Anda di halaman 1dari 34

Penggunaan Aplikasi Tiktok untuk Mempublikasikan Karya Mencintai

Ketidaksempurnaan Diri melalui Kampanye Love Imperfections

Yohana Putri Damayanti Adi Pangestu, Daniel Pernandes,


Maria Yuli Indrawati, Maria Lusiana Prihatin

Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa


Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jakarta

E-mail:
yohana.201903540002@univ.atmajaya.ac.id, daniel.2019003540009@univ.atmajaya.ac.id,
mariayuli308@gmail.com,

ABSTRAK
Masa pandemi COVID-19 yang mengharuskan setiap orang berada di rumah
menjadikan individu mencari hiburan lain. Sosial media seperti TikTok menjadi salah satu
hiburan yang mudah dijangkau seiring dengan perkembangan teknologi. Pengguna TikTok di
Indonesia per Juni 2020 mencapai 30,7 juta pengguna. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan
seberapa besar pengaruh kampanye Love Imperfections pada pengguna Tik Tok. Dengan
subjek penelitian remaja awal dan mengambil subjek melalui scope kecil dan scope besar.
Untuk metode yang digunakan itu ialah jenis penelitian dan pengembangan atau biasa disebut
dengan Research and Development (R&D) dan juga dalam hal ini menggunakan Google
Form yang dibagi pada scope kecil dan scope besar melalui Whatsapp. Hasil eksperimen
menunjukkan pada scope kecil cukup banyak yang merasakan insecure pada diri mereka
dengan masalah dan latar belakang yang berbeda-beda, kemudian juga hasil pada scope besar
menunjukkan bahwa rata-rata partisipan merasa bahwa kampanye Love Imperfections ini
sangat bermanfaat, menarik, bagus dan juga informatif. Lalu partisipan ingin kampanye Love
Imperfections ini terus dikembangakan dan dilanjutkan.

Kata kunci: TikTok, Love Imperfections, R&D, COVID-19

PENDAHULUAN
Masyarakat dunia tengah dibuat resah dengan adanya virus corona atau COVID-19.
COVID-19 adalah penyakit menular yang mengakibatkan infeksi pernafasan, mulai dari
gejala ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru seperti pneumonia. Virus ini menyebar
antara manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang
terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penyakit flu. Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (Public Health Emergency of International
Concern, PHEIC) menandakan COVID-19 sebagai ancaman dunia (Makmun & Hazhiyah,
2020, dalam Syahara, dkk, 2021). Kondisi darurat ini mengharuskan seluruh warga dunia
untuk melakukan gerakan berada di rumah atau stay at home pada awal pandemi. Banyak
sekali individu mulai dari anak-anak, remaja, bahkan sampai orang dewasa pun mulai
mencari hiburan dengan menghabiskan waktu mereka di sosial media seperti Tiktok,
Youtube, Instagram, dan sosial media lainnya.
Kebanyakan dari mereka lebih tertarik untuk mengakses aplikasi tiktok yang
merupakan salah satu aplikasi kekinian. Aji dan Setiyadi (2019, dalam Bulele dan Wibowo,
2020) menyatakan pengguna aplikasi Tiktok sebanyak 10 juta pengguna di Indonesia.
TikTok adalah jejaring sosial berbagi video pendek yang memungkinkan para pengguna
dapat membuat video menyanyi, dan juga menari. Tiktok banyak digunakan anak muda
untuk mengungkapkan berbagai pencapaian diri yang berhasil didapatkan di bidang
penampilan fisik dan prestasi akademik maupun non akademik. Hal tersebut dikemas dalam
sebuah video berdurasi singkat yang dapat siapa saja lihat di For Your Page (FYP) Tiktok.
Salah satu penyebab mereka mengakses tiktok karena mereka juga merasa terhibur dan
mendapatkan banyak informasi. Namun, tidak semua hal positif yang didapat dalam
mengakses aplikasi tiktok ada juga hal negatif yang didapatkannya. Adanya masa pandemi
ini yang mengharuskan individu di stay at home menimbulkan perasaan terisolasi dari dunia
luar dan terbatasnya ruang bagi individu dewasa awal untuk meningkatkan pencapaian diri.
Melihat pencapaian orang lain secara berulang di sosial media khususnya TikTok dapat
menimbulkan rasa insecure pada individu dewasa awal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pandangan para partisipan terhadap
penggunaan aplikasi Tiktok sebagai cara mempublikasikan karya mencintai
ketidaksempurnaan diri. Deriyanti dan Qorib (2018, dalam Bulele dan Wibowo, 2020)
melalui penelitiannya menyatakan bahwa Tiktok dapat mengubah sudut pandangan
pengguna lain dan mendapatkan manfaat seperti memperluas jaringan pertemanan,
mendapat hiburan, dan memberi informasi. Penulis berharap keberadaan karya Love
Imperfections dapat menghibur sekaligus memberi informasi terkait cara mencintai
ketidaksempurnaan diri.
LANDASAN TEORI
Teori Sosial Media
Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian
rupa sehingga terjadi proses belajar. Menurut Michael Cross (2013) Media sosial adalah
sebuah istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk
mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi, dan berinteraksi
melalui isi pesan yang berbasis web. Dikarenakan internet selalu mengalami perkembangan,
maka berbagai macam teknologi dan fitur yang tersedia bagi pengguna pun selalu mengalami
perubahan. Hal ini menjadikan media sosial lebih hypernym dibandingkan sebuah referensi
khusus terhadap berbagai penggunaan atau rancangan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Kaplan dan Henalein (2010, dalam Safitri, dkk, 2021)
yang menyatakan bahwa media sosial merupakan aplikasi berbasis internet yang
memungkinkan pengguna untuk melakukan pembuatan dan pertukaran konten. Hal ini
relevan dengan topik pembahasan penulis mengenai TikTok. Seluruh pengguna TikTok dapa
bebas membuat dan menukar konten satu sama lain.

Rasa Minder (Insecurity)


Menurut Abraham Maslow, insecure adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan
kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Mereka akan berusaha untuk mendapatkan
kembali perasaan secure (aman) dengan berbagai cara. Sementara, American Psychology
Association (APA) mendefinisikan insecure sebagai perasaan yang tidak baik, seperti
kurangnya rasa percaya diri dan ketidakmampuan untuk menghadapi suatu masalah.
Kurangnya percaya diri dapat berdampak pada produktivitas perkembangan tidak baik. Oleh
karena itu setiap orang pastilah memiliki rasa insecure nya sendiri-sendiri dan juga hal yang
menjadi permasalah seperti masalah kecil hati akan membuat kita menjadi sulit melangkah.
Menurut psikolog klinis Melanie Greenberg, Ph, D., ada 3 faktor penyebab umum
seseorang merasa insecure, yaitu: Pertama, insecure karena kegagalan atau penolakan yang
terjadi baru-baru ini. Peristiwa yang baru saja terjadi bisa mempengaruhi suasana hati dan
perasaan diri kita dan karena itu ketidakbahagian berdampak pada self-esteem, kegagalan
dan penolakan dapat berdampak pada ketidakpercayaan diri. Kedua, insecure karena
mengalami kecemasan sosial ini terjadi karena rasa takut dievaluasi orang lain dan
menyebabkan rasa cemas dan pada akhirnya mereka menghindari situasi sosial karena merasa
tidak nyaman, insecure ini didasarkan pada kepercayaan yang menyimpang tentang harga
diri. Ketiga, insecure yang didorong perfeksionisme yaitu beberapa orang memiliki standar
yang sangat tinggi dalam segala hal yang mereka lakukan, tetapi hidup tidak selamanya
menjadi seperti yang diinginkan, jika terus-menerus kecewa dan menyalahkan diri sendiri
karena menjadi sesuatu yang kurang sempurna, maka akan timbul perasaan tidak nyaman dan
tidak layak.
Social Comparison Theory
Teori perbandingan sosial merupakan proses saling mempengaruhi dan perilaku
saling bersaing dalam interaksi sosial yang ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai
dirinya sendiri (Self-evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipengaruhi dengan
membandingkan diri dan orang lain (Festinger, 1954) Teori perbandingan sosial pertama kali
dirumuskan oleh Festinger pada tahun 1950, Festinger mengatakan jika perbandingan sosial
adalah suatu proses saling mempengaruhi dan juga merupakan perilaku yang bersaing dalam
kaitannya dengan interaksi sosial yang disebabkan adanya kebutuhan untuk menilai diri
sendiri. Festinger sendiri berpendapat bahwa manusia cenderung melakukan unidirectional
Drive upward comparison, menurutnya, jika boleh memilih seseorang akan memilih orang
lain yang pendapat atau kemampuannya mendekati pendapat atau kemampuannya sendiri
untuk dijadikan pembanding. Oleh sebab itu, sebagian besar orang pun cenderung memilih
teman sebaya atau rekan-rekannya sendiri untuk dijadikan sumber perbandingan (dikutip oleh
Myers, 2007).
Dalam hal membandingkan diri dengan orang lain, maka secara sadar maupun tidak
sadar, individu tersebut dapat memilih orang lain yang berbeda-beda dengan dirinya. Maksud
dari berbeda-beda ini akan dijelaskan pada dua jenis social comparison. Pertama, upward
social comparison yaitu ketika seseorang membandingkan kemampuan, pendapat atau
sifatnya dengan orang lain yang dinilai lebih baik dari dirinya. Berbeda dengan downward
social comparison yaitu suatu situasi dimana seseorang membandingkan kemampuan,
pendapat atau sifatnya dengan orang lain yang dinilai tidak sebaik dirinya (Arinson, Wilson,
& Akert, 2013).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2009:407) berpendapat bahwa,
metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Untuk dapat
menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan
(digunakan metode survei kualitatif) dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan metode untuk menguji keefektifan
produk tersebut (digunakan metode eksperimen).
Pada penelitian ini kelompok menggunakan Google form yang dibagikan kepada para
responden dalam scope kecil yang berjumlah 5 orang responden dan kedalam scope besar
yang berjumlah 25 orang melalui aplikasi Whatsapp yang disebarkan kepada para responden.
Dalam hal ini, kelompok menyebarkan Google form melalui beberapa jaringan sosial media
dikarenakan hal ini mudah dan lebih efektif melalui hal lainnya. Sasaran pada penelitian yang
dilakukan oleh kelompok Love Imperfections adalah pada kaum remaja hingga dewasa tanpa
membeda-bedakan gender para responden. Responden pada penelitian ini berjumlah 30 orang
yang terbagi kedalam scope kecil terdiri 5 orang dan scope besar terdiri 25 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Need Assessment Analysis
Asesmen melalui Instagram Story
Anggota kelompok 4 sudah melakukan publikasi poster QnA pada target
partisipan melalui Instagram Story pada 17 Maret 2021. Pertanyaan merupakan wujud
dari kebutuhan partisipan mengenai jawaban dari pertanyaan Berikut beberapa
pertanyaan yang diajukan oleh audience melalui kolom QnA :
- Yohana Putri D A P (@fhanaputri)
Partisipan 1 : “How to love yourself?”
Partisipan 2 : “Your thoughts?” (on loving yourself)
Partisipan 3 : “In your opinion, does our happiness depend on self-love?”
- Daniel Pernandes (@vpdaniel_)
Partisipan 1 : “Gimana ya caranya buat mencintai diri kita sendiri?”
- Maria Yuli Indrawati (@maria_ylndwti)
Partisipan 1 : “Gimana cara kita buat bisa percaya diri tanpa harus melihat
kelebihan orang lain?”
- Maria Lusiana Prihatin (@cepiwiw)
Partisipan 1 : “Gimana cara menghilangkan rasa insecure?”
Hasil asesmen sederhana melalui question box Instagram Story dimaksudkan
agar memperoleh gambaran apa yang diinginkan oleh partisipan. Kebanyakan
partisipan menanyakan cara mencintai diri sendiri dan menghilangkan rasa insecure.
Hal ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan partisipan atas jawaban terkait mencintai
diri sendiri dan menghadapi rasa minder. Hasil pertanyaan partisipan menginspirasi
penulis untuk menciptakan suatu karya yang disebarluaskan melalui aplikasi TikTok.
B. Hasil Evaluasi Produk Teknologi Pendidikan
Hasil Evaluasi Scope Kecil
Kami membuat campaign ini dengan tujuan agar mereka yang mengalami
insecure ataupun anak-anak pada usia dewasa awal ini dapat lebih mencintai dirinya
sendiri, mau menerima segala kekurangan yang ada di dalam dirinya melalui aplikasi
Tiktok dengan menggunakan powtoon sebagai media menyampaikan informasi
seputar mencintai diri sendiri (self-love) atau mencintai ketidaksempurnaan (love
imperfections). Target dalam wawancara ini adalah 5 orang partisipan yang sudah
melihat video tiktok love imperfections. Eksperimen mengenai tanggapan partisipan
dilakukan dengan menggunakan Google Formulir yang berisi 10 pertanyaan.
Responden 1
Nama (Inisial) : NPY
Instansi asal : UNIKA Atma Jaya
Usia : 20

PERTANYAAN JAWABAN

1. “Apakah kamu pernah merasa “Ya.”


minder dengan kondisi dirimu saat
ini?”

2. “Menurutmu, apakah tema “Ya.”


#LoveImperfections menarik?”

3. “Jika kamu bersedia, silahkan “Rasa insecure saya berkaitan dengan


ceritakan apa yang berkaitan rasa penampilan saya. Ketika memasuki SMK,
minder/insecure. Mengapa dan berat badan saya naik secara drastis
bagaimana?” sehingga membuat saya tidak percaya diri.”

4. “Bagaimana kamu menilai diri “Awalnya saya merasa diri saya tidak
kamu sendiri?” menarik lagi.”

5. “Hal apa yang membuat kamu “Saya bisa melepas rasa insecure dan
bertahan sampai saat ini?” ketidakpercayaan diri saya dengan rasa
syukur dan self-love.”
6. “Apa konten yang ingin kamu lihat “Yang ingin saya lihat adalah tidak
dari akun Love Imperfection?” masalah menjadi seseorang yang tidak
sempurna, bahwa menjadi tidak sempurna
itu bukan hal yang memalukan.”

7. “Apa yang kamu harapkan dari “Membawa dampak baik kepada para
adanya project Love Imperfection?” pengguna media sosial mengenai
ketidaksempurnaan seseorang.”

8. “ Bagaimana tanggapanmu “Sudah cukup baik dan berisi dengan


terhadap video yang sudah kamu informasi-informasi yang cukup.”
lihat?”

9. “Apa kritik untuk project Love “Dalam video pertama, durasinya agak
Imperfections ?” terlalu cepat sehingga saya kurang bisa
membaca bagian 'gejala dan tanda
insecure.”

10. “Apa saran kamu berikan untuk “Saat ini belum ada.”
project Love Imperfections?”
Responden 2
Nama (Inisial) : PJ
Instansi asal : UNIKA Atma Jaya
Usia : 19

PERTANYAAN JAWABAN

1. “Apakah kamu pernah merasa “Ya.”


minder dengan kondisi dirimu saat
ini?”

2. “Menurutmu, apakah tema “Ya.”


#LoveImperfections menarik?”

3. “Jika kamu bersedia, silahkan “Rasa minder dalam diri apabila terlibat
ceritakan apa yang berkaitan rasa dalam perkumpulan yang dimana saya
minder/insecure. Mengapa dan pribadi dikelilingi oleh orang-orang yang
bagaimana?” pintar dan kondisi ekonominya berada.
Sebenarnya semenjak SMA saya pribadi
sudah menghilangkan rasa minder
mengenai kondisi perekonomian. Namun
saat ini, saya kembali memiliki rasa
minder terhadap orang yang sangat berada,
dan sangat minder apabila berada dalam
circle orang-orang yang berpendidikan
tinggi ataupun memiliki pengetahuan yang
sangat luas.”

4. “Bagaimana kamu menilai diri kamu “Saya menilai diri saya sebagai perempuan
sendiri?” yang mempunyai daya juang yang tinggi
untuk memperbaiki keadaan. Dari skala 1-
10 saya menilai diri saya di angka 7. Di
angka 1-6 saya merasa diri saya adalah
perempuan yang dapat berguna bagi
sesama saya, baik keluarga maupun rekan
sekitar saya. Saya percaya saya dapat
menjadi berkat untuk sesama saya baik
yang saya kenal maupun yang tidak saya
pernah kenal sama sekali. Sisanya saya
merasa bahwa saya belum dapat optimal
sebagai manusia, yang mana saya masih
memiliki rasa iri, sombong, dan juga iman
saya tidak sekuat dulu, sehingga saya ingin
sekali memperbaiki kualitas diri saya
sendiri.”

5. “Hal apa yang membuat kamu “1) Tuhan, karena Tuhan masih
bertahan sampai saat ini?” memberikan saya kesempatan untuk
hidup, bernapas, menjadi berkat untuk
sesama, berkembang, dan menuai berkat
Orang tua, karena mereka adalah orang
yang saya cintai pertama kalinya setelah
saya lahir
2) Keluarga (kakak), karena telah
memberikan support dan selalu berada
disisi saya
3) Keluarga jauh (sebut saja keluarga X),
yang terus melindungi saya, memberikan
support, doa, bantuan,

4) Terutama diri sendiri, karena saya ingin


diri saya bisa berkebang, bangkit, menjado
berkat dan ingin membuktikan ke banyak
orang.”

6. “Apa konten yang ingin kamu lihat “Cerita terkait pengalaman hidup
dari akun Love Imperfection?” seseorang yang dapat dijadikan inspirasi.”

7. “Apa yang kamu harapkan dari “Pengaruh yang baik bagi saya dan juga
adanya project Love Imperfection?” orang lain yang membutuhkan.”

8. “Bagaimana tanggapanmu terhadap “Video yang saya cukup membuat saya


video yang sudah kamu lihat?” memahami tentang love imperfections,
hanya saja ada beberapa bacaan yang
terlalu cepat sehingga sulit untuk
memahami.”

9. “Apa kritik untuk project Love “Kritiknya, sebaiknya kampanye ini bisa
Imperfections ?” lebih dipersempit fenomena terkait remaja
yang memiliki rasa minder di masa
pandemi ini. Dan karena project ini sangat
bagus apabila dilaksanakan dengan baik,
ada baiknya semua anggota dapat
memiliki daya juang yang baik agar
project ini berjalan dengan baik dan
menjadi berkat bagi sekitar.”

10. “Apa saran kamu berikan untuk “Sarannya semoga project kalian dapat
project Love Imperfections?” disebarluaskan di berbagai sosial media,
agar kampanye kalian ini dapat dilihat oleh
perempuan lain yang juga memiliki rasa
minder terlebih dimasa pandemi ini dan
dibuat lebih simpel saja.”
Responden 3
Nama (Inisial) : MIT
Instansi Asal : Unika Atma Jaya
Usia : 21 tahun

PERTANYAAN JAWABAN

1. “Apakah kamu pernah merasa “Ya.”


minder dengan kondisi dirimu
saat ini?”

2. “Menurutmu, apakah tema “Ya.”


#LoveImperfections menarik?”

3. “Jika kamu bersedia, silahkan “Lebih ke fisik sih, karena merasa sudah
ceritakan apa yang berkaitan overweight bgt. Terus setiap ngeliat cewek
rasa minder/insecure. Mengapa seumuran ku bahkan yg lbh muda dari aku gt,
dan bagaimana?” yg udh pd glow up, badannya bagus gitu2 sih
jadi ngerasa kayaknya aku doang nih yg
belum glow up padahal umur sudah segini,
tapi ngerasa tampilannya kayak bocah SMA
hehe soalnya gabisa make up jg sedih kan.“

4. “Bagaimana kamu menilai diri “Apa adanya bgt sih aku orangnya. Kalo ada
kamu sendiri?” bilang ada, kalo ga ada bilang ga ada, kalo
bisa bilang bisa, kalo ga bisa bilang ga bisa.
Ya gitu deh pokoknya wkwkwk.”

5. “Hal apa yang membuat kamu “Kasih Tuhan. Aku gak bakal bisa berdiri dan
bertahan sampai saat ini?” bertahan sampai saat ini tanpa Kasih Tuhan.
Setiap liat Salib yg ada Yesus nya itu pasti
mikir "Dia udh disalib demi aku, jd aku harus
bisa bertahan, kuat" gitu. Asik rohani bgt yaa
gw wkwk. tp ini serius ya”

6. “Apa konten yang ingin kamu “Konten ttg kepercayaan diri dan self love”
lihat dari akun Love
Imperfection?”

7. “Apa yang kamu harapkan dari “Bisa lebih mengajak pengguna sosmed agar
adanya project Love bisa menerima dan mencintai diri sendiri.”
Imperfection?”

8. “Bagaimana tanggapanmu “Menarik dan sgt edukatif.”


terhadap video yang sudah
kamu lihat?”

9. “Apa kritik untuk project Love “Belum ada kritik hingga saat ini.”
Imperfections?”

10. “Apa saran kamu berikan untuk “Agar bisa lebih mengajak org2 utk menerima
project Love Imperfections?” dirinya sendiri.”
Responden 4
Nama Inisial : VD
Instansi Asal : Unika Atma Jaya
Usia : 19 tahun

Pertanyaan Jawaban

1. “Apakah kamu pernah minder “Ya”


dengan kondisimu saat ini?”

2. “Menurut mu, apakah teman “Ya”


#LoveImperfections menarik?”

3. “Jika kamu bersedia, silahkan “Saya suka minder katika ada orang lain yang
ceritakan yang berkaitan dengan saya rasa dia lebih dari pada saya dalam
rasa minder/insecure. Mengapa beberapa hal, mungkin dia lebih terlihat pintar
dan bagaimana?” dari pada saya.”

4. “Bagaimana kamu menilai diri “Saya rasa saya orang yang objektif dengan
kamu sendiri?” apa yang ada dihadapan saya. Jadi saya
menjalani hidup apa adanya/sesuai situasi
yang ada”

5. “Hal apa yang membuat kamu “Keluarga saya, masih ada harapan untuk
bertahan hingga saat ini?” memberikan kebahagiaan untuk mereka.”
6. “Apa konten yang ingin kamu “Motivasi, mungkin jika ada motivasi untuk
lihat dari akun saya agar bisa lebih percaya diri’
#LoveImperfections ?”

7. “Apa yang kamu harapkan dari “saya mengharapkan project ini bisa memberikan
adanya project dampak baik untuk setiap orang yang melihatnya
#LoveImperfections?” walau sederhana.”

8. “Bagaimana tanggapanmu “Ada dua video yang sudah saya lihat, video
terhadap video yang sudah kamu berdurasi 23 detik itu, entah apa konsepnya
lihat?” tetapi saat pertama kali saya memutar video
itu saya tidak langsung mengerti apa
maksudnya terasa berjalan begitu cepat dan
terburu - buru”

9. Apa kritik untuk project “Mungkin video nya lebih santai saja karena
#LoveImperfections?” menggunakan tulisan, sehingga tidak terkesan
terburu - buru”

10. “Apa saran yang kamu berikan “Kemudian mungkin jika tulisan dalam video
untuk project diganti menggunakan dubbing.”
#LoveImperfections?”

Responden 5
Nama (Inisial) : AEA
Instansi Asal : Unika Atma Jaya
Usia : 20 tahun

Pertanyaan Jawaban

1. “Apakah kamu pernah minder “Ya”


dengan kondisimu saat ini?”

2. “Menurut mu, apakah teman “Ya”


#LoveImperfections menarik?”

3. “Jika kamu bersedia, silahkan “Terkadang merasa minder karena merasa


ceritakan yang berkaitan dengan terlalu tinggi diantara perempuan - perempuan
rasa minder/insecure. Mengapa di sekitar saya, saya sering berpikir apakah
dan bagimana?” orang lain membicarakan saya”

4. “Bagaimana kamu menilai diri “Cukup berkompetisi”


kamu sendiri?”

5. “Hal apa yang membuat kamu “pencapaian yang harus saya raih untuk
bertahan hingga saat ini?” membanggakan orang-orang disekitar saya “

6. “Apa konten yang ingin kamu “bagaimana saya menerima


lihat dari akun ketidaksempurnaan”
#LoveImperfections?”

7. “Apa yang kamu harapkan dari “mampu mencintai yang dimiliki”


adanya project
#LoveImperfections?”

8. “Bagaimana tanggapanmu “video yang disajikan cukup baik dan


terhadap video yang sudah kamu penjelasan disampaikan dengan timing yang
lihat?” pas “

9. Apa kritik untuk project “video terkesan kurang komunikatif dengan


#LoveImperfections?” penonton”

10. “Apa saran yang kamu berikan “kelompok dapat menambahkan dubbing
untuk project dengan intonasi yang sesuai”
#LoveImperfections?”

Kesimpulan Hasil Wawancara Terhadap Scope Kecil


Sebanyak lima responden pernah merasakan insecure pada diri mereka dengan
permasalahan dan latar belakang yang berbeda-beda. Ada dua responden yang menilai
dirinya tidak menarik dan kelebihan berat badan. Tiga responden lainnya memiliki
pandangan yang positif pada diri mereka yaitu berdaya juang, objektif, dan cukup
berkompetisi. Responden paling banyak menyatakan bahwa diri mereka bertahan hingga
saat ini dikarenakan faktor keluarga, kasih Tuhan, dan pencapaian diri yang sudah diraih.
Para responden menyatakan bahwa project love imperfections menarik dengan
harapan konten yang dibuat dapat memberikan dampak positif bagi siapa saja yang
melihatnya khususnya dalam mencintai diri sendiri dan mencintai apa yang dimiliki.
Sebagian responden ingin melihat konten berkaitan dengan kepercayaan diri, self-love,
motivasi, dan cerita inspiratif. Akun Tiktok Love Imperfections telah mengunggah dua
video berkaitan dengan promosi akun dan insecure. Sebagian responden berpendapat
bahwa video yang dibuat menarik, edukatif, singkat, komunikatif dan timing yang pas.
Namun, ada responden yang menganggap bahwa video sulit dipahami dan terburu-buru.
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan adapun beberapa kritikan yang diberikan
responden mengenai video yang sudah disajikan diantaranya video terkesan kurang
komunikatif dengan penonton, durasi yang terlalu cepat dan terburu-buru sehingga tulisan
sulit untuk dibaca.
Hasil Evaluasi Scope Besar
Wawancara ini dilaksanakan kelompok bersama dengan partisipan dalam scope
besar berjumlah 25 orang, masing-masing anggota kelompok mewawancarai 6 sampai 7
orang dengan melakukan wawancara melalui WhatsApp dan membagikan g-form yang
sudah dibuat oleh kelompok. Waktu pelaksanaan ini dilakukan dari hari Rabu, 14 April
2021 sampai dengan hari Jumat, 16 April 2021.
Tabel 1. Apakah kamu pernah merasa insecure/minder dengan dirimu saat ini?

Keterangan Responden Presentase

Pernah 22 88 %

Tidak Pernah 3 12%

Wawancara dilakukan kepada 25 responden yang menghasilkan informasi bahwa


sebanyak 88% (22 responden) pernah mengalami insecurity atau rasa minder dengan dirinya
sendiri. Sebanyak 25 responden berasal dari kalangan usia dengan rentang 15-28 tahun.
Namun, jumlah responden tertinggi berasal dari usia 20 tahun dengan persentase 28% (7
responden).

Tabel 2. Dari skala 1-5, seberapa informatif konten yang kami bagikan?

Keterangan Responden Presentase

5 0 0%
(Sangat informatif)

4 1 4%
(Informatif)
3 2 8%
(Cukup informatif)

2 14 56%
(Tidak informatif)

1 8 32%
(Sangat tidak
informatif)

Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari 25 responden, sebanyak 56% (14


responden) menyatakan bahwa konten dalam project Love Imperfections yang dibagikan
kelompok informatif. Selain itu, terdapat 32% (8 responden) menyatakan bahwa konten yang
kami bagikan sangat informatif. Hal ini menunjukkan bahwa informasi yang kami bagikan
mampu memberikan informasi bagi responden yang menonton. Kelompok telah membagi
empat konten sejak awal hingga dilaksanakannya wawancara.
Tabel 3. Dari skala 1-5, seberapa menarik materi yang kami bawakan dalam video
project Love Imperfections?

Keterangan Responden Presentase

5 12 48%
(Sangat menarik)

4 10 40%
(Menarik)

3 3 12%
(Cukup menarik)

2 0 0%
(Tidak menarik)

1 0 0%
(Sangat tidak menarik)

Hasil jawaban 12 responden menunjukkan sebanyak 48% responden menganggap


bahwa materi yang dibawakan sangat menarik. Materi konten yang dibawakan meliputi
perkenalan project Love Imperfections, mengenali insecure (video 2), perkenalan admin Love
Imperfections (video 3), cara mengatasi insecure (video 4). Sebanyak 3 responden (12%)
menyatakan konten tersebut berada pada kategori cukup menarik.

Tabel 4. Dari skala 1-5, seberapa bermanfaat konten yang kami bagikan?

Keterangan Responden Presentase

5 17 68%
(Sangat bermanfaat)

4 5 20%
(Bermanfaat)

3 3 12%
(Cukup bermanfaat)

2 0 0%
(Tidak bermanfaat)

1 0 0%
(Sangat tidak bermanfaat)

Hasil jawaban 25 responden menunjukkan 68% responden menganggap bahwa


konten yang kelompok berikan sangat bermanfaat. Lalu, terdapat 5 responden menunjukkan
20% responden yang mengatakan bahwa konten tersebut bermanfaat. Selain itu, ada juga 3
responden yang menunjukkan 12% responden yang menyatakan bahwa konten yang
kelompok berikan cukup bermanfaat.
Tabel 5. Dari skala 1-5, seberapa ingin project ini terus dikembangkan?

Keterangan Responden Presentase

5 17 68%
(Sangat ingin)

4 7 28%
(Ingin)

3 0 0%
(Cukup ingin)

2 1 4%
(Tidak ingin)
1 0 0%
(Sangat tidak ingin)

Berdasarkan hasil jawaban 17 responden menunjukkan 68% responden sangat ini


project ini terus dikembangkan oleh kelompok. Lalu, terdapat 7 responden yang
menunjukkan 28% responden ingin project ini terus dikembangkan. Selain itu, terdapat 1
orang responden yang menunjukkan 4% responden menganggap bahwa project ini tidak ini
dikembangkan atau tidak layak.

Tabel 6. Bagaimana tanggapanmu terhadap video-video terbaru kami? Berikan


alasanmu.

Keterangan Responden Presentase

Sudah bagus 7 28%

Menarik 5 20%

Memotivasi 4 16%

Memberi informasi 3 12%

Lain - lain 6 24%

Berdasarkan jawaban terdapat 7 responden menunjukkan 28% respon yang


menganggap bahwa video - video terbaru yang kami berikan sudah “sudah bagus”. Lalu,
terdapat 5 responden menunjukkan 20% responden yang menganggap bahwa video - video
yang kelompok kami berikan “menarik”. Selain itu, terdapat juga 4 responden yang
menunjukkan 16% responden yang mengatakan bahwa video - video yang kami berikan
merupakan video yang dapat “memotivasi”. Lalu, terdapat pula 3 responden menunjukkan
12% responden yang mengatakan bahwa video yang kami berikan merupakan video yang
memberikan informasi terkait dengan Love Imperfection. Disisi lain, terdapat juga 6
responden menunjukkan 24% responden yang menjawab dengan kategori lain, yang meliputi
kritikan responden terkait dengan video yang diberikan antara lain ialah tulisan - tulisan yang
terdapat dalam video terlalu kecil sehingga responden mengalami kesulitan dalam membaca
tulisan.
Tabel 7. Apa yang harus kami perbaiki berkaitan dengan video project Love
Imperfections?

Keterangan Responden Presentase

Tulisan 5 20%

Transisi 4 16%

Durasi 3 12%

Tidak ada 3 12%

Lain-lain 10 40%

Berdasarkan dari 10 responden dapat diketahui bahwa 40% dari mereka ingin
memberikan saran untuk menambah solusi dan sarannya diperbanyak, juga kata-kata dalam
video sebisa mungkin dibuat poin dan secara ringkas lagi. Kemudian 5 responden dengan
persentase 20% ingin agar tulisan dalam video diperbaiki.

Tabel 8. Bagaimana pendapatmu tentang materi konten yang kami bawa dalam video
terbaru project Love Imperfections?

Keterangan Responden Presentase

Sangat bagus 5 20%

Bagus 1 4%

Menarik 5 20%

Cukup 2 8%

Lain-lain 12 48%

Berdasarkan dari 12 responden bahwa 48% memberikan pendapat bahwa materi yang
ada dalam video bermanfaat dan juga membantu mengatasi rasa insecure mereka dan
beberapa dari mereka mengatakan bahwa konten ini menarik dan informatif.

Tabel 9. Bagaimana kami dapat membantumu mencintai diri sendiri melalui konten-
konten berikutnya? Berikan pendapatmu.

Keterangan Responden Presentase


Menambah konten 5 20%

Tips 1 2%

Menunjukkan mencintai diri 2 8%

Tidak ada 2 8%

Lain-lain 15 62%

Berdasarkan dari ke 12 responden bahwa 68% memberikan pendapat bahwa kami


bisa memasukan hal-hal yang mudah dipahami setiap konten, memberikan masukan yang
positif, dan konten bisa ditambah dengan materi cara mencintai diri sendiri.

Tabel 10. Silahkan sampaikan kritik dan saranmu terhadap video terbaru project Love
Imperfections.

Keterangan Responden Presentase

Tulisan 6 24%

Durasi 3 12%

Menambah konten 4 16%

Tidak ada 2 8%

Lain-lain 10 40%

Berdasarkan dari ke 10 responden sebanyak 40% mereka menyampaikan bahwa


tulisan, durasi, konten harus ditambah dan juga diperbaiki, konten juga diperbanyak lagi, dan
melibatkan anggota dalam setiap konten.
Kesimpulan Hasil Wawancara terhadap Scope Besar
Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan, rata-rata semua partisipan merasa bahwa
produk yang sudah kami buat ini sangat bermanfaat, menarik, bagus dan informatif. Dengan
adanya konten ini, responden menemukan cara baru untuk lebih mencintai dirinya dan
menghargai setiap kekurangan yang ada di dalam dirinya. Dengan konten Love Imperfections
juga membuat para partisipan merasa bahwa dirinya itu sangat berharga. Responden
menginginkan agar produk ini terus dikembangkan dan dilanjutkan.
C. PEMBAHASAN
Masa pandemi COVID-19 mengharuskan seluruh individu berada di rumah
agar tidak terjadi penyebaran lebih meluas dari virus tersebut. Pemerintah
memutuskan untuk seluruh warganya beraktivitas dari rumah. Hal ini seperti yang
terjadi pada warga Jakarta yang libur dua pekan pada awal masuknya virus tersebut ke
Indonesia(https://www.kompas.tv/article/71234/gubernur-dki-anies-baswedan-resmi-
liburkan-sekolah-di-jakarta-selama-2-minggu). Selain bekerja dan bersekolah dari
rumah, rata-rata sebagian dari mereka menghabiskan waktunya dengan menonton dan
mengakses sosial media. Menurut Michael Cross (2013) Media sosial adalah sebuah
istilah yang menggambarkan bermacam-macam teknologi yang digunakan untuk
mengikat orang-orang ke dalam suatu kolaborasi, saling bertukar informasi, dan
berinteraksi melalui isi pesan yang berbasis web. Sosial media menjadi salah satu
hiburan yang paling mudah dan terjangkau selama masa pandemi COVID-19.
Berbagai aplikasi seperti Instagram, Facebook, Tiktok, Youtube dll menjadi salah satu
wadah mengekspresikan diri bagi para penggunanya. Di Indonesia sendiri, terdapat
30,7 juta pengguna TikTok menurut data statistik pada Juni 2020. Bulan Juni 2020
bertepatan dengan adanya wabah virus COVID-19 (Safitri, dkk., 2021) Penulis
berfokus pada membahas penggunaan TikTok dikalangan masyarakat sejalan dengan
eksperimen yang telah dilakukan.
Banyaknya pengguna sosial media dan kebebasan yang ada menjadikan setiap
orang berhak untuk membuat konten terkait prestasi, pencapaian diri, cerita harian (a
day in my life), aksi tarian, gerakan lucu, termasuk konten lainnya lalu wujud dari
ekspresi tersebut dapat tampak dalam sebuah tayangan video singkat yang diunggah
ke dalam aplikasi TikTok. Siapa saja bahkan user yang belum terdaftar bisa melihat
video TikTok secara leluasa. Tidak ada batasan bagi pengguna (user) TikTok untuk
melihat pencapaian orang lain dalam sebuah video berdurasi singkat di halaman For
Your Page (FYP). Informasi mengenai pencapaian orang lain mengenai hal apapun
yang tampak “indah” menjadikan pengguna lain secara tidak langsung menanamkan
hal tersebut ke dalam alam bawah sadarnya. Kondisi tersebut mendukung individu
untuk terus membandingkan diri mereka dengan orang yang dilihatnya di sosial
media. Hal ini didukung oleh teori social comparison yang menyatakan jika
perbandingan sosial adalah suatu proses saling mempengaruhi dan juga merupakan
perilaku yang bersaing dalam kaitannya dengan interaksi sosial yang disebabkan
adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri (Festinger, 1950).
Penggunaan sosial media yang berlebihan juga dapat memicu terjadinya
social media fatigue yaitu perasaan subjektif pengguna sosial media yang merasa
marah, lelah, kecewa, kehilangan minat karena banyaknya konten yang ditemui dalam
media sosial (Bright, Kleiser, & Grau, 2015; Ravindran, Kuan, & Lian, 2014, dalam
Rahardjo, dkk., 2020). Hal ini dapat dipicu oleh kelebihan informasi yang diterima
individu melalui sosial media dimana individu menerima informasi lebih dari
kapasitasnya (Eppler & Mengis, 2004, dalam Rahardjo, dkk. 2020). Pengguna Tik
Tok dapat melihat pencapaian orang lain dan membandingkan diri mereka, sehingga
berpotensi mengalami social media fatigue mengingat begitu banyak konten yang
dilihat di aplikasi tersebut.
Adanya perbandingan diri sendiri dengan orang lain di sosial media dan social
media fatigue yang terjadi memicu terjadinya masalah baru. Membandingkan diri
sendiri dengan orang lain di sosial media menjadikan individu memiliki harapan dan
diri ideal sebagaimana yang tampak dalam social media. Adanya ketidaksesuaian
antara realita dan diri ideal menjadikan individu merasa minder (insecure) karena
tidak sesuai dengan harapannya. Hal ini didukung oleh temuan penulis melalui
wawancara terhadap 5 responden dalam scope kecil yang kelimanya menyatakan
bahwa dirinya merasa tidak percaya diri (insecure). Sementara itu, pada scope besar
terdapat 88% (22 responden) dari 25 responden menyatakan bahwa dirinya juga
merasa tidak percaya diri (insecure). Melihat fakta di atas, terbukti bahwa sosial
media memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan seseorang. Kondisi
tersebut yang menginspirasi penulis untuk menciptakan konten Love Imperfections,
dimana individu diharapkan untuk bisa menerima dirinya tanpa menyalahkan diri
sendiri untuk kondisi yang berada di luar kontrolnya.
Studi menunjukkan bahwa TikTok dapat berdampak baik terhadap kesehatan
mental karena membuat dan mempublikasikan konten berdampak baik bagi
kesejahteraan psikologis, khususnya apabila konten tersebut menyenangkan
(Situmorang, 2021). Keberadaan konten Love Imperfections diharapkan mampu
membawa kebaikan secara psikologis terhadap pengguna TikTok yang melihat. Hasil
eksperimen terhadap scope besar dan scope kecil menganggap konten yang dibuat
sangat bermanfaat, membawa dampak yang baik dan sangat memotivasi mereka
untuk lebih mencintai apa yang dimiliki, menerima segala kekurangan yang ada
didalam dirinya, dan menerima segala ketidaksempurnaan diri. Ternyata penggunaan
tiktok sebagai wadah mempublikasikan karya mencintai ketidaksempurnaan diri
melalui kampanye Love Imperfections sangat efektif dan dapat dikatakan berhasil
menarik perhatian para pengguna TikTok.
KESIMPULAN
Masa pandemi ini membuat masyarakat menjadi lebih aktif dalam mengakses media
sosial, di mana mereka menggunakan media sosial tersebut untuk belajar, bekerja, menjual
barang, dan lainnya. Sehingga ini menjadikan masyarakat harus bisa mengakses dan
menggunakan media sosial tersebut, dan dari salah satu media sosial yang sekarang sangat di
gunakan oleh masyarakat luas yaitu aplikasi Tik Tok.
Dari kebiasan dan kebebasan mengakses aplikasi Tik Tok ini banyak sekali
masyarakat menjadi orang yang sering membandingkan dirinya dengan orang yang ada
dalam konten tersebut, entah membandingan dari segi prestasi, kecantikan, atau kekayaan.
Dari banyak hal ini maka masyarakat menjadi kecil hati dan hampir lupa dengan cara
mencintai diri dan juga lupa untuk bersyukur dengan apa yang sudah ada.
Untuk itu dari hal ini dapat dibuktikan dari cara penulis melakukan studi kasus pada
beberapa orang yang ada dilingkungan sekitarnya di mana dari beberapa responden itu pernah
mengalami rasa insecure ( tidak percaya diri) dan itu dipicu secara tidak langsung dari media
sosial Tik Tok.

SARAN
Untuk itu saran yang dapat dilakukan atau mungkin bisa diterapkan pada masyarakat
luas pada masa ini adalah lebih bijak lagi dalam menggunakan media sosial, menyaring
informasi yang didapat dari media sosial, kemudian juga menggap bahwa konten yang
ditonton sebagai informasi yang harus di filter baik dan buruknya.
Kemudian juga saran yang terbaik adalah mengurangi membuka media sosial yang
ada, banyakan aktifitas dengan hal positif lainnya, seperti membaca, menulis, memasak, atau
hal lainnya, sehingga ini bisa membantu dalam mengurangi penggunaan media sosial yang
berlebihan dan menjadi diri sendiri tidak ketergantungan pada media sosial yang ada.
Kemudian juga bisa membuat diri kita bisa lebih mencintai diri dan selalu bersyukur dengan
apa yang dimiliki.
LAMPIRAN SCOPE KECIL
3.

4.
5.

6.

7.
8.

9.
10.

LAMPIRAN SCOPE BESAR


6.

7.
8.
9.

10.
DAFTAR PUSTAKA

Ardilla, Fauziya. & Ike Herdiana. (2013). “Penerimaan Diri Pada Narapidana Wanita”.
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, 2 (1), 1-7.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Fauziya%20Ardilla%20Ringkasan.pdf
Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2013). Social Psychology (8th ed.). New Jersey:
Pearson Education, Inc.
Bulele, Y. N. & Wibowo, T. (2020). “Analisis Fenomena Sosial Media dan Kaum Milenial:
Studi Kasus Tiktok”. Conference on Business, Social Sciences and Innovation
Technology, 1 (1), 565-572.
https://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit/article/view/1463/963
Devi, C. M. Mengenal Insecure dan Cara Mengatasinya. 24 April 2021. (Di akses pada 19
Mei 2021, Pukul 21.59). https://satupersen.net/blog/mengenal-insecure
Dewi, Citra Mutiara. Almadian Septiana Putri. Muhammad Panji Zamza Nugraha. & Aniq
Hudiyah Bil Haq. (2020). “Kepercayaan Diri dengan Intensitas Penggunaan Media
Sosial Tiktok di Masa Pandemi: Studi Korelasi”. Jurnal Fenomena, 29 (2), 18-24.
Festinger, L. 1954. “A Theory of Social Comparison Processes”. Human Relations, 7 (2),
117-140.
Greenberg, M. (2015) The Most Common Causes of Insecurity and How to Beat Them. (Di
akses pada 19 Mei 2021, pukul 21.59) http://fp.untar.ac.id/fakultas/beritadetail/2679
Haryati, S. (2012) “Research and Development R&D Sebagai Salah Satu Model
Penelitian Dalam Bidang Pendidikan”. Majalah Ilmiah Dinamika, 37 (1) 15 , 11 -
26.
Maslow, A H. (1942). "The dynamics of psychological security-insecurity." Character &
Personality; A Quarterly for Psychodiagnostic & Allied Studies.
Rahardjo, W., Qomariyah, N., Mulyani, I., & Andriani, I. (2020). “Social Media Fatigue pada
Mahasiswa di Masa Pandemi COVID-19: Peran Neurotisisme, Kelebihan Informasi,
Invasion of Life, dan Kecemasan”. Jurnal Psikologi Sosial.
http://jps.ui.ac.id/index.php/jps/article/view/220
Safitri, A. A., Rahmadhany, A., & Irwansyah, Dr. (2021). “Penetrasi Sosial pada Media
Sosial: Pengaruh Pengungkapan Jati Diri melalui TikTok terhadap Penilaian Sosial”.
Jurnal Teknologi dan Informasi Bisnis, 3 (1), 1-9.
http://www.jurnal.unidha.ac.id/index.php/jteksis/article/view/180/107
Situmorang, D. D. B. (2021). “Using TikTok App for Therapy and Sharing Happiness in
COVID-19 Outbreak”. Addictive Disorders & Their Treatment, 0 (0), 1.
Using TikTok App for Therapy and Sharing Happiness in COVID-... : Addictive Disorders &
Their Treatment (lww.com)
Syahara, T. A., Indahsari, C. A. & Susanti, D. (2021). “TikTok dan Pandemi (Analisis
Konten Penggunaan TikTok sebagai Media Edukasi COVID-19 di Masa Pandemi)”.
Urecol Journal Part H, 1 (1), 39-46.
http://e-journal.urecol.org/index.php/ujsah/article/view/51
Website (2019). Teori Perbandingan Sosial Dalam Psikologi Sosial. (Di akses pada 19
Mei 2021, Pukul 18.00)
https://www.initentangpsikologi.com/2019/08/teori-perbandingan-sosial.html
Website (2017). Pengertian Media dan jenis–jenis media menurut ahli. Diakses pada
tanggal 19 Mei 2021 . Pukul 18.00 wib .
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli
Website (2020). Social Comparison. (Diakses pada 19 Mei 2021, Pukul 21.00).
https://psychology.binus.ac.id/2020/05/14/social-comparison/

Anda mungkin juga menyukai