Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERACUN BERBAHAYA

SENYAWA KIMIA: ARSENIK

Kelompok VI :

ANDREAS MALAU 1202925006


EMIYA BR MELIALA 1212915023
LUKMAN HANAFI 1212915011
NURHALISA 1212915005
ROZZY SYAHRI R 1202925008

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2021
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beban pencemaran dalam lingkungan terkhususnya air saat ini sudah semakin
berat dengan masuknya sebagian limbah industri dari berbagai bahan kimia yang
sangat berbahaya dan beracun. Beberapa logam berat banyak digunakan dalam
berbagai keperluan sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung dapat
mencemari lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang ditentukan. Logam-
logam berat tersebut ini dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan
tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Arsen (As) merupakan salah satu logam berat yang mempunyai sifat sangat
beracun dengan dampak merusak lingkungan. Secara alamiah, kontaminasi arsenik
pada air pertama kali dideteksi di Bangladesh pada tahun 1993. As berasal dari material
kaya arsenik dalam sistem sungai di kawasan itu, mengendap di atas ribuan tahun
bersama dengan pasir dan kerikil yang membentuk tanah Bangladesh. Contoh kasus
keracunan As di Indonesia sendiri terjadi pada perusahaan tambang emas PT.
Newmont Minahasa Raya. Perusahaan ini mulai berproduksi dan membuang
limbahnya melalui pipa keperairan laut Teluk Buyat pada tahun 1996,selanjutnya
secara bersamaan rakyat Pantai Buyat dihadapkan dengan sejumlah persoalan mulai
dari kehilangan sumber air bersih.
Arsen merupakan metalloid yang berada di alam baik dalam bentuk organik
maupun anorganik (Buncen 1994; Islamiati 2019). Arsen biasanya ditemukan di alam
sebagai anion dan dapat mengakibatkan arsenikosis serta bersifat karsinogenik.
International Agency of Research on Cancer menyatakan bahwa arsen merupakan
unsur karsinogenik golongan pertama (Ismunandar 2007; Islamiati 2019). Arsen dapat
ditemukan pada media air, udara, tanah, minuman maupun makanan dengan kadar
yang relatif rendah namun toksisitasnya sangat tinggi. Arsen dapat menyebabkan
dampak bagi kesehatan meski kadar paparannya rendah yang dapat menyebabkan
penyakit yang berhubungan dengan hati, ginjal, darah, saluran pencernaan dan saluran
pernafasan (Kapaj 2013; Islamiati 2019). Toksisitas arsen berakibat buruk bagi
kesehatan hati, mata, darah dan kulit. Selain itu arsen juga dapat mengakibatkan
kegagalan sumsum tulang belakang, infeksi laring bahkan kerusakan jaringan ginjal.
Arsen juga akan terakumulasi terakhir kali di kuku dan rambut, dimana akumulasi ini
mengisyaratkan keracunan arsen kronis (Darmono 2001: Islamiati 2019). Gejala
keracunan arsen sendiri antara lain ialah kram otot, mual dan muntah, sakit perut,
perubahan pada kulit seperti muncul kutil, gangguan irama jantung, kesemutan pada
jari tangan maupun kaki, urin bewarna gelap dan sakit kepala. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengelolan imbah B3 dan tindakan pengendaliannya.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui risiko paparan arsen
dan cara pengelolaannya.

II HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Arsen


Arsen (As) merupaka metal yang mudah patah, berwarna keperakan dan sangat
toxic (Istarani & Pandebesie 2014; Hazimah et al 2018). As elemental didapat di alam
dalam jumlah sangat terbatas dan dapatditemukan bersamaan dengan Cu, sehingga
didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. Arsen ditemukan dalam jumlah
yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang sangat tinggi karena masuk dalam
logam berat. Seluruh logam berat muncul secara alami di lingkungan yang dihasilkan
dari buangan industri dengan jumlah yang makin hari makin meningkat. Logam yang
mempunyai kontribusi toksisitas di dalam air adalah timbal, kadmium, merkuri, dan
aluminium (Istarani & Pandebesie 2014; Hazimah et al 2018).

2.2 Karakteristik Arsen


Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi
terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit dan bentuk teroksidasi,
terjadi pada kondisi aerobik, yang disebut sebagai arsenat.
Tabel 1 Kandungan Arsen alami di alam
Kandungan Arsen alami di alam dapat dilihat pada tabel 1. Arsen merupakan
unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen trioksida misalnya pernah
digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg. Dalam jangka panjang,
penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya gejala intoksikasi
arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk infeksi parasit, seperti
protozoa, cacing, amoeba, sprirocheta, dan tripanisoma, tetapi kemudian tidak lagi
digunakan sebagai obat pada resep homeopathi (Hazimah et al 2018).

2.3 Sifat Kimia Arsen


Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat (60%), sulfida
dan sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida, arsenat, oksida silikat, dan
arsen murni. Mayoritas arsen ditemukan dalam kandungan utama asenopyrite (FeAsS),
realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3). Realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3) biasanya
menurunkan bentuk dari arsen itu sendiri. Kondisi natural lainnya yakni loellingite
(FeAs2), safforlite (CoAs), nicolite (NiAs), rammelsbergit (NiAs2), arsenopyrite
(FeAsS), kobaltite (CoAsS), enargite (Cu3AsS4), gerdsorfite (NiAsS), glaucodot
((Co,Fe)AsS), dan elemen arsen. Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan
oksidasi arsen membentuk pentavalent arsenat (As(V)), dimana dalam kondisi
sebaliknya saat tereduksi membentuk trivalent arsenit (As(III)), dan mobilitas serta
penyerapan oleh sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah bergantung pada bentuk
arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial dapat membentuk arsen dalam
metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu masuk ke lapisan atmosfer (Istarani &
Pandebesie 2014; Hazimah et al 2018 ). Arsen umumya berbentuk serbuk atau pelet,
berwarna abu-abu metalik, tidak berbau, berat molekul: 74,92 g/mol, titik lebur:
817°C, titik sublimasi: 615ºC, kerapatan= 5,7 g/cm3.

2.4 Sumber Pencemar


Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen,
udara, air, dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber
pencemaran arsen di lingkungan. Arsen juga dihasilkan dari industri seperti, industri
pengolahan bijih logam, industri pestisida, industri pertambangan, industri pelapisan
logam, proses penghilangan cat (paint stripping)

2.5 Kegunaan Arsen


Arsen juga digunakan dalam berbagai industri seperi, pada metalurgi sebagai
bahan pengeras tembaga, timbal, atau senyawa bukan besi lainnya; sebagai body solder
pada bidang otomotif, pada bahan semikonduktor, pada proses pembuatan gelas jenis
low-melting, pada bahan pengawet kayu, herbisida dan pestisida.

2.6 Toksisitas
Penelanan sejumlah 100-300 mg arsenik trivalent dapat berakibat fatal pada
manusia. Batas terendah toksisitas pada manusia adalah 0,05 mg/kg, dimana dosis ini
dihubungkan dengan kejadian distress saluran cerna pada individu. Data pada hewan
LD50 oral – tikus (rat), akut: 763 mg/kg. LD50 oral – mencit, akut: 145 mg/kg, LD50
intraperitoneal – tikus (rat): 13 mg/kg, LD50 intraperitoneal – mencit: 46 mg/kg.
Karsinogenik ACGIH: A1 – diklasifikasikan sebagai karsinogen pada manusia. Data
Reproduksi Dicurigai merusak fertilitas atau menyebabkan keguguran. Informasi
Ekologi Sangat toksik terhadap kehidupan perairan.

2.7 Identifikasi Bahaya


Bahaya utama arsen terhadap Kesehatan yang dapat menyerang organ, yaitu
ginjal, paru-paru, sistem saraf pusat, dan membran mukosa. Rute paparan arsen terbagi
menjadi dua, yaiturute jangka pendek dan rute jangka panjang. Paparan jangka pendek
Arsen jika terhirup, kontak dengan kulit, kontak dengan mata, dan tertelan ialah dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan jika terhirup, jika tertelan dapat
menyebabkan efek terhadap saluran pencernaan, sistem kardiovaskuler, sistem saraf
pusat, dan ginjal, jika terkena kulit atau mata dapat menyebabkan iritasi. Efek yang
terjadi meliputi gastroenteritis berat, kehilangan cairan tubuh dan elektrolit, gangguan
jantung, syok, kejang dan gangguan ginjal. Sedangkan paparan jangka atau berulang
arsen dapat menimbulkan dermatitis. Selain itu Arsen juga memiliki efek terhadap
membran mukosa, kulit, sistem saraf perifer/tepi, hati, dan sumsum tulang, dapat
menimbulkan hiperpigmentasi, hiperkeratosis, perforasi septum nasal, neuropati,
gangguan hati, anemia, dan bersifat karsinogenik terhadap manusia.

2.8 Stabilitas dan Reaktivitas


Reaktivitas Arsen stabil pada tekanan dan suhu normal , jika tercampurkan
dengan halogen, asam, bahan pengoksidasi dapat menyebabkan reaksi yang hebat dan
tidak terpolimerisasi.

2.9 Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri


Batas paparan arsenik: 0,01 mg/m3 ACGIH TLV (USA, 1995). Agar terhindar
dari paparan arsen sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi harus
tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Gunakan kaca mata
pengaman tahan percikan dan sediakan kran pencuci mata untuk keadaan darurat serta
semprotan air deras dekat dengan area kerja. Gunakan pakaian pelindung dan srung
tangan yang tahan bahan kimia. Pada keadaan sering digunakan atau paparan berat,
proteksi pernafasan dapat digunakan. Proteksi pernafasan disusun peringkatnya mulai
dari minimum hingga maksimum. Pertimbangkan ciri peringatan (warning properties)
sebelum digunakan. Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi
kehidupan dan Kesehatan, setiap respirator pemasok udara memiliki pelindung wajah
penuh yang dioperasikan dalam suatu mode tekanan negatif atau positif lain
digabungkan dengan pasokan pelepas terpisah. Setiap alat pernafasan serba lengkap
memiliki pelindung wajah penuh.
2.10 Gejala Toksisitas Arsen
Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsenik (As), dapat berakibat buruk
terhadap mata, kulit, darah, dan liver. Efek Arsenic terhadap mata adalah gangguan
penglihatan dan kontraksi mata pada bagianperifer sehingga mengganggu
dayapandang( visualfields) mata. Pada kulit menyebabkan berwarna gelap
(hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul (clavus),
infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker (carcinogenic). Pada
darah, menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan terjadinya pancytopenia
(yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver, m empunyai efek yang
signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis), berupa meningkatnya
aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT), ichterus (penyakit
kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat dan ascites
(tertimbunnya cairan dalam ruang perut). Pada ginjal, Arsen (As) akan menyebabkan
kerusakan ginjal berupa renaldamage(terjadi ichemiaandkerusakanjaringan).Pada
saluran pernafasan, akan menyebabkan timbulnya laryngitis (infeksi laryng), (infeksi
bronchus) dan dapat pula menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam
berat Arsen dapat menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan
penyakit arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi
oleh karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah
perifer (varises, penyakit burger) “(Zhuang dkk, 2005).
Pada sistem reproduksi, efek arsen terhadap fungsi reproduksi biasanya fatal
dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan, lazim disebut effek malformasi.
Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya tahan tubuh / penurunan kekebalan,
akibat nya peka terhadap bahan karsinogen (pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada
sistem sel, efek terhadap sel mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel
menyebabkan turunnya energi sel dan sel dapat mati. Pada Gastrointestinal (saluran
pencernaan), arsen akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut,
mual(nausea) danmuntah(vomiting) (Sitorus, 2011).
2.11 Pencegahan terjadinya paparan Arsen
Keracunan arsenik dapat dicegah dengan sebisa mungkin menghindari paparan
arsenik. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

• Jika Anda bekerja di industri yang menggunakan arsenik, gunakan alat


pelindung diri ketika bekerja, seperti masker dan sarung tangan.
• Jika Anda menetap di daerah industri atau daerah dengan kadar arsenik tinggi,
gunakan sumber air yang lebih bersih atau manfaatkan layanan penyediaan air
minum dan sanitasi dari pemerintah.
• Timbun semua alat yang mengandung material sebaiknya ditimbun dalam
tanah. Jangan tertelan,terhirup, dan gunakan pakaian protektif
• Jaga agar material tertutup rapat, terhindar dari panas, percikan. Kemasan yang
kosong menimbulkan resiko kebakaran, menimbulkan uap dari residu material
yang memenuhi ruang penyimpanan.
• Jika Anda sedang bepergian, usahakan untuk selalu minum air dalam kemasan.

2.12 Pengelolaan (Penyimpanan Arsen)


Cara menyimpan bahan kimia harus memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti
halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing–masing bahan harus
diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan didalam botol
plastik..
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol
kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkena cahaya matahari langsung, sebaiknya
disimpan dalam botol gelap dan diletakkan di dalam lemari tertutup.
4. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara
langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening dan diletakkan di lemari
yang terbuka maupun yang tertutup
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
6. Penyimpanan bahan harus dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol
sebaiknya secukupnya saja sesuai dengan kebutuhan praktikum pada saat itu.
Sisa bahan praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada
botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk
karena sisa bahan praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
7. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing – masing
bahan.
Secara umum arsenik adalah zat beracun yang dapat menyebabkan kematian
sel melalui stress oksidatif atau mengganggu kemampuan sel dalam menghasilkan
ATP , senyawa yang bertindak sebagai sumber energi.Sehingga sehingga syarat
penyimpanannya ialah sebagai berikut:
1. Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
2. Simpan pada ruangan yang jauh dari sumber air atau saluran pembuangan
3. Jauhkan dari sumber nyala atau panas
4. Jauh dari bahaya kebakaran
5. Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
6. Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan
2.13 Kasus Pencemaran Arsen
2.13.1 Kasus Pencemaran Arsen di Bangladesh
Kasus kontaminasi arsen dilaporkan terjadi di Bangladesh. Warga di
Bangladesh menggunakan air sumur yang tercemar arsenik sebagai sumber air minum
utama. Diperkirakan 35 sampai 57 juta penduduk di negara ini menjadi korban dalam
kasus pencemaran. Pemerintah Bangladesh dan organisasi non-pemerintahan terlibat
peran yang aktif memerangi masalah ini (Paul, 2004). Penduduk Bangladesh
menggunakan sumur pompa untuk mengambil air di lapisan air tanah. Menurut data
penggunakan air minum yang berasal dari sumur-sumur pompa ini mencapai 95% dari
keseluruhan populasi Bangladesh. Penduduk negara ini menderita penyakit yang
sangat merugikan, mulai dari melanosis hingga kanker kulit dan gangren. Dalam
beberapa laporan mengungkapkan bahwa air sumur yang tercemar sudah membunuh
3000 jiwa serta membuat 125000 korban terkena kanker kulit. Departemen Teknik
Kesehatan Masyarakat Bangladesh mendeteksi sumur yang tercemar arsen pertama
kali pada tahun 1993. Persebaran paparan arsenik berawal di dataran tengah yang
merupakan pusat negara bangladesh menyebar ke utara dan selatan yang datarannya
lebih rendah melalui lapisan bawah tanah (Paul, 2004). Dugaan lainnya adalah
anggapan adanya kandungan arsen dalam mineral sulfida pada kedalaman 66-330 kaki
di bawah sungai utama yakni sungai Gangga yang mengalir di 2 negara yakni India dan
Bangladesh. Di bawah ini terdapat Gambar 2.6 mengenai persebaran konsentrasi arsen
di wilayah Bangladesh. Negara Bangladesh memiliki kandungan arsen tinggi di dalam
lapisan tanahnya. Arsen yang sering ditemukan dalam bentuk cebakan secara natural
terurai dengan bantuan pH yang tinggi. Pada pH tertentu arsen mudah terurai dari
cebakannya, selanjutnya arsen akan larut dalam air yang mengalir di sungai setempat.
Arsen yang larut dalam air juga meresap ke dalam air tanah dan dikonsumsi oleh
penduduk setempat (Istarani F dan Ellina S 2014).
2.13.2 Kasus Pencemaran Arsen di Kabupaten Pangkep
Penduduk yang tinggal di sekitar Sungai Pangkejene yang terletak di
Kecamatan Bungoro sangat rentan terpapar oleh logam berat dikarenakan pembuangan
limbah penggunaan batubara ataupun dari limbah domestik di lakukan di sungai ini,
sungai pangkejene yang dijadikan tempat untuk menangkap biota seperti ikan, kerang,
kepiting dan udang yang dikonsumsi oleh warga sekitar dapat mengancam kesehatan
karena jika biota tersebut telah terpapar arsen maka secara tidak langsung konsumsi
biota yang dilakukan terus menerus akan mengakumulasi arsen dalam tubuh, untuk itu
perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap arsen yang terdapat pada air, sedimen
serta biota yang berasal dari sungai biringere Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Sutanto tahun 2002, mengenai kandungan
logam berat arsen pada beberapa jenis sayuran yang berada di aliran sungai yang sekitar
areal tambang batubara menunjukkan kandungan arsen pada sayuran yaitu 0,2437-
6,0897 mg/kg. Hal tersebut menunjukkan kandungan logam berat arsen dalam sayuran
di sekitar areal tambang batubara konsentrasinya sangat besar karena sampai melebihi
nilai batas aman yang ditentukan oleh BSN tahun 2009 yaitu 1,0 mg/kg. Gejala yang
terlihat jika seseorang keracunan arsen menunjukkan tanda-tanda radang lambung dan
usus yang parah, dimulai dengan rasa terbakar di tenggorokan, sulit menelan dan sakit
perut yang sangat gejala ini diikuti rasa mual, muntah, hingga diare akut yang
menyebabkan feces bercampur dengan air dan lendir ( Nurhayati, 2009). Prevalensi
penyakit Diare + infeksi usus yang diderita masyarakat diwilayah kerja Puskesmas
Bungoro dari tahun 2007-2010 berturut-turut sebagai berikut; 1194 (6,63 %), 1091
(5,08%), 1062 (8,48%), dan 1099 (7,49%) (DELH Industri Semen Portland PT Semen
Tonasa, 2010).

III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Arsen (As) merupakan bahan kimia beracun yang secara alami ada di alam.
Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil
sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa bijih,
yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen
dapat terbentuk sebagai unsur semi logam (As0) dan sebagai senyawa arsenat (As5+),
arsenit (As3+), atau arsin (As3-). Karakter kimia arsen didominasi fakta bahwa arsen
merupakan senyawa yang beracun baik melalui reaksi kimia maupun biologi yang
umum terjadi di lingkungan.
3.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara,
air, tanah,biota dan kegiatan industri maka yang harus dilakukan adalah menggunakkan
alat proteksi diri , seperti memakai masker, sarung tangan, kacamata dll saat berada di
lingkungan kerja yang berhubungan dengan pertambangan. Selain itu melakukkan
surveilance medis setiap tahun secara rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya
keracunan akibat paparan Arsen.

DAFTAR PUSTAKA
Hazimah dan Nurlinda A. 2018. Analisis kandungan Arsenik (As) Dan Cianida (Cn)
depot air minum isi ulang di Kota Batam. Jurnal Rekayasa Sistem Industri. Vol
3 (2) : 129 -133.
Islamiati D. 2019. Analisis risiko kesehatan lingkungan kandungan Arsen pada beras
di Desa Batu Ampar Kecamatan Sirah Pulau Padang [skripsi]. Palembang (ID):
Universitas Sriwijaya.
Istarani F dan Ellina S. 2014. Studi dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap
penurunan kualitas lingkungan. Jurnal Teknik Pomits. Vol 3 (1): 53 -58.

Nurhayati. (2009). Analisis Kadar Arsen (As) Pada Kerang Bivalvia Yang Berasal Dari
Laut Belawan (Skripsi). Medan: FKM Universitas Sumatera Utara.
Sitorus H.2011.Analisis Beberapa Parameter Lingkungan Perairan Yang
Mempengaruhi Akumulasi Logam Berat Timbal Dalam Tubuh Kerang Darah
Di Perairan Pesisir Timur Sumatera Utara. Visi; 19 (1): 374-385.
Sutanto. (2002). Studi Deposit Logam Berat Arsen Pada Beberapa Macam Sayuran.
Abstrak Lampung: Ilmu Pengetahuan Alam Universitas.
Zhuang, P., dkk. 2005. Chemically Assisted Phytoextraction of Heavy Metal
Contaminated Soils using Three Plant Species. Plant and Soil. (276) 1-2: 153-
162.

Anda mungkin juga menyukai