Tesis Final Desi Herawati
Tesis Final Desi Herawati
TESIS
OLEH
DESI HERAWATI CANIAGO
NIM: 8096171005
Menyetujui
Tim Pembimbing
Pembibing I Pembimbing II
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah: (1) apakah peningkatan kemampuan
berfikir kreatif antara siswa yang diberi pembelajaran melalui pendekatan matematika
realistik lebih tinggi daripada siswa yang diberi pembelajaran biasa; (2) apakah
peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi
pembelajaran melalui pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang
diberi pembelajaran biasa; (3) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
tingkat kemampuan awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif; (4) apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan
awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik
siswa; (5) bagaimana proses penyelesaian tes kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematik siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 03 Medan. Dari kelas VIII tersebut dipilih
secara acak dua kelas yaitu kelas VIII A dan kelas VIII B. Siswa kelas VIII A (kelas
eksperimen) diberi perlakuan pendekatan matematika realistik (PMR) dan siswa kelas
VIII B (kelas kontrol) diberi perlakuan pembelajaran biasa. Instrumen yang digunakan
terdiri dari: tes kemampuan berpikir kreatif dan tes kemampuan pemecahan masalah.
Analisis data dilakukan dengan uji t dan anava dua jalur.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang
memperoleh pendekatan matematika realistik (PMR) lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan pembelajaran biasa; (2) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematik siswa yang memperoleh pendekatan matematika realistik (PMR) lebih tinggi
daripada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa; (3) Terdapat interaksi antara
pendekatan pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal (KAM) siswa terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa; (4) terdapat interaksi antara pembelajaran dengan
tingkat kemampuan awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa; (5) proses penyelesaian tes kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematik siswa pada pembelajaran matematika realistik adalah
lebih baik dibanding dengan pembelajaran biasa.
ABSTRACT
The purposes of this research were to examine: (1) whether the increased of creative
thinking skills among students who were learning through realistic mathematical
approach higher than students who were given regular learning; (2) whether the
increased student’s mathematic problem solving skills among students who were
learning through realistic mathematical approach higher than students who were given
regular learning; (3) whether there was an interaction between the level of initial
learning to increase the creative thinking skills; (4) whether there was an interaction
between the level of initial learning to increase the student’s mathematic problem
solving skills; (5) how the settlement process to test creative thinking and student’s
mathematic problem solving skills.
This research was a semi-experimental research. The population of research was a class
VIII students of SMP Muhammadiyah 03 Medan. Then randomly selected two classes
from that’s school, it were VIII A students (experimental classes) were given realistic
mathematic approach and VIII B students (control classes) were subjected to regular
learning. The instrument used consisted of testing the creative thinking and student’s
mathematic problem solving skills. The data analysis was performed with t test and
two-lane ANAVA.
The results of this research were: (1) the increase creative thinking skills of students
who obtain realistic mathematics approach higher than students who use regular
learning; (2) the Increase student’s mathematic problem solving skills who obtain
realistic mathematics approach higher than students who use ordinary learning; (3) there
was interaction between the the level of initial learning approach with the creative
thinking skills; (4) there was interaction between the the level of initial learning
approach with the student’s mathematic problem solving skills; (5) resolution process of
the test of creative thinking skills and mathematical problem solving on realistic
mathematics students in learning is better than regular learning.
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Dalam proses penyusunan tesis terdapat beberapa hal yang harus
dilalui, diantaranya menghadapi kendala dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang
terwujud dalam motivasi dari beberapa pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edy Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED serta
Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan
Matematika.
2. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Pembimbing I dan dan Ibu Dr. Izwita Dewi,
M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta
motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd; Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS dan
Bapak Dr. Kms. Muhammad Amin Fauzi, M.Pd selaku narasumber yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi
lebih baik.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana UNIMED.
6. Ibu Salmawati S.Pd selaku Kepala SMP Swasta Muhammadiyah 03 Medan beserta
dewan guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian
7. Terutama Ayahanda Ali Saman Chaniago dan Ibunda Maimunah Sihombing serta
suami tercinta Azahirin, S.Pi dan ananda tersayang Fadhlurrahman Azhari dan
Fadhlurrahim Azhari yang senantiasa memberikan motivasi dan doa.
8. Seluruh saudara, kerabat, sahabat seperjuangan (Faridah Rangkuti, S.Pd, Intan
Sriwahyuni S.Pd, Heni Sriwiriyanti, S.Pd, Muriana, M.Pd, Nurul Fazrika M.Pd, Sri
Wahyuni, S.Pd, Syahriani Sirait, M.Pd, dll) yang telah memberikan dorongan,
semangat, serta bantuan lainnya kepada penulis.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i,
kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Mungkin masih terdapat
kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan
sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan, September 2013
Penulis
Halaman
ABSTRAK.................................................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................. 14
C. Pembatasan Masalah............................................................ 15
D. Rumusan Masalah................................................................ 16
E. Tujuan penelitian.................................................................. 17
F. Manfaat Penelitian................................................................ 18
G. Definisi Operasional............................................................. 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................. 21
A. Tinjauan Teoritis.................................................................. 21
1. Kemampuan Berpikir Kreatif........................................ 21
a. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas..... 26
b. Berpikir Kreatif dalam Matematika.......................... 28
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika............. 31
3. Pendekatan Matematika Realistik................................. 37
a. Prinsip-prinsip Dasar PMR........................................ 40
b. Karakteristik PMR..................................................... 41
c. Sintaks PMR.............................................................. 46
d. Langkah – langkah PMR........................................... 48
e. Teori Belajar yang Mendukung PMR....................... 52
4. Materi SPLDV dengan Menggunakan PMR................. 57
5. Keterkaitan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Pemecahan Masalah Matematika dengan PMR............ 63
6. Pembelajaran Biasa....................................................... 68
7. Penelitian yang Relevan................................................ 72
B. Kerangka konseptual............................................................ 75
C.Hipotesis Penelitian............................................................... 87
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 89
A. Tempat Dan Waktu Penelitian............................................. 89
B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................... 89
C. Desain Penelitian.................................................................. 91
D. Prosedur Penelitian............................................................... 94
E. Teknik dan Alat Pengumpul Data........................................ 96
1. Instrumen Penelitian......................................................... 96
2. Hasil Uji Coba Instrumen................................................. 99
F. Bahan Ajar............................................................................ 107
G. Kegiatan Pembelajaran......................................................... 108
H. Teknik Analisis Data............................................................ 110
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 118
A. Hasil Penelitian..................................................................... 119
1. Kemampuan Berpikir Kreatif........................................... 120
1.a Analisis Data Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 120
1.b. Analisis Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa Berdasarkan Pembelajaran................. 127
1.c. Analisis Data Interaksi Antara Pembelajaran dan
KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa.............................................. 131
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa........ 146
2.a Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa........................................................................... 146
2.b. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Berdasarkan Pembelajaran.............. 155
2.c. Analisis Data Interaksi Antara Pembelajaran dan
KAM Terhadap Peningkatan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa....................................... 158
B. Analisis Proses Penyelesaian Masalah Matematik Siswa....... 174
1. Analisis Proses Penyelesaian Tes Kemampuan
Berpikir Kreatif................................................................ 174
2. Analisis Proses Penyelesaian Tes Kemampuan
Penyelesaian Masalah Matematik................................... 189
C. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 207
1. Pembahasan Hasil Analisis Data Kemampuan
Berpikir Kreatif................................................................ 207
2. Pembahasan Hasil Analisis Data Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematik Siswa............................ 211
3. Gambaran Kinerja Sisa dalam Proses Pembelajaran........ 215
D. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 224
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN.................................... 225
A. Simpulan................................................................................. 225
B. Implikasi................................................................................. 226
C. Saran....................................................................................... 227
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 230
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks Pendekatan Matematika Realistik.............................. 46
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pendekatan Matematika Realistik.............. 48
Tabel 2.3. Perbedaan Pedagogis Pembelajaran Pendekatan
Matematika Realistik (PMR) dan Pembelajaran Biasa........... 71
Tabel 3.1. Kriteria Kategori Kemampuan Awal Matematik (KAM)....... 92
Tabel 3.2. Daftar Kelompok Siswa Berdasarkan KAM........................... 93
Tabel 3.3. Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel - variabel,
Kemampuan Berpikir, Pemecahan Masalah
Matematik, dan Kelompok Pembelajaran............................... 93
Tabel 3.4. Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif....... 97
Tabel 3.5. Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif....... 98
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran.............. 100
Tabel 3.7. Hasil Uji Validasi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif... 102
Tabel 3.8. Hasil Uji Validasi Butir Soal Kemampuan
Pemecahan Masalah............................................................... 102
Tabel 3.9. Hasil Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif.... 104
Kreatif..................................................................................... 130
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang pesat
baik isi materi maupun kegunaannya. Hal ini dapat ditinjau dari banyaknya konsep-
konsep matematika yang dapat diaplikasikan baik dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, matematika merupakan kunci
pembuka tabir rahasia alam. Dikatakan demikian karena matematika dengan objek
abstrak beserta beberapa simbol serta gambaran-gambaran sebagai hasil abstraksi dan
idealisasi, dipandang sebagai penata nalar, alat komputasi, dan alat komunikasi antar
ilmuwan. Untuk memajukan kecerdasan bangsanya, kekuatan teknologi dan
perekonomian diperlukan manusia-manusia yang menguasai matematika. Jadi
matematika memegang peranan sangat penting dalam pendidikan (E.T.Ruseffendi, 2005
:58).
Selama ini pembelajaran matematika yang diberikan guru di kelas belum dapat
mengembangkan pola pikir kreatif siswa. Sebagaimana observasi awal yang dilakukan
oleh penulis di SMP Muhammadiyah 3 Tanjung Sari kelas IX pada bulan Januari 2012.
Sebagai contoh masalah yang diberikan:
Dari 27 siswa, yang menjawab ada 70% dari semua siswa yang ada diantara jawaban
mereka adalah dengan memisalkan banyak motor x dan banyak mobil adalah y, maka
diperoleh:
x + y = 120 dan 2x + 4y = 380
x + y = 120 x = 120 - y
substitusi x = 120 – y ke persamaan 2x + 4y = 380 2(120 – y)+4y= 380
240 – 2y + 4y = 380 2y = 140 y = 70
y = 70 substitusikan ke x = 120 – y x = 120 – 70 = 50
Misalnya 120 diwakili oleh 12 dan 380 diwakili oleh 38, kemudian siswa
menggambar 12 segi empat yang dianggap sebagai motor dan mobil.
Semua roda ada 38 atau mewakili 380 dengan jumlah motor adalah 5 mewakili
50 dan jumlah mobil 7 mewakili 70. Jadi, jumlah motor adalah 50 dan jumlah mobil
adalah 70.
Dari hasil observasi dan selama mengajar di kelas peneliti mendapatkan siswa
kesulitan dalam memecahkan masalah kontekstual yaitu masalah yang berkaitan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu soal yang dipikir sulit oleh siswa yaitu soal SPLDV
yang berbentuk soal cerita, sebagian siswa tidak memahami soal yaitu tidak mengetahui
apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal dan tidak mengetahui cara
menyelesaikannya. Ini masih satu diantara pokok bahasan yang dipikir sulit oleh siswa.
Diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah apapun yang terdapat pada pelajaran
matematika dan dapat menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Seperti
masalah berikut:
Sebuah pertandingan sepak bola, terjual karcis kelas I dan kelas II sebanyak 500
lembar. Harga karcis kelas I adalah Rp8.000,00, sedangkan harga karcis kelas II adalah
Rp6.000,00. Jika hasil penjualan seluruh karcis adalah Rp2.950.000,00, tentukan
banyak karcis masing-masing kelas I dan kelas II yang terjual.
Dalam Pendekatan Matematika Realistik (PMR) siswa dituntut lebih aktif dalam
mengembangkan sikap pengetahuannya tentang matematika sesuai dengan kemampuan
masing-masing sehingga akibatnya memberikan hasil belajar yang lebih bermakna pada
diri siswa. Dengan demikian Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan
pendekatan yang sangat berguna dalam pembelajaran matematika. Armanto (2001)
lebih lanjut menyatakan dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) selain siswa
belajar matematikanya juga mereka mendapat pengertian yang lebih bermakna tentang
penggunaan matematika tersebut di berbagai bidang. Pendekatan Matematika Realistik
(PMR) mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna artinya siswa
dituntut selalu berpikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara
penyelesaiannya, dengan demikian mereka akan lebih terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman
belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.
Sementara itu untuk siswa yang berkemampuan tinggi melalui PMR juga akan
meningkat kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematiknya. Namun,
peningkatan itu diduga kurang signifikan. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa
untuk siswa yang memiliki kemampuan tinggi, seringkali model pembelajaran yang
diterapkan bukan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematik. Oleh sebab itu, dapat
dikemukakan bahwa apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan PMR maka
kemungkinan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan tertolong untuk
meningkatkan hasil belajarnya. Pernyataan yang dimaksud sejalan dengan hasil
penelitian Usiskin (Ruseffendi, 1998) tentang gerakan back to basic, yang merupakan
salah satu reaksi terhadap matematika modern (new math) menyimpulkan bahwa, siswa
yang kemampuan matematikanya kurang atau lemah akan tertolong melalui gerakan
back to basic, akan tetapi 25% siswa yang kemampuan matematikanya tinggi akan
terkorbankan. Selain itu, Ruseffendi (1998) menegaskan bahwa, matematika modern
lebih baik untuk anak pandai tetapi lebih jelek untuk anak lemah, sedangkan back to
basic lebih jelek untuk anak pandai tetapi lebih baik untuk anak lemah.
Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya mengungkap apakah PMR dan
pendekatan biasa memiliki perbedaan kontribusi terhadap kemampuan berpikir kreatif
dan pemecahan masalah matematika siswa. Hal itulah yang mendorong dilakukan suatu
penelitian yang memfokuskan dari pada penerapan pendekatan matematika realistik
terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematika siswa
sekolah menengah pertama (SMP) ditinjau dari kemampuan awal matematik siswa.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti meneliti tentang
peningkatan kemampuan berpikir kreatif, kemampuan pemecahan masalah matematik
dan proses penyelesaian siswa terhadap masalah tes kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan pemecahan masalah matematik dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik dan pendekatan biasa.
Dilaksanakan pada kelas VIII SMP Muhammadiyah 03 Medan semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 dengan pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV).
D. Rumusan Masalah
F. Manfaat Penelitian
G. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah pendekatan
pembelajaran yaitu Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan Pendekatan
Biasa, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
1. Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika adalah kemampuan
menyelesaikan soal-soal dengan indikator-indikatornya meliputi: (1) Kefasihan/
kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk mengemukakan ide jawaban,
pertanyaan, dan penyelesaian masalah; (2) keluwesan (flexibility) adalah
kemampuan untuk menemukan atau menghasilkan berbagai macam ide, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi; (3) penguraian (elaboration), kemampuan
untuk mengembangkan suatu ide, menambah atau merinci secara detil suatu
obyek, ide, dan situasi; (4) Hal yang baru (originality), adalah kemampuan untuk
memberikan respon-respon yang unik dan luar biasa.
2. Kemampuan pemecahan masalah dalam matematika adalah kemampuan
memecahkan soal-soal atau masalah matematik rutin atau tidak rutin yang tidak
dapat segera dipecahkan dengan mengikuti langkah-langkah: memahami
masalah, membuat rencana penyelesaian, melaksanakan penyelesaian
(melakukan perhitungan), dan memeriksa kembali langkah-langkah pengerjaan
dan hasil yang diperoleh.
3. Pendekatan matematika realistik (PMR) adalah pembelajaran matematika
realistik bernuansa Indonesia yang mengacu pada prinsip-prinsip reinvention,
didactical phenomenology, self-developed models dengan karakteristik yang
meliputi penggunan masalah konteks, peggunaan model-model, penggunaan
produksi dan konstruksi siswa, sosial-interaktif, reflektif dan keterkaitan
(intertwining).
4. Peningkatan adalah peningkatan kemampuan siswa sebelum pemberian
Pendekatan Matematika Realistik dan setelah pemberian pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Teoritis
1. Kemampuan Berpikir Kreatif
a. Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang
diberikan kebanyakan orang.
4. Terperinci (elaborasi)
c. Mempertahankan pendapat.
2. Merasakan tantangan
a. Mempertanyakan sesuatu.
1. Inkubasi
Banyak ahli percaya bahwa masa inkubasi merupakan cara untuk
menyelesaikan masalah secara kreatif. Inkubasi adalah cara kita dapat menyelesaikan
masalah yang sulit bila kita menunda dulu masalah tersebut jedah waktu dan kemudian
bekerja lagi. Inkubasi jarang didemonstrasikan dalam penelitian yang terkontrol dengan
baik. Baron dan Gilhooly (dalam Matlin (2003), meskipun bukti akurat itu banyak,
beberapa ahli perpendapat bahwa terjadi proses kerja di bawah sadar pada saat inkubasi.
Kemungkinan lain adalah proses mental yang tidak tepat berkurang selama periode
tersebut. Selanjutnya Gilhooly (dalam Matlin, 2003) bahwa lebih jauh lagi masa
inkubasi ini memungkinkan untuk memperluas aktivitas antara konsep-konsep yang
terhubung, terutama tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas verbal.
2. Faktor-faktor sosial
Amabile (Matlin, 2003) mengemukakan bukti yang meyakinkan bahwa ekspektasi
evaluasi bisa merusak kreativitas. Saat kita mengharapkan kerja kita dievaluasi,
hasilnya tidak akan mengecewakan, tetapi sepertinya akan kurang kreatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Faktor-faktor sosial dapat mempengaruhi
kreativitas sebagai berikut:
a) Ketika seseorang memperhatikan anda ketika sedang bekerja
b) Ketika Anda ditawari penghargaan karena kreativitas anda
c) Ketika Anda harus berjuang untuk mendapatkan hadiah.
d) Ketika seseorang membatasi pilihan-pilihan anda dalam mengekspresikan
kreativitas Anda.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa berpikir kreatif matematik sebagai kemampuan menemukan dan menyelesaikan
masalah matematika yang meliputi komponen-komponen: (1) Kefasihan/ kelancaran
(fluency), adalah kemampuan untuk mengemukakan ide jawaban, pertanyaan, dan
penyelesaian masalah; (2) keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk menemukan
atau menghasilkan berbagai macam ide, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi; (3)
penguraian (elaboration), kemampuan untuk mengembangkan suatu ide, menambah
atau merinci secara detil suatu obyek, ide, dan situasi; (4) Hal yang baru (originality),
adalah kemampuan untuk memberikan respon-respon yang unik dan luar biasa.
Penilaian terhadap kemampuan kreatif siswa dalam matematika penting untuk
dilakukan. Pengajuan masalah yang menuntut siswa dalam pemecahan masalah sering
digunakan dalam penilaian kreativitas matematik. Tugas-tugas yang diberikan pada
siswa yang bersifat penghadapan siswa dalam masalah dan pemecahannya digunakan
peneliti untuk mengidentifikasi individu-individu yang kreatif.
Menurut Lencher seperti yang dikutip (Wardhani, dkk. 2010) memecahkan masalah
matematika adalah proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh
sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Pemecahan masalah dalam
matematika memiliki ciri khas tersendiri, secara garis besar terdapat tiga macam
interpretasi istilah pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, yaitu
pemecahan masalah sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai proses, dan
pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar.
1. Pemecahan masalah sebagai tujuan
Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh perhatian pada
pendidikan matematika seringkali menetapkan pemecahan masalah sebagai salah
satu tujuan pembelajaran matematika. Bila pemecahan masalah ditetapkan atau
dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah
yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang
penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan
masalah merupakan alasan utama belajar matematika.
2. Pemecahan masalah sebagai proses
Pengertian lain tentang pemecahan masalah adalah sebagai sebuah proses
yang dinamis. Dalam aspek ini, pemecahan masalah dapat diartikan sebagai proses
mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak
biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur,
strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah..
3. Pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar
Pengertian pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar lebih dari sekedar
menjawab tentang pertanyaan: apa itu pemecahan masalah?. Peran seorang guru
adalah berusaha mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah. Karena disadari atau tidak siswa setiap
harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, karena itu pembelajaran pemecahan
masalah sejak dini diperlukan agar siswa dapat menyelesaikan problematika
kehidupannya dalam arti yang luas maupun sempit. Ruseffendi (2005) mengemukakan
beberapa alasan mengapa soal-soal pemecahan masalah diberikan kepada siswa, yaitu:
Rencana
Masalah Penyelesaian Model
Matematika
Konfirma Pelaksanaan
si Rencana
Jawaban Penyelesaian
Terhadap Model
Masalah Matematika
Kembali
Penyelesaian
Gambar 2.1. Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika
Dunia nyata dalam PMR digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide
atau konsep matematika (Hadi, 2005). Menurut Bloom dan Niss seperti dikutip Hadi
(2005) dunia nyata adalah segala sesuatu di luar matematika, seperti mata pelajaran lain
selain matematika, atau kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar siswa. Proses
pengembangan ide dan konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata oleh Lange
disebut matematikasi konseptual, Suatu model skematis untuk proses belajar ini
digambarkan sebagai suatu sikel (lingkaran) yang tidak berujung, yang berarti proses
lebih penting daripada hasil. Diasumsikan bahwa pengetahuan merupakan proses
transformasi secara terus menerus dibentuk dan dibentuk kembali, bukan merupakan
entitas bebas untuk dikuasai atau diasumsikan.
Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah bahwa siswa harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan
bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan
dunia nyata atau real world. Proses pengembangan konsep dan ide matematika yang
dimulai dari dunia nyata disebut matematikasi konsep dan memiliki model skematis
proses belajar seperti pada gambar berikut:
UNIA NYATA
OBSERVASI
DANFORMALISASI
b. Karakteristik PMR
Menurut Tarigan (2006) ada lima karakteristik PMR, yaitu: menggunakan
masalah kontekstual, menggunakan model, kontribusi siswa, kegiatan interaktif,
keterkaitan materi. Kelima karakteristik tersebut wajib terlihat pada pendekatan
matematika realistik.
1. Menggunakan masalah kontekstual
Proses belajar bersifat interaktif antara guru dan siswa dalam hal bimbingan, serta
antar siswa dalam hal negosiasi pemikiran. Mengoptimalkan proses belajar mengajar
melalui interaksi antar siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan sarana dan prasarana
merupakan hal penting dalam PMR. Bentuk-bentuk interaksi seperti: negosiasi,
penjelasan, pembenaran, persetujuan, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk
mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk pengetahuan
matematika informal yang ditemukan sendiri oleh siswa. Guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide mereka melalui proses
belajar yang interaktif.
5. Keterkaitan materi
Berbagai struktur dan konsep dalam matematika saling berkaitan, sehingga
keterkaitan atau pengintegrasian antar topik atau materi pelajaran perlu dieksplorasi
untuk mendukung agar pembelajaran lebih bermakna. Dengan pengintegrasian itu akan
memudahkan siswa untuk memecahkan masalah. Di samping itu dengan
pengintegrasian dalam pembelajaran, waktu pembelajaran menjadi lebih efisien. Hal ini
dapat terlihat melalui masalah kontekstual yang diberikan.
Karakteristik kelima dari PMR (yakni keterkaitan materi) menjadi acuan dalam
pengorganisasian materi pelajaran. Materi matematika yang dipelajari siswa tidak
dipilah-pilah menjadi sejumlah besar bagian yang kecil-kecil seperti dalam pendekatan
biasa yang sering dilakukan guru. Setiap pembelajaran materi baru diawali dengan
masalah kontekstual, dalam pemecahan masalah ada kemungkinan siswa memikirkan
strategi pemecahan yang terkait dengan beberapa ide matematika sekaligus. Di samping
itu, sebuah konsep matematik terkait erat dengan konsep tertentu yang lain sehingga
pendekatan holistik lebih memungkinkan pemahaman relasional pada diri siswa sejak
dini. Oleh karena itu, dalam pengorganisasian materi, guru perlu terbuka akan alur
belajar siswa yang mungkin melibatkan materi lain yang terkait, dan berusaha
mengintegrasikan materi-materi tersebut.
N F Aktivit
o ase as
1 P Mengorganisasi kelas untuk belajar, kerja
engantar individual atau kerja kelompok
Menyampaikan kepada siswa tentang apa
yang akan mereka lakukan, menyelesaikan
masalah, melakukan aktivitas, melanjutkan
mempelajari suatu topik, atau mengerjakan
tugas (proyek)
Menentukan masalah atau aktivitas. Jika
perlu siswa diminta untuk mencatat
pekerjaan mereka
N F Aktivit
o ase as
b
agaimana siswa mencapai tujuan pelajaran.
Pertanyaan akan memungkinkan siswa
untuk untuk memnggunakan berpikir
tingkat tinggi dan menghubungkan model
4 M Siswa memeriksa kembali apa yang telah
eringkas mereka lakukan atau pelajari
Siswa mendemonstrasikan belajar (seperti
memunculkan masalah kontekstual,
menyelesaikan masalah yang diajukan guru,
saling bertukar ide antar siswa, atau
membuat laporan tertulis apa yang telah
mereka pelajari).
Dari sintak di atas bahwa pengajaran PMR terpusat kepada siswa, bukan lagi
kepada guru. Guru diharapkan dapat memfasilitasi siswa dalam pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kontekstual. Dalam hal ini diberikan
peluang kepada siswa untuk berkreasi mengembangkan pemikirannya, mengkontruksi
konsep-konsep, membangun aturan-aturan dan belajar menemukan strategi pemecahan
masalah.
d. Langkah-langkah PMR
Langkah 3. Membandingkan
atau mendiskusikan jawaban
- Guru berkeliling kelompok yang - Siswa berdiskusi dengan teman
satu ke kelompok yang lain sekelompoknya, melakukan
melakukan interaksi dengan negosiasi atas jawaban masing-
siswa sambil mengamati dan masing
memberi dorongan untuk
menyelesaikan soal.
- Meminta satu kelompok siswa
untuk menyajikan model of dan
cara penyelesaian soal di depan
kelas - Siswa meyajikan model of dan cara
- Memberi kesempatan pada penyelesaian soal di depan kelas.
kelompok siswa yang lain untuk
menyajikan model of lain yang
A A
ktivitas Guru ktivitas Siswa
b M
erbeda. enaggapi hasil jawaban teman yang
- Memberi kesempatan pada ada di papan tulis dan
siswa untuk menanggapi dan mendiskusikan hasil kerja antar
memilih model of yang sesuai siswa
dan benar - Mendengarkan dan menanggapi
- Guru melakukan negosiasi, penjelasan guru
intervensi kooperatif, -
penjelasan, refleksi dan evaluasi
untuk membimbing siswa
hingga sampai memahami
konsep matematika formal
Langkah 4. Menyimpulkan
- Guru mengarahkan siswa - Siswa membuat rangkuman dan
membuat rangkuman dan kesimpulan, serta melakukan
kesimpulan, serta melakukan refleksi terhadap materi yang sudah
refleksi terhadap materi yang dipelajari, menilai kelemahan dan
sudah dipelajari, menilai kelebihan yang ada pada diri
kelemahan dan kelebihan yang mereka masing-masing, dan
ada pada diri mereka masing- mencari jalan keluar untuk
masing, dan mencari jalan mengurangi atau menghilangkan
keluar untuk mengurangi atau kelemahan dirinya ketika
menghilangkan kelemahan mempelajari matematika.
dirinya ketika mempelajari
matematika.
Setelah siswa memahami tentang materi Sistem Persamaan Linear Satu Variabel
(SPLDV) dengan bantuan soal-soal yang kontekstual dengan menggunakan lembar
aktivitas siswa dan alat peraga. Siswa diberikan kesempatan untuk memahami konsep
pengambilan keputusan dengan memberikan sebuah kesimpulan.
e. Teori Belajar yang Mendukung Pendekatan Matematika
Realistik
Permasalahan yang demikian lebih bermakna bagi siswa karena masih berada
dalam jangkauan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Oleh sebab itu,
untuk memecahkan masalah kontekstual seorang siswa harus dapat mengkaitkan
pengetahuan yang telah dimilikinya dengan permasalahan tersebut.
Hal ini sesuai dengan aspek berpikir secara operatif yang dikemukakan oleh
Piaget. Menurut Piaget seperti dikutip Suparno (1997: 117) aspek operatif berkaitan
dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level
keadaan dapat dimengerti sebagai akibat transformasi lain, aspek operatiflah yang
sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Berbeda dengan aspek
figuratif yang merupakan tiruan keadaan sesaat.
Dalam PMR, siswa dituntut untuk membuat model sendiri dalam menyelesaikan
masalah. Dengan menggunakan model situasi yang dikembangkan oleh siswa sendiri,
siswa lebih memahami konsep. Hal tersebut senada dengan pengetahuan matematika-
logis yang dikemukakan oleh Piaget.
Menurut Piaget seperti dikutip Suparno (1997:120) pengetahuan matematik-logis
adalah pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang pengalaman akan suatu
objek atau kejadian tertentu, pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdasarkan
koordinasi, relasi atau penggunaan objek. Pengetahuan matematik-logis dapat
berkembang hanya bila anak bertindak terhadap objek itu. Anak itu membentuk
pengetahuan matematik-logis karena pengetahuan itu tidak ada dalam objek itu sendiri
seperti pengetahuan fisis. Pengetahuan itu harus dibentuk dari perbuatan berpikir anak
terhadap objek itu. Di sini, objek hanya medium untuk membiarkan kontruksi itu
terjadi. Contohya pengetahuan tentang konsep bilangan, seperti pendapat Althouse
yang dikutip Suparno (1997) anak dapat bermain dengan himpunan 10 keping uang. Ia
mengatur uang itu berderet dan menghitungnya, hasilnya 10. Ia meletakkan keping-
keping itu di dalam gelas, menyusunnya secara vertikal, atau meletakkannya di dalam
bakul. Waktu menghitungnya, selalu didapatkan jumlah 10. Melalui berbagai kegiatan
itu, anak membentuk konsep akan bilangan 10 yang tetap, meskipun keping-keping itu
diletakkan di tempat yang berbeda-beda bentuknya. Konsep 10 itu sendiri tidak terdapat
dalam keping uang itu, tetapi diciptakan oleh anak.
Karakteristik yang ketiga pada PMR yaitu
kontribusi siswa, menurut Ausubel seperti dikutip Suparno (1997) pembelajaran secara
bermakna adalah pembelajaran yang lebih mengutamakan proses terbentuknya suatu
konsep daripada menghafalkan konsep yang sudah jadi. Konsep-konsep dalam
matematika tidak diajarkan melalui definisi, melainkan melalui contoh-contoh yang
relevan dengan melibatkan konsep tertentu yang sudah terbentuk dalam pikiran siswa.
Pembelajaran secara bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena
baru ke dalam struktur pengetahuan mereka, tidak hanya sekedar menghafal.
Materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) merupakan materi yang
diajarkan pada kelas VIII SMP/MTs dengan Standar kompetensi : Memahami sistem
persamaan linear dua variabel dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Materi
SPLDV memiliki tiga kompetensi dasar, yaitu : (1) Menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel, (2) Membuat matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel, dan (3) Menyelesaikan model matematika dari
masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel dan penafsirannya.
Pada materi ini siswa diharapkan mampu membuat model matematika dari
masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV, mampu menyelesaikan soal
kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pemodelan
matematik, metode eliminasi, substitusi dan metode gabungan pada SPLDV.
Siswa : Mengintegrasian antar topik atau materi dengan soal jika soal
berhubungan dengan topik-topik lain. Kemudian Siswa melakukan
kegiatan pada masalah 1 selanjutnya siswa merumuskan model of
dan cara penyelesaian dari masalah kontekstual.
Alternatif penyelesaian masalah 1 adalah sebagai berikut:
a. Diketahui : 2 kg tepung roti + 1 kg gula pasir = Rp 26.000
1 kg tepung roti + 2 kg gula pasir = Rp. 28.000
1 kue = ½ kg tepung roti + ¼ kg gula pasir
Ditanya : Modal membuat 50 roti=...?
b. Cara menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan memisalkan
:1 kg tepung roti = x dan 1 kg gula pasir = y,
Segingga model matematika yang dapat diperoleh dari apa yang
diketahui adalah: 2x + y = 26.000....(1)
x +2y = 28.000....(2)
1 kue = ½ x + ¼ y...(3)
Kemudian mencari nilai x dan y dengan cara eliminasi atau
substitusi dan selanjutnya nilai x dan y tersebut disubstitusikan
ke persamaan
Dengan demikian dapat diperoleh modal membuat 50 kue bolu.
c. Proses penyelesaian masalah:
2x + y = 26.000 x1 2x + y = 26.000
x +2y = 28.000 x2 2x + 4y = 56.000 -
-3y = 30.000
y = 10.000
substitusi y = 10.000 ke persamaan x +2y = 28.000....(2)
x + 2 (10.000) = 28.000
x + 20.000 = 28.000
x = 28.000 – 20.000
x = 8.000
Jadi, harga 1 kg tepung roti = Rp 8.000 dan harga 1kg gula pasir
= Rp. 10.000, dengan demikian modal membmembuat 50 kue
bolu adalah dengan dengan mensubstitusikan x dan y ke
persamaan 1 kue = ½ x + ¼ y...(3) 1 kue = ½ (8.000)
+ ¼ (10.000)
= 4.000 + 2.500
= 6.500
Jadi, modal membuat 1 kue bolu adalah Rp 6.500, sehingga
modal membuat 50 kue bolu = 50 x 6.500 = Rp. 325.000,-
d. Pendapat Arya dan Hani salah (dengan memeriksa penyelesaian
pada poin c)
Guru : Meminta salah seorang siswa untuk menyajikan model of dan cara
penyelesaian soal di depan kelas
Siswa : Satu orang siswa meyajikan model of dan cara penyelesaian soal di
depan kelas.
Guru : Memberi kesempatan pada beberapa orang siswa yang lain untuk
menyajikan model of lain yang berbeda.
Siswa : Satu orang siswa yang lain meyajikan model of yang berbeda
Guru : Memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi dan memilih
model of yang sesuai dan benar
Siswa : Menaggapi hasil jawaban teman yang ada di papan tulis
4. Menyimpulkan
Siswa : menuliskan kesimpulan tentang model of dan model for dari materi
Persamaan Linier dua variabel
Dari uraian di atas, nampak bahwa berpikir kreatif selalu dibutuhkan dalam
pemecahan masalah, karena dalam menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan-
kemampuan seperti kemampuan berpikir divergen, kemampuan memunculkan dan
menerapkan gagasan-gagasan baru, dan kemampuan untuk mengkombinasi gagasan.
Kemampuan–kemampuan ini merupakan bagian dari berpikir kreatif.
Hasil Belajar
PMR Matematika
Pemecahan Masalah
6. Pembelajaran Biasa
Tabel 2.3
Membangun pengetahuan/
keterampilan siswa melalui hal-hal Memberikan konsep
yang kongkrit kepada kepada yang yang baku, tanpa mengarahkan
abstrak dengan manipulasi simbolik siswa untuk membangun
Sebagai motivator, dalam proses pengetahuannya.
pembelajaran guru memberi arahan
agar siswa memahami apa yang akan
dipelajari.
Sebagai moderator, untuk Sebagai pusat
menuntun siswa kepada kesimpulan pembelajaran, artinya guru
yang sebenarnya, sesuai dengan mengajar bukan murid belajar.
standard kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD).
Mengukur kompetensi dasar dari Sebagai wasit.
setiap individu siswa melalui
AKTIVITAS siswa (tuntas individu) Ide atau gagasan guru tentang
atau pada saat proses pembelajaran. materi pembelajaran menjadi
keputusan yang mutlak
Memakai
Kompetensi dasar siswa dengan penilaian/evaluasi, dari informasi
indikator wajib dikuasai siswa yang disampaikan secara
melalui pengulangan (remedial) menyeluruh/kelas (tuntas kelas).
Penilaian diluar jam
pembelajaran.
Hanya mengejar target
pencapaian kurikulum bukan
kompetensi siswa yang dikejar.
P
P
embelajaran Pendektan Matematika
embelajaran biasa
Realistik (PMR)
S S
iswa iswa
Sebagai pusat Pemburu informasi,
pembelajaran dan aktif dalam pemakai alat peraga (media) dan
menemukan informasi mencatat rangkuman yang dibuat
oleh guru.
Tidak dapat
Dapat merekonstruksi merekonstruksi konsep
konsep-konsep matematika matematika dan mutlak dipakai
(matematika formal) dan menerapkan serta di telan bulat-bulat.
konsep matematika dalam kehidupan Sebagai subjek
sehari-hari. pembelajaran yang harus
Sebagai pusat menerima ide ataupun konsep
pembelajaran artinya siswa yang dari pembelajaran
menemukan ide-ide atau konsep- Passif mendapatkan
konsep pembelajaran informasi, selalu menunggu apa
Aktif mendapatkan yang dikemukakan oleh gurunya.
informasi tujuan pembelajaran
melalui pengalaman belajarnya
A
ktivitas
A Komunikasi hanya
ktivitas satu arah (guru menjelaskan dan
Komunikasi pembelajaran siswa sebagai pendegar)
terjadi dua arah (guru memotivasi Bahan materi soal
dan siswa menemukan tujuan yang dikerjakan siswa adalah
pembelajaran) soal-soal yang sudah terdapat di
Siswa asik mengerjakan buku paket atau pokok-pokok uji
masalah yang diajukan dan yang sudah permanen di buat
berhubungan dengan masalah sehari- oleh guru.
hari (kontekstual) yang tertuang Interaksi sesama siswa
dalam lembar aktivitas siswa. sulit terjadi, karena siswa
mengejar target demikian juga
guru.
Interaksi antara siswa
dengan siswa dan guru dengan siswa
terjalin dengan baik.
Penelitian dengan penerapan PMR telah diteliti oleh Saragih (2010). Dalam
penelitiannya pada siswa SMP Negeri 06 dan SMP Negeri 27 Kota Medan yang berasal
dari level sedang dan hasil utama penelitiannya secara keseluruhan siswa yang
pembelajarannya dengan PMR secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan
kemampuan berpikir logis, komunikasi matematik dan sikap positif terhadap
matematika dibandingkan siswa yang pembelajarannya dengan PE. Demikian
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasratuddin (2010) yang meneliti
tentang peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dan kecerdasan emosional siswa
melalui pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik (PMR).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika
realistik dengan pembelajaran biasa. Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yang
diberi perlakuan pembelajaran matematika realistik lebih besar dari pada siswa yang
diberi perlakuan dengan pembelajaran biasa. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika melalui pendekatan matematika realistik lebih baik
dari pembelajaran biasa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
Demikian pula dalam Disertasi Haji (2005). Dalam penelitiannya di kelas III
SDPN Setia budi UPI pemecahan masalah dan kemampuan pemahaman pecahan dan
operasi hitung yang diajar dengan pendekatan matematika realistik secara signifikan
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pendekatan biasa. Armanto (2002)
mengembangkan suatu prototipe tentang alur dan strategi pembelajaran lokal secara
PMR dalam topik perkalian dan pembagian bilangan di kelas IV SD di Indonesia (di
kota Medan dan Yogyakarta). Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif diperoleh
kesimpulan bahwa model pembelajaran dengan PMR dapat diterapkan di dalam kelas
dan dapat memperbaiki hasil belajar, sikap dan minat siswa.
B. Kerangka Konseptual
Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pendekatan matematika realistik dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, dengan pembelajaran biasa ditinjau dari
keseluruhan siswa dan tingkat kemampuan siswa.
Di samping itu, di dalam PMR diharapkan siswa tidak sekedar aktif sendiri,
tetapi ada aktivitas bersama diantara mereka (interaktivitas). Tentu saja aktivitas seperti
ini akan memberi peluang besar pada semua siswa termasuk siswa yang memiliki
kemampuan sedang atau rendah untuk dapat aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuannya. Dengan demikian siswa yang memiliki kemampuan rendah melalui
proses pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan berpikir
secara optimal, terutama kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah.
Sementara itu, untuk siswa yang berkemampuan tinggi melalui PMR juga akan
meningkat kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematiknya.
Namun, peningkatan itu diduga kurang signifikan. Hal ini didasarkan atas pemikiran
bahwa untuk siswa yang memiliki kemampuan tinggi, seringkali model pembelajaran
yang diterapkan bukan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik siswa. Oleh sebab itu, dapat
dikemukakan bahwa apabila dalam pembelajaran matematika menggunakan PMR maka
kemungkinan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan tertolong untuk
meningkatkan hasil belajarnya.
Dari uraian di atas, diduga terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat
kemampuan matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematik siswa, dimana siswa yang memiliki kemampuan awal
matematika sedang lebih baik kemampuan berpikir kreatif atau pemecahan masalahnya
dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi atau rendah
yang diajar dengan menggunakan pendekatan matematika realistik. Sebaliknya siswa
yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi lebih baik kemampuan berpikir
kreatif atau pemecahan masalahnya dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan
awal matematika sedang atau rendah yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
biasa.
Sedangkan proses penyelesaian masalah yang terjadi pada siswa yang mengikuti
pembelajaran biasa cenderung menyelesaikan soal mengikuti cara gurunya. Di sini
siswa akan seperti meniru cara atau proses yang telah dilakukan pada saat pembelajaran
yang diberikan guru. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah tergantung dari
guru itu sendiri, tidak terjadi proses penyelesaian masalah yang bervariasi dari siswa.
Dengan demikian dapat diduga bahwa proses penyelesaian masalah siswa dengan
pendekatan matematiak realistik lebih bervariasi dibandingkan proses penyelesaian
siswa dengan pembelajaran biasa.
C. Hipotesis Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada SMP Muhammadiyah
03 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas. Pemilihan siswa
SMP sebagai subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan tingkat perkembangan
kognitif siswa SMP yang masih pada tahap peralihan dari operasi kongkrit ke operasi
formal, sehingga pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik cocok untuk
diterapkan. Pengambilan kelas VIII dengan pertimbangan bahwa a). Siswa kelas VIII
merupakan siswa menengah pada satuan pendidikan SMP yang diperkirakan telah dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, b). Terdapat topik matematika yang
dianggap tepat yaitu materi pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel mengingat
dalam materi pokok ini, kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik
siswa dapat digunakan dengan menggunakan pendekatan matematika realistik dalam
penyelesaian masalah matematika serta memungkinkan terjadinya kaitan materi pokok
tersebut dengan topik matematika lainnya atau masalah sehari-hari, dan c). Siswa kelas
VIII telah menerima materi prasyarat untuk mengikuti materi pokok Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel yang akan diteliti. Adapun alasan pemilihan sekolah SMP
Muhammadiyah 03 Medan adalah karena pembelajaran matematika di SMP tersebut
selama ini masih menggunakan pembelajaran biasa yaitu pembelajaran yang biasa
dilakukan guru ketika melaksanakan proses belajar mengajar di mana pembelajaran
masih didominasi guru, siswa pasif dan selalu menunggu perintah guru, interasksi siswa
dengan siswa maupun guru jarang terjadi.
Sampel merupakan sebahagian dari populasi yang dipilih secara acak dan
dianggap representatif, artinya karakteristik populasi tercermin dalam sampel
yang diambil (Sudjana : 2005). Menurut Arikunto (2006) apabila subjeknya kurang
dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari: kemampuan
peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari
setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya risiko
yang ditanggung oleh peneliti. Melihat alasan-alasan tersebut, maka sampel dalam
penelitian ini akan diambil dengan teknik Random Sampling atau acak sebanyak dua
kelas dari enam kelas yang ada di SMP Muhammadiyah 03 Medan yaitu kelas VIII B
dan VIIIC.
C. Desain Penelitian
R O 1 X1 O2
R O1 O2
Dengan R : Pengelompokan secara random
O1 : Pretes
O2 : Postes
X1 : Pendekatan matematika relaistik (PMR)
K
Skor Kemampuan Awal Matematik (KAM)
kategori
T
KAM ≥ x́ + s
tinggi
S
x́ - s <KAM< x́ + s
sedang
R
KAM ≤ x́-s
rendah
Dari hasil yang diperoleh, banyaknya siswa yang berada pada kelompok tinggi,
sedang dan rendah di SMP Muhammadiyah 03 Medan kelas VIII A dan VIII B adalah
tersaji pada tabel berikut:
Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan
variabel kontrol. Variabel bebas tersebut adalah pendekatan pembelajaran, yaitu
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dan pembelajaran Biasa. Variabel terikat
tersebut adalah Kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah
matematik. Sedangkan variabel kontrol tersebut adalah Kemampuan Awal Matematik
(KAM). Keterkaitan antara variabel bebas, variabel terikat dan kontrol disajikan dalam
model Weiner pada Tabel 3.3 berikut:
Keterangan :
1. Tahap persiapan
Dalam penelitian eksprimen ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap yang
diawali dengan studi pendahuluan yang digunakan untuk merumuskan identifikasi
masalah, rumusan masalah studi literature yang pada akhirnya diperoleh perangkat
penelitian berupa bahan ajar, pendekatan pembelajaran serta instrumen penelitian.
Perangkat penelitian yang telah disusun tersebut terlebih dahulu dilakukan validasi oleh
pakar yang berkompeten.
2. Tahap Pelaksanaan
Temuan
Penulisan Laporan
(kesimpulan,saran)
1. Instrumen Penelitian.
4
O Tidak menajwab. 0
riginality (Keaslian) Cara yang digunakan bukan merupakan solusi
masalah 1
Cara yang dipakai belum merupakan cara
yang unik 2
Cara yang dipakai merupakan cara yang unik
tetapi hasil salah 3
Cara yang dipakai merupakan cara yang unik
dan hanya dipakai oleh sedikit siswa dan hasil
benar.
4
F Tidak menjawab. 0
lexibility Memberi jawaban yang tidak beragam dan
(Keluwesan) salah. 1
Memberi jawaban yang tidak beragam tetapi
benar.
Memberi jawaban yang beragam tetapi salah.
Memberi jawaban yang beragam dan benar. 2
3
4
c. Tes kemampuan Pemecahan Masalah
Tabel 3.5
3
M Tidak menuliskan rumus 0
erencanakan Menggunakan rumus tetapi salah atau tidak dapat dilanjutkan
penyelesaian Menggunakan rumus yang benar dan mengarah pada jawaban yang 1
benar pula
2
M Tidak menuliskan penyelesaian 0
enyelesaikan Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil salah dan tidak
masalah sesuai tuntas 1
rencana Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil salah tetapi tuntas
Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil benar tetapi tidak 2
tuntas
Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil benar dan tuntas 3
4
M Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan 0
elakukan Menuliskan pemeriksaan yang salah
Pengecekan Menuliskan pemeriksaan benar tetapi tidak lengkap 1
Menuliskan pemeriksaan secara benar dan lengkap
2
Uji validitas berkenaan dengan isi dan wajah dilakukan melalui pertimbangan
berbagai pihak diantaranya dosen pembimbing, pakar matematika dan guru matematika
SMP/MTs. Para ahli diminta terdiri dari 5 orang yang memberikan pertimbangan
mengenai kesesuaian antara butir soal dengan kemampuan yang akan diukur dan
kejelasan maksud soal. Validator tersebut sudah memiliki kompetensi yaitu: Denny
Haris, S.Si, M. Pd (Dosen S-1 Jurusan Pendidikan Matematika UNIMED), Sri Lestari
Manurung (Dosen S-1 Jurusan Pendidikan Matematika UNIMED), Khairuddin, M.Pd
(Dosen S-1 Jurusan Pendidikan Matematika UNIMED), Risna Mira Bella, M.Pd
(Alumni PPS jurusan pendidikan matematika UNIMED), Feri Tiona Pasaribu, M.Pd
(Alumni PPS jurusan pendidikan matematika UNIMED).
N T
N O
ilai rata-rata ingkat
o bjek yang dinilai
Validator Validasi
1 R 4 B
encana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ,0 aik
P
2 endekatan Matematika Realistik (PMR)
3 B
R ,9 aik
encana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3
P
embelajaran Biasa 4 B
L ,0 aik
embar Aktifitas Siswa (LAS)
Menurut Arikunto (2006) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu
mengukur apa yang hendak di ukur. Uji coba tes hasil belajar di lakukan kepada siswa
kelas VIII diluar kelas yang diteliti. Pelaksanaan ujicoba ini langsung dilakukan oleh
peneliti dengan bantuan guru bidang studi sebagai observasi. Pada penelitian ini
dilakukan pengukuran validitas tes, yaitu validitas isi, dilakukan untuk mengetahui
apakah butir-butir tes dapat mengukur materi atau isi pelajaran sesuai dengan pokok
bahasan yang tertera dalam kurikulum.
Berdasarkan hasil uji coba ini dapat dianalisis validitas, daya pembeda, tingkat
kesukaran dan reliabilitas soal dengan uraian berikut ini:
Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh
sebutir soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut.
Untuk mengetahui validitas soal digunakan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson dalam Arikunto (2006 :72) sebagai berikut
:
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{ N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2
N = Banyaknya sampel
X = Skor item
Y = Skor total
Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi yang didapat , diuji dengan uji
t:
atau
N −2
t =r xy
√ 1−rtxy=r
√ N−2
1−r
dengan t = daya beda uji t
N = jumlah subjek
rxy = koefisien korelasi
Hasil perhitungan validitas butir soal uji coba instrumen disajikan pada tabel 3.7
dan tabel 3.8, dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.2.
Tabel 3.7 Hasil Uji Validasi Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
N r xy t hitung t tabel I
o nterpretasi
2 S
1 0,46 2,45
,06 ignifikan/Valid
2 S
2 0,72 4,88
,06 ignifikan/Valid
2 S
3 0,71 4,77
,06 ignifikan/Valid
2 S
4 0,82 6,66
,06 ignifikan/Valid
Tabel 3.8 Hasil Uji Validasi Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa
N r xy t hitung t tabel I
o nterpretasi
2 S
1 0,68 4,31
,06 ignifikan/Valid
2 S
2 0,90 9,90
,06 ignifikan/Valid
2 S
3 0,89 9,08
,06 ignifikan/Valid
n Σσ 2i
r11 =
( n−1 )(1− σ 2
t
)
dimana :
Hasil perhitungan reliabilitas butir soal uji coba instrumen disajikan pada tabel
3.9 dan tabel 3.10, dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
Tabel 3.9 Hasil Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
N r
b2
o Soal 11
1
,91
1
1
2 ,15
0
3 0
,74
,69
4
1
,58
4
∑
,33
N r
b2
o Soal 11
0
,52
1
1
2
,58 0
,79
3
1
,11
3
∑
,21
c. Taraf Kesukaran
SA = Jumlah Skor
Kelompok Atas
SB = Jumlah Skor
Kelompok Bawah
N = Jumlah
Siswa Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
TK = 0,00
Terlalu Sukar (TS)
0,00 < TK ≤ 0,3 Sukar
(SK)
0,3 < TK ≤ 0,7
Sedang (SD)
0,7< TK ≤ 1
Mudah (MD)
TK = 1
Terlalu Mudah (TM)
Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba instrumen, akan
disajikan pada tabel 3.11 dan tabel 3.12, dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran D.2.
Tabel 3.11 Hasil Tingkat Kesukaran Kemampuan Berpikir Kreatif
N T I
o Soal K nterpretasi Tingkat Kesukaran
0 M
,85 udah
1
0 S
2 ,66 edang
3 0 S
,56 edang
4
0 S
,50 edang
Tabel 3.12 Hasil Tingkat Kesukaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik
Siswa
N T I
o Soal K nterpretasi Tingkat Kesukaran
0 M
,81 udah
1
0 S
2
,61 edang
3
0 S
,53 edang
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang kurang pandai dengan siswa yang pandai (Arikunto, 2006) yaitu :
S A SB
DP
IA
Kriteria tingkat daya pembeda menurut (Arikunto, 2006) adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan daya pembeda butir soal uji coba instrumen, akan disajikan
pada tabel 3.13 dan tabel 3.14, dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran D.2.
Tabel 3.13 Hasil Daya Beda Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
N D I
o Soal B nterpretasi Daya Beda
0 S
,50 angat Baik
1
0 S
2 ,94 angat baik
3 0 S
,50 angat Baik
4
1 S
,25 angat Baik
Tabel 3.14 Hasil Daya Beda Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
N D I
o Soal B nterpretasi Daya Beda
1 S
,00 angat Baik
1
1 S
2
,08 angat Baik
3
1 S
,25 angat Baik
F. Bahan Ajar
Pada tahap terakhir ini, siswa diminta untuk meyimpulkan apa yang telah
mereka pelajari dan berdasarkan beberapa kesimpulan siswa, guru menarik kesimpulan
apa yang telah dipelajari. Kegiatan selanjutnya jika waktu masih ada guru memberikan
soal dan merangkum apa yang telah dipelajari.
H. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh dari skor kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
pemecahan masalah matematika dikelompokkan menurut pendekatan matematika
realistik (PMR) dan pembelajaran biasa. Untuk selanjutnya pengolahan data diawali
dengan dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam
pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya dilakukan
uji t dan uji ANAVA untuk menguji hipotesis yang disesuaikan dengan permasalahan.
Selain dilakukan analisa kuantitatif, peneliti juga akan melakukan analisa kualitatif
terhadap jawaban setiap butir soal, dan data hasil observasi. Data ini bertujuan untuk
mengkaji sejauh mana kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa terhadap matematika. Data ini juga digunakan untuk
mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan ketentuan-ketantuan
pembelajaran.
a. Uji Normalitas
g0,3 rendah
e. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diuji adalah hipotesis nol (H 0) atau hipotesis statistik.
H0 berarti hipotesis yang menyatakan bahwa rerata skor siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol tidak berbeda. Hipotesis selain hipotesis nol (H 0) adalah hipotesis
alternatif (Ha), yaitu hipotesis yang akan diterima seandainya hipotesis nol ditolak.
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dapat ditulis sebagai berikut:
Hipotesis statistiknya:
H0 : μ BKA=μ BKB
Ha : μ BKA > μ BKB
Ket:
Hipotesis statistiknya:
H0 : μ PMA=μ PMB
Ha : μ PMA > μPMB
Ket:
Hipotesis statistiknya:
H 0 :μ BKAT =μ BKAS =μBKAR =0
H a :Salah satu μ j ≠0
Ket:
μ BKAT = rata-rata kemampuan berpikir kreatif dengan pendekatan matematika
realistik kelompok KAM tinggi
μ BKAS = rata-rata kemampuan berpikir kreatif dengan pendekatan matematika
realistik kelompok KAM sedang
μ BKAR = rata-rata kemampuan berpikir kreatif dengan pendekatan matematika
realistik kelompok KAM rendah
μj = rata-rata kemampuan berpikir kreatif dengan pendekatan matematika
realistik kelompok KAM (tinggi,sedang dan rendah)
4. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat
kemampuan awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa.
Hipotesis statistiknya:
H 0 :μ PMAT =μ PMAS=μ PMAR=0
H a :Salah satu μ j ≠0
Ket:
μ PMAT = rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan
matematika realistik kelompok KAM tinggi
μ PMAS = rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan
matematika realistik kelompok KAM sedang
μ PMAR = rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan
matematika realistik kelompok KAM rendah
μj = rata-rata kemampuan pemecahan masalah dengan pendekatan
matematika realistik kelompok KAM (tinggi,sedang dan rendah)
Tabel. 3.15
Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis
dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan
J
N Permasalahan H
enis uji
o penelitian ipotesis
statistik
1 Peningkatan
kemampuan berfikir kreatif antara siswa yang diajar dengan U
1
pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada siswa ji t
yang diajar melalui pendekatan biasa
2 Peningkatan
. kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa
U
yang diajar dengan pendekatan matematika realistik lebih 2
ji t
tinggi daripada siswa yang diajar melalui pendekatan biasa
3 Terdapat
A
interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan
3 nava dua
awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan
jalur
berpikir kreatif
4 Terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan A
awal (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan 4 nava dua
pemecahan masalah matematik. jalur
J
N Permasalahan H
enis uji
o penelitian ipotesis
statistik
5 Proses
penyelesaian siswa terhadap tes masalah kemampuan D
5
berpikir kreatif dan pemecahan masalah eskriptif
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian dikumpulkan dari hasil tes kemampuan berpikir
matematika dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa sebelum
pembelajaran (pretes) dan sesudah pembelajaran (postes). Hasil tes tersebut adalah
untuk menjawab rumusan masalah pada BAB I yang dibahas secara deskripsi
kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik siswa sebelum
pembelajaran (pretes) dan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah
matematik siswa setelah pembelajaran (postes), perbedaan peningkatan kemampuan
berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik siswa dan apakah ada interaksi
antara faktor pendekatan pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan awal matematik
(KAM) siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematik
siswa. Penjelasannya akan disajikan secara lengkap sebagai berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir kreatif Siswa Kedua Kelompok
Pembelajaran
Report
Kelas Pretest Postest N_Gain
Pembelajaran PMR N 34 34 34
Mean 4.82 12.15 .66671
Std. Deviation 2.022 2.105 .157517
Pembelajaran Biasa N 34 34 34
Mean 2.29 5.88 .26532
Std. Deviation 1.488 2.637 .157903
Total N 68 68 68
Mean 3.56 9.01 .46601
Std. Deviation 2.174 3.945 .255694
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
*
N_Gain Pembelajaran PMR .063 34 .200 .982 34 .832
Pembelajaran Biasa .086 34 .200* .971 34 .483
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari Tabel 4.3 diperoleh bahwa nilai signifikansi 0,787. Signifikansi tersebut
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 sehingga hipotesis H 0 yang menyatakan bahwa
tidak terdapat perbedaan variansi N-gain kemampuan berpikir kreatif siswa yang
memperoleh pendekatan matematika realistik dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa diterima, yang berarti data N-Gain kemampuan berpikir kreatif
homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas, homogenitas tersebut diperoleh bahwa kedua
kelompok yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan matematika
realistik (PMR) dan kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran biasa
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen (sama) maka untuk
mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata kedua kelompok data itu dihitung dengan
uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujian: kriteria pengujiannya
t t
adalah tolak H0 jika tabel hitung dan terima H0 untuk kondisi lainnya dengan taraf
signifikansi yang telah ditentukan. Hipotesis yang diuji pada penelitian ini adalah:
Ket:
μ BKA= rata-rata kemampuan berpikir kreatif melalui pendekatan matematika realistik
μ BKB= rata-rata kemampuan berpikir kreatif melalui pembelajaran biasa
Berikut ini disajikan hasil perhitungan uji beda dengan uji-t melalui uji t Equal
variances assumed dengan bantuan SPSS 17:
Kesimpulan yang dapat ditarik dari Tabel 4.4 di atas adalah bahwa nilai t hitung
pada N-Gain kemampuan berpikir kreatif sebesar 10,494 dan nilai signifikan sebesar
0,000. Nilai signifikan tersebut lebih kecil dari 0,05, sehingga disimpulkan H0 ditolak.
Dengan kata lain, peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang memperoleh
pendekatan matematika realistik (PMR) lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran biasa.
Tabel 4.5. Uji Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Dari Gambar 4.2. di atas, terlihat bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran
dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Dari rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan tingkat
kemampuan awal matematika siswa yang mendapat pemebelajaran dengan pendekatan
matematika realistik yaitu: kelompok tinggi 0,831, kelompok sedang 0,627 dan
kelompok rendah 0,563 lebih besar dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran biasa yaitu: kelompok tinggi 0,43, kelompok sedang 0,341 dan kelompok
rendah 0,291.
Selisih rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang mendapatkan
pendekatan matematika realistik dengan pembelajaran langsung secara berturut-turut
diperoleh siswa kelompok tinggi 0,401, kelompok sedang 0,286 dan kelompok rendah
0,272. Berdasarkan hal tersebut dapat diindentifikasi bahwa siswa yang berkemampuan
tinggi memperoleh manfaat yang paling besar dalam kemampuan berpikir kreatif pada
pendekatan matematika realistik. Hal ini menunjukkan bahwa selisih N-Gain pada
kelompok tingkat KAM tinggi lebih besar dari pada selisih N-Gain pada kelompok
tingkat KAM sedang dan rendah.
20.00
13.39
15.00
8.47 7.64
10.00
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pembelajaran Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
N_Gain Pembelajaran PMR .126 34 .192 .944 34 .079
*
Pembelajaran Biasa .073 34 .200 .985 34 .914
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tabel 4.7 di atas menunjukkan nilai signifikansi N-gain kemampuan pemecahan
masalah matematik siswa yang memperoleh pendekatan matematika realistik adalah
0,192 dan yang memperoleh pembelajaran biasa juga adalah 0,200. Kedua nilai
signifikansi tersebut > 0,05. Hal ini berarti data perbedaan peningkatan pemecahan
masalah matematik siswa kedua pembelajaran berdistribusi normal.
Selanjutnya akan diuji kesamaan varians perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria
pengujian jika Fhitung ≤ Ftabel maka varians kedua pembelajaran homogen, sebaliknya jika
Fhitung > Ftabel maka varians kedua pembelajaran tidak homogen. Hasil perhitungan
homogenitas ditampilkan pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa
Uji statistik ini menggunakan media software SPSS 17. Berikut ini disajikan
hasil perhitungan uji beda dengan uji-t melalui uji t Equal variances assumed dengan
bantuan SPSS 17:
Hasil pengujian hipotesis tersebut dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur
disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Uji Interaksi Antara Pembelajaran dan KAM Terhadap Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa
Dalam penelitian ini, diajukan pula rumusan masalah yang berkaitan dengan
proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir
kreatif dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Analisis penyelesaian
masalah siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut disajikan secara rinci berikut ini:
1. Analisis Proses Penyelesaian Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Pada bagian ini dipaparkan analisis hasil proses penyelesaian masalah siswa
dalam menyelesaikan tes kemampuan berpikir kreatif siswa. Analisis hasil proses
penyelesaian masalah siswa menyelesaikan tes dilihat dari empat aspek kemampuan
berpikir kreatif yang meliputi:
9. Kefasihan/ kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk mengemukakan ide
jawaban, pertanyaan, dan penyelesaian masalah
10. Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk menemukan atau
menghasilkan berbagai macam ide, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi
11. Penguraian (elaboration), kemampuan untuk mengembangkan suatu ide,
menambah atau merinci secara detil suatu obyek, ide, dan situasi
12. Hal yang baru (originality), adalah kemampuan untuk memberikan respon-
respon yang unik dan luar biasa.
Analisis hasil proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan tes
kemampuan berpikir kreatif siswa dilihat secara menyeluruh berdasarkan rumusan
setiap item. Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui letak kelemahan siswa dalam
memecahkan soal berpikir kreatif. Materi matematika yang diteskan pada pretes dan
postes sama yaitu materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Hasil analisis yang
dilakukan terhadap hasil proses penyelesaian siswa dalam menyelesaiakan tes
kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari pendekatan pembelajaran disajikan pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11. Rata-rata Setiap Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Ditinjau
dari Pembelajaran
Nomor PEMBELAJARAN
Aspek
soal Pembelajaran PMR Pembelajaran biasa
X Pr e X Post N-Gain X Pr e X Post N-Gain
Kelancaran 1 1.04 3.09 0.73 0.80 1.88 0.32
(fluency)
Keluwesan
2 0.83 2.69 0.60 0.77 2.09 0.41
(fleksibility)
Penguraian
(Elaboration 3 1.32 3.02 0.67 0.70 1.79 0.35
)
Hal-hal yang
baru 4 1.32 3.24 0.75 0.68 1.76 0.33
(Originality)
Tabel 4.11 dilihat dari peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kreatif siswa
menunjukkan bahwa setelah memperoleh pembelajaran PMR dan pembelajaran biasa
siswa mengalami peningkatan pada setiap aspek. Siswa yang memperoleh pembelajaran
PMR mendapatkan peningkatan berpikir kreatif yang lebih tinggi pada aspek
kelancaran, keluwesan, penguraian dan hal-hal yang baru dari pada pembelajaran biasa.
Khusus aspek keluwesan masih terkendala yang ditunjukkan dari hasil peningkatannya
terkecil untuk pembelajaran PMR dan pembelajaran biasa, hal ini disebabkan banyak
siswa hanya menulis metode yang digunakan, dan tidak mengarah pada penyelesaian
perhitungan sehingga banyak siswa yang memperoleh skor 1. Pembelajaran PMR
peningkatan terkecil adalah pada aspek keluwesan yakni 2,69, sedangkan pembelajaran
biasa peningkatan terkecil pada aspek kelancaran yaitu 0,32 tetapi tidak terlalu berbeda
secara signifikan dengan peningkatan aspek keluwesan, penguraian, dan hal-hal yang
baru. Artinya secara umum siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil
perhitungan. Selain itu pembelajaran PMR memperoleh peningkatan terbesar pada
aspek hal-hal yang baru sebesar 0,75 dibanding dengan ketiga aspek yang lain. Siswa
yang memperoleh pembelajaran biasa mendapatkan peningkatan terbesar pada aspek
penguraian sebesar 0,35 dibanding dengan kedua aspek yang lain.
Berdasarkan hasil proses penyelesaian masalah siswa dalam menyelesaikan
setiap soal kemampuan berpikir kreatif yang diberikan tampak bahwa tidak semua siswa
dapat mengatur proses berpikirnya untuk menyelesaikan masalah, selain itu dapat juga
dilihat bagaimana siswa belum memahami soal berpikir kreatif untuk masalah sistem
persamaan linear dua variabel. Gambar 4.5 di bawah ini menunjukkan rata-rata postes
aspek-aspek kemampuan berpikir kreatif baik siswa yang diajarkan pembelajaran PMR
maupun pembelajaran biasa.
3.24
3.50 3.09 3.02 Kelancaran
3.00 2.69 (fluency)
2.50 2.09 Keluwesan
1.88 1.79
1.76 (fleksibility)
2.00 Penguraian
1.50 (Elaboration)
1.00 Hal-hal yang baru
(Originality)
0.50
0.00
Pembelajaran PMR Pembelajaran Biasa
Kelas K
Eksperime Kelas
n Kontrol
Respond P
en ET9 Proses
mengerja penyeles
kan aian
masalah masalah
tersebut yang
sudah dilakuka
memenu n siswa
hi aspek KT5
kelancara berbeda
n, yaitu dengan
sudah ET9.
menggun KT5
akan hanya
semua menggun
metode penyelesaian SPLDV yang akan 1 metode penyelesaian saja yaitu
diminta pada soal (metode substitusi, dengan cara berurutan dan tidak
berurutan dan grafik). melanjutkan penyelesaian.
Dari hasil proses penyelesaian kemampuan berpikir kreatif untuk butir soal satu
dapat disimpulkan bahwa hasil proses penyelesaian masalah untuk kelas yang diajarkan
dengan pembelajaran PMR untuk aspek kelancaran siswa di kelas eksperimen rata-rata
sudah menjawab dengan benar. Mereka sudah dapat dikatakan mampu masalah tersebut
dengan menggunakan metode penyelesaiaan yang diminta pada soal. Namun di kelas
kontrol masih ada beberapa siswa yang belum menjawab dengan benar dan ada juga
sebagian siswa yang salah dalam perhitungan serta sebagian siswa ada yang tidak
melanjutkan pekerjaannya. Dari hasil proses penyelesaian di atas bahwa baik untuk
kelas pembelajaran PMR sudah mampu memenuhi semua aspek kelancaran, sedangkan
pembelajaran biasa siswa masih kurang mampu mengerjakan dengan berbagai metode
yang diminta.
b. Butir Soal Nomor 2
Butir soal nomor 2 dengan aspek keluwesan (fleksibility) diharapkan siswa
mampu menemukan jawaban/ penyelesaian soal lebih dari satu cara (jawaban
bervariasi) berkaitan dengan SPLDV Siswa dapat menemukan jawaban/ penyelesaian
soal lebih dari satu cara (jawaban bervariasi) berkaitan dengan SPLDV. Siswa yang
mendapat skor maximal 4 untuk soal nomor 1 kelas eksperimen ada 10 orang
(29,41%), sedangkan kelas kontrol ada 4 orang (12,76%). Siswa yang mendapat skor 3
kelas eksperimen ada 9 orang (26,47%), sedangkan kelas kontrol ada 3 orang (9,82%).
Siswa yang mendapat skor 2 kelas eksperimen ada 14 orang (41,18%), sedangkan kelas
kontrol ada 17 orang (50,00%). Siswa yang mendapat skor 1 kelas eksperimen ada 0
orang (0,00%), sedangkan kelas ekontrol ada 8 orang (24,53 %). Siswa yang mendapat
skor 0 kelas eksperimen ada 1 orang (3,94%) sedangkan kelas kontrol ada 2 orang
(6,88%).
Ragam proses penyelesaian butir soal 2 disajikan pada Gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7. Contoh Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol nomor 2
K
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Responden ES8 mengerjakan masalah tersebut P
dengan menggunakan metode yang bervariasi atau Proses penyelesaian masalah yang
beragam yaitu dengan metode gabungan elliminasi dn dilakukan siswa KS4 berbeda dengan
substitusi dan metode gambar ES9. KS4 hanya menggunakan metode
gabungan dan tidak jelas.
Gambar 4.8. Contoh Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol nomor 3
K
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
K
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Penyelesaian yang dilakukan ET10 P
adalah penyelesaian yang tidak Proses penyelesaian masalah yang
biasanya dikerjakan siswa lainnya. dilakukan siswa KT4 berbeda dengan
Siswa ET10 menggunakan metode ET10. KT4 mengerjakan dengan metode
logika da coba-coba. substitusi bukan metode yang berbeda
dengan mayoritas siswa lainnya.
Aspek keaslian (hal-hal yang baru) siswa di kelas eksperimen sudah menjawab
dengan benar dan merupakan jawaban yang unik atau jawaban yang kebanyakan siswa
tidak bisa membuat seperti proses jawabannya tersebut. Jawaban siswa. Siswa pada
kelas kontrol menjawab dengan benartetapi banyak yang menjawab tidak lengkap, ada
juga siswa yang tidak menuliskan jawabannya dan ada juga sebagian siswa yang salah
dalam perhitungan.
Berdasarkan kriteria pada BAB III, proses penyelesaian jawaban suatu kelas
pembelajaran dikatakan baik dari kelas yang lain apabila siswa mampu menjawab tiga
aspek tertinggi dari empat aspek kemampuan berpikir kreatif. Dilihat dari aspek: (1)
Kefasihan/ kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk mengemukakan ide jawaban,
pertanyaan, dan penyelesaian masalah; (2) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan
untuk menemukan atau menghasilkan berbagai macam ide, jawaban atau pertanyaan
yang bervariasi; (3) Penguraian (elaboration), kemampuan untuk mengembangkan
suatu ide, menambah atau merinci secara detil suatu obyek, ide, dan situasi; (4) Hal
yang baru (originality), adalah kemampuan untuk memberikan respon-respon yang unik
dan luar biasa.
Berikut ini disajikan kesimpulan proses jawaban tes kemampuan berpikir kreatif
siswa berdasarkan kriteria di atas:
PEMBELAJARAN
Nomor
Aspek Pembelajaran PMR Pembelajaran Biasa
soal
X Pr e X Post N-Gain X Pr e X Post N-Gain
Memahami 1a, 2a,
3.18 6.58 0.35 2.33 4.78 0.25
Masalah 3a
Merencanakan 1b, 2b,
2.02 3.93 0.17 1.31 2.97 0.14
Penyelesaian 3b
Menyelesaikan 1c, 2c,
0.81 6.99 0.57 1.85 2.79 0.07
Masalah 3c
Memeriksa
1d, 2d,
kembali hasil 2.48 5.96 0.34 2.15 2.85 0.04
3d
perhitungan
K K
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
K P
Karakteristik yang siswa ET3 mampu Proses penyelesaian masalah yang
menjawab masalah yang diberikan mulai dilakukan siswa KT1 hanya mampu sampai
dari memahami masalah, merencanakan pada aspek menyelesaikan masalah, namun
belum bisa sampai pada tahapan memeriksa
penyelesaian, kemudian menyelesaikan
kembali hasil penyelesaiannya.
masalah hingga memeriksa kembali
jawaban dengan benar. Namun, pada aspek
memeriksa kembali jawaban, siswa
tersebut tidak membuat alasan.
Ragam proses penyelesaian butir soal 2 disajikan pada Gambar 4.12 berikut :
2. Radit dan Ihsan adalah dua kakak beradik. Saat ini umur Radit 2 tahun lebih tua
daripada umur Ihsan. Hari ini Ihsan genap berusia 5 tahun.
Informasi apa yang dapat kamu pahami dari permasalahan
di atas?
a. Bagaimana cara menghitung umur mereka?
b. Berapakah umur Radit sekarang?
c. Menurut Azmi umur Radit adalah 7 tahun
sedangkan menurut Muthia umur Radit
adalah 10 tahun. Siapakah yang benar?
Berikan alasanmu!
K K
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
K P
Karakteristik yang siswa ES2 mampu Proses penyelesaian masalah yang dilakukan
menjawab masalah yang diberikan mulai dari siswa KS3 tidak mampu menyelesaikan
memahami masalah, merencanakan masalah dengan benar.
penyelesaian, kemudian menyelesaikan
masalah hingga memeriksa kembali jawaban
dengan benar.
Dari hasil proses penyelesaian di atas bahwa kelas pembelajaran PMR sudah
mampu memenuhi semua aspek kemampuan pemecahan masalah sedangkan
pembelajaran biasa siswa masih kurang mampu dalam terkendala dalam memahami,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan perhitungan dan memeriksa kembali hasil
perhitungan.
c. Butir Soal Nomor 3
Butir soal nomor 3 dengan aspek memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil perhitungan
diharapkan siswa mampu (1) Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan
cukup, kurang/berlebihan untuk mengetahui panjang sisi dan lebar sisi bidang alas
kotak, (2) Menuliskan teori/ metode yang digunakan untuk mengetahui panjang sisi dan
lebar sisi bidang alas kotak, (3) Melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
persamaan kuadrat untuk menyelesaikan masalah, (4) Melakukan pemeriksaan yang
tepat.
Siswa yang mendapat skor maximal 3 untuk soal nomor 3a (memahami
masalah) kelas eksperimen ada 21 orang (61,76%), sedangkan kelas kontrol ada 3
orang (8,82%). Siswa yang mendapat skor 2 kelas eksperimen ada 10 orang (29,41%),
sedangkan kelas kontrol ada 16 orang (52,94%). Siswa yang mendapat skor 1 kelas
eksperimen ada 3 orang (8,82%), sedangkan kelas kontrol ada 12 orang (35,29%).
Siswa yang mendapat skor 0 kelas eksperimen ada 0 orang (0,00%), sedangkan kelas
ekontrol ada 3 orang (8,82 %).
Siswa yang mendapat skor maximal 2 untuk soal nomor 3b (merencanakan
penyelesaian) kelas eksperimen ada 16 orang (47,06%), sedangkan kelas kontrol ada 5
orang (14,71%). Siswa yang mendapat skor 1 kelas eksperimen ada 15 orang (44,12%),
sedangkan kelas kontrol ada 19 orang (55,88%). Siswa yang mendapat skor 0 kelas
eksperimen ada 3 orang (8,82%), sedangkan kelas kontrol ada 8 orang (23,53%).
Siswa yang mendapat skor maximal 4 untuk soal nomor 3c (melakukan
perhitungan) kelas eksperimen ada 10 orang (29,41%), sedangkan kelas kontrol ada 0
orang (0,00%). Siswa yang mendapat skor 3 kelas eksperimen ada 5 orang 14,71%),
sedangkan kelas kontrol ada 3 orang (8,82%). Siswa yang mendapat skor 2 kelas
eksperimen ada 11 orang (32,35%), sedangkan kelas kontrol ada 4 orang (11,76%).
Siswa yang mendapat skor 1 kelas eksperimen ada 8 orang (23,53%) dan kelas ekontrol
juga ada 15 orang (44,12 %). Siswa yang mendapat skor 0 kelas eksperimen ada 0 orang
(0,00%), sedangkan kelas kontrol ada 12 orang (35,29%).
Siswa yang mendapat skor maximal 3 untuk soal nomor 3d (memeriksa kembali)
kelas eksperimen ada 15 orang (44,12%), sedangkan kelas kontrol ada 0 orang
(0,00%). Siswa yang mendapat skor 1 kelas eksperimen ada 13 orang (38,24%),
sedangkan kelas kontrol ada 9 orang (26,47%). Siswa yang mendapat skor 1 kelas
eksperimen ada 5 orang (14,71%), sedangkan kelas kontrol ada 16 orang (47,06 %).
Siswa yang mendapat skor 0 kelas eksperimen ada 1 orang (2,94%), sedangkan kelas
ekontrol ada 9 orang (26,47 %).
Ragam proses penyelesaian butir soal 3 disajikan pada Gambar 4.13 berikut :
3. Pak Ikhwan memiliki sebidang tanah berukuran panjang 8 meter lebih panjang dari
pada lebarnya. Keliling sebidang tanah pak Ikhwan tersebut adalah 44 m2.
a. Informasi apa yang dapat kamu pahami dari
permasalahan diatas?
b. Bagaimana cara menghitung panjang dan lebar
tanah Pak Ikhwan tersebut?
c. Berapakah luas tanah Pak Ridwan?
d. Menurut Evi luas tanah Pak Ridwan adalah 115
m2 sedangkan menurut Rika luas tanah Pak
Ridwan adalah 107 m2. Menurut kamu,
pendapat siapakah yang benar? Jelaskan
alasanmu!
K K
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
K P
Karakteristik yang siswa KR3 mampu Proses penyelesaian masalah yang dilakukan
menjawab masalah yang diberikan mulai dari siswa KR2 hampir benar. Namun, belum
memahami masalah, merencanakan mencakup semua aspek pemecahan masalah.
penyelesaian, kemudian menyelesaikan
masalah hingga memeriksa kembali jawaban .
dengan benar. Namun, tidak membuat alasan
pada aspek memeriksa kembali.
Dari hasil proses penyelesaian masalah di atas bahwa baik untuk kelas
pembelajaran PMR sudah mampu memenuhi semua aspek kemampuan pemecahan
masalah walaupun aspek memeriksa kembali hasil perhitungan tidak memberikan
alasan sedangkan untuk pembelajaran biasa siswa masih kurang mampu dalam
merencanakan penyelesaian dan memeriksa kembali hasil perhitungan dalam memberi
alasan.
Berdasarkan kriteria pada BAB III, proses penyelesaian jawaban suatu kelas
pembelajaran dikatakan baik dari kelas yang lain apabila siswa mampu menjawab tiga
aspek tertinggi dari empat aspek kemampuan pemecahan masalah dilihat dari aspek
memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian
masalah, memeriksa kembali.
Pendekatan Biasa
Nomor Nomor 1 Item 2 Item 3
Aspek Skor
Soal
Banya Banyak Banyak
Persentasi Persentasi Persentasi
k Siswa Siswa Siswa
1 Memahami Menuliskan apa yang
Masalah diketahui dan apa yang
3 1 2.94% 2 5.88% 3 8.82%
ditanyakan dengan benar
dan lengkap
Menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang 2 22 64.71% 18 52.94% 16 47.06%
ditanyakan tetapi salah
Salah menuliskan yang
diketahui dan yang 1 10 29.41% 12 35.29% 12 35.29%
ditanyakan
Tidak menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang 0 1 2.94% 2 5.88% 3 8.82%
ditanyakan
2 Merencanakan Menggunakan rumus yang
Penyelesaian benar dan mengarah pada 2 9 26.47% 7 20.59% 5 14.71%
jawaban yang benar pula
Menggunakan rumus tetapi
salah atau tidak dapat 1 13 38.24% 19 55.88% 19 55.88%
dilanjutkan
Tidak menuliskan rumus 0 12 35.29% 8 23.53% 8 23.53%
3 Menyelesaikan Menuliskan aturan
Masalah penyelesaian dengan hasil 4 1 2.94% 0 0.00% 0 0.00%
benar dan tuntas
Menuliskan aturan
penyelesaian dengan hasil 3 2 5.88% 0 0.00% 3 8.82%
benar tetapi tidak tuntas
Menuliskan aturan
penyelesaian dengan hasil 2 9 26.47% 7 20.59% 4 11.76%
salah tetapi tuntas
Menuliskan aturan
penyelesaian dengan hasil 1 7 20.59% 16 47.06% 15 44.12%
salah dan tidak tuntas
Tidak menuliskan
0 15 44.12% 11 32.35% 12 35.29%
penyelesaian
4 Melakukan Menuliskan pemeriksaan
Pengecekan 3 1 2.94% 1 2.94% 0 0.00%
secara benar dan lengkap
Menuliskan pemeriksaan
2 9 26.47% 4 11.76% 9 26.47%
benar tetapi tidak lengkap
Menuliskan pemeriksaan
1 11 32.35% 14 41.18% 16 47.06%
yang salah
Tidak ada pemeriksaan
0 13 38.24% 15 44.12% 9 26.47%
atau tidak ada keterangan
Dari Tabel 4.14 di atas terlihat bahwa proses jawaban siswa kelas eksperimen
pada semua aspek kemampuan pemecahan masalah lebih baik daripada kelas kontrol
karena banyak siswa yang memiliki skor maksimal pada semua aspek butir soal 1
sampai 3 pada kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan kelas kontrol.
Dari keempat aspek (indikator) kemampuan pemecahan masalah diperoleh
bahwa skor maksimal terbanyak untuk soal 1 adalah aspek merencanakan masalah yaitu
sebanyak 18 orang, skor maksimal terbanyak untuk soal nomor 2 adalah aspek
memahami masalah yaitu sebanyak 14 orang dan skor maksimal terbanyak untuk soal
nomor 3 adalah aspek memahami masalah yaitu sebanyak 21 orang. Dari uraian tersebut
maka aspek yang paling baik adalah aspek memahami masalah.
Berdasarkan analisis data dan hasil pengujian hipotesis penelitian yang berkaitan
dengan kemampuan berpikir kreatif siswa, diperoleh kesimpulan bahwa secara umum,
terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara
kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan PMR (kelompok eksperimen)
dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran
biasa (kelompok kontrol), yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara
kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan PMR (kelompok eksperimen)
lebih tinggi daripada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan
pembelajaran biasa (kelompok kontrol) . Dengan memperhatikan nilai rata-rata N-Gain
kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata N-Gain kemampuan berpikir
kreatif kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan PMR lebih tinggi dari
pada nilai rata-rata kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
biasa. Kontribusi yang diberikan PMR tersebut, menunjukkan pembelajaran
menggunakan PMR lebih unggul di banding dengan pembelajaran meggunakan
pembelajaran biasa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Karena
pembelajaran yang menggunakan PMR memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa dalam membangun pengetahuan yang disertai dengan memanipulasi benda-benda
nyata dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa memahami konsep-
konsep yang diberikan sebagai pengetahuan baru bagi mereka. Dengan cara ini
kemampuan mencetuskan dan mengemukakan ide, pernyataan, dan jawaban
(penyelesaian masalah) akan berkembang, karena di sini kemandirian siswa dilatih.
Melalui aktivitas berpikir intertwinment, pengaitan pengetahuan baru dengan
pengetahuan lain atau dengan permasalahan kontekstual dapat memberi peluang
berkembangnya penguraian, yaitu kemampuan mengembangkan suatu ide, menambah
atau merinci secara detil suatu obyek, ide, dan situasi, selain itu juga lebih memperkuat
bertahannya pengetahuan matematika dalam memori siswa. Melalui diskusi,
pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban siswa lain, menyatakan setuju
atau tidak tidak setuju terhadap jawaban siswa lain, dan mencari alternatif penyelesaian
yang lain. Di sini keluwesan atau kemampuan menghasilkan berbagai macam ide,
pertanyaan, dan jawaban yang bervariasi dapat berkembang. Pembelajaran
menggunakan PMR memberikan kontribusi yang tidak merata kepada semua siswa,
tetapi tergantung dari usaha yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pembelajaran
menggunakan PMR memandang siswa sebagai human being yang memiliki seperangkat
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya.
Siswa juga mempunyai potensi untuk mengembangkan pengetahuan tersebut bagi
dirinya. Di dalam pembelajaran matematik diakui bahwa siswa dapat
mengembangkan/membentuk pengtahuan dan pemahaman matematika apabila diberi
ruang atau kesempatan untuk itu. Pengembangan atau pembentukan pengetahuan itu
merupakan proses perubahan yang meliputi penambahan, kreasi, modifikasi,
penghalusan, penyusunan kembali, dan penolakan.disinilah hal yang baru (originality)
yaitu kemampuan untuk memberikan respon-respon yang unik dan luar biasa dari diri
siswa dapat tumbuh dan berkembang.
Hasil pekerjaan siswa soal nomor 2 yang berkaitan dengan indikator flexibility
(keluwesan). Siswa kelompok kontrol mengalami kesulitan dalam membuat ide
penyelesaian soal yang berkaitan dengan menyelesaikan masalah dengan metode yang
berbeda. Kelompok eksperimen walaupun mereka lebih unggul, tetapi masih ada yang
melakukan kesalahan dalam menjawab soal nomor 2 ini.
Hasil pekerjaan siswa soal nomor 3 yang berkaitan dengan indikator elaboration
(penguraian). Siswa kelompok kontrol mengalami kesulitan menggambarkan situasi
soal atau menggunakan model informal untuk menemukan jawaban yang formal, dan
menyajikan data dalam bentuk tabel, sedangkan kelompok eksperimen umumnya tidak
mengalami kesulitan untuk menggambarkan situasi soal atau menggunakan model
informal untuk menemukan jawaban yang formal, dan menyajikan data dalam bentuk
tabel. Namun diakui masih ada beberapa siswa kelompok eksperimen yang melakukan
kesalahan dalam menjawab soal nomor 3 ini.
Hasil pekerjaan soal nomor 4, berkaitan dengan indikator originality (Hal –hal
yang baru). Siswa kelompok kontrol umumnya menyelesaikan masalah dengan tidak
lengkap dan bukan merupakan jawaban yang unik. Walaupun hasil evaluasi
menunjukan bahwa siswa kelompok eksperimen lebih unggul daripada siswa kelompok
kontrol, tetapi masih ada siswa kelompok eksperimen yang melakukan kekeliruan
dalam menjawab soal nomor 4 ini.
2. Pembahasan Hasil Analisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematik Siswa
Gambar
4.20. Penyelesaian Masalah pada LAS-3 Soal-1
D. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu 2 minggu. Dengan waktu penelitian
yang relatif sangat terbatas ini, tentunya akan berdampak pada hasil yang dicapai
belum maksimal.
2. Waktu atau jam pelajaran yang dialokasikan setiap pertemuan dalam RPP (2 x
40 menit) tidak cukup dalam melakukan pembelajaran dengan pendekatan
matematika realistik (PMR), namun peneliti tidak dapat menambah waktu pada
saat penelitian. Apalagi setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Begitu pula waktu yang dibutuhkan oleh guru untuk membimbing para siswa
dengan berbagai latar belakang kemampuan yang berbeda membutuhkan waktu
yang cukup lama, baik secara individual maupun secara kelompok.
3. Oleh karena keterbatasan waktu penelitian sehingga yang mengajar pada saat
penelitian pada kelas eksperimen dilakukan adalah peneliti.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab IV dan temuan selama
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik (PMR),
diperoleh beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan
tersebut adalah:
1. Peningkatan kemampuan berfikir kreatif antara siswa yang diajar dengan
pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang diajar melalui
pendekatan biasa.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang
diajar dengan pendekatan matematika realistik lebih tinggi daripada siswa yang
diajar melalui pendekatan biasa.
3. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal
matematika (KAM) siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif.
4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal (KAM)
siswa terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik.
5. Proses penyelesaian siswa dalam menyelesaikan masalah kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah matematik pada pembelajaran matematika
realistik adalah lebih baik dibanding dengan pembelajaran biasa. Pada
kemampuan berpikir kreatif, aspek yang paling baik adalah aspek kelancaran
(fluency) dan pada pemecahan masalah aspek yang paling baik adalah aspek
memahami masalah
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, adapun implikasinya adalah
terhadap pemilihan pendekatan pembelajaran oleh guru matematika. Guru matematika
di sekolah menengah pertama harus mempunyai cukup pengetahuan teoritis maupun
keterampilan dalam memilih pendekatan pembelajaran, mampu mengubah siswa
menjadi lebih aktif, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksi
pengetahuannya sendiri.
Implikasi lainnya yang perlu mendapat perhatian guru adalah dengan pendekatan
matematika realistik (PMR) siswa menjadi aktif mengemukakan pendapatnya. Diskusi
dalam kelompok yang terjadi menjadikan siswa yang berkemampuan tinggi membantu
siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diskusi antar kelompok menjadikan siswa
lebih kritis dalam menanggapi hasil pekerjaan dari kelompok lain serta dalam diskusi
terjadi refleksi atas penyelesaian yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok.
Dalam menyelesaikan masalah pada kelas yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan matematika realistik (PMR) lebih baik dibandingkan kelas yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran biasa. Siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) lebih terampil dalam
menyelesaikan masalah dibandingkan siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran biasa.
C. Saran
Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian, maka disampaikan beberapa
saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil
penelitian ini. Saran tersebut sebagai berikut:
1. Kepada Guru
a. Pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) pada
pembelajaran matematika yang menekankan kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematik siswa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
untuk menerapkan pembelajaran matematika yang innovatif khususnya dalam
mengajarkan materi sistem persamaan linier dua variabel.
b. Pada pembelajaran biasa hendaknya guru dapat memberikan motivasi lebih
kepada siswa untuk dapat mengajak siswa dalam penekanan ”process of doing
mathematics” dengan memberikan lembar aktivitas yang dikerjakan oleh siswa
sendiri. Sedangkan pada siswa yang menggunakan pembelajaran biasa diharapkan
dengan adanya pemberian LAS yang diberikan guru lebih termotivasi dan
memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan LAS. Guru juga dapat
memberikan reward kepada siswa baik berupa pujian, tambahan nilai, atau hadiah
kecil di akhir pembelajaran.
c. Waktu pada saat mengerjakan LAS cukup membutuhkan banyak waktu, sehingga
untuk memperbaiki hal ini diharapkan guru dapat membagi kelompok-kelompok
belajar ke dalam 3 atau 5 orang dalam satu kelompok. Sehingga dengan
dilakukannya diskusi kelompok siswa lebih mudah menyelesaikan masalah
tersebut.
d. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-
gagasan matematika dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga
dalam belajar matematika siswa menjadi berani beragumentasi, lebih
percaya dan kreatif.
e. Agar pendekatan matematika realistik (PMR) lebih efektif diterapkan pada
pembelajaran matematika, sebaiknya guru harus membuat perencanaan mengajar
yang baik dengan daya dukung sistem pembelajaran yang baik (Buku Guru, Buku
Siswa, LKS, RPP, media yang digunakan).
f. Diharapkan guru perlu menambah wawasan tentang teori-teori pembelajaran dan
model pembelajaran yang innovatif agar dapat melaksanakannya dalam
pembelajaran matematika sehingga pembelajaran biasa secara sadar dapat
ditinggalkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa.
2. Kepada Lembaga Terkait
a. Pendekatan matematika realistik (PMR) dengan menekankan kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah matematik siswa masih sangat asing bagi guru
maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah atau lembaga
terkait dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa,
khususnya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah
matematik siswa.
b. Pendekatan matematika realistik (PMR) dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan
masalah matematik siswa pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua
variabel sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan
sebagai strategi pembelajaran yang efektif untuk pokok bahasan matematika yang
lain.
3. Kepada peneliti Lanjutan
a. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan matematika realistik
(PMR) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah
matematik siswa secara maksimal untuk memperoleh hasil penelitian yang
maksimal.
b. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan pendekatan matematika realistik
(PMR) dalam meningkatkan kemampuan/aspek matematika lain dengan
menerapkan lebih dalam agar implikasi hasil penelitian tersebut dapat diterapkan
di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Hake, R. R. (1999). Analysing Change / Gain Scores Woodland Hills Dept. Of Physics.
Indiana University. [http://physic.indiana.edu/sdi/analysing.Change-Gain pdf.
[20 maret 2012].
Johnson, Elaine B. (2007). Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s
here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press,Inc.
Krulik, S., dan Rays, R. E. (1996). Problem Solving in School Mathmatics. Virginia.
NCTM
Launch Pad. (2001). Thinking Skill Westminster Institute of Education. Oxford Brokes
University.
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Matematics. Jakarta: Rineka Cipta
Ruseffendi & Sanusi, Ahmad. (1998). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. IKIP Semarang Press.
Semiawan. (2006). Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah: Jakarta
Silver, E.A. (1997). The Nature adn Use of Open Problems in Mathmatics Education:
Mathmatical and Pedagogical Perspectives. Dalam International Reviews on
Mathamtical Education 27(2), 67 – 72.
Suyanto, S., Suratsih, dan Paidi (2003). Meningkatkan Kemampuan Siswa SD untuk
Memecahkan Masalah IPA Melalui Metode Problem Solving. Jurnal
Matematika Integratif 2 (Edisi Khusus).
Treffinger, D.J. (2010). A Preliminary Model of Creative Learning. Dalam Gifted Child
Quarterly 24f 127-138.
Wardhani, S., (2010), Contoh Silabus dan RPP Matematika Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Bahan Ajar Diklat di PPPG matematika, Yogyakarta: PPPG
Maatematika
LAMPIRAN A
1.1. KISI-KISI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIK
1.2. TES KEMAMPUAN AWAL
1.3. KISI-KISI SOAL KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
2.1. PEDOMAN PENYEKORAN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
2.2. TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
2.3. KUNCI JAWABAN PRETES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
3.1. KISI-KISI SOAL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK
3.2. PEDOMAN PENYEKORAN TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK
3.3. TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA
3.4. KUNCI JAWABAN PRETES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
Lampiran A.1.1
KISI-KISI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIK
A I M N
spek ndikator ateri Pokok omor
Soal
1 2 3 4 5 6 7 8
P M * 1
emahaman enentukan hasil operasi bilangan bulat
M * 3
embandingkan pecahan
M * 7
enentukan selesaian suatu persamaan linier
M * 1
enentukan koordinat titik sudut suatu jajaran 2
genjang jika diketahui koordinat 3 titik sudut
lainnya
M * 1
engidentifikasi gambar dimensi dua dari 3
suatu bangun ruang yang dipandang dari
berbagai posisi
M * 1
enentukan himpunan pasangan terurut yang 4
merupakan fungsi
M * 1
enentukan domain suatu fungsi 5
M * 1
enentukan nilai suatu fungsi 6
M * 1
enentukan rumus suatu fungsi 7,18
P M * 4
enerapan enentukan bentuk aljabar sebagai model dari ,5
suatu masalah
M * 6
enentukan luas daerah segiempat
M * 1
enerapkan konsep perbandingan 0
M * 1
enerapkan konsep rata-rata 9,20
M * 9
enerapkan konsep geometri (kesejajaran)
P M * 2
emecahan enyelesaikan masalah terkait konsep persen
Masalah M * 8
enyelesaikan masalah terkait konsep sudut ,9
pada segi banyak
M * 2
enyelesaikan masalah terkait konsep 1
statistika
M * 2
enyelesaikan masalah terkait konsep 2
himpunan
M * 1
enyelesaikan masalah terkait konsep 1
perbandingan
J 3 2 1 2 5 5 3 1 2
umlah 2
Keterangan Materi Pokok: (1) Bilangan (2) Bentuk Aljabar (3) Persamaan linier 1 variabel (4)
Perbandingan (5) Geometri (6) Fungsi (7) Statistika dan (8) Himpunan
LAMPIRAN A.2.
Petunjuk:
o Tulislah nama, kelas, dan nomor indukmu pada lembar jawaban yang disediakan
o Sebelum mengerjakan soal, bacalah terlebih dahulu dengan teliti
o Kerjakanlah dengan urutan langkah-langkah yang benar
SOAL:
1 c
. Hasil dari -8 x (-2) – 6 : (-2) = .... . Rp. 122.000,00
a b. Rp. 132.000,00
. -19 c. 5
d. Rp. 120.000,00
b
. -5 d. 19. 5. Panjang sisi-sisi suatu segitiga diketahui
berturut-turut p cm, 2p cm, dan (p + 4)
2. Seorang pedagang membeli TV bekas cm. Keliling segitiga tersebut adalah ....
dengan harga Rp. 450.000,00. TV
tersebut diperbaiki dengan biaya Rp. a
25.000,00. Jika ia menjualnya dengan . (4p + 4) cm c. (2p + 6) cm
memperoleh keuntungan 15%, maka
harga penjualannya adalah .... b
. (3p + 4) cm d. (2p + 2) cm
a
. Rp. 546.250,00 6. Luas layang-layang pada
gambar di atas adalah ....
b
. Rp. 526.200,00 a
. 40 cm2 c. 48 cm2
c
. Rp. 523.500,00 b
. 52 cm2 d. 60 cm2
d
. Rp. 482.125,00 7. Penyelesaian dari persamaan 6 – 2x =
5x + 20 dengan x variabel pada
3. Dua buah pecahan yang terletak antara himpunan bilangan bulat adalah ....
1 1
dan adalah ….
3 2 a. x = 1 c. x = –2
a b
5 6 3 4 .x=2 d. x = –1
.. dan . b. . dan .
12 12 8 9
8. Perhatikan gambar layang-
c layang PQRS!
7 8 4 5
. dan . d. . dan .
18 18 6 6
a
c
a b
. 1800 + a – b . garis tinggi
b c
. 1800 - a + b . garis berat
c d
0
. a + b - 180 . garis sumbu
d
0
. a – b + 180
14. Diagram panah di bwah ini yang
10. Sebuah mobil memerlukan 30 liter merupakan fungsi dari himpunan M ke
bensin unutk menempuh jarak 240 himpunan N adalah ....
km. Jika mobil berisi 20 liter bensin,
maka jarak yang dapat ditempuh a
adalah .... . M N c. M N
b. 360 km c.230 km
c. 160 km d. 150 km ● ● ● ●
● ● ● ●
● ● ● ●
11. Pemborong dapat menyelesaikan
pembangunan rumah selama 30 hari
dengan 15 pekerja. Karena suatu hal
pekerjaan harus selesai selama 25
hari. Berapa banyak pekerja yang
harus ditambah ?
a. 3 orang c. 15 orang b
b. 10 orang d. 18 orang . M N d. M N
12. Perhatikan gambar! hitung nilai x = …. ● ● ● ●
● ● ● ●
D C ● ● ● ●
a
0
. 23
65 5x
A 0 0 B b
. 650
c
. 750 15. Suatu fungsi dirumuskan f(x) = ax + b.
Jika f(-2) = 14 dan f(3) = -1, maka nilai
d f(x) adalah ....
0
. 115
a
. -13 c. 16
a
. garis bagi
16. Suatu fungsi dirumuskan f(x) = 7x–1, penduduk di kecamatan tersebut 108.000
jika f(a) = 48 maka nilai a adalah .... jiwa. Berapa banyak penduduk yang
umurnya lebih dari 45 tahun?
a. 27.000 jiwa
a
b. 30.000 jiwa
. 14 b. 12
c. 32.000 jiwa
d. 36.000 jiwa
c
.8 d. 7
17. Diketahui f (x) = 2x – 3 , jika f (a) = 7, 22. Dalam suatu kelas terdapat 40 siswa
maka nilai a adalah .... gemar olah raga basket, 20 siswa
gemar olahraga volly dan 3 siswa tidak
a. 10 c. 4 gemar kedua olahraga tersebut.
b. 5 d. 2 Banyaknya siswa yang gemar olahraga
basket saja adalah ....
18. Pada fungsi linear f(x) = ax + b dengan
f(1) = 0 dan f(0) = –2, rumus fungsi f(x) a
= .... . 17 siswa c. 8 siswa
a b
.x–4 c. x + 3 . 12 siswa. d. 3 siswa
b
. 2x – 2 d. 2x + 5
a
. 47 c. 85
b
. 61 d. 90
Nilai
Frekuensi
a
. 6,0 c. 6,6
b
. 6,5 d. 7,0
Jenjang/ Mata
Pelajaran : SMP/ Matematika
Pokok Bahasan
: SPLDV
Kelas/ Semester
: VIII/ I
A I N
spek yang di Ukur o. Soal dan Ranah Kognitif
B P ndikator C C C C C C
erpikir Kreatif MR 1 2 3 4 5 6
K A S 1
efasihan/ lur iswa dapat
Kelancaran pengembangan mengemukakan/
(fluency) model mandiri menuliskan jawaban atau
penyelesaian masalah
menggunakan langkah-
langkah yang berkaitan
Sistem Persamaan Linier
Dua Variabel
K B S 2
eluwesan ermatematika iswa dapat menemukan
(flexibility) secara progresif jawaban/ penyelesaian
dan keterkaitan soal lebih dari satu cara
(interwining) (jawaban bervariasi)
berkaitan dengan SPLDV
P M S 3
enguraian enggunakan iswa dapat
(elaboration) model dan mengembangkan
bermatematika jawaban/ penyelesaian
secara progresif soal secara rinci berkaitan
dengan SPLDV
M S 4
H enemukan iswa dapat memberikan
al yang Baru kembali jawaban/ penyelesaian
(originality) soal yang unik dan luar
biasa berkaitan dengan
SPLDV
(C4) = Analisis
(C5) = sintesis
(C6) = evaluasi
Lampiran A.4.
PEDOMAN PENYEKORAN TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
K
R S
emampuan kreatif
eaksi terhadap soal/masalah kor
yang dinilai
K Tidak menjawab 0
efasihan/ Kelancaran Jawaban tidak lengkap atau cara yang dipakai
(fluency) tidak berhasil 1
Paling tidak satu jawaban benar dan satu cara
digunakan untuk memecahkan soal
Paling tidak dua jawaban benar diberikan dan
dua cara digunakan untuk memecahkan
masalah
Seluruh cara dipakai untuk memecahkan 2
masalah dan benar
4
K Tidak menjawab. 0
eluwesan (flexibility) Memberi jawaban yang tidak beragam dan
salah. 1
Memberi jawaban yang tidak beragam tetapi
benar.
Memberi jawaban yang beragam tetapi salah.
Memberi jawaban yang beragam dan benar.
3
4
P Tidak menjawab 0
enguraian Memberi jawaban yang tidak rinci dan salah.
(elaboration) Memberi jawaban yang tidak rinci tetapi hasil 1
benar.
Memberi jawaban yang rinci tetapi hasil
salah.
Memberi jawaban yang rinci dan hasil benar. 2
4
H Tidak menjawab. 0
al yang Baru Cara yang digunakan bukan merupakan solusi
masalah 1
( Cara yang dipakai belum merupakan cara yang
originality) unik
Cara yang dipakai merupakan cara yang unik
tetapi hasil salah 2
Cara yang dipakai merupakan cara yang unik
dan hanya dipakai oleh sedikit siswa dan hasil
benar.
3
Lampiran A.5.
Petunjuk:
o Tulislah nama, kelas, dan nomor indukmu pada lembar jawaban yang disediakan.
o Sebelum mengerjakan soal, bacalah terlebih dahulu dengan teliti.
o Kerjakanlah dengan urutan langkah-langkah yang benar.
SOAL:
5. Fia bermaksud membeli buah jeruk dan buah apel. Dia
merencanakan membeli sebanyak 10 buah. Ada tiga cara yang bisa digunakan untuk
menentukan buah yang dapat dibeli oleh Fia, yaitu cara metode berurutan, grafik dan
substitusi.
8. Pada sebuah
tempat parkir terdapat 120 kendaraan yang
terdiri atas sepeda motor dan mobil. Setelah
dihitung jumlah roda seluruhnya ada 380
buah. Jika tarif parkir untuk sepeda motor
Rp1.000,00 dan untuk mobil Rp2.000,00.
Gunakan caramu sendiri untuk menetukan
berapa besar uang yang diterima tukang
parkir!
Lampiran A.6.
N Kunci jawaban S
o. kor
Diketahui: 4
1.
Buah jeruk + Buah apel =
10 buah
Misal:
x= Buah jeruk
y= Buah apel
Fluency (kelancaran)
( (
1
0,10) 6,4)
0
( (
1 1,9) 7,3)
Metode Substitusi 0
Dari persamaan x +
y = 10
Jika x = 1 1
+ y = 10 y=9
Jika x = 2 2
+ y = 10 y=8
Jika x = 3 3
+ y = 10 y=7
Jika x = 4 4
+ y = 10 y=6
Jika x = 5 5
+ y = 10 y=5
Jika x = 6 6
+ y = 10 y=4
Jika x = 7 7
+ y = 10 y=3
Jika x = 8 8
+ y = 10 y=2
Jika x = 9 9
+ y = 10 y=1
Jika x = 9 10
+ y = 10 y=0
( (
3
0,30) 6,24)
0
( (
1,29) 7,23)
3
Metode substitusi:
0 Dari persamaan x +
y = 30
Jika x = 1 1
+ y = 30 y = 29
Jika x = 2 2
+ y = 30 y = 28
Jika x = 3 3
+ y = 30 y = 27
Jika x = 4 4
+ y = 30 y = 26
Jika x = 5 5
+ y = 30 y = 25
Jika x = 6 6
+ y = 30 y = 24
Jika x = 7 7
+ y = 30 y = 23
Jika x = 8 8
+ y = 30 y = 22
Jika x = 9 9
+ y = 30 y = 21
Jika x = 9 10
+ y = 30 y = 20
Jadi buah yang dapat
dibeli adalah 1 buah jeruk dan 29 buah apel atau 2 buah jeruk dan 28
buah apel atau 3 buah jeruk dan 27 buah apel dan lainnya.
2 Flexibility (keluesan) 4
.
Diketahui:
Ditanya :
Dan
Penyelesaian:
Misal: x = harga 1
mangkok bakso
y = harga 1
gelas jus alpokat
Persamaan
Matematikanya: 2x + 4y = 23.000....................(1)
2x + 3y = 19.500....................(2)
a. Ada empat
cara menentukan besarnya uang masing-masing:
1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Gabungan eliminasi dan substitusi
4. gambar
1. Metode Eliminasi:
Eliminasi y pada
persamaan (1) dan (2)
2x +4 y = 23.000
2x + 3y = 19.500 –
y = 3.500
Eliminasi x pada
persamaan (1) dan (2)
2x + 4y = 23.000 x3
6x + 12y = 69.000
2x + 3y = 19.500 x4
8x +12y = 78.000 -
-2x = -9.000
x = 4.500
maka diperoleh x =
4.500 dan y = 3.500 atau harga 1 mangkok bakso adalah Rp 4.500
dan 1 gelas jus alpokat Rp. 3.500
2. Metode Substitusi:
Langkah pertama,
tuliskan masing-masing persamaan dalam bentuk persamaan (1) dan
(2).
2x + 4y =
23.000....................(1)
2x + 3y =
19.500....................(2)
2x + 4y = 23.000
2x = 23.000-4y … (3)
persamaan (2).
2x + 3y =
19.500
23.000-4y + 3 y =
19.500
-4y+3y =
19.500-23.000
-y =
-3.500
y=
3.500
karena 2x = 23.000-
4y maka substitusikan y = 3.500 ke 2x = 23.000-4y:
2x = 23.000-4y
2x = 23.000 – 4
(3.500)
2x = 23.000 – 14.000
2x = 9.000
x = 4.500
Langkah keempat,
menentukan penyelesaian SPLDV tersebut.
3. Cara Gabungan
Eliminasi y pada
persamaan (1) dan (2)
2x +4 y = 23.000
2x + 3y = 19.500 –
y = 3.500
substitusikan y =
3.500 ke persamaan (1) atau (2):
2x + 4(3.500) =
23.000
2x + 14.000 =
23.000
2x =
23.000 – 14.000
2x =
9.000
x=
4.500
jadi diperoleh nilai x =
4.500 dan y = 3.500. Jadi, dapat dituliskan Hp = {(4.500, 3.500)}
harga 1 mangkok
bakso adalah Rp 4.500 dan 1 gelas jus pokat Rp. 3.500
4. Cara Gambar
R
R
R
R
R
Rp 4.500 Rp 4.500
Rp 3.500 Rp 3.500
Rp. 3.500
Jadi, = Rp
4.500 dan = Rp 3.500
Atau harga 1
mangkok bakso adalah Rp 4.500 dan 1 gelas jus pokat Rp. 3.500
3 Elaborasi (Kejelasan) 4
.
Diketahui : berangkas uang
berisi 1350 lembar uang kertas, terdiri atas uang dua puluh ribu dan uang
limapuluh ribu
a. Mana yang lebih banyak lembaran Rp. 20.000,00 –an atau Rp. 50.000,00an?
Strategi coba-coba
1 1 1 1 1
350 350 350 350 350
2 1 9 8 7 6
0.000 000 00 00 00 00
5 3 4 5 6 7
0.000 50 50 50 50 50
4 3 4 4 4 4
3,5 juta 7,5 juta 0,5 juta 3,5 juta 6,5 juta 9,5 juta
Eliminasi x pada
persamaan (1) dan (2)
x+ y = 1350
x 200 200x + 200y = 270.000
200x + 500y = 435.000
x1 200x + 500y = 435.000 -
- 300y = - 165.000
y = 550
Substitusikan y = 550
x+y = 1350
x + 550 = 1350
x = 800
Berdasarkan hasil yang
diperoleh berarti lembaran terbanyak adalah uang Rp. 20.000,-an
Lembaran masing-masing:
Rp. 20.000,- an ada 800
lembar
Rp. 50.000,-an ada 550
lembar
dan 2x + 4y = 380............
(2)
substitusi x = 120 – y ke
persamaan 2x + 4y = 380
2(120 – y) + 4y =
380
240 – 2y + 4y =
380
2y = 140
y = 70
y = 70 substitusikan ke x
= 120 – y x = 120 – 70 = 50
= 190.000
Jadi besar uang yang
diterima tukang parkir adalah Rp. 190.000,-
M J
M
obil umlah
otor
R
J R J R oda
umlah oda umlah oda
3 6 9 3 4
0 0 0 60 20
3 7 8 3 4
5 0 5 40 10
4 8 8 3 4
0 0 0 20 00
4 9 7 3 3
5 0 5 00 90
5 1 7 2 3
0 00 0 80 80 (benar)
Dari tabel di atas,
terlihat bahwa jumlah semua roda 380 dengan jumlah roda motor 100
dan jumlah roda mobil 280.
Jadi, jumlah motor ada
50 dan mobil ada 70.
Jika tarif motor 1000
dan mobil 2000, maka besar uang yang diterima tukang parkir adalah
sebagai berikut:
(50 x 1000) + (70 x
2000) = 50.000 + 140.000
= 190.000
Jadi besar uang yang
diterima tukang parkir adalah Rp. 190.000,-
Jadi, jumlah
Pokok Bahasan
: Sistem Persamaan Linier Dua Variabel
Kelas
: VIII
Alokasi Waktu
: 80 Menit
A N
spek yang di Ukur o. Soal dan Ranah Kognitif
I
P
P ndikator C C C C C C
emecahan
MR 1 2 3 4 5 6
Masalah
K K S 1
emampuan emampuan iswa dapat menyebutkan a,2
memahami memahami dan apa yang diketahui dan a,3
masalah mengaitkan apa yang ditanyakan a,4
masalah dalam suatu masalah a
dengankehidup serta dapat menyajikan
an sehari-hari yang diketahui dalam
atau dapat urutan yang tepat dan
membayangkan mudah dipahami yang
nya berkaitan dengan SPLDV
M M S 1
embuat embuat model iswa dapat membuat b,2
rencana of dan model model atau menentukan a,3
penyelesaian for rumus dan menentukan b,4
langkah-langkah untuk b,
menyelesaikan SPLDV
M M S 1
elaksanakan enyelesaikan iswa dapat c,2,
penyelesaian masalah secara menyelesaikan model 3c,
(melakukan informal/ formal atau menggunakan rumus 4,
perhitungan) serta membuat untuk menyelesaikan
keterkaitannya masalah, dan memaknai
(intertwining) hasil yang diperoleh
berkaitan dengan SPLDV
M S 1
M elakukan iswa dapat memeriksa d,2,
emeriksa refleksi kembali kebenaran model 3d,
kembali atau rumus yang 4d,
langkah- digunakan, langkah-
langkah penyelesaian dan
langkah hasil yang diperoleh yang
pengerjaan berkaitan dengan SPLDV
dan hasil yang
diperoleh
Lampiran A.8.
K
emampuan Reaksi S
pemecahan masalah terhadap soal/masalah kor
yang dinilai
M Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang 0
emahami masalah ditanyakan
Salah menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan
Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan tetapi salah
1
Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dengan benar dan lengkap
2
3
M Tidak menuliskan rumus 0
erencanakan Menggunakan rumus tetapi salah atau tidak dapat
penyelesaian dilanjutkan 1
Menggunakan rumus yang benar dan mengarah pada
jawaban yang benar pula
2
M Tidak menuliskan penyelesaian 0
enyelesaikan masalah Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil salah dan
sesuai rencana tidak tuntas
Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil salah
tetapi tuntas
1
Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil benar
tetapi tidak tuntas
Menuliskan aturan penyelesaian dengan hasil benar dan
tuntas
2
4
M Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan 0
elakukan Pengecekan Menuliskan pemeriksaan yang salah
Menuliskan pemeriksaan benar tetapi tidak lengkap
Menuliskan pemeriksaan secara benar dan lengkap
1
Lampiran A.9.
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIK
Petunjuk:
o Tulislah nama, kelas, dan nomor indukmu pada lembar jawaban yang disediakan.
o Sebelum mengerjakan soal, bacalah terlebih dahulu dengan teliti.
o Kerjakanlah dengan urutan langkah-langkah yang benar.
SOAL:
1. Putra adalah seorang pedagang hewan ternak. Seorang pelanggan bernama Syifah membeli
6 ekor kambing dan 4 ekor sapi seharga Rp19.600.000,00. Dan pelanggan kedua bernama
Dzaky membeli 8 ekor kambing dan 3 ekor sapi seharga Rp16.800.000,00.
2. Radit dan Ihsan adalah dua kakak beradik. Saat ini umur Radit 2 tahun lebih tua daripada
umur Ihsan. Hari ini Ihsan genap berusia 5 tahun.
a. Informasi apa yang dapat kamu pahami dari
permasalahan di atas?
b. Bagaimana cara menghitung umur mereka?
c. Berapakah umur Radit sekarang?
d. Menurut Azmi umur Radit adalah 7 tahun
sedangkan menurut Muthia umur Radit
adalah 10 tahun. Siapakah yang benar?
Berikan alasanmu!
3. Pak Ikhwan memiliki sebidang tanah berukuran panjang 8 meter lebih panjang dari pada
lebarnya. Keliling sebidang tanah pak Ikhwan tersebut adalah 44 m 2.
N Kunci jawaban S
o. kor
1 a. Diketahui : harga 6 ekor kambing dan 4 ekor sapi= Rp19.600.000,00
.
harga 8 ekor kambing dan 3 ekor sapi= Rp16.800.000,00
Data tersebut cukup untuk mengetahui untuk menghitung harga sapi dan
kambing
8x+3y = 16.800.000
o Mencari nilai x dan y
-14 x =- 8.400.000
x = 600.000
6(600.000)+4y = 19.600.000
4y = 19.600.000 – 6(600.000)
4y = 19.600.000 – 3.600.000
4y = 16.000.000
y = 4.000.000
-14 x =- 8.400.000
x = 600.000
6(600.000)+4y = 19.600.000
4y = 19.600.000 – 6(600.000)
4y = 19.600.000 – 3.600.000
4y = 16.000.000
y = 4.000.000
-14 x =- 8.400.000
x = 600.000
6(600.000)+4y = 19.600.000
4y = 19.600.000 – 6(600.000)
4y = 19.600.000 – 3.600.000
4y = 16.000.000
y = 4.000.000
b=5
o Mencari a
Substitusi b = 5 ke persamaan a = 2 + b
a=2+5
a=7
a = 2
+5
a=7
a=2+5
a = 7 ≠ 10 tahun
o Misalkan: p = Panjang
l = lebar
Membuat persamaan matematikanya : p = 8 + l
2p + 2l = 44
o Mencari nilai p dan l
o Luas = p x l
o Harga lahan = luas x harga persegi
Luas = p x l
= 15 x 7
= 105
Luas = p x l
= 15 x 7
= 105