Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH EYD DAN PUEBI

Disusun oleh
Kelompok 2

MUHAMMAD FARHAN (3032021031)


MUHAMMAD FARHAN (3032021021)

PRODI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


SEMESTER/UNIT: I/I

Dosen pengampu:
SYUKRIAH.M,Pd

FAKULTAS USULUDDDIN ADAB DAN DAKWAH


INSTITUT ZAWIYAH COT KALA LANGSA
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalamua`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuterakhir

Syukur alhamdulilah saya ucapkan kehadiran allah swt atas ridho dan
hidayah nya Sehingga saya dapat menyelesai kan tugas makalah ini dengan usaha
semaksimal mungkin, Semoga dengan terselesai nya tugas ini dapat memberi
pelajaran untuk kita semua.
Sholawat berangkai kan sholat tak lupa pula kepada junjungan alam nabi
Muhammad SAW.Semoga dengan syafaat nya kita dapat keberkahan di hari kelak
Aamiin. selanjut nya Saya ucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata
kuliah bahasa indonesia yang telah Memberi tugas dan bimbingan makalah
kepada saya sehingga memicu semangat kami untuk Belajar lebih giat khusus nya
mengenai ‘SEJARAH EYD DAN PUEBI’ sehingga dengan ini Kami bisa
menemukan hal hal baru yang belum kami ketahui .
Dan terakhir kami sebagai manusia biasa yang mencoba berusaha
semaksimal mungkin Dalam penyelesaian makalah ini.kami meminta maaf
apabila terdapat kesalahan dalam tugas Makalah ini ,kepada ibu dosen dan para
pembaca ,saya mengharap kan kritik dan saran pada Makalah ini.sehingga dengan
kritik dan saran tersebut saya dapat memperbaiki makalah ini
Agar dapat meningkat kan manfaat.
18

Langsa

15 oktober 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan yang disempurnakan
B. Sejarah dan perkembangan ejaan yang disempurnakan
C. PUEBI (Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia)
D. Sejarah PUEBI (Pedoman umum Ejaan Indonesia)
E. Perbedaan EYD (Ejaan yang disempurnakan) dan PUEBI (pedomaan
umum)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALALA


Bahasa Indonesia merupakan bahasa keseharian yang terpenting di dalam
Republik kita. Berbahasa kita juga harus menyampaikan bahasa yang baik saat
berkomunikasi. Pada dasarnya penggunaan bahasa yang mengikuti kaidah
yang ada maupun bahasa yang dibakukan maka itulah yang dianggap Bahasa
yang benar dan bahasa yang baku. Bahasa merupakan satuan informasi yang
dapat menyampaikan berbagai hal antara lawan bicaranya, tanpa bahasa kita
tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.
B. Rumusan
1. Bagaimana sejarah EYD, dan PUEBI?
2. Bagaiman pemakain huruf kafital dan huruf miring?
3. Bagaimana penulisan kata?
4. Bagaimana penulisan singkatan dan akronim?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui sejarah EYD, dan PUEBI
2. Untuk mengetahui pemakain huruf kafital dan huruf miring
3. Untuk mengetahui penulisan kata
4. Untuk mengetahui penulisan singkatan dan akronim
BAB II
PEMBAHASAN

Ejaan yang Disempurnakan


A. Pengertian Ejaan yang Disempurnakan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang pelambangan bunyi ujaran dan
hubungan antara lambang-lambang itu. Secara garis besar, ejaan berkaitan
dengan pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan pemakaian tanda baca.

B. Sejarah dan Perkembangan Ejaan yang Disempurnakan


Perkembangan Bahasa Indonesia Masa Reformasi
 Munculnya Bahasa Media Massa (bahasa Pers). Bertambahnya jumlah
kata-kata singkatan (akronim).
 Banyak penggunaan istilah-istilah asing atau bahasa asing adalam surat
kabar.
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia sampai Saat Ini merupakan
keseluruhan aturan atau tata cara tuntuk menu I is suatu bahasa, baik yang
menyangkut lambang bunyi, penulisan kata, penulisan kalimat, maupun
penggunaan tanda baca. Ejaan bahasa Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan. Setelah diresmikannya bahasa Melayu oleh van Ohuijsen,
yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia hingga ditetapkan
sebagai bahasa persatuan, muncul ejaan-ejaan baru, yakni sebagai berikut
1. Ejaan Republik
Ejaan Republik merupakan basil penyederhanaan Ejaan van Ophuysen.
Ejaan Republik mulai berlaku pada 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang
menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik
Indonesia adalah Mr. Suwandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau
dinamakan juga Ejaan Suwandi.
2. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk
memperbaharui Ejaan Republik. Penyusunan ejaan ini dilakukan oleh Panitia
Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia.
3. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia) merupakan hasil perumusan ejaan
Melayu dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini
diavvali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua
pada tahun 1945, di Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo
merupakan bentuk penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Namun, Ejaan
Melindo ini belum sempat dipergunakan karena pada masa-masa itu terjadi
konfrontasi antara negara kita Republik Indonesia dengan pihak Malaysia.

C. PEUBI (Pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia)


1. Ejaan
Menurut Kosasih (2017:172), “Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang
pelambangan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu”.
Menurut Alek dan Achmad (2018:259), “Ejaan adalah
keseluruhanperaturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan
penggabungan kata, penulisan kata, huruf dan tanda baca.
Menurut Finoza (2009:19) “Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya”.
Berdasarkan pengertian di atas pengertian ejaan adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang aturan dalam penulisan suatu ujaran atau apapun yang
perlu ditulis dengan memeperhatikan penggunakan huruf, penggunaan kata,
serta tanda baca sebagai tolak ukurnya.

D. Pengertian PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)


Menurut Ariyanti (2019:12), “PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dan sebagainya)
dengan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis yang harus memperhatikan
pemakaian huruf kapital, tanda baca, dan penulisan kata”.
Menurut Murtiani dkk (2018:9), “EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) adalah
tata bahasa dalam bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca”.
Menurut Mulyadi (2017:1), “EBI (Ejaan Bahasa Indonesia) merupakan
sistem ejaan kelima yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
Berdasarkan pengertian PUEBI yang diungkapkan oleh para ahli di atas,
ditariklah kesimpulan bahwa PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) adalah sistem yang mengatur tentang ejaan yang menggantikan
ejaan terdahulu yaitu EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan
memperhatikan penggunaan huruf, penulisan kata, serta pemakaian tanda
baca.
E. Sejarah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
Menurut Mulyadi (2017:1-6),dalam sejarah, bahasa Indonesia mengalami
limakali penggantian tata cara penulisan atau ejaan yaitu yang pertama tahun
1901 disahkannya Ejaan Van Ophuijsen, yang kedua pada tahun 1947
diubahlah Ejaan Van Ophuijen menjadi Ejaan Suwandi, yang ketiga tahun
1966 diubahlah Ejaan Suwandi menjadi Ejaan Melindo, yang keempat tahun
1972 diubahlah Ejaan Melindo menjadi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
dan yang kelima tahun 2015 diubahlah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
menjadi PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang digunakan
sampai sekarang ini.
Menurut Kurniasari, Anna Nurlaila (2015:3), “Acuan yang merangkum
kaidah ejaan bahasa Indonesia saat ini, yaitu Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015”.
Menurut Gumelar (2018:16), “Inovasi telah banyak terjadi pada Bahasa
Indonesia dilakukan dari sejak awal sampai menjadi Bahasa Indonesia terkini,
terbukti adanya Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan,
Ejaan Melindo, Ejaan yang Disempurnakan dan terkini yaitu Ejaan Bahasa
Indonesia merupakan evolusi dari inovasi sebelumnya”.
Pembagian PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) terdiri dari
pemakaian huruf,penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Pemakaian huruf
diklasifikasikan menjadi delapan yaitu: Huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan huruf konsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal (Kurniasari, 2015:11-24). Selain itu dalam PUEBI
(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) membagi penggunaan tanda baca
yaitu terdiri dari tanda baca titik (.), koma (,), titik koma(;), titik dua (:), tanda
hubung (-), tanda pisah (--), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda ellipsis (…),
tanda petik(“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda kurung ((…)), tanda
kurung siku ([…]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof
(‘) (Kurniasari, 2015:43)
F. Perbedaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan PUEBI (Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
Menurut Mulyadi (2017:7), perbedaan antara EBI dan EYD adalah yaitu:
1. Huruf Abjad
Dalam EYD, huruf abjad dituliskan dalam tiga kolom, yakni huruf kapital,
huruf kecil dan nama. PUEBI menuliskan huruf abjad ini menjadi 4 kolom,
yakni huruf kapital, huruf noncapital, nama, dan pengucapan.
2. Huruf Vokal
EYD hanya memberi contoh penambahan aksen (‘) pada kata yang
ejaannya menimbulkan keraguan. PUEBI memperkuat penjelasan informasi
pelafalan diakritik é (taling tertutup), è (taling terbuka), ê (pepet)
3. Huruf Konsonan
EYD memberi contoh huruf konsonan k di akhir (bapak) untuk
melambangkan bunyi hamzah.PUEBI menghapus contoh tersebut.Selain itu,
dalam PUEBI terdapat beberapa contoh yang belum ada sebelumnya, yaitu
huruf konsonan v dan w di akhir (motolov, takraw).Sementara itu contoh
huruf konsonan x di akhir dalam EYD (sinar-x), dihapuskan dalam EBI. Hal
lain yang ditambahkan dalam PUEBI, yakni keterangan tambahan mengenai
huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s]. Dengan demikian empat
konsonan (c, q, x, dan y) tidak digunakan di posisi akhir kata dasar Bahasa
Indonesia.Konsonan y bisa terletak diakhir, tetapi dalam bentuk gabungan
huruf konsonan sy, misalnya arasy.
4. Huruf Diftong
EYD mencantumkan huruf diftong ada tiga, yaitu ai, au, dan oi. PUEBI
menambahkan huruf diftong menjadi empat, yaitu ai, au, oi, dan ei. Huruf
diftong ei digunakan dalam posisi awal (eigendom), posisi tengah (geiser), dan
posisi akhir (survei).
5. Huruf Kapital
EYD mencantumkan kaidah penulisan huruf capital sebanyak16,
sedangkan PUEBI menyederhanakan menjadi 13.Dalam PUEBI terdapat
beberapa pengelompokan yang lebih jelas mengenai penggunaan huruf
kapital.
6. Huruf Miring
PUEBI menggunakan frasa bahasa daerah atau bahasa asing, sedangkan
EYD memakai frasa bukan bahasa Indonesia. Selain itu, PUEBI memberi
catatan bahwa nama diri dalam bahasa asing atau bahasa daerah tidak ditulis
dalam huruf miring
7. Huruf Tebal
EYD mencantumkan tiga kaidah penulisan huruf tebal, yakni (1) untuk
menulisakan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar
lambing, daftar pustaka, indeks, dan lampiran; (2) tidak dipakai dalam cetakan
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata; (3) untuk menuliskan lema dan sublema, lambing bilangan
yang menyatakan polisemi. PUEBI hanya mencantumkan dua kaidah dalam
penulisan huruf tebal, yakni (1) menegaskan bagian tulisan yang sudah miring
(penggunaan dua kaidah, antara huruf tebal dan huruf miring; (2) menegaskan
bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab. Kaidah penulisan
ketiga dalam EYD dihilangkan.Selain itu, PUEBI menambahkan klausul
bahwa huruf tebal tidal dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
8. Angka dan Bilangan
PUEBI menambahkan kaidah bilangan yang digunakan sebagai unsur
nama geografi ditulis dengan huruf. Misalnya, Kelapadua, Rajaampat,
Simpanglima, Tigaraksa.
9. Kata sandang si dan sang
EYD menuliskan bahwa huruf kapital digunakan untuk awal kata si dan
sang, jika diperlakukan sebagai unsur nama diri (Sang Kancil, Si Buta). Dalam
PUEBI, hal itu sudah tidak berlaku lagi. Penulisan huruf awal kapital kata si
dan sang, khusus diperuntukkan pada kata sang yang merupakan unsur nama
Tuhan (Sang Pencipta, Sang Hyang Widhi Wasa).
10. Tanda titik Koma (;)
EYD mencantumkan bahwa tanda titik koma (;) digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau
kelompok kata.Sebelum perincian terakhir, tidak perlu menggunakan kata dan.
PUEBI menulisakan secara jelas bahwa tanda titik koma (;) dipakai pada akhir
perincian berupa klausa.Sebelum rincian terakhir pada titik koma dibubuhi
kata dan.
11. Tanda Kurung ((…))
EYD lebih condong pada penulisan kepanjangannya terlebih dahulu, baru
diikuti dengan singkatan dalam tanda kurung. Misalnya Kartu Tanda
Penduduk (KTP). PUEBI mencatat kaidah bahwa tanda kurung ((…)) dipakai
untuk mengapit keterangan atau penjelasan.Dengan demikian, kaidah tersebut
membenarkan penulisan kepanjangan diikuti singkatan dalam kurung atau
singkatan yang diikuti kepanjangannya. Contoh: Kartu Tanda Penduduk
(KTP) atau KTP (kartu tanda penduduk).
Berdasarkan buku Murtiani, Arifah, dan Noviastuti tentang Pedoman EBI
(Ejaan Bahasa Indonesia), serta buku Mulyadi tentang EBI (Ejaan Bahasa
indonesia) menyatakan hal yang sama tentang penggunaan huruf kapital serta
penggunaan tanda baca yang ditulis di dalam bukunya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Sampai saat ini, bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang hidup yang terus berkembang dengan pengayaan
kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun melalui penyerapan
dari bahasa daerah dan bahasa asing. Pada abad ke 5 M berkembang
bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena
dipakai oleh Kesultanan Malaka, disebut sebagai bahasa Melayu
Tinggi. Pada zaman penjajahan Belanda pada awal abad - 20,
pemerintah kolonial Belanda ingin menggunakan bahasa Melayu
untuk mempermudah komunikasi dengan berpatokan pada bahasa
Melayu Tinggi yang sudah mempunyai kitab - kitab rujukan. Pada 16
Juni 1927 dalam sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja
Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa
persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda. Pada 18 Agustus 1945,
sehari setelah kemerdekaan, ditandatanganilah Undang-Undang
Dasar 1945. Pada Bab XV, Pasal 36, ditetapkan secara sah bahwa
bahasa Indonesia ialah bahasa negara. sehubungan dengan
perkembangan ejaan, setelah bahasa Melayu ditetapkan menjadi
bahasa Indonesia, yakni muncul Ejaan Republik, Ejaan Pembaharuan,
Ejaan Melindo, Ejaan LBK, Ejaan yang disempurnakan, dan EBI.
B. Saran
Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat
sederhana dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif
sangat diperlukan demi kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula,
perlu penyempurnaan di sana – sini agar tulisan ini menjadi lebih
lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan pecinta bahasa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Ridiawan. 2012. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia mulai


Ejaan dan Ophusyen hingga EYD.
http://ridiawan. blogspot. co. id/2012/02/perkembangan-
ejaanbahasa-indonesia.html?m=1 13 September 2017 (14:23).
Excellent Translation. 2017. EYD Berubah Menjadi EBI Sebagai
Pedoman Umum.
https://jasa-translate.com/eyd-berubah-menjadi-ebi-sebagai-
pedoman-umum/. 23 September 2017 (18:38). Gunawan, Heri Indra.
2016. Isi Konggres Bahasa Indonesia I sampai X.
http://www.gurungapak. com/2016/05/konggres-bahasa-indonesia.
html. 11 September 2017 (15:09). Sukartha, I Nengah, dkk.2010.
Bahasa Indonesia Akademik Untuk Perguruan Tinggi. Bali :
Udayana University Press. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
2016. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI).
https://pbsiikipgunungsitoli. blogspot. co. id/2016/12/ejaan-bahasa-
indonesiaebi.html?m=l. 23 September 2017 (19:15). Wikipedia.
Bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia. 11
September 2017 (14:52)

Anda mungkin juga menyukai