan orang-orang Belanda justru menghasilkan berkah tersendiri bagi dirinya.
➔ Sultan Siak lebih fokus kepada modernisasi Kesultanan Siak daripada kepada strategi berperang melawan
Belanda. Pembangunan dalam berbagai bidang seperti pemerintahan, ekonomi, seni, budaya, dan
pembangunan secara fisik digalakkan.
◆ Salah satu pembangunan yang dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Syarif Kasim I adalah Masjid
Raya Syahabuddin. Masjid ini menjadi salah satu simbol kemajuan Kesultanan Siak Sri Inderapura di
tengah pengawasan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
➔ Tindakan Belanda dan Siak ini tidak diprotes keras oleh Kesultanan Aceh. Aceh waspadai gerak-gerik Belanda
dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi aneksasi tentara Belanda.
➔ Pada tanggal 2 November 1871, Traktat Sumatera antara Belanda dan Inggris ditandatangani. Isinya antara
lain:
◆ Kerajaan Britania Raya tidak mengajukan keberatan atas perluasan dominasi Belanda terhadap Pulau
Sumatera dan juga membatalkan kesepakatan dalam Traktat London yang dikeluarkan pada tahun 1824.
◆ Kerajaan Belanda menyatakan bahwa perdagangan dan pelayaran Britania Raya atas Kesultanan Siak
dapat dilakukan, begitupun terhadap semua kesultanan di Sumatera yang dapat bertanggung jawab
pada Belanda.
➔ Traktat Sumatera menjadi ancaman bagi Kesultanan Aceh sehingga Aceh berusaha mencari sekutu dengan
negara-negara lain seperti Turki dan Italia, bahkan juga melakukan kontak dengan Amerika Serikat.
➔ Pada tahun 1873, Aceh mengirim utusan yakni Habib Abdurrahman untuk pergi ke Turki untuk meminta
bantuan senjata.
➔ Langkah-langkah Aceh (mencari bantuan ke negara lain) diketahui oleh Belanda, oleh karena itu Belanda
mengancam dan memberikan ultimatum agar Kesultanan Aceh tunduk di bawah pemerintahan Hindia
Belanda.
➔ Aceh tidak menghiraukan ultimatum itu, dan karena hal ini dinilai membangkang, pada tanggal 26 Maret 1873,
Belanda melalui Komisaris Nieuwenhuijzen mengumumkan perang terhadap Aceh.
➔ Para pejuang Aceh dibawah pemerintahan Sultan Mahmud Syah II mengobarkan semangat jihad angkat
senjata untuk melawan kezaliman Belanda.
➔ Persiapan Aceh dalam menghadapi Belanda:
◆ Membangn pos-pos pertahanan. Sepanjang pantai Aceh Besar telah dibangun kuta, yaitu semacam
benteng untuk memperkuat pertahanan wilayah.
◆ Jumlah pasukan juga ditingkatkan dan ditempatkan di beberapa tempat strategis. Sejumlah 3000
pasukan disiagakan di pantai dan 4000 pasukan disiagakan di lingkungan istana.
◆ Senjata dari luar berhasil dimasukkan ke Aceh seperti 5000 peti mesiu dan sekitar 1394 peti senapan.
ii. SYAHID ATAU MENANG
➔ Pada tanggal 5 April 1873, agresi tentara Belanda terjadi.
➔ Tentara Belanda di bawah pimpinan Jenderal Mayor J.H.R. Kohler terus melakukan serangan terhadap pasukan
Aceh.
➔ Pasukan Aceh terdiri atas para uleebalang, ulama, dan rakyat.
➔ Dengan memperhatikan hasil laporan spionase Belanda yang mengatakan bahwa Aceh sedang berada
keadaan yang lemah secara politik dan ekonomi, hal ini membuat pemimpin Belanda termasuk Kohler optimis
bahwa Aceh bisa dikalahkan.
➔ Oleh karena itu, serangan-serangan tentara Belanda terus diintensifkan.
➔ Pada tanggal 14 April 1873, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Aceg dibawah pimpinan Teuku Imeum
Lueng Bata melawan tentara Belanda di bawah pimpinan Kohler untuk memperebutkan Masjid Raya
Baiturrahman.
➔ Kohler terbunuh dan hal ini membuat pasukan Belanda ditarik mundur ke pantai.
➔ Setelah melipatgandakan kekuatannya, pada tanggal 9 Desember 1873 Belanda melakukan agresi atau
serangan yang kedua. Serangan yang kedua ini dipimpin oleh J. van Swieten.
➔ Pertempuran sengit terjadi istana dan juga terjadi di Masjid Raya Baiturrahman.
➔ Pada tanggal 6 Januari 1874, Masjid Raya Baiturrahman dibakar, para pejuang dan ulama kemudian
meninggalkan masjid. Tentara Belanda kemudian menuju istana.
➔ Pada tanggal 15 Januari 1874, Belanda dapat menduduki istana setelah istana dikosongkan, karena Sultan
Mahmud Syah II bersama para pejuang yang lain meninggalkan istana menuju ke Leueung Bata dan diteruskan
ke Pagar Aye (sekutar 7 km dari pusat kota Banda Aceh).
➔ Pada tanggal 28 Januari 1874, Sultan Mahmud Syah II meninggal karena wabah kolera.
➔ Karena jatuhnya Masjid Baiturrahman dan istana sultan, Belanda menyatakan bahwa Aceh Besar telah
menjadi daerah kekuasaan Belanda.
➔ Para uleebalang, ulama, dan rakyat mengangkat putra mahkota Muhammad Daud Syah sebagai sultan Aceh.
Tetapi karena masih di bawah umur, maka diangkatlah Tuanku Hasyim Banta Muda sebagai wali atau
pemangku sultan sampai tahun 1884.
➔ J. van Swieten digantikan oleh Jenderal Pel. Sebelum Swieten meninggalkan Aceh, ia mengatakan bahwa
pemerintah Hindia Belanda akan segera membangun kembali masjid raya yang telah dibakarnya. Hal ini
menarik simpati rakyat Aceh.
➔ Pada tahun 1877, Habib Abdurrahman plang dari Turki.
➔ Habib Abdrurrahman kemudian menggalang kekuatan bersamaTengku Cik Di Tiro.
➔ Di bawah pimpinan Van der Heijden, Belanda berhasil mendesak pasukan Habib Abdurrahman, bahkan Habib
Abdurrahman akhirnya menyerah kepada Belanda.
➔ Cik Di Tiro mundur ke arah Sigli untuk melanjutkan perlawanan.
➔ Belanda berhasil menguasai beberapa daerah seperti Seunaloh, Ansen Batee.
iii. PERANG SABIL
➔ Pada tahun 1884, Muhammad Daud Syah secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar Sultan
Ala’uddin Muhammad Daud Syah, bertempat di Masjid Indrapuri.
➔ Pada waktu acara penobatan, para pemimpin Perang Aceh (seperti Tuanku Hasyim, Panglima Polim, Tengku
Cik Di Tiro) memproklamasikan Perang Sabil.
◆ Perang Sabil merupakan perang melawan kafir Belanda, perang suci untuk membela agama, perang
untuk mempertahankan tanah air, perang jihad untuk melawan kezaliman di muka bumi.
➔ Cik Di Tiro melakukan perlawanan di Sligi dan Pidie.
➔ Teuku Umar dan Cut Nyak Dien (istrinya) tampil di Aceh bagian barat. Pertempuran sengit terjadi di Meulaboh,
beberapa pos pertahanan Belanda berhasil direbut oleh Teuku Umar.
➔ Belanda yang mulai kewalahan mulai menerapkan strategi “Konsentrasi Stelsel”.
◆ Strategi ini memusatkan seluruh pasukan di benteng-benteng sekitar kota. Belanda tidak melakukan
serangan ke daerah-daerah, melainkan cukup mempertahankan kota dan pos-pos di sekitarnya.
➔ Strategi ini tidak efektif dan malah menyebarkan perlawanan rakyat Aceh ke daerah yang lain.
➔ Pada pertengahan tahun 1886, Teuku Umar berhasil menyerang dan menyita kapal Belanda Hok Canton yang
sedang berlabuh di Pantai Rigaih.
◆ Kapten Hansen, seorang nahkoda kapal yang diberi tugas oleh Belanda untuk menangkap Teuku Umar,
justru malah tewas dibunuh oleh Teuku Umar.
➔ Pada tahun 1891, Tengku Cik Di Tiro meninggal.. Perjuangannya dilanjutkan oleh putranya, Tengku Ma Amin
Di Tiro.
➔ Pada tahun 1893, Teuku Umar menyerah kepada Belanda.
◆ Teuku Umar dijadikan panglima tentara Belanda dan diberi gelar Teuku Johan Pahlawan.
◆ Teuku Umar sebagai panglima tentara diizinkan untuk membentuk kesatuan tentara beranggotakan 250
orang.
◆ Pasukannya mendapatkan banyak senjata dan diperaya membawa 800.000
➔ Pasukan Teuku Umar dengan pasukannya berbalik dan kembali melawan belanda, peristiwa inilah yang
dikenal dengan Het verraad van Teukoe Oemar (Pengkhianatan Teuku Umar”. Teuku Umar berhasil menyerang
pos-pos Belanda yang ditemui.
➔ Belanda yang sudah geram akhirnya melaksanakan usulan Snouck Horgronje untuk melawan Aceh dengan
kekerasan.
➔ Snouck Hurgronje telah diminta oleh Belanda untuk mencari tahu tentang seluk beluk dan kehidupan pejuang
Aceh. Oleh karena itu, ia menyamar dengan nama samaran “Abdul Gafar”.
◆ Snouk mempelajari agama Islam dan adat budaya Aceh.
◆ Ia menyimpulkan bahwa para pejuang Aceh sulit dikalahkan karena prinsip Islam yang sangat ditekuni
oleh mereka.
➔ Snouck Horgronje memberikan beberapa usulan seperti:
◆ Memecah belah persatuan dan kekuatan masyarakat Aceh, sebab di lingkungan masyarakat Aceh
terdapat rasa persatuan antara kaum bangsawan, ulama, dan rakyat.
◆ Menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus dengan kekerasan, yaitu
dengan kekuatan senjata.
◆ Bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya dan diberi kesempatan untuk masuk ke
dalam korps pamong raja dalam pemerintahan kolonial Belanda.
➔ Belanda melaksanakan usulan Snouck Horgronje, diangkatlah gubernur militer yang baru, van Heutz,
menggantikan can Vliet.
➔ Perang yang penuh kekerasan dimulai pada tahun 1899. Perang ini berlangsung selama 10 tahun. Periode ini
disebut dengan masa sepuluh tahun berdarah (tien bloedige jaren).
➔ Belanda juga mengerahkan pasukan anti gerilya yang disebut dengan Korps Marchausse (Marsose), pasukan
yang terdiri atas orang-orang Indonesia yang berada di bawah pimpinan opsir-opsir Belanda. Opsir-opsir
Belanda pandai berbahasa Aceh sehingga mereka dapat bergerak sebagai informan.
➔ Teuku Umar bergerak menyingkir ke Aceh bagian barat dan Panglima Polem dapat digiring dan bergerak di
Aceh bagian timur.
➔ Teuku Umar mempersiapkan pasukannya di Aceh bagian barat untuk melakukan penyerangan secara
besar-besaran ke arah Meulaboh. Akan tetapi Belanda segera menyerang benteng pertahanan Teuku Umar.
➔ Pada Februari 1899, terjadi pertempuran sengit. Dalam pertempuran ini, Teuku Umar gugur sebagai suhada.
➔ Perlawanan Teuku Umar dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien dengan pasukannya yang memasuki hutan dan
mengembangkan perang gerilya.
➔ Setelah istana kerajaan di Keumala diduduki Belanda, sultan melakukan perlawanan dengan
berpindah-pindah bahkan juga melakukan perang gerilya.
➔ Sultan menuju Kuta Sawang kemudian pindah ke Kuta Batee Iliek, akan tetapi kuta-kuta ini berhasil diserbu
oleh Belanda sehingga kemudian sultan menyingkir ke Tanah Gayo.
➔ Pada tahun berikutnya, Pocut Murong (istri sultan) ditangkap oleh Belanda.
➔ Pada bulan Januari 1903, Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa menyerah karena tekanan Belanda yang
terus menerus terjadi. Inilah strategi licik Belanda.
➔ Istri, ibu, dan anak-anak Palima Polem ditangkap oleh Belanda, dengan tekanan yang bertubi-tubi akhirnya
Panglima Polem juga menyerah pada tanggal 6 September 1903.
➔ Cut Nyak Dien masih melakukan perang gerilya akan tetapi setelah pos pertahanan pasukannya dikepung
tentara Belanda Cut Nyak Dien berhasil ditangkap pada tahun 1906.
➔ Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang, Jawa Barat sampai meninggal pada tanggal 8 November 1908.
➔ Di daerah pidie, sejumlah ulama masih terus melancarkan serangan ke pos-pos Belanda. Tokoh-tokoh ulama
itu misalnya Teungku Mahyidin Tiro bersama istrinya Teungku Di Bukiet Tiro, Tengku Ma’at Tiro, Tengku Cot
Plieng. Semua ulama ini gugur dalam Perang Sabil melawan kezaliman Belanda.
➔ Ulama terakhir yang mengadakan perlawanan di Pidie ini adalah Teungku Ma’at Tiro yang waktu itu berusia 16
tahun. Tetapi setelah dikepung di Pegunungan Tangse, Teunglu Ma’at Tiro berhasil ditembak mati oleh
Belanda pada tahun 1911.
➔ Di pesisir utama dan timur Aceh, banyak ulama dan pemimpin adat yang terus melakukan perlawanan (seperti
Teuku Ben Pirak (ayah Cut Nyak Mutia), Teuku Cik Tinong (suami Cut Nyak Mutia)).
➔ Setelah ayah dan suaminya gugur, Cut Nyak Muria melanjutkan perang melawan kekejaman Belanda. Cut
Nyak Mutia dapat bersama-sama melawan Belanda dengan Pang Nanggru.
➔ Pada tangal 26 September 1910 terjadi pertempuran sengit di Paya Cicem, Pang Nanggru tewas dan Cut Nyak
Mutia berhasil meloloskan diri.
➔ Cut Nyak Mutia melanjutkan perlawanannya bersama dengan puteranya Raja Sabil yang berusia 11 tahun,
akan tetapi akhirnya Cut Nyak Mutia didesak dan gugur.
➔ Teungku Di Barat, bersama istrinya, Cut Po Fatimah, masih melanjutkan perlawanan, tapi akhirnya gugur
tertembak pada tahun 1912.
I. Perang Batak (1878-1907)
● Basis masyarakat Batak sebenarnya berada di daerah-daerah kompleks perkampungan yang disebut dengan huta.
● Huta adalah bentuk kesatuan ikatan-ikatan kampung yang dalam berbagai aspek kehidupan berdiri sendiri-sendiri.
● Setiap kesatuan huta ditinggali oleh satu ikatan kekerabatan yang disebut marga.
● Dalam strukturnya, di atas huta atau gabungan dari beberapa huta terbentuk horja dan gabungan dari beberapa
horja terbentuk bius. Kesatuan dari beberapa bius itu terbentuklah satu wilayah kerajaan.
● Kerajaan Batak dipimpin oleh Raja Sisimangaraja. Pusat pemerintahannya di Bakkara.
● Latar belakang:
➔ Sikap Belanda yang menginginkan wilayah Tapanuli menjadi wilayah kekuasaannya.
➔ Penyebaran agama Nasrani oleh para zending yang menimbulkan perlawanan penduduk setempat.
● Sejak tahun 1870, yang menjadi raja adalah Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar Sisimangaraja XII. Pada
tahun 1878, Raja Sisimangaraja XII angkat senjata memimpin rakyat Batak untuk melawan Belanda.
● Belanda yang terus memperluas wilayahnya menjadi ancaman bagi Raja Sisimangaraja XII. Masuknya dominasi
Belanda ke tanah Batak juga disertai dengan penyebaran agama Kristen yang mana hal ini juga ditentang oleh Raja
Sisimangaraja XII karena ia khawatir tersebarnya agama Kristen akan menghilangkan tatanan tradisional dan
bentuk kesatauan negeri yang telah ada secara turun menurun.
● Pada tahun 1877, Raja Sisimangaraja XII berkampanye berkeliling ke daerah-daerah untuk menghimbau agar para
masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen kepada para penduduk untuk mencegah
terjadinya kristenisasi.
● Pada tahun 1878, Raja Sisimangaraja XII angkat senjata memimpin rakyat Batak untuk melawan Belanda
● Kampanye Raja Sisimangaraja XII telah menimbulkan ekses pengusiran para zending bahkan ada penyerbuan dan
pembakaran terhadap pos-pos zending di Silindung dan hal ini membuat Belanda mengirim pasukan pada tanggal
8 Januari 1878 untuk menduduki Silindung dan pecahlah Perang Batak.
i. KRONOLOGI PERANG BATAK
➔ Belanda ingin menguasai seluruh tanah Batak, menduduki Silindung adalah langkah awal untuk memasuki
tanah Btak yang merupakan wilayah kekuasaan Raja Sisimangaraja XII.
➔ Mula pertama pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Schelten berangkat menuju Bahal Batu dan rakyat
Batak di bawah pimpin Raja Sisimangaraja XII melakukan perlawanan terhadap mereka. Pertempuran pertama
terjadi di Bahal Batu.
➔ Rakyat Batak sudah menyiapkan benteng pertahanan seperti benteng alam yang terdapat di dataran tinggi
Toa dan Silindung. Benteng buatan juga dikembangkan di perkampungan.
◆ Setiap kelompok kampung dibentuk 4 persegi dengan pagar keliling terbuat dari tanah dan batu.
◆ Di luar tembok ditanami bambu berduri dan di sebelah luarnya lagi dibuat selokan keliling yang cukup
dalam.
◆ Pintu masuk dibuat hanya beberapa buah dengan ukuran sempit.
➔ Pada pertempuran Bahal Batu, kekuatan pasukan Batak tidak seimbang dengan kekuatan tentara Belanda,
sehingga pasukan Raja Sisimangaraja XII harus ditarik mundur. Dan pertempuran malah merambat ke daerah
lain, misalnya sampai di Butar.
➔ Peran Batak semakin meluas ke daerah-daerah lain.
➔ Setelah berhasil menggagalkan berbagai serangan dari pasukan Raja Sisimangaraja XII, Belanda mulai
bergerak ke Bakkara.
◆ Bakkara merupakan benteng dan istana Kerajaan Sisimangaraja.
➔ Belanda mulai mengepung Bakkara dengan pasukan yang cukup besar, Letnan Kitchner menyerang dari arah
selatan, Chelter medesak dari sebelah timur, semantara Van den Bergh mengeung dari arah barat.
➔ Bakkara akhirnya berhasil diduduki oleh Belanda.
➔ Sisimangaraja dan sisa pasukannya berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke daerah Paranginan di bagian
selatan Danau Toba. Belanda terus memburu dan Sisingamangaraja menyingkir ke Lintung.
➔ Belanda terus mengejar, Sisimangaraja terus bergerak ke Tambnan, Lagu Boti, dan terus ke Baligie. Dengan
kekuatan pasukannya, Belanda dapat menguasai tempat-tempat tersebut, sehingga sema daerah di sekitar
Dana Toba sudah dikuasai Belanda.
➔ Sisimangaraja dengan sisa pasukannya bergerak menuju Huta Puong.
➔ Pada bulan Juli 1889, Sisimangaraja XII kembali angkat senjata mengangkat ekspedisi Belanda. Di Huta
Puong, pasukan Sisimangaraja XII bertahan cukup lama.
➔ Pada tanggal 4 September 1889, Huta Puong juga jatuh ke tangan Belanda.
➔ Pada tahun 1894, Belanda menyerang pusat pemerintahan Kerajaan Batak di Bakkara.
➔ Raja Sisimangaraja XII berhasil lolos kemudian membuat pertahanan di Pakpak dan Dairi.
➔ Pasukan Belanda di bawah komando van Daden mengadakan gerakan sapu bersih terhadap kantong-kantong
pertahanan dari Aceh sampai tanah Gayo, termasuk yang ada di tanah Batak.
➔ Pada tahun 1907, pasukan Belanda di bawah komando Hans Chirtoffel memfokuskan untuk menangkap
Sisimangaraja XII, Sisimangaraja berhasil dikepung rapat di daerah segitiga Barus Sidikalang dan Singkel.
➔ Dalam pengepungan Raja Sisimangaraja XII, pasukan Belanda menangkap istrinya (Boru Sagala) dan kedua
anaknya.
➔ Pada tanggal 17 Juni 1907, Belanda dikerahkan untuk menangkap Raja Sisimangaraja XII di pos pertahananya
di Aik Sibulbulon di daerah Pairi.
➔ Sisimangaraja XII tertembak mati di Hutan Simsim, begitu juga dengan putrinya, Lopian, dan kedua orang
puteranya, Suutan Nagari dan Patuan.

Anda mungkin juga menyukai