Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS

KEJANG DEMAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Keperawatan Anak I
Dosen Pengampu: Ibu Novi Indrayati, M. Kep., Ns.

KELOMPOK 2
1. Avela Early A (SK120007)
2. Bunga Rzki Fevriyani (SK120008)
3. Cholifatul Nysa (SK120009)
4. Cindi Septiani (SK120010)
5. Dani Aris Setiawan (SK120011)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah berjudul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Kejang Demam”
ini dengan baik. Makalah ini tidak dapat selesai tanpa dukungan yang diberikan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT. Yang telah meridhoi pembuatan makalah dengan baik.


2. Ibu Novi Indrayati, M.Kep.,Ns. dan tim selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak I
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi.
4. Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
5. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan
demi penyempurnaan makalah ini.

Kendal, 9 Oktober 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I ...................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN .................................................................................................. 5
A. Latar Belakang ........................................................................................... 5
B. Tujuan Penyusunan ................................................................................... 6
1. Tujuan Umum......................................................................................... 6
2. Tujuan khusus ........................................................................................ 6
BAB II .................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
A. Definisi Kejang Demam ............................................................................. 8
B. Etiologi Kejang Demam ............................................................................. 9
C. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 10
D. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 11
E. Tatalaksana............................................................................................... 12
F. Pemeriksaan Fisik (berdasarkan teori) .................................................. 14
G. Masalah Keperawatan yang Muncul (berdasarkan teori) ................... 16
H. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................ 21
A. Kesimpulan ............................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kejang Demam


Gambar 2. Gambaran EEG Kejang Demam

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejang demam merupakan suatu kelainan neurologis yang biasanya sering


dialami pada anak, anak dengan usia 4 bulan hingga 4 tahun merupakan usia anak
yang sering mengalami hal ini. 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang
demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat
rentan terhadap berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh yang belum tersusun secara sempurna. Kejang yang berlangsung lama
biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia
(berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga meninggikan permeabilitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Berdasarkan hasil dari berbagai kesimpulan yang telah dibuat oleh para peneliti
mengenai kejang demam yaitu bahwa bangkitan kejang demam ada hubungannya
dengan usia, tingkat suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk faktor
hereditas yang memiliki peran terhadap bangkian kejang demam yang berartikan
anggota keluarga penderita mempunyai peluang untuk mengalami kejang lebih
banyak dari pada anak normal. Menurut Mohammadi (2010) mengatakan bahwa
apabila anak sering kejang, maka akan semakin banyak pula sel otak yang rusak
dan hal itu juga mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan,
retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsy.

Sekitar 2% hingga 5% anak-anak menggalami kejadian kejang demam,


sering kali saat usia anak 2 tahun merupakan insiden puncak dari kejang demam.
Dan sekitar 30% kasus kejang demam pada anak akan kembali terjadi pada penyakit
demam selanjutnya, prognosis kejang demam, kejang demam bersifat benigna.
Dengan angka kematian mencapai 0,64% sampai 0,75%. Kejang pada anak dapat
mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang tua khususnya ibu,
karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa. Bahkan, ada yang mengira

5
anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.
Kesalahan yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang
pengetahuan dalam menangani. Memberikan informasi kepada ibu tentang
hubungan demam dan kejang itu sendiri merupakan hal yang penting untuk
menghilangkan stress dan cemas mereka.

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam
pada anak sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit.
Mengukur suhu dan memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang
suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak) dan memberikan cairan yang
cukup dapat menurunkan suhu tubuh anak. Ibu harus menyadari bahwa demam
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kejang, dikarenakan adanya
peningkatan suhu tubuh yang cepat.

B. Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak I, serta untuk meningkatkan
pengetahuan penulis serta pembaca mengenai asuhan keperawatan pada
anak dengan kasus kejang demam.

1. Tujuan Umum

Untuk memberikan pengetahuan serta wawasan mengenai asuhan


keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam.

2. Tujuan khusus

a) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang kejang


demam.
b) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang etiologi
kejang demam.
c) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui manifestasi
klinis dari kejang demam.

6
d) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan
penunjang medis dari kejang demam.
e) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang
pemeriksaan fisik (berdasarkan teori) dari kejang demam.
f) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui masalah
keperawatan yang muncul (berdasarkan teori) dari kejang
demam.
g) Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui mengenai
intervensi keperawatan pada kejang demam.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kejang Demam

Gambar 1. Kejang Demam


Menurut konsensus penatalaksanaan kejang demam dari IDAI, pengertian dari
kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Diagnosis
kejang demam dapat ditegakkan jika tidak ditemukan penyakit intrakranial, seperti
meningitis atau ensefalitis, dan perlu dipastikan bahwa pasien memiliki status
neurologi yang normal dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kejang demam anak
sering ditemukan baik di klinik maupun unit gawat darurat dengan angka kejadian
2-4% pada usia 6 bulan-5 tahun. Kejang demam di klasifikasikan menjadi 2
kelompok, yaitu:

1. Kejang demam sederhana, dengan durasi < 15 menit dan umumnya berhenti
sendiri. Kejang dapat berupa kejang umum (tonik dan/atau klonik) dengan
maksimal 1 bangkitan kejang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks, dengan durasi > 15 menit, atau berulang lebih
dari 2 kali dan ada fase tidak sadar di antara 2 bangkitan kejang. Kejang
dapat berupa kejang fokal atau parsial, atau kejang umum yang didahului
kejang parsial. Bangkitan kejang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

8
Gambar 2. Gambaran EEG Kejang Demam
Kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit (tidak terbatas hanya kejang
demam) diklasifikasikan menjadi status epileptikus. Kebanyakan kejang demam
adalah jinak dan seringkali berasosiasi dengan infeksi virus simpleks. Kejang
demam dapat timbul pada kurang lebih 3% anak yang sehat.

B. Etiologi Kejang Demam

Etiologi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang memicu eksitasi sel
saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Semua kenaikan suhu tubuh bisa
menyebabkan kejang demam. Kenaikan suhu ini paling sering disebabkan oleh:

• Infeksi

Infeksi virus lebih sering menyebabkan demam yang berujung pada kejang
demam bila dibandingkan dengan infeksi bakteri. Infeksi virus menyebabkan
kenaikan suhu tubuh yang tinggi, seperti contohnya adalah campak, cacar air dan
rubella.

• Demam Pasca-Imunisasi

Pasca-imunisasi, demam dapat terjadi sebagai bagian dari kejadian ikutan pasca
imunisasi (KIPI). Imunisasi yang sering menyebabkan demam adalah imunisasi
yang memiliki kuman hidup yang dilemahkan, yaitu difteri-tetanus-pertussis (DTP)

9
dan mumps-measles-rubella (MMR). Perlu diinformasikan kepada orang tua bahwa
kejang disebabkan karena demam-nya bukan karena imunisasi.

C. Manifestasi Klinis

Umumnya kejang demam terjadi secara singkat, bilateral, serangan berupa


klonik atau tonik-klonik. Kasus pada umunya kejang berhenti sendiri. Setelah anak
tidak lagi mengalami kejang, reaksi selanjutnya yaitu anak tidak memberi reaksi
apapun untuk sejenak, namun setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan
sadar kembali tanpa adanya kelainan syaraf. Kejang demam dapat berlangsung
lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh
hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlansung beberapa jam atau
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang
menetap.

Menurut Behman (2000:843) Kejang demam terkait dengan kenaikan suhu


tubuh yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 390C atau
lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik kloni lama beberapa
detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap ≥ 15 menit menunjukkan
penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik, selain itu juga dapat terjadi
mata terbalik keatas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan
sentakan berulang.

- Tanda dan Gejala:


1. Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas 380C).
2. Kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik bilateral.
3. Mata terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan.
4. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya
sentakan atau kekuatan fokal.
5. Pada sebagian kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung
beberapa jam sampai beberapa hari atau juga bersifat menetap.

10
D. Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang


demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer,
elektrolit dan gula darah.

• Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau


menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk
menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi
klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

• Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi


berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.

• Pencitraan

11
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin
dan hanya atas indikasi seperti:

1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)


2. Paresis nervus VI
3. Papiledema
• PET

Pemindaian positron emission tomography (PET): untuk mengevaluasi


kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak.

E. Tatalaksana

Menurut Ngastiyah (2012), dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa


faktor yang perlu dikerjakan yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas Kejang Secepat Mungkin
Apabila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dengan pemberian dosis disesuaikan dengan berat badan, kurang
dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk
BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg
/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun,
dan 10 mg pada anak yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara
intravena ditunggu 15 menit, bila masih kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian
suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang
sama juga akan tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan
kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital
atau paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepan
adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan. Pemberian

12
diazepan melalui intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan,
cara pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis yang
diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan kurang dari 10
kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10
mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena tidak
mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi dapat
mengganggu frekuensi irama jantung.
b. Pengobatan Penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan penunjang
yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan
darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan
intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik
dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah
edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya dexametason
0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Memberikan Pengobatan Rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepan
sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh
karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama.
Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan
ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan
pengobatan profilaksis jangka panjang.
d. Mencari dan Mengobati Penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit
tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama

13
kali sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengobatan Fase Akut
1. Airway
a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan
sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan pakaian
yang mengganggu pernapasan
c) berikan O2 boleh sampai 4 L/ menit.
2. Breathing
Isap lendir sampai bersih
3. Circulation
a) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (berbeda dengan
pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar). Jika dengan tindakan ini
kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah perlu pemberian
obat penenang.

b. Pencegahan Kejang Berulang

1. Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata 0,3mg/kgBB atau


diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15 menit dapat diulang
dengan dengan dosis dan cara yang sama.
2. Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan dosis awal
dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.

F. Pemeriksaan Fisik (berdasarkan teori)

1) Keadaan umum yang sering terjadi pada anak kejang demam adalah anak
akan terus rewel dan kesadaran compos mentis (mengalami penurunan
kesadaran).
2) TTV:

14
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi : pada usia 2- < 12 bulan: biasanya > 49 kali/menit. Pada usia
12 bulan - 40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/menit
3) Berat Badan
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berar
badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
6) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus
mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara,
nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk
simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a. Thoraks
1. Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
2. Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
3. Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti
ronchi.
b. Jantung
Pada umumnya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

15
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis di SIC V teraba
- Perkusi : batas kiri jantung: SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV kanan,
dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang intercosta II kanan
linea parasternalis kanan.
- Auskultasi : bunyi jantung II lebih lemah dari bunyi jantung I
11) Abdomen
a. Inspeksi : abdomen simetris, umbilicus memusat
b. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
c. Perkusi : thympani
d. Palpasi : perut teraba supel
12) Genetalia dan Anus
Pada umumnya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas
a. Atas: biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral
dingin.
b. Bawah: biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral
dingin.

G. Masalah Keperawatan yang Muncul (berdasarkan teori)

Masalah keperawatan yang mungkin muncul (Roger M.D.M.P.H diagnosis


pedriatri: 231):

1. Resiko tinggi trauma/cidera berhubungan dengan kelemahan, perubahan


kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu.
4. Resiko Defisit volume cairan berhubungan dengan kondisi demam.
5. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

16
H. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)

1. Resiko terjadinya - Tujuan: - Berikan pengaman pada sisi


trauma fisik Setelah diberika tindakan tempat tidur dan pengguna
berhubungan dengan keperawatan selama 2x tempat tidur yang rendah
kurangnya koordinasi 24 jam diharapkan tidak - Tinggallah bersama klien
otot terjadi trauma fisik selama fase kejang
selama keperawatan - Berikan tongue spatel
- Kriteria hasil: diantara gigi atas dan
Tidak terjadi trauma fisik bawah
selama perawatan - Letakkan klin ditempat
mempertahankan yang lembut
tindakan
yang mengontrol
aktivitas
kejang

17
2. Gangguan rasa - Tujuan: - Kaji faktor terjadinya
nyaman Rasa nyaman terpenuhi hipertermi
berhubungan dengan - Kriteria Hasil - Observasi tanda-tanda
hipertermi TTV klien dalam batas vital tiap 4 jam
normal - Pertahanan suhu tubuh
S = 36,5oC-37,5⁰C normal
N = 80-150x/menit - Ajarkan pada keluarga
P = 30-60 x/menit memberikan kompres
pada kepala dan ketiak
- Anjurkan klien untuk
menggunakan baju tipis
yang terbuat dari katun

3. Resiko terjadinya - Tujuan: - Longgarkan pakaian,


Klien tidak mengalami
kejang berikan pakaian yang tipis yang
kejang selama
berulang berhubungan mudah menyerap
berhubungan dengan
dengan peningkatan keringat.
hipertermi.
suhu - Berikan kompres panas.
- Kriteria hasil:
tubuh - Berikan ekstra cairan sesuai
Tidak terjadi serangan
indikasi.
kejang ulang, TTV klien
- Observasi kejang dan tanda
dalam batas normal.
vital tiap 4 jam.
S: 36,5 C – 37,5 C
o o
- Batasi aktivitas selama
N: 80 – 150x/menit
anak panas.
P: 30-60x/menit
- Berikan anti piretika dan
pengobatan sesuai advis.

18
4. Kurangnya - Tujuan: - Kaji tingkat pengetahuan
pengetahuan Keluarga dapat keluarga.
keluarga berhubungan memahami tentang - Beri penjelasan kepada
dengan keterbatasan penyakit yang dialami keluarga sebab dan akibat
informasi klien. demam kejang.
- Kriteria hasil: - Jelaskan setiap tindakan
Keluarga tidak sering yang akan dilakukan.
bertanya tentang penyakit - Berikan health education
anaknya,keluarga mampu tentang cara menolong
ikut serta dalam proses anak kejang dan
keperawatan, keluarga mencegah kejang demam.
dapat menaati setiap - Berikan health education
proses keperawatan. agar selalu sedia obat
penurun panas di rumah.
- Jaga anak tidak terkena
penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau
teman yang menderita
penyakit menular
sehingga tidak mencetus
kenaikan suhu.

19
5. Resiko kekurangan - Tujuan: - Anjurkan klien memakan
cairan dan elektrolit Cairan dan elektrolit makanan yang tidak
kurang dari kebutuhan seimbang. mengandung serat.
tubuh berhubungan - Kriteria Hasil: - Berikan makanan yang
dengan output yang Mukosa mulut klien lunak.
berlebihan. basah dan tidak kering. - Berikan cairan melalui
Elastisitas kulit baik. infus.
- Anjurkan klien banyak
minum.
- Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kejang demam merupakan suatu kelainan neurologis yang biasanya sering


dialami pada anak, anak dengan usia 4 bulan hingga 4 tahun merupakan usia anak
yang sering mengalami hal ini. 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang
demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat
rentan terhadap berbagai penyakit yang dapat disebabkan oleh sistem kekebalan
tubuh yang belum tersusun secara sempurna. Kejang yang berlangsung lama
biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat mengakibatkan terjadinya hipoksia
(berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga meninggikan permeabilitas kapiler
dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kejang demam di klasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu: Kejang demam


sederhana, dengan durasi < 15 menit dan umumnya berhenti sendiri. Dan kemudian
ada kejang demam kompleks, dengan durasi > 15 menit, atau berulang lebih dari 2
kali dan ada fase tidak sadar di antara 2 bangkitan kejang. Adapun tanda dan gejala
dari kejang demam yaitu: Peningkatan suhu tubuh yang tinggi (suhu rektal diatas
380C), kejang yang bersifat kejang kolonik atau tonik - kolonik bilateral, mata
terbalik keatas disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa
di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekuatan fokal, dan pada sebagian
kejang disertai hemiparesis sementara yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari atau juga bersifat menetap.

Pemeriksaan penunjang dari kasus kejang demam yaitu pemeriksaan laboratorium,


Pungsi lumbal, elektroensefalografi (EEG), pencitraan (foto X-ray dan CT- scan),
dan PET. Menurut Ngastiyah (2012), dalam penanggulangan kejang demam ada
beberapa faktor yang perlu dikerjakan yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

21
a. Memberantas Kejang Secepat Mungkin
b. Pengobatan Penunjang
c. Memberikan Pengobatan Rumat
d. Mencari dan Mengobati Penyebab
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengobatan Fase Akut
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
b. Pencegahan Kejang Berulang

22
DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2013 dalam Untari 2015.Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu


tentang Kejang Demam dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap
Puskesmas Gatak Sukoharjo.

Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. (2006). Konsensus Penatalaksanaan


Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Susanti. 2018. Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Kejang Demam Diruang
Rawat Inap Anak Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar Bukittinggitahun 2018.
Padang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Putri, Regina. 2017. Asuhan Keperawatan pada An.R dan An.A dengan Kejang
Demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat Iii Dr. Reksodiwiryo Padang.
Padang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

Wibisono, Afif dan, Irdawati S. Kep., Ns, Msi. Med. (2015). Asuhan Keperawatan
Pada An. M Dengan Kejang Demam Di Ruang Mawar Banyudono. Diploma thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi keenam.


Singapore: Elsevier Icn.

Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi Ketujuh. Singapore: Elsevier Icn.

NANDA. 2019. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai