Anda di halaman 1dari 19

Nama : Rauza Tinur

Nim : 2105279
Tugas : Resume Seminar 27 September 2021
Dosen : Dr. Heli Siti Halimah Munawaroh, M.Si

Prof. Ts. Ir. Dr. Pau Loke Show


(The Future of Biochemical Engineering)

1. Latar Belakang:
 Bioproses dari Upstream ke Downstream yaitu budidaya fermentasi mikroba,
contohnya seperti mikroalga menjadi enzim bakteri ke proses Downstream.
 Rekayasa Pemisahan dan Pemurnian yaitu mengembangkan metode baru yang
disebut dengan liquid by face system.
 Biorefinery Mikroalage

2. Teknik Biokimia
Merupakan kombinasi dari bioteknologi dan teknik kimia. Bioteknologi
merupakan aplikasi dari prinsip teknik dan saintifik dalam memproses suatu material
dengan melibatkan agen biologi untuk mendorong terjadinya proses tersebut dengan
baik. Teknik biokimia merupakan suatu bidang yg berkontribusi dalam pengembangan
teknik kimia untuk bioteknologi.
Manfaat dari aplikasi teknik biokimia menggunakan prinsip-prinsip teknik kimia
namun berada dalam skala yang lebih kecil (tidak dalam skala yang umumnya ditemui
dalam teknik kiia seperti minyak tradisional atau industri kimia). Skala kecil teknik
biokimia dalam bidang kesehatan sementara skala besar dalam bidang lingkungan.
Selain dua bidang tersebut, teknik biokimia dapat diaplikasikan dalam kimia,
pengolahan makanan, pertanian, dan energi.Contoh:
• Optimasi desain bioreaktor: Biokatalisis
• Pemisahan dan pemurnian: Biomolekul
• Pelepasan obat terkontrol: Penghantaran obat yang ditargetkan
• Rekayasa jaringan: Scaffolds untuk kultur jaringan
• Rekayasa ekstraktif: Sistem biologi
• Teknologi biorefinery: Pemulihan sumber daya
3. Biorefinery

Menurut International Energy Agency (IEA), Biorefining adalah pemrosesan


biomassa yang berkelanjutan menjadi produk spektrum dan energi yang dapat
dipasarkan. Sementara menurut National Renewable Energy Laboratory (NREL)
merupakan fasilitas yang mengintegrasikan proses dan peralatan konversi biomassa
untuk menghasilkan bahan bakar, listrik, dan bahan kimia dari biomassa. Namun
biorefinery dapat diartikena suatu hal yang diawali dengan mikroalga yang memiliki
karbohidrat, protein, dan pigmen yang dilakukan pre-tretment menggunakan
mincrowave, sonikasi, enzymatic, hydrothermal, pulsed electric, dan thermal shock
untuk menghasilkan produk utama yaitu karbihidrat, lipid dan protein.
Karbohidrat dengan fermentasi dapat menghasilkan etanol, sementara biodesel
yang dihasilkan melalui transesterifikasi lipid menghasilkan griserol untuk menjadi
butanol dan asam laktat setelah difermentasi. Sementara protein diubah menjadi produk
pupuk. Seluruh proses menghasilkan limbah yang dapat dimanfaatkan kembali
sehingga disebut biorefinery dan circular economy. Konsep Biorefinery merupakan
kombinasi dari biomass untuk menjadi biorefinery yang menghasilkan berbagai jenis
produk seperti bioenergy, makanan dan lainnya dengan mempertimbangkan analisis
siklus hidup, kerusakan lingkungan dan biaya investasi, serta dampak sosial untuk
mengasilkan sebuah proses yang keberlanjutan.
 Biorefinery pada tahun 1980an dimanfaatkan dalam bahan baku makanan seperti
tebu dan jagung.
 Pada tahun 2000an dimanfaatkan dalam bidang lignocellular biomass
 Pada tahun 2015an fokus pada bahan baku alga.
 Pada tahun 2017 fokus pada material dasar yang dimodivikasi dalam skala
genetiknya

Microalgae biorefinery diawali dari kombinasi kultur mikroalga dan biorefinery


untuk menghasilkan protein, karbohidrat, lipid dan pigmen untuk menjadi produk yang
siap dipasarkan berupa produk bernilai tinggi dalam biofuels. Sifat sustainability dari
proses ini dilihat dari multidisiplin bidang tekno ekonomi, lingkungan dan social.
Biorefinery sebuah teknik yang bersifat cost effective dan low energy requirement,
seperti pada sequestration karbon dapat meningkatkan ecological biodiversity menjadi
microalgae cultivation pond yang dapat dimafaatkan dalam sisaol-ekonomi sebegai
biodesel, biogas dan biofertlizer.

Prospek lebih lanjut dalam rekayasa biokimia adalah peneliti yang mempelajari
fungsi kimia alami organisme dan memanfaatkan pengetahuan ilmiah mereka untuk
membuat produk atau menyempurnakan suatu proses. Sektor dan Industri teknik
biokimia terdiri atas pengolahan limbah biologis, bioremediasi, kosmetik kimia,
mineral, energy dan farmasi. Rekayasa biokimia memiliki peran penting dalam
penyampaian penemuan dan inovasi bioteknologi untuk kepentingan masyarakat dan
akan terus memberikan tantangan yang menarik bagi lulusan kimia sebagai variasi, dan
cakupan aplikasi.
Kit Wayne CHEW, Ph.D
(Biorefinery Dan Bioproses Mikroalga Dan
Mengembangkan Proses Untuk Berbagai Produk)

1. Latar Belakang
 Pengenalan microalgae
 Proses Upstream dan Downstream
 Konsep dan sistem biorefinery
 Proses bioseparasi multiphase
 Partisi trifasik cair
 Desain bioreactor

2. Alga/Mikroalgae
Mikroalgae adalah merupakan mikroorganisme bersel satu, membentuk koloni
dan sangat banyak yang dijumpai pada perairan yang besar seperti pada laut, danau,
sungai serta perairan payau, berwarna hijau yang biasnya tumbuh dan ini sebenarnya
adalah mikro. Sekedar tampilan biasa dalam bentuk bubuk Ini adalah tampilan
mikroskopis atau disebut alga mikro.
Berbagai macam spesies mikroalga bahkan lebih dari 50.000 yang memiliki
struktur yang berbeda, sifat yang berbeda. Jadi mungkin setiap jenis spesies berbeda.
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik uniseluler, hidup di lingkungan air asin
atau air tawar, yang mengubah sinar matahari, air dan karbon dioksida menjadi
biomassa alga. Salah satu mikroalga penghasil chlorofil tertinggi adalah Chlorella
vulgaris merupakan mikroalga jenis Spirulina, chiorella vulgaris, chlorella sp. BTA
9031, chlamydomonos s.p BTA 9032.

3. Komposisi Mikroalga
Berbagai jenis spesies memiliki jenis komposisi yang berbeda namun untuk
kandungan hidrogennya bisa berkisar 5- 267%, dan beberapa akan memiliki lebih
banyak tubuh hingga 55% sementara beberapa memiliki kurang dari 17,9 %. Tetapi hal
utama yang terkandung dalam mikroalga sebenarnya adalah potongan-potongan
protein, serta karbohidrat. Dan ini adalah tiga kandungan utama adalah nilainya dapat
bervariasi sesuai dengan jenis spesies. Jadi tabel ini hanya menunjukkan contoh
beberapa spesies dan komposisi utamanya.
Penelitian ini mengerjakan beberapa spesies yang lebih umum lebih fokus pada
ekstraksi lipid dan protein atau spirulina dengan ekstraksi pigmen. Jadi pernyataan ini
akan memiliki beberapa antioksidan dan anti-inflamasi, yang sangat baik sebagai
suplemen gizi. Nmembutuhkan sinar matahari yang merupakan sumber karbon
dioksida gratis, yang bisa kita dapatkan dari air industri dan neutron minimal.
Algae sangat mudah didapatkan baik membutuhkan dalam jumlah sedikit dan
juga berpotensi mendapatkannya dari sampah. Hal ini membuat sumber algae sangat
potensial dan hampir seperti jenis tanaman bebas yang bisa kita kembangkan. dalam
berbagai program. Contohnya:

Chlorella vulgaris sorokiniana, strain spirulina, dapat tumbuh di air limbah dan
mengolah limbah secara bersamaan, kaya akan protein, karbohidrat dan lipid,
menghasilkan bioproduk dan bioenergy dan sumber terbarukan dan potensial untuk
menggantikan tanaman pangan dan bahan bakar fosil.

4. Mengapa Harus Alga/Mikroalga?


Mengapa lebih memilih algae dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya?
supaya membantu mengurangi dampak lingkungan terutama iklim dengan mengurangi
sumber karbon di atmosfer dan mengubahnya menjadi oksigen. Mirip dengan tanaman
lain juga dapat digunakan untuk membuat berbagai produk. Jadi algae sejenis dengan
tanaman air karena itu harus tumbuh di air dan juga berpotensi untuk tumbuh di air
bimbah.
Bagaimana mengambil semua nutrisi dan kontaminan dari air limbah dan
mengubahnya sebagai bagian dari nutrisi yang dilakukan untuk meningkatkannya
produktifitas? yaitu dengan menggunakan Biorefinery yang berfungsi sebagai proses
untuk mengubah biomassa alga yang sangat makro ini menjadi berbagai produk. jadi,
telah terbukti bahwa biomassa algae sangat potensial dan cocok digunakan untuk
produksi biofuel dengan listrik dan energi.
Beberapa industri di luar negeri mengambil teknologi ini untuk menciptakan
pandangan baru di mana orang akan menerapkannya baik untuk air limbah atau untuk
pembangkit energy sehingga dapat digunakan dalam industri atau pertanian, pakan
ternak, pupuk hayati Farmasi atau aplikasi komersial pembuatan produk nutrisi
Kosmetik biokimia serta produksi protein atau Fine Chemicals yaitu termasuk jenis
karotenoid yang sangat mahal yang juga senyawa bioaktif lebih banyak untuk obat-
obatan farmasi dan juga untuk skrining obat karena spesies mikroglia tertentu
mengandung antimikroba dan anti-kanker dan opacity.

5. Prosesnya (Upstream dan Downstream)


 Pemrosesan Upstream akan mencakup segala sesuatu mulai dari meniup algae
langsung dari sel-sel kecil hingga sepenuhnya matang hingga selesai.
 Pemrosesan Downstream yaitu bagian pemrosesan yang mengubah algae
menjadi protein, lipid atau karbohidrat.
Jika di terapkan dalam skenario pengujian, Upstream akan seperti menanam
tanaman, contohnya menanam kedelai dan Upstream ini gunanya untuk melihat kedelai
tumbuh dari kecil menjadi kedelai siap panen, sedangkan Downstream adalah cara
bagaimana mengekstrak protein dari kedelai atau susu kedelai atau lebih ke produk
akhir.

6. Budidaya Mikroalga Upstream


Upstream makro sebenarnya butuh berbagai proses dan berbagai macam
peralatan, yang dapat kita gunakan termasuk panel datar, fotobioreaktor, fibula PBR,
tipe heliks kolom gelembung DVR serta sistem Kolam terbuka, seperti pada gambar di
bawah ini algae tumbuh di tempat luas dan terbuka untuk atmosfer dan dalam sistem
tertutup. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, biasanya
mereka bisa mendapatkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Tetapi kemudian
sistem akan membutuhkan lebih banyak energi dan membutuhkan lebih banyak
pasokan nutrisi serta kebutuhan untuk aerasi.
Dan ada beberapa pertimbangan lain seperti biaya modal karena semua desain
ini memerlukan beberapa bentuk pemeriksaan melalui kebutuhan untuk dikembangkan
dengan baik, dan harus memiliki penetrasi cahaya yang cukup sehingga akan lebih
berenergi. Tetapi kelemahan dari sistem terbuka adalah dapat dengan mudah
terkontaminasi. Jadi apapun dari luar mungkin bisa langsung ke intinya akan membawa
beberapa bakteri dan kemudian meracuni system.
7. Proses Mikroalga
Pemrosesan pada Fotobioreaktor akan membutuhkan sumber sinar matahari dan
itu akan membutuhkan karbon dioksida yang akan diubah menjadi oksigen dan energi.
Dan dari mana kita mendapatkan karbon dioksida? biasanya dapat diambil dari
industri. Beberapa proses industri cenderung menghasilkan karbon dioksida karbon
monoksida atau salah satu gas beracun dari air Limbah industry mengubah menjadi
oksigen dan biomassa yang kemudian akan dipanen lebih lanjut dan diolah menjadi
berbagai produk yang mencakup Bio-Oil, Lipid untuk biochar biodiesel dan produk
lainnya, seperti suplemen, nutrisi, pupuk nutraceuticals yang termasuk ke porsi protein
dan karbohidrat.

8. Pengolahan Downstream
Bagaimana mengolah mikroalga menjadi berbagai produk dalam desain yang
sederhana dan efisien dan beragam jenisnya? Proses industri yang telah dilakukan
untuk mengekstrak keempat senyawa seperti Protein, lipid, karbohidrat dan pigmen.
Jadi beberapa orang telah mencoba ekstraksi menggunakan bantuan ultrasound dengan
cara memasukkan algae ke dalam sistem ultrasound dan gelombang ultrasound dan
mereka akan menciptakan efek kavitasi dengan akan menghancurkan sel dan sel itu
pecah sehingga semua molekul ini akan dilepaskan.

Berikut beberapa prosen pengolahan downstream:


 Proses yang terlibat dalam ekstraksi biomolekul dari biomassa.
 Ekstraksi dengan bantuan ultrasound, ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro.
 Ekstraksi medan listrik berdenyut
 Filtrasi membran, fitrasi aliran silang
 Ekstraksi cairan superkritis

9. Biorefinery Mikroalga
Biorefinery merupakan proses integrasi konversi biomassa untuk menghasilkan
energi dan nilai tambah. Dalam definisi yang lebih luas mengubah semua jenis
biomassa (semua residu organik, tanaman energi, dan air biomassa) ke dalam berbagai
produk (bahan bakar, bahan kimia, tenaga dan panas, bahan, dan makanan dan pakan).
Konsep ini mirip dengan kilang minyak mentah dimana produk diproduksi di
berbagai tahap penyulingan minyak bumi. Konsep biorefinery menyajikan model
konseptual untuk generasi biofuel masa depan. Hal ini pada gilirannya mengurangi
biaya produksi bahan bakar fosil dengan memaksimalkan pemanfaatan biomassa.
Dibutuhkan proses biorefineries yang lebih efisien untuk beroperasi dimana ada
pemanfaatan panas yang maksimal yang dilepaskan dari proses serta pemanfaatan
biomassa sampai batas maksimal. Serupa dengan kilang minyak bumi, biomassa
digunakan sebagai bahan baku untuk produksi berbagai macam produk.
Proses konversi yang berbeda (fisik, kimiawi, biologis dan termal) digunakan
baik secara individu maupun kombinasi untuk menyediakan produk yang memiliki
tujuan ekonomi. Produk yang diperoleh setelah konversi difraksinasi menjadi berbagai
produk terpisah atau mungkin mengalami proses lebih lanjut untuk mendapatkan nilai
tambah produk. Prosesnya bisa dibuat lebih irit bila bahan baku nya adalah produk-
produk sisa. Hal ini akan memberikan manfaat ganda yaitu sebagai pembangkit energy
dan juga sebagai agen bioremediasi. Biorefineries juga bisa diintegrasikan dengan
infrastruktur pembangkit tenaga listrik untuk menurunkan biaya produksi.

10. Sistem Biorefinery


Sistem Refinery tidak seperti sistem pada umumnya, seperti pada kilang minyak
bumi yang pengolahan nya tidak menghasilkan limbah dan semua diolah menjadi
berbagai macam produk. Memanfaatkan bahan baku sebanyak yang mereka bisa dan
menghasilkan sebanyak mungkin produk.
 Analog dengan kilang minyak bumi, memanfaatkan segala sesuatu dan tidak
meninggalkan limbah.
 Seluruh barel digunakan untuk memproduksi bahan bakar, aspal, petrokimia,
plastik
 Biorefineries khusus melayani bahan baku individu dan produk keluaran yang
diinginkan
 Potensi untuk menyesuaikan biorefinery untuk menekankan produk padat dan
cair secara terpisah

11. Proses Biorefinery Mikroalga Konvensional


Mikrofon konvensiona dengan proses Refinery dimulai dari sentrifugasi diikuti
dengan pengeringan biomassa dan pretreatment untuk memecahkan sel sebelum
mengekstrak produk yang akan memakan waktu cukup panjang. Namun dengan sistem
pemisahan proses ekstraksi akhir dan cairan ini dengan teknologi dasar atau cair yang
sebenarnya adalah proses yang sangat sederhana.
Untuk jenis pretreatment tambahan untuk meningkatkan efisiensi pemisahan
secara keseluruhan dan proses ini diciptakan untuk mengatasi kesulitan saat ini dalam
proses ekstraksi konvensional yang meliputi biaya tinggi, pemrosesan yang lama dan
banyak langkah yang diperlukan sebelum kita bisa mendapatkan produk akhir. Berikut
Tahapan Biose:

 Biphasic cair, sistem triphasic


 Pretreatment dengan ultrasonikasi, microwave, homogenizer, pembekuan.
 Flotasi untuk menyerap biomolekul untuk pemisahan atau pemurnian
 Potensi peningkatan untuk produksi komersial

Prinsip kerja sistem ini menggunakan tiga fase dan diuji dengan penambahan
ultrasonik, organisasi gelombang mikro ultrasound. Sedangkan Fisika Ultra Biphasic
cair ini sistemnya sangat sederhana karena hanya menggunakan sistem dua fasa yang
sederhana dengan penambahan perlakuan awal untuk memisahkan biomolekul menjadi
dua fase yang diperlukan, semua sistem ini mengandung dua atau tiga fase yang hanya
satu campuran protein dan beberapa kontaminan.
Ketika ditambahkan salah satu pelarut untuk membuat dua fase yaitu basa garam
yang sesuai dan basis alkohol yang dapat bercampur dsehingga molekul protein yang
diinginkan akan naik keatas dan menghasilkan warna coklat hitam namun warna putih
akan berada di bawah.

12. Partisi Trifasik Cair


Trifasik cair ini memiliki tiga fase dan masing-masing berada di atas, tengah dan
bawah yang mengandung persentase lebih tinggi dari satu biomolekul spesifik.
Misalnya, bagian atas mengandung lebih dari 90% lipid, bagian tengah akan
mengandung lebih dari 90% protein dan bagian bawah akan mengandung lebih dari
90% karbohidrat. Namun untuk membuat suplemen hanya membutuhkan protein yaitu
di bagian tengahnya, sedangkan bagian atas berbasis lipid dan karbohidrat. bisa
digunakan untuk tujuan lain, itu berarti memisahkan satu campuran menjadi beberapa
produk akan menjadi biorefinery yang dapat menghasilkan lebih dari satu produk dan
menghasilkan lebih banyak keuntungan di seluruh proses. Prosesnya sangat sederhana
dan penambahan campuran pelarut yang sesuai serta komponen dasar serta tidak butuh
biaya tambahan karena bahannya dapat didaur ulang.

13. Faktor Dalam Sistem Bioseparasi


Beberapa faktor yang akan mempengaruhi efisiensi produk yang perlu di
perhatikan yaitu Jenis kombinasi pelarut (polimer, alkohol dan garam), waktu flotasi
udara, pH, konsentrasi ekstrak kasar, konsentrasi fase atas dan bawah, tingkat flotasi
udara, rasio volume dan rasio pelarut, intensitas/amplitudo preteatment, durasi
preteatment, suhu dan analisisnya

Membahas tentang faktor mempengaruhi efisiensi produk yang akan dianalisis,


menyesuaikan komponen dengan pH tergantung jenis mikroalga yang digunakan,
penambahan waktu flotasi udara, waktu yang lebih lama akan memberikan produk
yang lebih baik dan dapat memisahkan dua fase konsentrasi ekstrak kasar. Konstitusi
fase atas dan bawah harus sesuai rasio, ketika rasio intensitas dan amplitude tergantung
pada jenis pretreatment seperti menggunakan microwave dengan suhu terlalu tinggi
akan merusak protein selama pemrosesan. seperti pada gambar dibawah ini warna biru
adalah tanda 450 pada spirulina merupakan sistem tiga fase protein lipid dan
karbohidrat dari karela. Dan ini adalah mesin SS, pigmen merah dari beberapa bodi
custom
Desain Bioreaktor yaitu desain prototipe fotobioreaktor skala industri untuk
budidaya berkelanjutan mikroalga yang disematkan dengan hal-hal internet untuk
pemantauan jarak jauh menggunakan aplikasi smartphone. Jadi bagian Upstream
adalah pertumbuhan sisi kiri microgame dan di sisi kanan adalah pemrosesan
Downstream untuk menggunakan sistem dua fase. Kegunaan Desain bioreaktor
menggunakan smartphone adalah untuk mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan tidak
perlu menempatkan seseorang untuk memantau proses tersebut dan juga sistem
otomatisasi dan menambahkan beberapa sensor berbasis sensor suhu, sensor level
sensor yang semuanya akan mengumpulkan data serta akan dikirim ke salah satu sistem
database yang kemudian dapat kita pantau dari sparkle.

Hal utama yang harus dilakukan adalah cara meningkatkan efektivitas biaya dari
keseluruhan dan menciptakan teknik-teknik yang lebih bagus, lebih efisien dan dapat
bermanfaat sehingga menghasilkan lebih banyak produk. Kedua adalah cara untuk
meningkatkan proses Refinery yang ada untuk menghasilkan lebih dari satu produk,
termasuk protein, lipid, karbohidrat, dan bahkan pigmen sehingga bisa menghasilkan
lebih banyak keuntungan.

Avurav Krishna Koyande, Ph.D


(Biorefinery Chlorella Sp. Menggunakan Sistem Multifasik
Terintegrasi Untuk Pakan Biofuel Dan Aplikasi Penyembuhan Luka)

1. Komposisi sel alga


Alga yang digunakan sebagai sampel yaitu tumbuhan fotosintesis, mulai dari
uniseluler hingga multiseluler dan ukuran mulai dari 0,5 𝜇m hingga 100 m. Adapun
komposisi sel alga dalam mengeluarkan biomolekul yang berguna dalam sel mereka
berupa metabolit sekunder. Komposisi sel alga meliputi karbohidrat, protein dan lipid
sebagai komponen utama, sedangkan beberapa sekunder seperti metabolit, vitamin,
mineral, pigmen dan asam lemak tak jenuh ganda.
 Microalgae tumbuh hanya memiliki sekitar 4-5% DCW dari 95% sisanya
adalah air
 Memiliki dinding sel yang sangat kaku
 Biomolekul lepas begitu dinding sel rusak dan biomolekul perlu diekstraksi
 Dan ekstraksi biomolekul ini dengan metode konvensional yang sangat sangat
mahal dan memakan waktu.

Disini mencoba mengevaluasi secara vitro protein yang diekstraksi dari chlorella
vulgaris, yang dilapisi pada membran glutaraldehida gelatin dan luka. Aplikasi
penyembuhan di mana mereka berdiri sebagai organ terbesar dari tubuh manusia adalah
kulit dan orang dewasa biasanya memiliki 3,6 kg kulit. Jadi, setiap kali tubuh manusia
terluka membutuhkan waktu lebih lama untuk menyembuhkan kulit.

2. Metode ekstraksi mikroalga


 Menggunakan metode flotasi biphasic cair (LBF) ekstensi yang berbeda disebut
sistem percobaan yang merupakan kombinasi dari quest to face system
 Dan menggunakan sistem flotasi trifasic cair (LBF) adalah kombinasi dari tiga
fase, partisi dan simulasi pelarut.
Sistem flotasi biphasic cair adalah sistem dua fase dan sebagian besar didorong
oleh pemisahan fase dengan penambahan garam dan alkohol atau garam dan cairan
ionik. Penambahan flotasi atau sublasi pelarut ke sublasi cair atau pelarut ke sistem dua
fase cair.

3. Latar belakang:
Metode sugaring out dengan memanfaatkan ultrasonik, protein yang dihasilkan
diekstraksi oleh sistem tersebut. Sankaran (2018), Melakukan metode sugaring out
dalam sistem biphasic cair dari mikroalga, dengan hasil rendemen protein 93,33 %.
Setelah optimasi ditutup hingga 93%, nilai ini harus dipertimbangkan kembali.
 Untuk mempelajari ekstraksi protein melalui metode LBEF sugaring-out
 Untuk mengoptimalkan parameter sistem LBEF.
 Untuk membandingkan kinerja sistem terintegrasi yang dioptimalkan dengan
kelompok kontrol.

4. Tujuan utama:
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengekstrak protein dan mencoba
untuk mengoptimalkan semua parameter dan membandingkan hasil yang optimal
dengan studi kontrol.
 Sistem dua fasa Untuk ekstraksi protein dari mikroalga.
 Sistem flotasi tiga fasa untuk mengekstrak protein, lipid dan karbohidrat dengan
efisiensi tinggi.
 Aplikasi protein yang diekstraksi sebagai agen penyembuhan luka.

5. Hasil Penelitian
a. Penelitian riset yang pertama
Menggunakan metode ekstraksi mikroalga cair, dengan sistem flotasi biphasic
cair. Adapun tujuan penelitiannya yaitu sistem gula dua fase untuk ekstraksi protein
dari mikroalga, sistem flotasi tiga fase untuk mengekstrak protein, lipid, dan
karbohidrat dengan efisiensi tinggi dan aplikasi protein yang diekstraksi sebagai agen
penyembuhan luka. Hasil dari penelitian nya yaitu parameter optimal biomassa
mikroalga 0,05 g dengan suplai arus DC 15V dengan ujung elektroda pada fasa bawah,
konsentrasi glukosa 300 g/L dengan konsentrasi asetronitril 100%, laju aliran udara
150 mL/min, kemudian waktu flotasi nya 15 menit dengan efisiensi pemisahan
73,99±0,74% dan pemulihan protein sebesar 69,66±0,86%. Serta arus listrik yang
dihasilkan 0-30 V, sangat rendah untuk gangguan sel maka dari itu membutuhkan
tegangan yang lebih tinggi.
b. Pada penelitian kedua
Berjudul Biorefinery Chlorella sorokiniana menggunakan Sistem Flotasi Cair
dengan bantuan ultrasonikasi, dalam penelitian tersebut berujuan untuk mempelajari
Sistem Liquid Triphasic Flotation (LTF) berbantuan ultrasonikasi untuk mendapatkan
lipid dan protein dari mikroalga Chlorella sorokiniana dalam satu langkah sebagai
proses baru. Dalam studi saat ini, Sistem Flotasi Trifasik Cair (LTF) dengan bantuan
ultrasonikasi baru digunakan untuk mendapatkan lipid dan protein dari mikroalga
Chlorella sorokiniana dalam satu langkah. Recovery protein tertinggi diperoleh sebesar
97,43±1,67% dan recovery lipid sebesar 69,50±0,54%.

Parameter yang sesuai adalah pemuatan biomassa mikroalga 0,5 w/v%,


konsentrasi amonium sulfat 40 w/v%, rasio volume 1:1,5 (garam:alkohol), mode pulsa
ultrasonikasi 20 detik ON dan 20 detik OFF pada amplitudo 20% untuk 5 menit, laju
aliran udara flotasi 100 mL/menit. Selain itu, daur ulang fase alkohol untuk
mempelajari sifat melingkar dari biorefinery yang diusulkan diselidiki. Sistem LTF
yang diusulkan untuk ekstraksi protein dan lipid mengurangi jumlah unit operasi yang
diperlukan dalam pendekatan biorefinery.

c. Penelitian yang ke tiga


Berjudul Sistem trifasik cair sebagai pemrosesan hilir berkelanjutan biorefinery
Chlorella sp. untuk potensi biofuel dan produksi pakan. Mikroalga adalah sumber
energi terbarukan yang potensial, tetapi sangat kurang dimanfaatkan karena proses hilir
yang mahal dan memakan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengekang hambatan
tersebut dengan mengekstraksi beberapa komponen dengan satu unit pemrosesan.

Dalam analisis ini flotasi trifasik cair dengan bantuan ultrasound sistem
dimasukkan untuk mengekstrak protein, lipid, dan karbohidrat dengan pemisahan fase.
Parameternya terlibat dioptimalkan dan efisiensi pemulihan akhir protein, lipid, dan
karbohidrat ditentukan. Kontrol yang melibatkan partisi tiga fase konvensional dan
sistem peningkatan skala 15 kali lipat dengan daur ulang komponen fasa juga
dilakukan. Kromatografi Gas dan Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier
adalah digunakan untuk mengkaji potensi produk yang diekstraksi sebagai sumber
biofuel. Pendekatan biorefinery ini sangat penting dalam mengkomersialkan mikroalga
untuk pembuatan biodiesel dan bioetanol dengan produk sampingan dari protein yang
dimurnikan sebagai pemberi makan.

d. Pada penelitian ke empat


Berjudul evaluasi awal in vitro protein yang diekstraksi dari chlorella vulgaris
yang dilapisi pada membran gelatin-glutaraldehid (GTA) & aplikasi penyembuhan
luka. Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk menguji proliferasi sel dengan protein
mikroalga yang teradsorpsi pada membran gelatin-GTA, untuk mempelajari kapasitas
adhesi sel kratinosit pada membrane dan untuk menyelidiki tingkat penyembuhan luka
dari protein pada pelat sel HaCaT yang tergores. Dengan hasil studi biokompatibilitas
hari ke 1: kelompok kontrol (76,75±0,68%), hari ke 3: 10GGP (80,04±0,08%), hari ke
7: 10GGP (90,26±0,22%), studi adhesi sel hidup sebanyak 10GGP (3432±443) dan
studi goresan luka, penutupan luka tertinggi 10GGP (82,10±1,65%).

Kesimpulannya adalah integrasi gangguan & hasil ekstraksi sel simultan


memastikan tinggi biomolekul dari mikroalga, kemudian daur ulang fase memberikan
pendekatan melingkar ke sistem & mengurangi biaya. Sistem U-LTF adalah
pendekatan yang sangat efisien untuk mencapai biorefinery mikroalga dan protein
murni dari sistem U-LTF memiliki potensi untuk meningkatkan sifat penyembuhan
luka sel keratinosit manusia.

Khoo Kuan Shoong Jerry, Ph.D


(Green Approaches For The Separation Of
Carotenoids From Microalgae)

1. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen alami yang ditemukan pada bakteri, alga, fungi dan
tumbuhan tetapi tidak diproduksi oleh hewan. Berikut beberapa manfaat karotenoid
dalam kehidupan sehari-hari:
 Karotenoid terdiri atas 2 yaitu carotenes dan xanthophylls dan merupakan zat
warna (pigmen).
 Karotenoid adalah pigmen organik yang diproduksi dari tumbuhan, alga, bakteri
dan fungi (jamur)
 Pigmen alami memberikan warna pada daging dan kulit dari hewan-hewan air
seperti ikan salmon dan ikan trout, juga cangkang dari udang dan lobster.
 Juga memberikan efek antioksidan yang tinggi yang berguna untuk mencegah
penyakit seperti kanker, diabetes, kardiovaskuler, maag, respon imun, dan
peradangan.
 Fungsi dari antioksidan ini yaitu untuk menangkal radikal bebas
 Karotenoid sangat berfungsi bagi manusia mengingat manusia tidak dapat
memproduksi sendiri karotenoid dan membutuhkan diet suplemen langsung

2. Sumber Langsung Untuk Astaxanthin


Astaxanthin adalah jenis karotenoid yang ditemukan di lingkungan alam.
Karotenoid adalah pigmen yang sering dikaitkan dengan sayuran. Jenis yang paling
umum adalah beta-karoten yang dapat ditemukan dalam wortel dan lycopene di dalam
tomat, dan telah terbukti mengandung antioksidan. berikut sumber astaxanthin:
 Astaxanthin merupakan karotenoid sekunder berwarna merah cerah yang dapat
berasal dari sumber alami (misalnya alga, ragi, salmon, trout, udang) atau
diproduksi secara sintetis.
 Mikroorganisme seperti alga (Chlorella zofingiensis, Chlorococcum dan
Haematococcus) dan ragi (Phaffia rhodozyma) dikenal sebagai sumber alami
yang baik dari astaxanthin.
 Haematococcus pluvialis adalah alga hijau yang dikategorikan dalam kelas
Chlorophyceae
 H-Pluvialis adalah makroalga dengan jenis rantai yang memiliki akumulasi
astaxanthin yang tinggi sekitar 3.8 – 5.0% berat kering.
 Banyak ditemukan di badan air tawar seperti kolam hujan, kolam alami dan
buatan.

3. Overview Upstream dan Downstream Dari H.Pluvialis


 Tahapan Kultivasi; perlu diperhatikan untuk parameter yang digunakan yaitu
suhu, pH, intensitas cahaya, menjaga tempat kultivasi agar tercegah dari predator,
desain photobioreaktor yang digunakan, dan mengontrol media kultur dengan
jenis medium.
 Upstream terbagi menjadi 2 tahapan yaitu biosintesis dan maturation
 Pada tahapan biosintesis adalah tahapan memproduksi astaxanthin dari
H.pluvialis dengan memperhatikan pengontrolan parameter dan pemberian
nutrien (yaitu nitrogen-limitasi, fosfor-limitasi, dan mikronutrien lainnya).
 Pada tahapan maturation menghasilkan sel haematocyst berwarna merah non-
motile.
 Downstream terbagi menjadi 3 tahapan yaitu harvesting, pengeringan, dan
ekstraksi
 Pada tahapan harvesting, hasil panen dimulai setelah sel haematocyst merah non-
motile mengalami pematangan. Ada dua metode yang digunakan yaitu
pematangan dan sentrifugasi, serta pengapungan dan disk sentrifugasi.
 Pada tahapan drying ini digunakan untuk mencegah degradasi pigmen dan
memperpanjang umur penyimpanan. Terdapat 2 metode pengeringan, yaitu
pengeringan semprot dan pengeringan beku. Pengeringan semprot ini dapat
mengurangi kadar air dalam sel haematocyst merah non motil serendah 5%,
metode ini juga memerlukan suhu yang tinggi sekitar 180 – 220°C. Sedangkan
pengeringan beku (yang juga dikenal dengan lyophilization) melibatkan
pembekuan biomassa alga biasanya pada -20°C dan suhunya dipertahankan
sampai 4°C
 Tahapan terakhir, yaitu ekstraksi merupakan tahapan b.iorefinery konvensional
H.Pluvialis menggunakan pelarut organik, asam pekat dan pendekatan ekstraksi
pelarut yang dibantu ultrasound.

4. Lbs (Liquid Biphasic System)


 LBS adalah teknik fraksi liquid-liquid untuk ekstraksi, pemisahan, pemurnian,
dan memperkaya biomolekul.
 LBS menjadi tren penelitian saat ini yang diadopsi dalam teknologi pemisahan
dan pemurnian.
 Komponen fasa yang digunakan di LBS yaitu, polimer based, organic solvent
based, ionic liquid based (ILs), deep eutectic solvent based (DESs), surfactant
based, dan acetonitrile and sugar (glukosa, manosa, fruktosa) Teknologi
terintegrasi dengan LBS System yaitu, ultrasound-assisted,
elektropermeabilization-assisted, bubble assisted or liquid biphasic flotation, dan
microwave-assisted.

5. Hasil Penelitian
a. Menggunakan teknik Liquid Biphasic Flotation (LBF) yaitu gabungan dari
teknik Liquid Biphasic System (LBS) dan Solvent Sublation (SS). LBF terdiri
dari dua fase larutan dimana senyawa target akan diekstraksi dari satu fase
(misalnya fase bawah yang kaya garam) ke yang lain (misalnya fase pelarut
organik) oleh adsorpsi selektif senyawa target pada gelembung udara (misalnya,
nitrogen atau oksigen). Hasil dari ekstraksi ini diperoleh fasa atas adalah alkohol
dan astaxanthin dan fase bawah yang kaya garam. Hasil dari penelitian ini dalam
300 ml adalah ekstraksi astaxanthin yang diperoleh sebesar 78.38 0.93%, dan
efisiensi pemisahan sebesar 99.86 0.05% dengan celah yang ditemukan dalam
penelitian ini adalah dua step pre-treatment H. Pluvialis dan ekstraksi yang tidak
selesai dari proses scaling up.

b. Menggunakan aplikasi LBF ultrasound-assisted untuk mengekstraksi astaxanthin


merupakan perpaduan teknik LBF dengan ultrasound yang terdiri dari 3
mekanisme, yaitu combination (menghasilkan gelembung kecil hasil dari pelat
ultrasound), compression (meningkatkan ukuran dan volume gelembung), dan
cavitation (melepaskan energi dalam bentuk tekanan dan suhu). Hasil yang
diperoleh dalam 300 ml yaitu ekstraksi astaxanthin sebesar 78.38 0.93%, dan
efisiensi pemisahan sebesar 99.84 0.04% serta dalam 1,5 L ekstraksi astaxanthin
yang diperoleh sebesar 83.73 0.70%, dan efisiensi pemisahan 99.74 0.05%. Celah
yang ditemukan yaitu intensif proses dari ultrasound dan kerusakan sifat sensitif
dari astaxanthin.

c. Menggunakan Cell Permeabilization dari Astaxanthin dengan berdasarkan CO2


alkil karbamat ILs merupakan ekstraksi yang ramah lingkungan. ILs berbasis
CO2 Alkil karbamat adalah kelas ILs yang menggunakan gas CO2 dan dialkilamin
sekunder untuk membentuk kation dialkammonium dan anion dialkerkarbamat.
Mereka mudah distelasi pada suhu sedang (55 - 200 ° C) tergantung pada panjang
rantai alkil. Selain itu, alkil carbamate berbasis CO2 memiliki kemampuan untuk
melarutkan sejumlah senyawa organik dan mereka dapat dengan mudah
diuapkan dari produk yang diekstraksi. Keuntungan dari ILs yaitu
memungkinkan pemisahan yang mudah dari target biomolekul. Hasil astaxanthin
dari penelitian ini adalah ekstraksi awal (28.87 0.11 mg/g), siklus 1 (29.22 0.38
mg/g), siklus 2 (26.71 0.42 mg/g), dan siklus 3 (16.12 1.20 mg/g).

d. Penggabungan elektro permeabilization assisted LBF untuk ekstraksi


Fucoxanthin, mekanismenya adalah
 Trigger (diterapkan medan listrik untuk menginduksi/memicu pembentukan
pori pada dinding sel diikuti oleh membran sel)
 Ekspantion (pembentukan pori dari dinding sel akan memperluas membran
sel dan menyebabkan permeasi fucoxanthin),
 Stabilization (sel akan beradaptasi di bawah kondisi elektropermeabilisasi
(tegangan medan) dan molekur polar akan bocor dari membrane sel.
 Resealing (setelah perawatan, pemulihan sel dan pembentukan pori-pori sel
tertutup.
 Memory (Viabilitas sel dipertahankan namun struktur membran dan sifat
fisiologis pulih lebih lama). Hasil yang diperoleh ada 2 yang pertama dari
studi LBF dan studi electropermeabilization-assisted LBF. Studi LBF
menghasilkan ekstraksi fucoxanthin sebesar 14.78 0.79 mg/g dan efisiensi
pemisahan sebesar 98.85 1.03% dan electropermeabilization-assisted LBF
menghasilkan ekstraksi fucoxanthin sebesar 16.09 0.27 mg/g dan efisiensi
pemisahan sebesar 99.80 0.05%.

e. Cell Permeabilization dari Chaetoceros calcitrans untuk ekstraksi Fucoxanthin


dengan menggunakan CO2 berbasis alkil karbamat ILs. Metode ini menggunakan
4 tipe CO2 berbasis alkil karbamat ILs yaitu:
 DIMCARB
 DPCARB
 DBCARB
 DACARB.
Hasil yang diperoleh menghasilkan ekstraksi fucoxanthin yang besar terdapat
pada DACARB sekitar 14.98 ± 0.11 mg/g.

Anda mungkin juga menyukai