Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGERTIAN FONETIK,ALAT BICARA DAN KLASIFIKASI BUNYI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Kebahasaan Program Strata-1
(S1) Universitas Negeri Padang

Dosen pengampu:

Dra. Elfia Sukma, M.Pd

Disusun oleh:

Dwi Rizki (21129033)


Rezi Novita Sari (21129296)
Hanafa Putri Ferdinal (21129217)
Putri Oktaviliza ( 21129456)
Siti Gahara Putri (21129120)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar belakang ......................................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .................................................................................................................... 1

C. Tujuan ...................................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2

A. FONETIK ............................................................................................................................ 2
a. Pengertian fonetik ............................................................................................................ 2
b. Pengertian fonetik menurut para ahli ............................................................................... 2
c. Jenis-jenis fonetik ............................................................................................................ 2
B. ALAT BICARA ................................................................................................................... 4
C. KLASIFIKASI BUNYI ...................................................................................................... 7
a. Jenis-jenis klasifikasi bunyi bahasa ................................................................................. 7
b. Klasifikasi bunyi dalam vokal dan konsonan secara spesifik ........................................... 10
c. Artikuasi ........................................................................................................................... 11
d. Klasifikasi bunyi bahasa ................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 18

B. Saran ........................................................................................................................................ 18

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ketika kita mendengar orang berbicara, maka kita akan dengar runtutan bunyi
bahasa. Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan tingkatan-
tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam
runtutan bunyi tersebut. Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan
runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Adapun satuan bunyi yang menjadi objek studinya
yaitu fonetik dan fonemik. Dalam hal mengeluarkan, menghasilkan, atau mengucapkan bunyi,
tentu saja melalui proses. Kita perlu mengetahui bagaimana proses pengeluaran bunyi-bunyi
bahasa dan organ-organ apa saja yang berperan dalam proses tersebut.
Jika diperhatikan bunyi-bunyi yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan
[batik] tidak sama. Ketidaksamaan bunyi pada deretan kata-kata itulah sebagai salah satu objek
atau sasaran studi fonologi khususnya cabang ilmu fonetik. Dalam kajiannya, fonetik berusaha
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan konsep fonetik?
2. Jelaskan konsep alat bicara?
3. Jelaskan konsep klasifikasi bunyi bahasa?

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep fonetik
2. Mengetahui konsep alat bicara
3. Mengetahui konsep klasifikasi bunyi bahasa

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. FONETIK

1. Pengertian Fonetik

Fonetik merupakan cabang ilmu linguistik yang meneliti brbagai hal tentang bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi bahasa tersebut memiliki fungsi makna atau tidak.
Ilmu fonetik menyelidiki bunyi dari sudut pandang tuturan atau ujaran (parole). Fonetik juga
merupakan bagian dari fonologi yaitu ilmu tentang pembendaharaan bunyi-bunyi (fonem)
bahasa dan distribusinya.

Secara khusus, fonetik mempelajari pelafalan bunyi-bunyi bahasa. Lebih lanjut,


fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan yang menelaah bagaimana manusia
menghasilkan bunyi-bunyi ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang
dikeluarkan dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk
dianalisis oleh otak manusia.

2. Pengertian Fonetik Menurut Para Ahli


 Menurut Chaer (2012:103), fonetik adalah bidag linguistik yang mempelajari
bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempuyai fungsi
sebagai pembedamakna atau tidak.
 Menurut Marsono (2008:1), mengatakan bahwa fonetik ialah ilmu yang
menyelidiki dan berusaha merumuskan secara teratur tentang hal ikhwal bunyi
bahasa.
 Sedangkan menurut Verhaar (2010:19) fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang
meneliti dasar “ fisik” bunyi-bunyi bahasa.

3. Jenis-jenis Fonetik
a. Fonetik Organis/Artikulatoris
Fonetik artikulatoris merupakan cabang yang mempelajari mekanisme alat-
alat ucap bekerja dalam mengasilkan bunyi ujaran dan bagainama bunyu itu

2
diklasifikasikan. Heryadi (2016:10) menyebutkan bahwa fonetik artkulatoris adakah
fonetik yang lebih memfokuskan pengkajian pada aspek bagaimana bunyi bahasa
diproduksi atau dihasilkan oleh organ tubuh manusia yang berfungsi skunder sebagai alat
ucap.
Adapun pendapat Verhaar (2010:19) mengatakan, fonetik artikulatoris
meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menghasilkan bunyi bahasa. Dari
kedua pendapat itu, dapat kita simpulkan bahwafonetik artikulatoris merupakan fonetik
yang mengkaji bagaimana cara bekerja alat-alat manusia dalam menghasilkan bunyi-bunyi
bahasa.
b. Fonetik Akustik
Fonetik akustik adalah fonetik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis sdan menyelidikinya dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas dan
timbre (kualitas/bentuk suara).
Menurut Chaer (2012:103), fonetik akustik mempelajari bunyi
bahasasebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Sementara menurut Verhaar (2010:20),
fonetik akustik menyelidiki bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai getaran udara. Dari
penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa fonetik akustik ialah fonetik yang
mengkaji bagaimana bunyi-bunyi bahasa mengalir melalui getaran udara.

c. Fonetik Auditoris
Fonetik auditorid ialah fonetik yang mengungkapkan mekaisme penerimaan
buyi bunyi bahasa oleh telinga. Heriyadi (2016:10), mengungkapkan bahwa fonetik
auditoris adalah fonetik yang memfokuskan pengkajian pada aspek bagaimana bunyi ujajr
ditangkap dan diproses oleh indra pendengaran manusia.
Menurut pendapat lain, Chaer (2012:103), menyebutkan bahwa fonetik
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga
kita. Adapun menurut kesimpulan yang kita ambil, yang dimaksud dengan fonetik auditoris
merupakan fonetik yang mempelajari bagaimana telinga manusia dalam memproses dan
menangkap bunyi-bunyi bahasa.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah ilustrasi perbedaan antara tiga jenis
fonetik di atas:

3
Dari ketiga jenis tipe atau jenis fonetik di atas, dianggap paling
berhubungan dengan linguistik (ilmu bahasa) adalah fonetik artikulatoris. Sementara itu,
fonetik akustik merupakan interdisiplin antara linguistik dan fisika. Fonetik auditoris
sendiri lebih banyak didalami dalam dunnia medis atau kesehatan.

B. ALAT BICARA

Secara umum alat bicara manusia memiliki fungsi utama yang bersifat biologis, misalnya,
paru-paru untuk bernafas, mulut dan seisinya untuk makan. Kita perlu mengenal nama-nama dan
fungsi alat-alat bicara untuk bisa memahami bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi, dan nama-
nama bunyi itu pun diambil dari nama-nama alat ucap itu.

Bunyi bahasa dapat dibagi menjadi (1) bunyi segmental dan (2) bunyi suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas 4 macam, yakni:

(1) proses keluarnya bunyi dari paru-paru,

(2) proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan,

(3) proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator dan,

(4) proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung (Ladefoged, 1973:
2-3)

Tiap-tiap alat bicara secara garis besar perlu dijelaskan keadaan dan fungsinya sebagai
penghasil bunyi bahasa:

4
a) Paru-paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Mekanisme pernafasan dengan
paru-paru dengan cara mengembang dan mengempiskan ruang paru-paru. Arus udara dari
paru-paru inilah yang menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi bahasa

b) Pangkal Tenggorokan
Pangkal tenggorok atau laring (larynx) adalah rongga pada ujung pipa pernafasan.
Salah satu komponen yang penting dalam laring ini adalah adanya sepasang pita suara.
Celah di antara dua pita suara disebut glotis. Dalam menghasilkan bunyi bahasa terdapat
empat posisi glotis, yaitu (1) terbuka lebar, (2) terbuka, (3) tertutup, dan (4) tertutup
rapat.

c) Rongga kerongkongan (Pharynx)


Rongga kerongkongan atau faring (pharynx) adalah rongga yang terletak diantara
pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi utamanya adalah
untuk makan dan minum. Dalam pembentukan bunyi bahasa, peranannya terutama
hanyalah sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh faring disebut bunyi faringal.

d) Langit-langit Lunak (velum)


Langit-langit lunak (velum) beserta bagian ujungnya yang disebut anak tekak (uvula)
dapat turun naik sedemikian rupa. Pada saat langit-langit lunak beserta anak tekaknya
naik, menutup rongga hidung, arus udara melalui rongga mulut, dan dihasilkan bunyi
bahasa non-nasal. Sebaliknya, pada saat langit-langit lunak beserta anak tekak turun,
udara dapat keluar masuk melalui rongga hidung, sehingga dihasilkan bunyi bahasa
nasal.

e) Langit-langit Keras (Palatum)


Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Dalam pembentukan bunyi
bahasa, langit-langit keras ini sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya
adalah ujung lidah atau tengah lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut palatal.

5
f) Gusi dalam (Alveolum)
Gusi dalam ceruk gigi terletak di gigi dalam. Dalam pembentukan bunyi bahasa
alveolum sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.
Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut alveolar.

g) Gigi (Dentum)
Gigi terbagi atas gigi atas dan gigi bawah, yang berfungsi penuh sebagai artikulator
adalah gigi atas, bekerja sama dengan bibir bawah atau ujung lidah. Bunyi bahasa yang
dihasilkan oleh gigi disebut dental.

h) Bibir (Labium)
Bibir terbagi dua, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Dalam menghasilkan bunyi
bahasa sebagai artikulator pasif adalah bibir atas, dan bibir bawah sebagai artikulator
aktif. Bekerja sama dengan gigi atas bibir bawah membentuk bunyi labiodental,
sedangkan kedua bibir membentuk bunyi bilabial.

i) Lidah
Dalam pembentukan bunyi bahasa, lidah sebagai artikulator aktif mempunyai
peranan yang amat penting. Terdapat lima bagian lidah yaitu akar lidah, pangkal lidah,
tengah lidah, daun lidah, dan ujung lidah. Bekerja sama dengan bagian atap mulut, bagian
lidah ini membentuk bunyi bahasa.

6
C. KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

a. Jenis jenis klasifikasi bunyi bahasa

Secara umum klasifikasi bunyi bahasa dibedakan menjadi beberapa macam yaitu
sebagai berikut:

1. Vokal, konsonan, dan Semi-Vokal

Secara umum bunyi bahasa dibedakan atas : vokal, konsonan, dan semi vokal.
Pembedaannya bedasarakan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara.

a) Bunyi disebut vokal apabila terjadinya tidak ada hambatan (proses artikuliasi) pada alat
bicara.
b) Bunyi disebut konsonan apabila terjadinya dibentuk dengan menghambat arus udara pada
sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi.
c) Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada
waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut
semi-vokal atau semi-konsonan.

2. Nasal dan Oral

Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi nasal (segau) dan oral. Pembedaan ini
didasarkan pada keluarnya atau disertainya udara melalui rongga hidung.

a) Apabila udara keluar atau disertai keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara
menurunkan langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi itu disebut
bunyi nasal atau sengau.
b) Apabila langit-langit lunak beserta ujung anak tekak menaik menutupi rongga hidung
sehingga udara hanya melalui rongg mulut saja, maka bunyi yang dihasilkan disebut
bunyi oral.

3. Keras (Fortes) dan Lunak (Lenes)

Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi keras (fortes) dan lunak (Lenes). Perbedaan ini
didasarakan pada ada tidaknya ketegangan kekuatan arus udara pada waktu bunyi itu

7
diartikulasikan. Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasiakan disertai ketegangan
kekuatan arus udara. Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lunak.

4. Bunyi Panjang dan Pendek

Bunyi bahasa dibedakan atas bunyi panjang dan pendek. Perbedaan ini didasarakan pada
lamanya bunyi itu diucapkan, atau lamanya bunyi itu diartikulasaikan.

5. Bunyi Rangkap dan Tunggal

Bunyi dibedakan atas bunyi rangkap (padu, ganda) dan tunggal.

a) Bunyi rangkap adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam suatu suku
kata.
b) Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan bunyi
tunggal saja.

Bunyi rangkap vokal disebut diftong, sedangkan bunyi tunggal vokal disebut monoftong.
Ciri diftong ialah keadaan posisi lidah dalam mengucapkan bunyi vokal yang satu dengan yang
lain salig berbeda. Diftong dibedakan atas diftong naik dan diftong turun.

6. Bunyi Nyaring dan Tidak Nyaring

a. Vocal
Bunyi dibedakan atas bunyi nyaring (lantang) dan tidak nyaring pada waktu
terdengar oleh telinga. Derajat kenyaringan itu sendriri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar
kecilnya resonansi pada waktu bunyi itu diucapkan. Makin luas resonansi saluran bicara yang
dipakai pada waktu membentuk bunyi bahasa makin tinggi derajat kenyaringannya. Sebaliknya,
semakin sempit ruang resonansinya makin rendah derajat kenyaringannya. Diantara vokal-vokal
maka vokal yang paling tinggi justru derajat kenyaringan (kalantangan, sonorotas)-nya paling
rendah. Karena ruang resonansinya pada waktu diucapkan paling sempit jika dibandingkan
dengan muka lain. Semakin kebawah derajat kenyaringan untuk vokal itu berturut-turut dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi ialah : vokal tertutup, vokal semi tertutup (semi
terbuka), vokal terbuka.

8
b. Konsonan
Dibandingkan dengan vokal, bunyi-bunyi konsonan karena terbentuknya disertai
dengan hambatan alat bicara pada saluran bicara sebagian ruang resonansi, maka derajat
kenyaringannya lebih rendah. Konsonan letup tak bersuara adalah yang paling rendah sedangkan
yang paling tinggi adalah konsonan geletar. Derajat kenyaringan untuk konsonan dari yang
paling rendah sampai yang paling tinggi berturut-turut adalah sebagai berikut: konsonan letup tak
bersuara, geseran tak bersuara, letup bersuara, geseran bersuara, nasal, sampingan, dan geletar.

7. Bunyi dengan Arus Udara Egresif dan Bunyi dengan Arus In-gresif

Arah arus udara dalam pembentukan bunyi bahasa dapat dibedakan atas egresif dan in-
gresif. Dalam kebanyakan bunyi bahasa, pembentukan bunyi itu dilaksanakan dengan arus udara
keuar dari paru-paru, arus udara demikian disebut egresif. Namun, dalam bahasa-bahasa tertentu
dapat juga bunyi itu terbentuk dengan arah udara masuk kedalam paru-paru, jika demikian arah
udara itu disebut in-gresif. Arus udara egresif dapat dibagi lagi menjadi dua yaitu egrsif
pulmonik dan egresif glotalik. Begitu juga arus udara in-gresif dapatdibagi menjadi dua yaitu, in-
gresif glotalik dan in-gresif velarik.

 Egresif pulmonik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan
mekanisme pulmonik. Mekanisme udara pulmonik ialah udara dari paru-paru sebagai
sumber utamanya dihembuskan keluar dengan cara mengecilkan ruangan paru-paru, otot
perut dan rongga dada.
 Egresif glotalik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan
mekanisme glotalik. Mekanisme glotalik terjadi dengan cara merapatkan pita-pita suara
sehingga glotis dalam keadaan tertutup rapat sekali.
 Ingresif glotalik adalah bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif (masuk)
dengan mekanisme glotalik. Bunyi dengan arus udara ingresif mekanisme glotalik ini
mungkin secara sempurna prosesnya sama dengan egresif glotalik diatas. Jadi,
merapatkan pita-pita suara sehingga glotis tertutup rapat sekali.Hanya bersama-sama
dengan itu rongga pangkal tenggorok yang disempitkan itu diturunkan tidak dinaikan,
kemudian udara masuk.
 Ingresif velarik adalah bunyi bahasa yang terbentuk dengan arus udara ingresif (masuk)
dengan mekanisme velarik.mekanisme udara velarik terjadi dengan menaikkan pangkal
9
lidah ditempelkan pada langit-langit lunak. Bersama-sama dengan itu kedua bibir ditutup
rapat kemudian ujung lidah dan kedua sisi lidah merapat pada gigi atau gusi dalam itu
dilepaskan turun serta dikebelakangkan, bibir dibuka sehingga ada kerenggangan ruangan
udara pada ronggaKlasifikasi Bunyi

b. Klasifikasi bunyi dalam vokal dan konsonan secara spesifik

a) Vokal dan Konsonan

Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal
dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati
pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar. Jadi, beda terjadinya bunyi vokal dan konsonan
adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara tidak mendapat
hambatan apa-apa, sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih
mendapat hambatan atau gangguan.

1) Klasifikasi Vokal

Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan
bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal
dibedakan adanya vokal tinggi (i dan u), vokal tengah (e dan u) dan vokal rendah (a). Secara
horizontal dibedakan adanya vokal depan (i dan e); misalnya. Bunyi [u] dan vokal belakang
misalnya bunyi [u] dan [o] kemudian menurut bentuk mulut dibedakan adanya vokal bundar dan
cokal tak bundar. Disebut vokal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan
vokal itu, misalnya [o] dan [u]. Disebut vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar
melainkan melebar, pada waktu menucapkan vokal tersebut, misalnya [i] dan [e].

Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut lidah kemudian kita memberi nama akan
vokal-vokal tersebut.

Misalnya:

[i] adalah vokal depan tinggi tidak bundar

[e] adalah vokal depan tengah tidak bundar

10
[u] adalahvokal pusat tengah tidak bundar

[o] adalah vokal tengah bundar

[a] adalah vokal pusat rendah tidak bundar

2) Klasifikasi Konsonan

Bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria yaitu posisi pita
suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Sedangkan berdasarkan posisi pita suara dibedakan
adanya bunyi bersuara dan tak bersuara.

c. Artikulasi
1) Proses artikulasi

ü Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan bentuk mulut.

ü Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian depan lidah.

ü Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak.

Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif
adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi atas
dan alveolum.

Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai


bunyi bahasa dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang
bawah (termasuk gigi bawah dan bibir bawah).

Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat
dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-
ujaran, yaitu:

 Udara : Yang dialirkan keluar dari paru-paru.


 Artikulator : Bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk
menimbulkan suatu bunyi.
2) Titik artikulasi

11
Titik artikulasi ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator
dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga faktor
tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu bagian belakang
lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya udara terhalang. Dalam
hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah merupakan alat-ucap yang
bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi titik artikulasinya, karena dia
tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh belakang lidah.

Dalam bidang fonetik artikulasi, daerah artikulasi ialah titik penyentuhan di mana
berlakunya halangan dalam saluran vokal antara artikulator aktif (bergerak, biasanya sebahagian
lidah) dan artikulator pasif (pegun, biasanya sebahagian lelangit mulut) untuk menghasilkan
konsonan. Bersama cara artikulasi dan pembunyian, inilah yang menentukan bunyi tersendiri
sesebuah konsonan.

Contohnya: Bibir bawah yang aktif boleh menyentuh bibir atas yang pasih (dwibibir,
seperti [m]) atau gigi atas (bibir-gigi, seperti [f]). Lelangit keras boleh disentuh oleh bahagian
depan atau belakang lidah. Jika depan lidah digunakan, maka daerahnya dipanggil gelungan;
juga belakang lidah (”dorsum”) pula, maka lelangit (palatal) namanya.

3) Daerah artikulasi (pasif dan aktif):

1. Ekso-labial; 2. Endo-labial; 3. Gigi (Dental); 4. Gusi (Alveolar); 5. Belakang gusi


(Postalveolar); 6. Pra-lelangit (Pre-palatal); 7. Lelangit (Palatal); 8. Velar; 9. Uvular; 10. Farinks;
11. Glotis; 12. Epiglotis; 13. Akar (Radikal); 14. Postero-dorsal; 15. Antero-dorsal; 16. Laminal;
17. Hujung lidah (Apikal); 18. Sub-apikal

Terdapat lima artikulator aktif yang asas, iaitu: bibir (”labial“), depan lidah yang
lentur (”koronal“), bahagian tengah/belakang lidah (”dorsal“), akar lidah bersama epiglotis
(”radikal“), dan larinks (”glotis“). Artikulator-artikulator ini boleh bertindak sendirian, atau dua
daripadanya boleh bertindak serentak.

Artikulasi pasif pula tidak jelas sempadan daerahnya, iaitu berlakunya pertindanan
antara daerah lidah-bibir dan antargigi, antargigi dan gigi, gigi dan gusi, gusi dan lelangit,
lelangit dan velar, dan velar dan uvular, yang boleh disentuh oleh mana-mana konsonan.

12
Selain itu, apabila bagian depan lidah digunakan, itupun sama ada permukaan atas
atau daun lidah (”laminal“), ataupun hujung lidah (”apikal“), atau permukaan bawahnya (”sub-
apikal“), yang melakukan sentuhannya; ketiga-tiganya bertindak menjadi satu tanpa aturan yang
jelas.

4) Jenis-jenis Artikulasi

Jenis-jenis artikulasi yang dimaksud adalah sebagai berikut.

a) Hentian (stop), terjadi karena aliran udara terhenti sepenuhnya pada suatu tempat oleh
alat ucap yang menutup rapat, sehingga terbentuklah bunyi-bunyi seperti p, b, t, d, k, g.
b) Spiran, terjadi bila rongga tempat udara lewat menyempit sehingga terbentuklah bunyi-
bunyi berdesis seperti s,sy,z.
c) Getar atau trill, terjadi bila salah satu alat ucap bergetar sehingga terbentuk bunyi r.
d) Vokal, terjadi bila udara yang keluar dari paru-paru boleh dikatakan tidak mendapat
rintangan, sedangkan rongga mulut berubah-ubah bentuknya karena gerakan lidah dan
bibir, sehingga terbentuklahh bunyi-bunyi seperti a, i, u, e, o.
e) Frikatif, pada dasarnya jenis artikulasi ini termasuk ke dalam spiran. Bunyi f, v, dan
sebagainya menjadi bunyi yang dihasilkan jenis bunyi ini.

KLASIFIKASI BUNYI BAHASA

1. Vocal

Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita siara tanpa
penyempitan dan penutupan pada daerah artikulasi.

Yang dimaksud vokoid ialah bunyi-bunyi bahasa yang terjadi karena udara dari paru-paru
ke luar dengan bebas tidak mengalami rintangan sesuuatu apa pun. Celah pita suara yang dilalui
udara tidak terlalu longgar, akan tetapi agak menyempit saja. Vokoid semacam ini pada dasarnya
termasuk bunyi yang bersuara, artinya selaput suara ikut bergetar sewaktu ada hembusan udara
dari laring.

13
Secara artikulatoris, vokal dapat diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa kelas tertentu.
Pengklasifikasian ini dapat dilihat dari posisi lidah dan bentuk bibir ketika bunyi bahasa itu
diproduksi.

Agar lebih spesifik, berikut ini adalah klasifikasi vokal menurut posisi lidah, bentuk bibir,
artikilator yang bergerak maupun dari jumlah vokal.

1) Dilihat dari Posisi Lidah

Posisi lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan mempengaruhi terhadap bunyi yang
dihasilkan. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis vokal apabila dilihat dari posisi lidah ketikan
memroduksi bunyi. Jenis vokal yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Vokal tinggi.
b) Vokal tengah; dan
c) Vokal rendah.
2) Dilihat dari bagian lidah yang bergerak

Bergerak atau tidaknya lidah dalam memroduksi bunyi bahasa akan menghasilkan bunyi
bahasa yang berbeda, untuk itu ada pengklasifikasian jenis vokal menurut bagian lidah yang
bergerak. Adapun pengklasifikasian yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Vokal depan/datar;
b) Vokal belakang; dan
c) Vokal tengah.

3) Dilihat dari bentuk bibir

Bentuk bibir yang dimaksud dalam pengklasifikasian jenis vokal berikut adalah bentuk
bibir ketika proses produksi bunyi bahasa. Bentuk bibir ketika memroduksi bahasa terbagi atas
dua jenis vokal yakni

a) Vokal bundar; dan


b) Vokal tak bundar

4) Dilihat dari jumlah vokal

14
Jumlah vokal ketika ujaran atau bunyi bahasa itu terdiri atas dua jenis vokal. Kedua jenis
vokal tersebut adalah:

a) Vokal tunggal (dasar); dan


b) Vokal rangkap (diftong), dalam bahasa Indonesia hanya ada difong naik.

2. Konsonan

Konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu
bagian alat bicara. Berlainan dengan pembentukkan vokal, pembentukan konsonan dilakukan
dengan jalan merintangi aliran udara yang keluar dari paru-paru. Rintangan bisa dilakukan dalam
rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga bibir. Semua bunyi konsonan adalah bunyi
kontoid.

Bunyi kontoid ialah bunyi yang terjadi jika aliran udara yang dihembuskan dari paru-paru
mendapat rintangan atau halangan baik penuh maupun sebagian. Klasifikasi vokoid dapat
dilakukan dengan dasar-dasar sebagai berikut.

a) Menurut dasar ucapannya (artikulator dan titik artikulasi), kontoid dapat dibedakan
menjadi enam yakni: labial, dental, palatal, trill, dan semi vokal.
b) Menurut cara pengucapannya atau ada tidak adanya halangan, kontoid dapat dibedakan
menjadi lima yakni hambat, spiran, lateral, trill dan semi vokal.
c) Didasarkan pada getar atau tidaknya selaput suara, kontoid dapat dibedakan menjadi dua
yakni, bersuara dan tidak bersuara.
d) Didasarkan pada jalan keluarnya udara dari paru-paru, kontoid dapat dibedakan menjadi
dua yakni, oral dan nasal.
e) Kombinasi dari berbagai kriteria di atas sehingga akan menghasilkan nama bunyi yang
kombinasi juga.

Biasanya konsonan diklasifikasikan berdasarkan tiga hal yang ikut menentukannya yaitu
dasar ucapan, cara melisankan, dan getaran pita suara. Bunyi yang dibentuk dengan getaran pita
suara adalah bunyi bersuara.

Klasifikasikan jenis-jenis konsonan menurut proses memroduksi bunyi bahasa.

15
Adapun jenis-jenis konsonan yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Konsonan Letupan, dihasilkan dengan cara udara dihambat kemudian diletupkan oleh
artikulator. Konsonan letupan dibagi atas lima jenis yaitu:
a) Yang dihasilkan di antata bibir [p], [b];
b) Yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit keras;
c) Yang dihasilkan oleh ujung lidah dan lengkung kaki gigi [t], [d];
d) Yang dihasilkan oleh tengah lidah dan langit-langit keras [c], [j];
e) Yang dihasilkan oleh pangkal lidah dan langit-langit tekak [k], [g].

2) Gugus/Klaster, konsonan rangkap atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang
sama

3) Konsonan Sengau, dihasilkan dengan menutup arus udara keluar dari rongga mulut
dengan membuka agar dapat keluar melalui hidung. Konsonan sengau dibagi atas empat
jenis yaitu:
a) Dihasilkan antara bibir [m]
b) Dihasilkan ujung lidah dan lengkung gigi atas/gusi [n]
c) Dihasilkan tengah lidah dan langit-langit keras [ny]
d) Dihasilkan pangkal lidah dan langit-langit lunak [ng]

4) Konsonan Samping, konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara


sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah/kedua belah sisi lidah.
Tempat artikulasinya adalah ujung lidah dengan lengkung kaki gigi [l]

5) Konsonan Geseran/Frikatif, konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit
sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Penghambatan terjadi pada:
a) Penyempitan dinding varing dan pangkal lidah [h];
b) Penyempitan pangkal lidah dan anak tekak [r];
c) Penyempitan daun lidah dan lengkung kaki gigi [s], [z]; dan
d) Penyempitan bibir bawah dan gigi atas [f], [v].

16
6) Konsonan Paduan/Afrikat, dihasilkan dengan menghambat arus udara pada salah satu
tempat artikulasi secara implosif lalu dilepaskan secara penyempitan
7) Konsonan Getaran [r]
8) Konsonan Kembar, yang diperpanjang pelafalan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai


sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan napas, paru-paru kita menghembuskan tenaga
yang berupa arus udara. Setelah melewati rongga faring, arus udara mengalir ke bagian atas
tenggorokan. Bunyi tersebut akan keluar melalui rongga mulut dan/atau rongga hdung. Macam
bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam proses
pembuatannya.

Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam kriteria, yaitu ada tidaknya
gangguan, mekanisme udara, arah udara, pita suara, lubang lewatan udara, mekanisme artikulasi,
cara gangguan, tinggi rendahnya lidah, maju mundurnya lidah, bentuk bibir. Bunyi segmental,
baik vokoid maupun kontoid, yang diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia sangat variatif,
apalagi setelah diterapkan dalam berbagai distribusi dan lingkungan.

Diftong atau vokoid rangkap berhubungan dengan sonoritas atau tingkat kenyaringan suatu
bunyi. Ketika dua deret bunyi vokoid diucapkan dengan satu hembusan udara, akan terjadi
ketidaksamaan sonoritasnya. Dalam bahasa Indonesia hanya ada diftong naik. Diftong naik
terjadi jika vokal yang kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang
pertama.

B. Saran

Sebuah materi yang esensial diperlukan pemahaman khusus, jadi diharapkan keseriusannya
dalam materi ini dan rajin melatih diri untuk mempelajarinya agar dapat memahaminya. Semoga
kita semua dapat memahami materi tersebut, dan mengaplikasikannya kepada peserta didik dan
dalam kehidupan sehari-hari

18

Anda mungkin juga menyukai