Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pada
hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan
kepribadian manusia. Pendidikan melekat dalam tujuan hidup individu, tidak
ditentukan dari luar individu, melainkan ditentukan oleh kesadaran diri sendiri.
Pendidikan sangat dibutuhkan bagi siapapun yang memiliki kehidupan, agar
memiliki kehidupan yang lebih baik. Pendidikan dibutuhkan sepanjang hayat,
tidak mengenal waktu. Di mana kita memiliki kesempatan, maka raihlah
kesempatan itu. Hal ini sejalan dengan Moh. Haitami dalam Syamsul Kurniawan
(2013, hlm. 26) mengemukakan bahwa:
“Pendidikan mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman,
kecakapan serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk
menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani
begitu pula rohani.”
Negara Indonesia sangat memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
jumlah dan mutu yang memadai dalam suatu pembangunan. Untuk memenuhi
SDM tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Syamsul Kurniawan (2013, hlm. 25)
menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat guna
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2

Bangsa Indonesia belakangan ini menunjukkan menurunnya moral yang


sangat parah, mulai dari kasus narkoba, kasus korupsi, ketidakadilan hukum,
maraknya kekerasan, kerusuhan, tawuran antar pelajar, dan sebagainya. Tugas
tenaga pendidik sangat dibutuhkan bagi generasi penerus bangsa ini. Tugas
pendidik adalah mendidik, mengajar, dan membimbing generasi penerus bangsa
agar menjadi generasi yang dapat membangun dan menjunjung tinggi pendidikan
moral sehingga terwujudnya kehidupan yang harmonis. Hal ini sejalan dengan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab 1 pasal
1 ayat 1 dalam Tatang Syaripudin (2006, hlm. 26) menyebutkan bahwa:
“ Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh
mencakup perkembangan manusia seutuhnya. Salah satunya yaitu melalui
pelajaran PKn. Mata pelajaran PKn yang diberikan di Sekolah Menengah perlu
penyesuaian karena adanya laju perkembangan kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara sebagai dampak pembangunan serta kebutuhan untuk mempersiapkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era globalisasi.
Pembelajaran PKn menuntut siswa untuk aktif dan bekerjasama dengan baik
dalam proses pembelajaran namun kenyataannya, aktivitas yang ditunjukan siswa
pada pembelajaran PKn masih rendah seperti rendahnya kerjasama siswa dalam
belajar kelompok, hasil pembelajaran yang dicapai dalam pembelajaran PKn juga
masih rendah sedangkan proses pembelajarannya pun masih berpusat pada guru,
guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya, serta kurang
melibatkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Siswa lebih
banyak diberi tugas untuk mencatat materi yang disampaikan oleh guru, sehingga
siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa bisa
mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru
mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab dan tidak berani bertanya.
Motivasi siswa dalam bekerjasamapun tidak begitu tampak, karena sebagian besar
siswa masih berfikir secara individual dan sangat sulit untuk diajak bekerjasama.
3

Apalagi ditugaskan untuk berkelompok siswa enggan bergabung dengan siswa


lain yang memiliki prestasi belajar yang kurang dari siswa tersebut. Hal itu
disebabkan karena siswa yang memiliki prestasi bagus ketakutan nilai yang dia
peroleh sama dengan siswa yang memiliki prestasi yang rendah.
Hasil observasi di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum
mencapai KKM. Hal itu disebabkan karena guru kurang efektif dalam memilih
model pembelajaran, kurang melibatkan siswa dalam bekerjasama juga masih
rendah. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi baru dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa aktif, kreatif sehingga pembelajaran menjadi
menyenangkan dan siswa memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang
aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik
dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai
pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek
penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu
faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi
belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai pembina kegiatan
belajar, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru
dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on
Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan
kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject
matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Guru dituntut agar mampu mengelola siswa, mengelola kegiatan
pembelajaran, mengelola materi dan sumber-sumber belajar, membuat
perencanaan pembelajaran serta menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran
yang tepat. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus lebih kreatif dan inovatif
dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas dengan metode pembelajaran
4

yang dapat menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan. Kondisi yang


menyenangkan ini, secara tidak langsung akan memengaruhi minat siswa terhadap
mata pelajaran yang nantinya dapat dilihat dalam hasil belajar siswa.
Pemilihan metode pembelajaran dapat menentukan kualitas dalam
pembelajaran karena dengan penerapan model pembelajaran akan menumbuhkan
minat belajar siswa. Metode pembelajaran yang diterapkan pada umumnya
berpusat pada guru yang terlihat didominasi oleh metode ceramah, tanya jawab,
dan diselingi dengan diskusi pada setiap penyampaian materi. Metode
pembelajaran tersebut tidak selamanya buruk, namun jika pembelajaran terus
didominasi oleh pembelajaran yang konvensional maka hal ini akan memengaruhi
minat siswa terhadap pembelajaran sehingga dapat berdampak pada hasil belajar
siswa yang cenderung rendah. Dengan menguasai model pembelajaran, guru
diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan
siswa bosan sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan dan
pembelajaran.
Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah
bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan warga negara dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional dan sosial serta mengembangkan tanggung jawab
sebagai warga negara dan anak didik berpartisipasi sebagai warga negara yang
baik. Mengingat pentingnya pelajaran PKn di sekolah, maka dalam
pelaksanaannya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Namun, pada
kenyataannya pembelajaran PKn selama ini lebih menekankan pada hafalan
materi. Permasalahan ini dijumpai dalam pembelajaran PKn di SMP Negeri 4
Babelan pada kelas VIII. Pembelajaran masih berpusat pada guru atau masih
menggunakan model konvensional dan kurang melibatkan siswa secara aktif.
Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa, terbukti bahwa hasil
belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Babelan sebagian besar masih belum
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM mata pelajaran PKn tersebut
sebagaimana ditetapkan yaitu 75. Berdasarkan nilai hasil ulangan harian yang
diperoleh bahwa tahun pelajaran 2017-2018 menunjukkan keberhasilan
5

ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 48% yang mencapai KKM. Oleh karena itu,
diperlukan model pembelajaran yang efektif, menarik, serta dapat membantu
mengembangkan potensi siswa sehingga belajarnya dapat optimal. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut akan dicoba dengan menerapkan model
pembelajaran mind mapping (pemetaan pikiran). Model pembelajaran mind
mapping memungkinkan siswa mengeluarkan gagasannya dan mencatatnya secara
kreatif dalam bentuk mind map (peta pikiran).
Ketuntasan belajar ini, ditentukan oleh guru berdasarkan penetapan kriteria
ketuntasan minimal. Penetapan kriteria ketuntasan belajar ini, merupakan langkah
awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis
kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan
guru dan satuan pendidikan menetapkan kriteria minimal yang menjadi tolok ukur
pencapaian kompetensi. Hal ini sesuai dengan Permendiknas RI Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah.
Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi
dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator.
Dengan metode mind mapping maka akan diharapkan dapat meningkatkan
beberapa aspek dalam proses pembelajaran yaitu: konsentrasi, kreativitas, daya
ingat dan pemahaman, sehingga siswa dapat mengambil keputusan belajar yang
lebih baik. Dengan demikian, kesulitan belajar akan dapat teratasi. Selain itu
ketika proses belajar mengajar akan tercipta suasana yang menyenangkan dan
pada akhirnya akan berimbas pada penerimaan materi pembelajaran pada siswa
serta meningkatnya ketuntasan belajar siswa.
Maka dari itu, peneliti melakukan kegiatan berupa penelitian tindakan kelas
dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode Mind
Mapping dengan teknik diskusi dalam mata pelajaran PKn di kelas VIII.5 SMP
Negeri 4 Babelan.

1.2. Rumusan Masalah


6

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini
batasannya adalah “ Apakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran mind mapping dengan teknik diskusi dapat meningkatkan hasil
belajar PKn pada siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Babelan?”

1.3. Tindakan yang Dipilih


Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran
metode mind mapping dengan teknik diskusi untuk meningkatkan hasil belajar
PKn pada siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 4 Babelan.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus, masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran PKn di SMP Negeri 4 Babelan.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar PKn.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini mencakup peningkatan kualitas
pembelajaran PKn siswa kelas VIII.1 SMP Negeri 4 Babelan melalui
pembelajaran metode mind mapping dengan teknik diskusi sehingga diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar PKn.

1.6. Hasil yang Diharapkan


Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi
sekolah, bagi guru, dan siswa. Manfaat tersebut masing-masing diuraikan sebagai
berikut:
7

1. Manfaat Langsung Bagi Sekolah


Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
2. Manfaat Bagi Guru dan Siswa
a. Manfaat Bagi Guru
Guru dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan
kelas dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Manfaat Bagi Siswa
Siswa dapat memperoleh pembelajaran PKn yang lebih menarik dan
menyenangkan sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan prestasi
belajar PKn.

Anda mungkin juga menyukai